Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 41



u Sudut Pandang si Senpai u
Ah, Senpai, ini tentang masalah besok.
Itulah yang Kouhai-chan katakan kemarin.
Ketika kami turun dari kereta, Kouhai-chan memanggilku, seolah-olah dia baru mengingat sesuatu.
Silakan datang ke rumahku, oke? Aku akan mengirimkan alamatnya nanti lewat LINE.”
Kouhai-chan tertawa misterius, terdengar seperti sedang merencanakan sesuatu. 
Ha?
Maksudku, aku akan merayakan ulang tahun senpai di rumahku dengan megah. Berterima kasihlah.”
“Rumahmu?”
Kamu bisa mencapainya dengan berjalan, jangan khawatir.
Bukan itu masalahnya.
Yah, karena dia bilang ingin merayakannya untukku, jangan berpikir kalau dia punya niat buruk dengan mengundangku ke rumahnya.
Tapi bagaimanapun juga, aku merasa gugup.

vvvv

Hari pun berganti, dan aku berumur tujuh belas tahun ketika masih terbungkus selimutku.
Sejujurnya, aku tidak terlalu berkesan. Bukan berarti aku menjadi dewasa maupun karena sudah memiliki hak untuk memilih. Aku merasa menjadi satu tahun lebih tua dari sebelumnya.
Ketika aku bangun di pagi hari, ada pesan LINE dari Kohai-chan.
Maharun ♪ : Selamat pagi ♪
Maharun ♪ : Juga, selamat ulang tahun
Maharun ♪ : Silakan datang ke sini sekitar siang hari. Ini alamatnya
Maharun ♪ : [Maharun ♪ mengirim foto.]
Dia mengirimiku screenshot dari aplikasi peta. Selalu siap kapan saja, ya.
Jika aku pergi dari rumahku, alamatnya persis di seberang stasiun. Aku bisa sampai dalam dua puluh menit jika aku berjalan lambat. Bahkan mungkin bisa lebih cepat jika aku ke sana dengan sepeda, tapi yah, ayo berjalan dengan santai saja karena dia menyuruhku datang di siang hari.

u Sudut Pandang si Kohai u
Iguchi Keita : Oke. Terima kasih.
Sudah cukup lama sejak Senpai terakhir kali mengucapkan terima kasihpadaku, sampai-sampai aku mengambil screenshot tanpa sadar. Aku baru terbangun dari kebingungan ketika mendengar smartphone-ku mengeluarkan suara "kasha".
Masakan Cina apa yang harus aku buat? Untuk saat ini, mungkin menunya babi asam manis yang kami bicarakan sebelumnya, dan tahu aprikot sebagai hidangan penutup klasik. Kami masih harus makan kue, jadi kami mungkin tak bisa makan sebanyak itu ... Aku khawatir.
Yah, aku hanya perlu bersiap-siap dulu. Pada akhirnya, ini adalah perayaan untuk senpai. Yang penting adalah perasaan, bukan penampilan. Tetapi tentu saja aku masih akan melakukan yang terbaik.
Ketika aku selesai membuat hidangan, bel interkom berdering. Aku tidak menentukan waktu tertentu untuk senpai, tapi Ia benar-benar datang pada waktu yang tepat.
“Selamat sore. Aku temannya Maharu-san ...”
Aku pikir rasanya akan lebih menarik untuk mendengarkan cara bicara sopan Senpai terhadap orang lain, tapi lebih sulit untuk menunggu dia selesai berbicara, jadi aku membalasnya begitu saja.
“Ya ya. Selamat ulang tahun.”
Apa, ternyata ini kau?
Sikap Senpai langsung berubah, ya.
Tentu saja lah.
“Ya ya. Aku akan ke depan sekarang, jadi tolong tunggu sebentar.”
Aku menuju pintu masuk dengan masih menggunakan celemek, dan membuka kunci pintu. Ketika aku membuka pintu, yang menyambutku adalah penampilan senpai yang gugup.
“Apa yang terjadi?”
Tidak, aku hanya berpikir apa orang tuamu ada di rumah, atau semacamnya.
Apa, apa kamu mengkhawatirkan hal itu?
Apa maksudmu dengan 'itu' ... Ketika kamu terakhir datang ke rumahku, kamu bahkan khawatir tidak membawa suvenir lagi, ‘kan?”
Adapun suvenir, ibu senpai memberitahuku kalau aku tidak boleh membawanya lagi karena aku boleh datang kapan saja.
“Jangan kahawatir. Hari ini, aku sendirian di rumah.”
... Ha?
Melirik senpai yang terperangah, aku berjalan menuju ruang makan.

u Sudut Pandang si Senpai u
Kau tahu.
Tolong jangan mengejutkanku lebih dari ini. Ini benar-benar tidak baik bagi jantungku. Aku bisa merasakan usiaku menua lebih cepat.
Apa-apaan dengan itu? Sesuatu seperti Aku sendirian di rumah adalah kalimat yang sangat berbahaya untuk dikatakan saat kau mengundang cowok yang bukan pacarmu, Kouhai-chan! Kau harus mengatakannya saat kau memiliki hubungan yang lebih dalam dengan mereka!
Seperti yang aku pikirkan, celemek biru tua (yang aku lihat untuk kedua kalinya) benar-benar cocok untuknya, dan ikatan ketat di punggungnya sangat imut untuk siapa-tahu-mengapa. Bahkan kaus kakinya yang empuk terlihat lucu bagiku, dan kepalaku dipenuhi banyak hal.
Senpai? Kenapa bengong melulu?.”
“Hei. Aku ini tamu yang berulang tahun hari ini, tau?”
Makanan akan segera dingin. Tolong cepatlah, senpai.”
Umm ...
Yah, inilah Kouhai-chan yang kukenal, ya. Un. Aku lega.
Setelah mengejarnya dan memasuki ruangan, ada aroma minyak wijen yang bisa tercium. Ada juga beberapa masakan Cina di atas meja. Asap tampak mengepul di atasanya, jadi dia baru saja selesai membuatnya beberapa saat yang lalu. Aku datang siang hari karena dia menyuruhku datang pada sekitaran waktu itu, tetapi nampaknya aku datang pada waktu yang tepat.
Aku menyiapkan masakan Cina seperti yang diinginkan senpai. Masih ada kue juga, jadi tolong jangan berlebihan makannya.”
Bukannya kue masuk ke bagian perut yang lain?
Itu hanya berlaku bagi gadis, Senpai.
“Begitu ya.”
Memikirkannya secara realistis, bukan berarti volume perut kita akan berubah hanya karena kita makan makanan lain. Bagaimanapun, itu adalah masalah suasana hati.
Baiklah, senpai. Untuk memulainya, aku akan mengatakan ini lagi. Selamat ulang tahun.”
Dia duduk di kursi di depanku, dan memberikan selamat sambil menatap lurus ke arahku.

