u
Sudut Pandang si Senpai
u
Hari halloween
berakhir tanpa insiden (?), Dan bulan November pun dimulai.
Hari ini adalah hari
di mana percakapan seperti “Hanya tinggal dua
bulan lagi pada tahun ini,” “Ehh, waktu berlalu dengan cepat ya~” “Rasanya kita baru
saja merayakan Tahun Baru belum lama ini, ‘kan ~” akan terjadi di
seluruh Jepang.
“Mutsuki, Kisaragi…”
Seragam pelaut dan
anak TK terlintas di pikiranku, dan aku mulai membaca urutan bulan kalender
lunar. (TN :
https://www.sljfaq.org/afaq/number-dates.html)
“Nagatsuki, Kannazuki
... Shimotsuki, kan?”
“Apa kamu akan kembali
ke bulan?”
“Tidak.”
Apa-apaan dengan
kalimat bodoh itu, terlalu berantakan.
“Aku juga tahu,
senpai. Shimotsuki adalah bulan November di kalender lunar.”
“Ya, November.”
“Ini sudah masuk bulan
November, ya.”
“Yup, yup. Hanya
saja…”
Melihat apa yang akan
aku katakan, percakapan yang baru saja aku bayangkan akan terjadi
sekarang. Ayo ubah sedikit. Aku benci karena terdengar membosankan.
“Mhm. Hanya ada
enam puluh satu hari tersisa sebelum tahun ini berakhir.”
Enam puluh satu
benar-benar terdengar seperti bilangan prima. Baik sebelas, tiga belas,
tujuh belas, maupun sembilan belas dapat dibagi, jadi itu harus menjadi
bilangan prima. Uhn.
Jika aku kalikan
dengan angka enam, hasilnya adalah tiga ratus enam puluh enam, jadi hanya ada ⅙ tahun yang tersisa.
“Ngomong-ngomong,
waktu kita berangkat ke sekolah ... akan berlanjut sampai kapan?”
“Liburan musim dingin
akan dimulai dari 21 Desember, atau 22? Masih ada jalan jauh yang harus
ditempuh.”
Jika aku tidak salah
ingat, ulang tahun Kouhai-chan tanggal 12, ