uSudut
Pandang si Senpai
u
Maharun♪ : Senpai
Maharun ♪ : Sekarang hujan
Iguchi Keita : Ya
Iguchi Keita : Ya
Hari
Minggu. Suhunya sangat dingin.
Sama seperti kemarin,
ada pesan LINE masuk pada pukul 8.30 pagi.
Sekarang sedang Hujan. Satu-satunya
orang yang akan mengendarai sepeda dalam cuaca begini mungkin hanyalah karakter
utama Pokemon.
Maharun ♪ : Apa yang harus kita lakukan
sekarang?
Iguchi Keita : Meski kau menanyakan itu
...
Maharun ♪ : Ayolah, aku harus bertemu
dengan senpai, atau….
Maharun ♪ : Aku takkan menyelesaikan
tugasku.
Iguchi Keita : Tugas macam apa ...
Maharun ♪ : Tugas bertemu dengan
senpai enam kali seminggu.
Sepertinya dia sudah
menetapkan itu sejak entah-kapan.
Iguchi Keita : Terus…
Iguchi Keita : Kita juga bisa bertemu sepulang
sekolah, jadi kembalikan akhir pekanku
Maharun ♪ : Aku berencana dengan 「6 hari seminggu」.
Iguchi Keita : Tidaaakkkkk
Padahal bersantai di
akhir pekan adalah prinsipku ... Cuacanya akan menjadi lebih dingin, dan ini
adalah musim terbaik untuk bermalas-malasan!
Daripada mengorbankan
akhir pekanku seperti itu, kami bisa keluar sesekali a sepulang
sekolah. Itu yang aku sarankan, tapi dia langsung menolaknya.
Maharun ♪ : Kalau begitu, apa yang
harus kita lakukan sekarang?
Maharun ♪ : Senpai, apa ada tempat yang
ingin kamu kunjungi?
Hmmmm.
Kalau dipikir-pikir,
ada film baru dari Fate series yang akan ditayangkan di bioskop.
Tapi, lebih dari itu….
Iguchi Keita : Aku tidak mau keluar
Pada hari-hari
seperti ini, aku lebih suka membungkus diri dengan selimut, menjelajahi
internet dengan iPad-ku sambil berguling-guling di atas kasur dan tidak
melakukan hal lain. Perasaan menang tersebut, membuatku tidak ingin
melakukan hal lain.
Ah, itu mengingatkanku. Ada
buku baru yang akan segera tiba. Aku juga ingin membacanya.
Maharun ♪ : Ini adalah 「pertanyaan hari ini」dariku.
Maharun ♪ : Apa ada tempat yang ingin kamu
kunjungi, senpai?
Iguchi Keita : Di dalam selimut di
rumahku.
Maharun ♪: Ngomong-ngomong, sekarang
kamu ada di mana, senpai?
Iguchi Keita : Kau memahamiku dengan
baik
Iguchi Keita : Aku lagi di kasur
Meski, seharusnya
jarang bagiku untuk keluar dari tempat tidur pada saat liburan semacam
ini. Biasanya juga aku masih tidur.
Maharun ♪: Fuuuunn
Maharun ♪ : Aku mengerti
Maharun ♪ : Kita bisa melakukan hal
lain untuk mengganti jalan-jalan hari ini
Oh?
Kouhai-chan menjadi
masuk akal, tumben sekali.
Terima kasih untuk
itu. Aku bisa santai sekarang.
Masih berbaring di
tempat tidur, aku memutuskan untuk melihat Twitter-ku untuk saat ini.
uSudut Pandang si Kouhai u
Senpai bilang kalau
Ia tidak ingin keluar.
Itu tidak masuk
akal. Dalam cuaca seperti ini, semua orang akan merasa agak sedih.
Baiklah kalau
begitu. Hari ini akan berakhir tanpa bertemu senpai sama sekali―― apa kamu benar-benar mempercayai itu?
Jika senpai merasa tidak
ingin keluar, aku tinggal pergi ke rumahnya saja.
Minggu lalu, aku bertanya
kepada Senpai tentang “Bagaimana caramu datang ke stasiun?”, Dan berdasarkan
jawabannya, aku agak bisa membayangkan di mana Ia tinggal.
Setelah itu, yah, seharusnya
berhasil entah bagaimana, ‘kan? Aku hanya tinggal menemukan papan nama「Iguchi」 di depan
rumahnya. Mungkin rumahnya adalah rumah tunggal.
Mode OK, riasan SIAP,
suvenir OK.
Sekarang, ayo pergi!
❀❀❀
Rentang area dari cerita
senpai ternyata sempit, dan aku segera selesai melihat semua papan nama. Aku
juga menemukan papan nama「Iguchi」 tanpa insiden apa pun. Senpai memiliki rumah yang
bagus.
Baiklah. Saat
ini jam 9:30. Seharusnya tidak masalah untuk bertamu sekarang. Tapi
sejak awal, mendadak datang tanpa pemberitahuan seharusnya sudah cukup kasar.
Ayo kunjungi rumah
senpai sekarang. Sambil menahan ketegangan, aku menekan tombol interkom di
rumah senpai.
u Sudut Pandang si Senpai u
Aku mendengar suara
interkom, membangunkanku ...
Zzz…
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Iya?”
Ada suara wanita
keluar dari speaker. Karena senpai bilang kalau Ia tidak punya saudara
kandung, itu pasti ibunya.
“Saya minta maaf
karena sudah mengganggu. Aku sen ...”
Ia bukan Senpai.
“Aku, kouhai-nya
Keita-kun ... dan teman ...”
Bagaimana aku bisa
menggambarkan hubungan kami pada saat seperti ini?
Aku berdehem, dan
mulai memperkenalkan diri lagi dari awal.
“Saya adalah teman
Keita-kun, Maharu Yoneyama. Saya datang ke sini untuk bermain.”
“Astaga. Keita tidak
memberitahuku apa-apa, tapi tak disangka ada gadis seimut ini datang untuk
bermain dengannya ...”
“Err, saya minta maaf
untuk bagian itu. Kami belum membuat janji tentang ini sebelumnya.”
“Oh? Lalu, apa kamu
datang ketemu Keita secara diam-diam?”
“Iya."
“Aku akan memberi tahu
Keita ... atau seharusnya jangan, ya?”
“Ia? Uhm ...”
“Anak itu masih di
kamarnya sendiri, tapi aku akan memanggilnya dengan mengatakan kalau ada kurir
datang. Maharu-chan, ‘kan? Tunggu sebentar, oke?”
“Ah, ya.”
Eh?
Kupikir beliau akan
menolak untuk membiarkanku mengunjunginya.
Rupanya, aku bisa
mengganggu rumah senpai.
u Sudut Pandang si Senpai u
“Keita? Ada kurir tuh!”
Hah. Berbahaya sekali. Aku
hampir kehilangan kesadaranku lagi. Mendengar suara ibuku di luar pintu,
aku langsung menghilangkan rasa kantukku.
Sungguh, bukannya
menggunakan putranya untuk menjalankan tugas cukup kasar. Padahal dia saja
yang menerimanya ... tapi itu mungkin paketku yang tiba hari ini.
Aku pergi ke pintu
masuk, mengenakan sandalku, dan mengambil cap keluargaku di pintu
masuk. Sambil mengucek mataku dengan tangan lain, aku membuka pintu.
“Selamat pagi, Senpai!♪”
Aku menutup pintu,
dan menguncinya.
Aku pasti kelelahan. Aku
terlalu banyak bernyanyi di karaoke kemarin. Ayo kembali ke kamarku dan
tidur lagi. Lagi pula ini masih pagi.
“Tunggu! Senpai!!”
Dari sisi lain,
seseorang menggedor pintu.
“Tolong buka
pintunya!”
Aku bergumam kalau aku
tidak mau. Aku tidak yakin apakah dia mendengarnya di luar pintu.
Menjauh dari pintu
masuk, aku hendak kembali ke kamarku.
“Jika Senpai tidak mau
membuka pintu, aku akan memberi tahu semua hal memalukan senpai kepada orang
tuamu!”
“Apa yang mau kau
katakan!”
Mau tidak mau aku membuka
pintu dan membalasnya.
Saat aku membuka
pintu, Kouhai-chan menyelipkan sepatu putihnya ke celah pintu. Apa ini
yang disebut 「kaki di pintu」?
“Ehehe, aku datang
untuk melihat Senpai.”
Kouhai-chan
mengenakan sweater putih, celana denim biru tua, dibalut dengan mantel chester
abu-abu. Dia tersenyum padaku sambil melipat payungnya.
“Keita, apa kamu sudah
menyapanya dengan benar?”
“Aku akan menyapanya
tanpa perlu ibu mengatakannya.”
Lagipula aku bukan
anak SD lagi.
“Ya ampun. Kamu
terlihat imut ketika aku melihat wajahmu di depan kamera, tetapi kamu bahkan
lebih imut saat melihatmu secara langsung. Selamat siang, aku ibunya
Keita.”
“Selamat siang,
Ibu. Ini tidak seberapa, tapi tolong terima.”
Kouhai-chan pergi
melewatiku dan menyerahkan kantong kertas yang ada di tangannya kepada ibuku
yang ada di belakangku. Itu adalah tas GATEAU FESTA HARADA.
“Ya ampun, kamu tidak
perlu repot-repot. Tapi terima kasih banyak.”
Apa aku diabaikan?
“Lalu, Keita. Aku
akan membuat teh untuk Maharu-chan dan membawanya ke ruang tamu, jadi selama
itu, bersihkan kamarmu.”
“Ah, Anda tidak perlu
melakukan itu. Secara pribadi, aku tak berpikir kamar Senpai sangat
kotor.”
“Kamar anak ini penuh
dengan buku, jadi tidak ada tempat untuk duduk, loh?”
Oi. Kemana
perginya persetujuanku? Kenapa dia masuk begitu saja? Kouhai-chan
melepas sepatunya sambil berkata “Permisi, maaf mengganggu.”
“Mau bagaimana
lagi. Senpai, tolong lakukan dengan cepat.”
Sungguh tidak masuk
akal ...
Haa. Aku menghela
nafas. Menatap pakaianku, dan menyadari kalau aku masih mengenakan piyama.
Serius.
vvvv
Aku menumpuk
buku-buku yang berserakan di lantai, memindahkannya ke sudut kamarku, dan
membersihkannya dengan tangan. Aku mengeluarkan kursi lipat kecil yang
bersandar di dinding, bersamaan dengan bantal. Nah, ini yang harus
dilakukan.
Aku hanya perlu
mengganti bajuku sekarang. Aku mengambil beberapa pakaian yang cocok untuk
pergi ke luar, dan ketika aku sedang bertelanjang dada, tiba-tiba ada suara
gemerisik dari pintuku.
“Senpai? Ibumu
bilang kalau kamu pasti sudah selesai bersih-bersih, jadi ... senpai?”
Itu suara
Kouhai-chan. Tanpa ada waktu untuk mengembalikan piyamaku atau selesai
ganti baju, dia melihat ke arahku.
Dan kemudian, tatapannya
menjadi dingin.
“Apa kamu sedang
melenturkan tubuhmu? Apa kamu ingin aku melihatnya sampai
segitunya? Tapi Senpai, tubuhmu tidak berotot sama sekali.”
“Kau terlalu cerewet. Jangan
masuk seenaknya saat ada orang ganti baju.”
Jika gendernya
terbalik, seseorang pasti sudah memanggil polisi.
“Tapi, Ibumu ...”
“Kau setidaknya bisa
mengetuk lebih dulu ...”
Setidaknya pikirkan
itu. Ada juga kemungkinan kalau aku belum selesai membersihkan kamarku.
Setelah ini, dia
pergi keluar sementara aku mengganti bajuku, dan aku berhasil melakukannya
entah bagaimana.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Jika aku harus
memberi kesan pertama mengenai kamar senpai dalam satu kata, kata yang tepat
hanyalah 「buku」.
Ada dua rak buku di
dinding kamarnya, dan Ia bahkan menumpuk buku-buku yang tidak muat lagi di
pintu.
Setelah menyesap teh
yang kubawa dengan nampan sebelumnya, Senpai mulai bertanya padaku.
“Jadi, untuk apa kau
datang ke sini?”
“Aku datang untuk
melihat wajah Senpai.”
“Kau sudah melihatnya
‘kan, jadi pulang sana.”
“Aku tidak mau.”
Bukannya membosankan
jika aku langsung pulang begitu saja?
“Senpai seharusnya
jangan bilang kalau kamu tidak ingin meninggalkan rumahmu.”
“Aku tidak berpikir
bakal terjadi seperti ini ...”
Memotong kata-katanya
sendiri, senpai terus mengatakan.
“Ngomong-ngomong, ini
salah hujan.”
“Ya, memang. Itu
sebabnya aku tidak salah.”
“Tidak, kau juga
salah.”
“Senpai yang salah
karena kamu bilang tidak ingin keluar rumah. Itu berarti semua pihak bersalah
semua.”
“Ini salahmu.”
“Ini salah hujan.”
“... Ayo biarkan
begitu saja.”
Kami memutuskan untuk
menghentikan pertengkaran konyol kami untuk sementara waktu.
Bagaimana reaksi diriku
dari sebulan yang lalu jika diriku yang sekarang memberitahunya kalau aku
melakukan sesuatu seperti ini dengan senpai?