... Rasanya agak memalukan.
“Oh terima kasih.”
Sekarang, ayo kita santap makanannya, oke?
Kalau begitu aku akan menikmatinya dengan penuh syukur.
Aku mengambil sumpit.
Rasanya lezat, ini benar-benar hidangan yang akan memuaskan perut anak SMA. Jumlahnya juga sedikit terlalu banyak untuk kami berdua, tapi aku memaksakan diriku sedikit, dan memakan semuanya. Bagaimanapun, ini adalah masakan rumahan yang dibuat oleh seorang gadis untukku. Aku tak berpikir bisa mengalaminya berkali-kali dalam hidupku.
Ketika kami selesai makan, dia menyajikan kue di atas meja. Ini pasti kue dari toko.
Dia menaruh tujuh belas lilin pada kue yang sudah dia potong menjadi ⅛, dan menyalakan semuanya. Ketika dia bertanya kepadaku apakah aku bisa memadamkan semuanya dalam sekali tiup, aku pikir aku akan mati. Aku tiakkan menantang batas kapasitas paru-paruku lagi.
Nah sekarang.
Aku merasa ngantuk saat menggosok perutku yang bengkak. Tapi tentu saja, mana mungkin aku bisa tidur di rumah orang lain.
Berusaha menahan rasa kantukku, aku minum teh yang disajikan untuk mendapat asupan kafein sedikit. Pada saat itu, Kouhai-chan memberiku kotak kecil.
Senpai, ini tolong diterima.
Apa itu…?
“Hadiah dariku. Silakan dibuka saat kamu di rumah.”
Bagaimana jika aku membukanya sekarang?
Aku akan marah.
Lalu, aku akan membukanya saat aku pulang.
Aku menempatkan kotak kecil di samping tasku.
Aku punya satu hal lagi untuk dikatakan. Senpai, apa aku boleh membuat permintaanku sekarang?”
Dengan hasil perlombaan meminjam barang saat festival olahraga kemarin, yang dikenal sebagai gunting batu-kertas, dialah yang menang. Berdasarkan taruhan yang kita buat, kali ini dia memiliki “hak untuk meminta sesuatu” kepadaku.
“Tentu saja, mengapa tidak?”
Dia punya hak untuk meminta apa pun, jadi kupikir aku bahkan tidak bisa menolak permintaannya sejak awal.
Setelah menjawabnya, ekspresi Kouhai-chan berubah serius. Usai melihat itu, semua rasa kantukku langsung lenyap seperti asap.
Kouhai-chan memejamkan matanya sejenak, dan membukanya lagi. Dia menatap lurus ke arahku, dan membuka bibir merah pucatnya.
Tolong revisi peraturan sekolah.
Jadi begitu ya. Ini tentang hal itu.
Sekarang, jika dia mengisyaratkan “Pasal 51”, aku tak bisa lagi melarikan diri atau bahkan bersembunyi.
Ketika aku dipenuhi dengan perasaan rumit itu, sepertinya Kouhai-chan merasakannya, secara tidak sengaja atau tidak, dan terus melanjutkan.
Apa yang dianggap Senpai aneh, ubah semuanya.
Jadi begitu.
Seperti yang kuduga, dia sangat cerdas. Jika dia mengatakannya dengan cara seperti itu, maka aku bebas merevisi apa pun yang aku inginkan.
Tidak, sebenarnya, apa dia memberiku kebebasan? Karena aku akan memperbaiki apa pun yang aku anggap aneh, dia pada dasarnya membuat revisi itu dengan keinginanku sendiri. Sungguh, gadis yang jahat.
Karena sudah sejauh ini, mana mungkin aku bisa menolaknya, kan?
Tidak, aku bahkan tidak punya hak untuk menolaknya, ya.
“…Aku mengerti.”
Nah, apa yang harus aku tulis untuk revisi?
Kuharap aku bisa memenuhinya selama masa jabatanku.
Aku akan berusaha yang terbaik. Apa kau tak keberatan dengan itu?”
“Iya.”

u Sudut Pandang si Kohai u
Aku akhirnya membuat permintaan ke Senpai.
Meski sedikit kikuk, tapi aku tak bisa menemukan cara lain untuk memberitahunya.
Pesta ulang tahun kami yang kecil-kecilan namun megah telah berakhir.
Aku membuat alasan untuk Senpai untuk menemaninya pulang karena ini adalah hari ulang tahunnya, dan aku mengikutinya sampai kami tiba di rumahnya.
Uhm, aku ingin menanyakan pertanyaan hari ini sekarang, Senpai.
“Apa?”
“Kamu tidak marah?”
“Kenapa?”
Meski hari ini adalah hari ulang tahun senpai, aku membuat permintaan aneh atas keegoisanku sendiri.
Apa, kedengarannya bukan seperti kau saja. Kemana perginya Kouhai-chan yang penuh kepercayaan diri?”
Senpai menoleh ke arahku.
Apa-apaan itu, senpai. Apa kamu sedag mengejekku?”
“Ya ya. Tetap seperti itu.”
Aku merasa bakal gila sekarang. Aku terus mengkhawatirkan segalanya, seperti orang bodoh.
Lalu, ini juga pertanyaan hari ini untukmu. Kouhai-chan juga, bagaimana hari ini?”
Ini menyenangkan, dan aku merasa senang.
Lalu, aku juga ikut senang.





Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor
Ia sekarang berusia 17 tahun. Selamat, senpai.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama