u
Sudut Pandang si Senpai
u
“Ah, Senpai, ini
tentang masalah besok.”
Itulah yang
Kouhai-chan katakan kemarin.
Ketika kami turun
dari kereta, Kouhai-chan memanggilku, seolah-olah dia baru mengingat sesuatu.
“Silakan datang ke
rumahku, oke? Aku akan mengirimkan alamatnya nanti lewat LINE.”
Kouhai-chan tertawa
misterius, terdengar seperti sedang merencanakan sesuatu.
“Ha?”
“Maksudku, aku akan
merayakan ulang tahun senpai di rumahku dengan megah. Berterima kasihlah.”
“Rumahmu?”
“Kamu bisa mencapainya
dengan berjalan, jangan khawatir.”
Bukan itu masalahnya.
Yah, karena dia
bilang ingin merayakannya untukku, jangan berpikir kalau dia punya niat buruk
dengan mengundangku ke rumahnya.
Tapi bagaimanapun
juga, aku merasa gugup.
vvvv
Hari pun berganti,
dan aku berumur tujuh belas tahun ketika masih terbungkus selimutku.
Sejujurnya, aku tidak
terlalu berkesan. Bukan berarti aku menjadi dewasa maupun karena sudah
memiliki hak untuk memilih. Aku merasa menjadi satu tahun lebih tua dari
sebelumnya.
Ketika aku bangun di
pagi hari, ada pesan LINE dari Kohai-chan.
Maharun ♪ : Selamat pagi ♪
Maharun ♪ : Juga, selamat ulang tahun
Maharun ♪ : Silakan datang ke sini
sekitar siang hari. Ini alamatnya
Maharun ♪ : [Maharun ♪ mengirim foto.]
Dia mengirimiku screenshot dari aplikasi
peta. Selalu siap kapan saja, ya.
Jika aku pergi dari
rumahku, alamatnya persis di seberang stasiun. Aku bisa sampai dalam dua
puluh menit jika aku berjalan lambat. Bahkan mungkin bisa lebih cepat jika
aku ke sana dengan sepeda, tapi yah, ayo berjalan dengan santai saja karena dia
menyuruhku datang di siang hari.
u Sudut Pandang si Kohai u
Iguchi Keita : Oke. Terima kasih.
Sudah cukup lama
sejak Senpai terakhir kali mengucapkan 「terima kasih」padaku, sampai-sampai aku
mengambil screenshot tanpa sadar. Aku baru terbangun dari kebingungan
ketika mendengar smartphone-ku mengeluarkan suara "kasha".
Masakan Cina apa yang
harus aku buat? Untuk saat ini, mungkin menunya babi asam manis yang kami
bicarakan sebelumnya, dan tahu aprikot sebagai hidangan penutup
klasik. Kami masih harus makan kue, jadi kami mungkin tak bisa makan
sebanyak itu ... Aku khawatir.
Yah, aku hanya perlu
bersiap-siap dulu. Pada akhirnya, ini adalah perayaan untuk
senpai. Yang penting adalah perasaan, bukan penampilan. Tetapi tentu
saja aku masih akan melakukan yang terbaik.
Ketika aku selesai
membuat hidangan, bel interkom berdering. Aku tidak menentukan waktu tertentu
untuk senpai, tapi Ia benar-benar datang pada waktu yang tepat.
“Selamat sore. Aku
temannya Maharu-san ...”
Aku pikir rasanya akan
lebih menarik untuk mendengarkan cara bicara sopan Senpai terhadap orang lain, tapi
lebih sulit untuk menunggu dia selesai berbicara, jadi aku membalasnya begitu
saja.
“Ya ya. Selamat
ulang tahun.”
“Apa, ternyata ini kau?”
“Sikap Senpai langsung
berubah, ya.”
“Tentu saja lah.”
“Ya ya. Aku akan
ke depan sekarang, jadi tolong tunggu sebentar.”
Aku menuju pintu
masuk dengan masih menggunakan celemek, dan membuka kunci pintu. Ketika
aku membuka pintu, yang menyambutku adalah penampilan senpai yang gugup.
“Apa yang terjadi?”
“Tidak, aku hanya
berpikir apa orang tuamu ada di rumah, atau semacamnya.”
“Apa, apa kamu
mengkhawatirkan hal itu?”
“Apa maksudmu dengan
'itu' ... Ketika kamu terakhir datang ke rumahku, kamu bahkan khawatir tidak
membawa suvenir lagi, ‘kan?”
Adapun suvenir, ibu
senpai memberitahuku kalau aku tidak boleh membawanya lagi karena aku boleh
datang kapan saja.
“Jangan kahawatir. Hari
ini, aku sendirian di rumah.”
“... Ha?”
Melirik senpai yang
terperangah, aku berjalan menuju ruang makan.
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Kau tahu.
Tolong jangan
mengejutkanku lebih dari ini. Ini benar-benar tidak baik bagi jantungku. Aku
bisa merasakan usiaku menua lebih cepat.
Apa-apaan dengan
itu? Sesuatu seperti “Aku sendirian di rumah” adalah kalimat yang sangat berbahaya untuk dikatakan saat
kau mengundang cowok yang bukan pacarmu, Kouhai-chan! Kau harus
mengatakannya saat kau memiliki hubungan yang lebih dalam dengan mereka!
Seperti yang aku
pikirkan, celemek biru tua (yang aku lihat untuk kedua kalinya) benar-benar
cocok untuknya, dan ikatan ketat di punggungnya sangat imut untuk
siapa-tahu-mengapa. Bahkan kaus kakinya yang empuk terlihat lucu bagiku,
dan kepalaku dipenuhi banyak hal.
“Senpai? Kenapa
bengong melulu?.”
“Hei. Aku ini
tamu yang berulang tahun hari ini, tau?”
“Makanan akan segera
dingin. Tolong cepatlah, senpai.”
“Umm ...”
Yah, inilah
Kouhai-chan yang kukenal, ya. Un. Aku lega.
Setelah mengejarnya
dan memasuki ruangan, ada aroma minyak wijen yang bisa tercium. Ada juga
beberapa masakan Cina di atas meja. Asap tampak mengepul di atasanya, jadi
dia baru saja selesai membuatnya beberapa saat yang lalu. Aku datang siang
hari karena dia menyuruhku datang pada sekitaran waktu itu, tetapi nampaknya aku
datang pada waktu yang tepat.
“Aku menyiapkan
masakan Cina seperti yang diinginkan senpai. Masih ada kue juga, jadi tolong
jangan berlebihan makannya.”
“Bukannya kue masuk ke
bagian perut yang lain?”
“Itu hanya berlaku
bagi gadis, Senpai.”
“Begitu ya.”
Memikirkannya secara
realistis, bukan berarti volume perut kita akan berubah hanya karena kita makan
makanan lain. Bagaimanapun, itu adalah masalah suasana hati.
“Baiklah,
senpai. Untuk memulainya, aku akan mengatakan ini lagi. Selamat ulang
tahun.”
... Rasanya agak
memalukan.
“Oh terima kasih.”
“Sekarang, ayo kita
santap makanannya, oke?”
“Kalau begitu aku akan
menikmatinya dengan penuh syukur.”
Aku mengambil sumpit.
Rasanya lezat, ini benar-benar
hidangan yang akan memuaskan perut anak SMA. Jumlahnya juga sedikit
terlalu banyak untuk kami berdua, tapi aku memaksakan diriku sedikit, dan
memakan semuanya. Bagaimanapun, ini adalah masakan rumahan yang dibuat
oleh seorang gadis untukku. Aku tak berpikir bisa mengalaminya
berkali-kali dalam hidupku.
Ketika kami selesai
makan, dia menyajikan kue di atas meja. Ini pasti kue dari toko.
Dia menaruh tujuh
belas lilin pada kue yang sudah dia potong menjadi ⅛, dan menyalakan semuanya. Ketika
dia bertanya kepadaku apakah aku bisa memadamkan semuanya dalam sekali tiup, aku
pikir aku akan mati. Aku tiakkan menantang batas kapasitas paru-paruku
lagi.
Nah sekarang.
Aku merasa ngantuk
saat menggosok perutku yang bengkak. Tapi tentu saja, mana mungkin aku
bisa tidur di rumah orang lain.
Berusaha menahan rasa
kantukku, aku minum teh yang disajikan untuk mendapat asupan kafein
sedikit. Pada saat itu, Kouhai-chan memberiku kotak kecil.