“Lalu, apa yang ingin kau
lakukan?”
“Siapa tahu? Ngomong-ngomong,
bukannya kamar ini terasa dingin, Senpai?”
“Tidak ada pemanas di
ruangan ini. Aku kebanyakan hanya tidur di sini saja.”
Meskipun tubuhku
dihangatkan dengan teh, suhu ruangan masih terasa rendah.
“Tolong pinjami aku
selimut.”
“Eh, jangan. Itu
adalah milikku.”
“Bukannya ukurannya
besar? Kita bisa menggunakannya bareng.”
Aku tak melihat ada
gunanya berdebat tentang ini, jadi aku hanya mengambil selimut dari tempat
tidur Senpai. Aku menutupi meja kecil yang ada di depanku, dan membuat
kotatsu sederhana.
“Kotatsu?”
“Iya.”
“Mendadak aku ingin
makan jeruk.”
“Orang-orang sudah mulai
membeli jeruk sekarang, ya.”
“Ini belum musimnya
bagiku untuk memakannya.”
Percakapan aneh kami
masih terus berlanjut.
u Sudut Pandang si Senpai u
“Senpai. Ngomong-ngomong,
apa kamu tahu yang begini disebut apa?”
Apa percakapan sepele
kami berlanjut selama sekitar satu jam? Tiba-tiba, Kouhai-chan bertanya
padaku seperti itu.
“Tidak tahu.”
Mungkin memang ada
yang mirip dengan ini. Tapi rasanya terlalu memalukan, dan aku tidak bisa
mengatakannya.
“Benarkah?”
“Aku benar-benar tidak
tahu. 「Pertanyaan hari ini」 Apa ini namanya?”
Kouhai-chan menendang
kakiku di bawah selimut, menyenderkan tangannya di belakangnya, dan mengatakan
ini.
“Ini disebut kencan
rumah.”
Apa emang begitu? Aku
merasa seperti aku mendengarnya di suatu tempat. Mungkin di pixiv.
“Aku keberatan!”
Tapi, aku juga punya
keraguan.
“Iya?”
“Tidak, tidak,
bukannya ini aneh? Kencan adalah saat dimana seorang laki-laki dan perempuan
pergi bersama, ‘kan? Aku tidak pergi ke mana pun.”
“Senpai, tolong jangan
berdebat hanya demi itu.”
“Selama si laki-laki
itu tidak keluar, aku takkan menganggapnya sebagai kencan.”
“Lalu, harus disebut
apa dong ... Pertemuan? Pertemuan rahasia rumah?”
“Kau mulai mengatakan
yang aneh-aneh.”
“Kunjungan rumah?”
“Apa ini terkait
dengan sekolah?”
“Serangan setelah
waktu makan siang?”
“Memangnya sekarang
sudah waktunya?”
Melihat jam di
smartphone-ku, sekarang memang sudah tengah hari.
“Ngomong-ngomong, kenapa
hanya aku yang memikirkan hal ini? Karena senpai adalah orang yang tidak
setuju denganku, Senpai harus memikirkan nama baru juga.”
Pada dasarnya, dia
bilang kalau aku punya kewajiban untuk membuat alternatif untuk ini.
“Hmmmm ….. Bagaimana
kalau『 Bertamu ke rumah 』?”
“Iya?”
“『 Bertamu ke rumah 』, mampir ke
rumah. Lihat, hubungan kita kebanyakan saat kita bersekolah, ‘kan? Itu
sebabnya, menjadi attend 『 Bertamu ke rumah 』. Bagaimana?”
Dia memiringkan
kepalanya sedikit dan gerakannya tampak seolah-olah dia tidak terlalu mengerti,
tapi ekspresi wajahnya tampak seolah-olah dia memahaminya.
“Jawaban yang tidak
masuk akal, senpai.”
“Kaulah yang membuatku
berpikir tentang itu.”
Kouhai-chan
tersenyum, dan menambahkan sesuatu yang sulit dipercaya yang telah dia tinggalkan
sebelumnya.
“Tapi aku
menyukainya. tidak apa-apa, ayo kita sebut acara semacam ini sebagai 『 Bertamu ke rumah 』.”
Err, mungkin itu
berarti ...?
“Kau masih akan melakukan
ini?”
“Bukannya itu wajar? Kita
sampai repot-repot memikirkan namanya. Senpai bisa datang ke rumahku juga,
tahu?”
Setelah itu, dia
makan siang di rumahku, dan pulang ke rumah setelah mendapatkan kasih sayang
yang besar dari ibuku.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㉙
Ibunya sangat cantik.