Chapter 24 – Senpai, Setiap Pagi Bagaimana Caramu Datang Ke
Stasiun?
u Sudut Pandang si Senpai u
“Selamat pagi!”
Sudah dua hari sejak aku
mendengar suara Kouhai-chan semenjak akhir pekan. Ah, tapi bukannya waktu
itu ada libur tiga hari juga, ‘kan?
Dalam hal ini, ini
mungkin pertama kalinya. Karena dia selalu menyeretku ke suatu tempat
setiap akhir pecan lalu.
“Aku sangat iri kau
bisa bersemangat begitu di pagi-pagi begini.”
“Senpai masih seperti
biasa, ya. Tapi aku malah merasa lega.”
“Iya, tah?”
Kami menempati posisi
kami yang biasa di kereta hari ini juga.
“Ngomong-ngomong, aku
menyadari sesuatu.”
Tolong hentikan
kalimat yang semacam itu, rasanya benar-benar mengganggu. Lagipula, aku
tidak tahu tantangan sulit macam apa yang akan dia berikan padaku kali ini.
“Meski aku tahu
stasiun terdekat mana bagi Senpai, tapi aku tidak tahu bagaimana Senpai datang
ke stasiun setiap pagi.”
Hoo….
Dengan kata lain, dia
ingin tahu di mana rumahku ya. Aku yakin setidaknya dia tahu arahnya.
Uwahhh, aku jadi tidak
ingin memberitahunya. Dia pasti akan datang ke rumahku lain kali ... Tapi,
dia akan menyeretku keluar menggunakan LINE pada saat ini (integritasku juga salah di sini), jadi mungkin itu tidak jauh
berbeda dari apa yang kita lakukan sekarang .
Ah, tapi entah bagaimana,
aku tidak ingin orang tuaku tahu tentang dirinya.
Ketimbang ingin
merahasiakannya, rasanya lebih membuatku malu?
“Dan itulah『 pertanyaan hari ini 』dariku, Senpai. Bagaimana
kamu datang ke stasiun setiap pagi?”
Aku pikir dia akan
memintaku untuk memberitahu alamatku kepadanya, tetapi dia malah menanyakan ini,
jadi begitu ya. 「Bagaimana caramu datang」, huh.
Dia sudah tahu alat
transportasiku (walau pilihannya
hanya berjalan kaki atau bersepeda), tetapi dia tidak tahu persis lokasinya. Jadi dia
memainkannya seperti itu. Ketika berusaha menjaga privasiku sebisa
mungkin, dia juga ingin mengorek informasi dariku, jadi dia tidak menanyakannya
secara langsung.
Yah, aku akan
memberitahunya rutinitas pagiku untuk sementara waktu.
“Tentu saja aku akan
bangun, makan sarapan, dan mengganti pakaianku, ‘kan? Dan kemudian, aku
akan bersepeda, dan menyapa kucing di sebelah rumah sembari membelai mereka.”
“Iya…”
Subjek utamanya
adalah mulai sekarang ―― eh? Rupanya, Kouhai-chan membuat wajah yang
sangat galak.
Apa aku menginjak
ranjau darat lagi? Tidak mungkin, bagian apa yang membuatnya marah? Aku
yang ganti baju? Pasti bukan. Sesuatu yang akan membuatnya merasa
terganggu adalah …... mungkin kucing. Ngomong-ngomong, kita belum
membicarakan tentang preferensi pada hewan, tapi emangnya Kouhai-chan membenci
kucing?
Sambil memikirkan
hal-hal yang tidak penting itu, aku melanjutkan penjelasanku.
Sesuatu seperti belok
kiri, menyeberang jalan besar, dan melewati sebuah minimarket. Aku hafal
tempat itu karena aku melewatinya setiap hari, tetapi apa Kouhai-chan saat ini
membayangkan tempat tersebut di dalam kepalanya? Baiklah, ayo kita biarkan
dia bekerja keras.
Tidak masuk akal
kalau tidak ada kartu yang bisa aku mainkan untuk melawannya agar tidak
menggelitikku. Untuk menghentikannya, aku pikir dia takkan marah jika aku
mengetahui satu kelemahannya.
Kucing, ya.
Apa memang kucing?
Tetapi, jika dia tidak
suka kucing, dia bisa mengakhirinya dengan 「Apakah begitu?」, ‘kan?
Jika bukan kucing
…….. mana mungkin yang itu, ‘kan?
Mungkin aku harus
mencoba bertanya kepadanya tentang hal itu?
Rasanya membosankan
menanyakan hal yang sama padanya, dan aku merasa dia berencana untuk menggodaku
sebagai penguntit jika aku bertanya padanya 「Dimana alamatmu?」. Jika aku ingin
bertanya padanya dengan nada bercanda, pakai LINE saja sudah cukup. Aku
tidak perlu bertanya padanya sekarang.
Tapi, tidak ada
aturan kalau 「Aku harus mengajukan sebuah pertanyaan kepada Kouhai-chan yang
nanti akan dijawabnya」. Aku bisa
memutuskan pertanyaan yang sesuai dengan keinginanku sendiri.
“『 Pertanyaan hari ini 』dariku. Kouhai-chan, kapan
terakhir kali kau naik sepeda?”
Bagaimana dengan ini?
u Sudut Pandang si Kouhai u
Aku benar-benar tidak
siap untuk hal itu.
Semuanya masih
aman-aman saja ketika aku bertanya tentang petunjuk di mana rumah senpai
berada. Tapi, semuanya jadi kacau saat kata 「sepeda」 bercampur dalam
jawaban senpai.
Pertama-tama, aku
bahkan tidak tahu kalau senpai mengendarai sepeda setiap pagi, tetapi bukan itu
masalahnya sekarang.
