u
Sudut Pandang si Senpai
u
“Ngomong-ngomong
masalah musim gugur, pasti ada banyak acara sekolahan, ya.”
“Mendadak, kenapa kau bilang
begitu?”
Kouhai-chan yang
berdiri di tempat biasa, di dalam kereta yang biasa, dan pagi yang biasa juga
mulai berbicara padaku hari ini.
“Terakhir kali, kita
merayakan festival olahraga, ‘kan?”
“Um.”
Aku mencoba yang
terbaik untuk memenangkan perlombaan melawannya, menggunakan keberuntunganku
pada saat yang paling aneh dalam perlombaan meminjam barang yang gila.
Dan keputusan akhir
diputuskan dengan suit gunting batu-kertas, yang mana membuatku kalah
telak. Itu adalah festival olahraga yang tragis.
... Aku juga sudah
mulai menyelidiki mengenai “permintaan”
Kouhai-chan. Tapi, sepertinya mana mungkin aku bisa merevisi peraturan sekolah
hanya karena aku adalah ketua OSIS. Pada akhirnya, aku perlu mendapatkan
persetujuan dari semua anggota OSIS. Ah, apa yang harus aku lakukan?
“Kali ini, aku dengar
kalau sebentar lagi akan diadakan festival budaya.”
“Eh?”
Karena dia mengatakan
sesuatu tentang mengenakan pakaian gadis di festival budaya dua hari yang lalu,
kupikir dia sudah tahu tentang hal itu.
“Kenapa kamu tidak
memberitahuku, Senpai? Bukannya kamu ini Ketua OSIS?”
“Itu sebabnya aku bilang
untuk melihat jadwal.”
Kami pernah membahas
ini sekitar dua minggu yang lalu. Terakhir kali sih, mengenai festival
olahraga.
“Aku sudah mencarinya
di jadwalku, tetapi aku sama sekali tidak dapat menemukannya.”
“Aku akan
mengirimkannya di LINE lain kali. Aku tidak membawanya sekarang.”
“Ah, terima kasih
banyak, itu bakal sangat membantu.”
Setelah tiga detik keheningan
yang canggung, Kouhai-chan membuka mulutnya lagi.
“Aku mendengarnya dari
teman sekelasku. Mereka bilang kalau itu akan diadakan pada bulan ini.”
“Ya. Seharusnya
berikutnya, selanjutnya ... eh, kapan itu? Bagaimanapun, biasanya diadakan
pada akhir pekan November.”
“Senpai kadang-kadang
teledor tentang tanggal, ya ...”
Yah, baiklah, katanya, saat dia
mengajukan pertanyaan seperti biasa.
“『 Pertanyaan hari ini 』. Senpai, apa
yang akan kamu lakukan di festival budaya nanti?”
“Jika kau bertanya apa
yang akan aku lakukan, tentu saja aku akan melakukan sesuatu.”
“Bukan itu yang ingin
aku tanya.”
Kouhai-chan
menatapku, terlihat sedikit marah.
“Ya ya. festival
budaya, ya?”
“Aku tidak pernah
pergi ke sana sebelumnya, seperti apa?”
“Apa kau tidak
mengunjunginya sebelum mengambil ujian masuk?”
“Aku punya sesuatu
untuk dilakukan saat itu, jadi aku tidak bisa.”
“Baiklah, baiklah. Err,
singkatnya, ini kacau.”
“Kacau?”
“Di festival itu ada segalanya.”
“Segalanya?”
“Tidak terkendali.”
“Ini jelas bukan
kata-kata yang menggambarkan tentang festival budaya SMA, ‘kan !?”
Ketika aku menyusun
kata-kata yang muncul di benakku, dia menyelaku.
“Tidak, tidak, aku
mengatakan yang sebenarnya. Kau akan mengerti bila melihatnya langsung.”
Sekolah SMA kita juga
cukup misterius, masih bisa mendapatkan murid baru dengan festival budaya
semacam itu.
“Sebaliknya, senpai
yang harusnya memimpin. Bukannya kamu ini Ketua OSIS?”
“Sudah kubilang bukan
aku yang bertanggung jawab.”
“Tapi, kamu masih
memiliki tanggung jawab yang perlu dilakukan, bukan?”
“Asal kau tahu
saja. Pertama-tama, para panitia festival sekolah akan melakukan apa pun
yang mereka suka. Mereka bukan di bawah tanggung jawab OSIS.”
“Ah, benarkah?”
Jika anggota serius
OSIS yang mengelola festival budaya, pastinya takkan menjadi festival budaya
yang gila.
“Bagaimanapun juga, kau
masih perlu menghadirinya atau kau nanti akan dianggap absen. Sulit untuk
masuk ke tempat yang aneh.”
“Eh ... Apa, seserius
itu?”
“Iya, serius.”
“Uwahh, menakutkan
sekali.”
“Tidak apa-apa, asal
kau bertindak normal, kau tidak akan mati.”
“Mengapa festival
budaya sampai membawa bahaya kematian ...”
Ketika dia
mengatakannya dengan keras, itu tentu berbahaya.
“Ada juga beberapa
area aman, seperti bazaar OSIS.”
“Ah, Senpai, apa kamu
akan melakukan bazar?”
“Sebagian besar aku
hanya menandatangani laporan penjualan, sih.”
“Senpai harus mencoba
menjadi penjual di sana.”
“Ogah. Karena kesalahan
seseorang, buku-bukuku mulai menumpuk di lantai kamarku.”
Aku ingin selesai
membacanya dengan cepat dan menyimpannya di rak bukuku.
“Eh, salah siapa itu?”
“Jelas-jelas itu salahmu!”
“Apa aku ketahuan?”
“Ini bukan masalah apa
kau ketahuan atau tidak ...”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Senpai menghela
nafas, bergeser antara serangan dan pertahanan.
“Ngomong-ngomong,
bagaimana dengan Kouhai-chan? Apa kau punya rencana untuk festival
budaya? Ini 『pertanyaan hari ini』dariku.”
“... Secara spesifik
sih, masih belum ada.”
Ketika aku ingin
mengajak senpai keluar, aku tidak bisa mengatakannya keras-keras karena suatu
alasan.
“Kebanyakan proyek
kelas memang dari anak kelas 3 sih. Anak-anak kelas 1 masih belum boleh
mengajukan.”
“Benarkah?”
“Ya. Lalu,
klubmu ... ah, oi, anggota klub seni. Klubmu berpartisipasi dalam festival
budaya, bukan?”
Ah, benar juga, eh.
Aku adalah anggota hantu di klub seni. Kapan
terakhir kali aku pergi ke sana?
“Jadi begitu. Meski,
aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan.”
“Inilah sebabnya
anak-anak muda begitu ...”
Bagaimanapun juga, aku
mematikan notifikasi grup klub LINE sejak lama.
Aku bahkan tidak tahu
siapa yang bekerja keras di klub sekarang. Baru-baru ini, aku hanya fokus
mengejar senpai.
“Yah, itu
saja. Sebagai Senpai-mu, aku pikir akan menarik bagimu untuk berpartisipasi
dalam proyek ini sekali saja.”
“Tapi aku akan tetap melakukannya
ketika aku kelas tiga nanti, ‘kan?”
“Oke, koreksi. dua
kali.”
“Senpai, apa kamu juga
melakukannya dua kali?”
“Aku melakukan bazaar
tahun ini, oke!”
“Tapi barusan Senpai
bilang cuma menandatangani laporan saja.”
“Aku mengerti, aku
akan bertanya kepada mereka apakah aku bisa menjadi penjual sambil membaca buku
nanti.”
“Itu benar-benar
terdengar seperti apa yang akan dilakukan ketua OSIS.”
Ehh?
“Sebaliknya, bukankah
itu terdengar seperti anggota komite perpustakaan, atau klub sastra? Atau
mereka yang berteriak bahwa novel yang ditulis oleh mereka dibagikan secara
gratis, jadi silakan baca! Sungguh orang yang baik sekali. “
“Itu benar sekali.”
Setelah jeda sejenak,
senpai melirikku.
“Lalu, selama aku berpartisipasi
aktif, akankah Kouhai-chan juga bergabung denganku untuk berpartisipasi di
festival budaya?”
Cara Ia mengatakannya
benar-benar licik.
Apa ini berarti aku
tidak bisa menolak? Haa.
“Aku mengerti. Aku
akan berpikir tentang hal ini.”
“Mengapa kau terdengar
seperti seorang politisi?”
“Tidak, aku akan
benar-benar memikirkannya.”
Sekarang, jika aku
berpartisipasi, maka pertama-tama ...
“Senpai, sampai jumpa
di kelas!”
Kami tiba di stasiun
tepat pada waktunya, jadi aku meraih tasku dan keluar dari pintu.
“Tidak, tunggu
sebentar, bukankah itu aneh?”
Senpai mengejarku,
suaranya terdengar panik.
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Apa itu? Apa itu
artinya dia akan datang ke kelasku nanti? Bukankah itu aneh?
“Senpai juga.”
Jawabannya terhadap
konfirmasiku juga mengejutkan, dan sebuah suara aneh tanpa sadar keluar dari
mulut aku.
“Ha?”
Dan kemudian, aku
akhirnya mengerti apa yang dia rencanakan.
“Ahh.”
Dia ingin berbicara
dengan Idezuka, bukan denganku, ya. Dia perlu memberitahunya bahwa dia
akan bergabung dengan festival budaya.
“Urusan utamaku adalah
dengan Idezuka-san, jadi tolong jangan salah paham, oke?”
“Siapa juga yang salah
paham, bodoh.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㊼
Sepertinya Ia akan
melakukan bazar di festival budaya.
Apakah si Senpai cemburu...
BalasHapus