“Senpai, ini tolong
diterima.”
Apa itu…?
“Hadiah dariku. Silakan
dibuka saat kamu di rumah.”
“Bagaimana jika aku
membukanya sekarang?”
“Aku akan marah.”
“Lalu, aku akan
membukanya saat aku pulang.”
Aku menempatkan kotak
kecil di samping tasku.
“Aku punya satu hal
lagi untuk dikatakan. Senpai, apa aku boleh membuat 『permintaanku』 sekarang?”
Dengan hasil perlombaan
meminjam barang saat festival olahraga kemarin, yang dikenal sebagai gunting
batu-kertas, dialah yang menang. Berdasarkan taruhan yang kita buat, kali
ini dia memiliki “hak untuk meminta
sesuatu” kepadaku.
“Tentu saja, mengapa
tidak?”
Dia punya hak untuk
meminta apa pun, jadi kupikir aku bahkan tidak bisa menolak permintaannya sejak
awal.
Setelah menjawabnya,
ekspresi Kouhai-chan berubah serius. Usai melihat itu, semua rasa kantukku
langsung lenyap seperti asap.
Kouhai-chan
memejamkan matanya sejenak, dan membukanya lagi. Dia menatap lurus ke
arahku, dan membuka bibir merah pucatnya.
“Tolong revisi
peraturan sekolah.”
Jadi begitu ya. Ini
tentang hal itu.
Sekarang, jika dia
mengisyaratkan “Pasal 51”, aku tak bisa lagi melarikan diri atau bahkan
bersembunyi.
Ketika aku dipenuhi
dengan perasaan rumit itu, sepertinya Kouhai-chan merasakannya, secara tidak sengaja
atau tidak, dan terus melanjutkan.
“Apa yang dianggap Senpai
aneh, ubah semuanya.”
Jadi begitu.
Seperti yang kuduga,
dia sangat cerdas. Jika dia mengatakannya dengan cara seperti itu, maka aku
bebas merevisi apa pun yang aku inginkan.
Tidak, sebenarnya,
apa dia memberiku kebebasan? Karena aku akan memperbaiki apa pun yang aku
anggap aneh, dia pada dasarnya membuat revisi itu dengan keinginanku sendiri. Sungguh,
gadis yang jahat.
Karena sudah sejauh
ini, mana mungkin aku bisa menolaknya, kan?
Tidak, aku bahkan
tidak punya hak untuk menolaknya, ya.
“…Aku mengerti.”
Nah, apa yang harus aku
tulis untuk revisi?
Kuharap aku bisa memenuhinya
selama masa jabatanku.
“Aku akan berusaha
yang terbaik. Apa kau tak keberatan dengan itu?”
“Iya.”
u Sudut Pandang si Kohai u
Aku akhirnya membuat 「permintaan」 ke Senpai.
Meski sedikit kikuk,
tapi aku tak bisa menemukan cara lain untuk memberitahunya.
Pesta ulang tahun
kami yang kecil-kecilan namun megah telah berakhir.
Aku membuat alasan
untuk Senpai untuk menemaninya pulang karena ini adalah hari ulang tahunnya,
dan aku mengikutinya sampai kami tiba di rumahnya.
“Uhm, aku ingin
menanyakan『 pertanyaan hari ini 』sekarang, Senpai.”
“Apa?”
“Kamu tidak marah?”
“Kenapa?”
“Meski hari ini adalah
hari ulang tahun senpai, aku membuat permintaan aneh atas keegoisanku sendiri.”
“Apa, kedengarannya
bukan seperti kau saja. Kemana perginya Kouhai-chan yang penuh kepercayaan
diri?”
Senpai menoleh ke
arahku.
“Apa-apaan itu,
senpai. Apa kamu sedag mengejekku?”
“Ya ya. Tetap
seperti itu.”
Aku merasa bakal gila
sekarang. Aku terus mengkhawatirkan segalanya, seperti orang bodoh.
“Lalu, ini juga『 pertanyaan hari ini 』untukmu. Kouhai-chan
juga, bagaimana hari ini?”
“Ini menyenangkan, dan
aku merasa senang.”
“Lalu, aku juga ikut senang.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㊶
Ia sekarang berusia
17 tahun. Selamat, senpai.