Aku tidak bisa naik
sepeda.
Kalau dipikir-pikir
lagi, itu karena aku tidak punya kesempatan untuk berlatih mengendarai sepeda
ketika aku masih kecil.
Itu sebabnya sampai
keterusan hingga aku menjadi siswa SMA, tapi itu benar-benar terdengar tidak
seperti diriku, ‘kan. Tapi, aku merasa tidak terlalu terganggu karena
tidak bisa naik sepeda.
Sekarang, aku
benar-benar bermasalah dengan pertanyaan senpai.
Aku pikir Ia akan
bertanya tentang rumahku. Atau lebih tepatnya, senpai yang dulu pasti akan
menanyakan itu. Jadi ini artinya Senpai sudah berubah?
Aku sangat senang Ia sudah
berubah (mungkin karena pengaruh aku),
tetapi aku masih ingin tetap jujur dengan pertanyaannya selama aku bisa. Aku tidak tahu apakah
senpai sebenarnya orang yang lembut atau kejam. Ia juga merancang pertanyaan ini untuk
menghancurkan rute pelarianku.
Jika dia bertanya
kepada aku “Kau bisa mengendarainya?”,
aku bisa menjawab dengan “Aku bisa (tetapi hanya dalam satu detik)” dan serta banyak
alasan lainnya, tetapi alasannya tidak mungkin. Juga tidak ada pilihan
untuk tidak menjawab.
“Aku tidak pernah
mengendarainya sebelumnya ...”
Tidak bisa memikirkan
cara untuk menghindari jebakan senpai, aku hanya bisa pasrah mengibarkan
bendera putih.
u Sudut Pandang si Senpai u
Yay! Ini dia!
D i a t i d a k
b i s a m e n g e n d a r a
i s e p e d a!
Tak disangka si tukang
jahil Maharu Yoneyama-san yang kelihatannya berada di puncak kasta sekolah dan
terus menggunakan kata-kata kasar kepadaku, tidak dapat mengendarai sepeda
adalah hal yang sulit dipercaya.
Aku sempat tidak
mempercayainya, tetapi aku senang bisa memeriksa apa itu benar atau tidak untuk
jaga-jaga. Dengan begini, aku harap aku tidak menjadi orang yang menderita
kerusakan sepihak darinya.
“Hee, jadi kau tidak
bisa mengendarainya yaー”
“Memangnya ada yang
salah dengan tidak bisa naik sepeda? Pertama-tama, bagaimana bisa benda
tidak stabil itu bergerak secara independen? Itu pasti cepat jatuh,
kan? Ini aneh.”
“Aku mendengar kalau
sepeda bisa bergerak stabil selama kau menggerakannya secara dinamis.”
“Orang-orang yang bisa
mengendalikan benda itu hanyalah orang dengan pelatihan khusus. Aku belum
pernah melakukannya sejak aku kecil, jadi itu mustahil untukku.”
“Menurutmu, seberapa banyak keahlian
khusus untuk bisa mengendarai sepeda?”
“Bukannya itu sesuatu
yang bisa dilakukan oleh ahli?”
“Ckckckck….Itu adalah sesuatu
yang bahkan robot pun bisa melakukannya.”
“Eh?”
“Jika aku tidak salah,
robot Murata Seisaku-kun dari Murata
Manufacturing?”
Aku ingat bahwa di 『Ilmu Pengetahuan Anak』, ada robot yang bisa
mengendarai sepeda, meski hanya dengan kecepatan yang sangat lambat.
“Aku tidak pernah
mendengar hal itu.”
“Meski robot adalah
romansa pria ...?”
“Aku ini gadis.”
“Ya ya. Imut, sangat
imut.”
“Sekarang Senpai bisa
mengatakan kata imut secara alami, ya.”
“Ah, seharusnya tidak?”
“Tidak, aku senang,
tetapi untuk Senpai mendadak mengatakan itu, rasanay ...”
Aku akan
merahasiakannya kalau aku juga terkejut bagaimana kata “imut” tiba-tiba keluar dari mulutku.
“Maaf.”
“Tidak, tidak.”
Keheningan misterius
terjadi di antara Kouhai-chan dan aku.
Uhn.
Baiklah, ayo kita
ganggu dia hari ini. Dia biasanya sering menggodaku pula.
Aku yakin Tuhan akan
mengampuni aku karena menangkap titik lemahnya yang keluar sesekali.
“Yosh. Kalau
begitu, ayo kita bersepeda akhir pekan depan. Aku dengan senang hati
menemanimu jika kau mau.”
“Lalu aku akan
menggunakan taksi, jadi Senpai, tolong lakukan yang terbaik untuk mengejarku
dari belakang, oke? Biaya taksinya juga akan dibayar sama Senpai pula.”
“Kalau begitu,
percuma saja buat bersepeda,”
“Lagian, Senpai terus menggodaku
selama ini.”
Ketika dia
mengatakannya seperti itu, aku merasa kalau aku sudah jadi orang jahat.
“Ah, lalu senpai,
tolong ajari aku cara naik sepeda.”
“Eh? Setelah
sekian lama, Kau mau belajar sekarang?”
“Iya. Aku akan
belajar mulai sekarang. Jika aku membiarkannya terus seperti ini, aku
merasa senpai akan terus mengolok-olokku selamanya.”
“Kenapa harus aku yang
menjadi orang yang mengajarimu?”
Kouhai-chan
mengarahkan matanya ke bawah, dan menggumamkan sesuatu.
“Apa?”
“Tidak ada orang lain
selain Senpai yang bisa aku minta untuk membantuku, oke!”
Wajahnya memerah,
seperti yang kupikirkan, dia benar-benar imut.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㉔
Lain kali, sepertinya
Ia akan mengajariku cara naik sepeda.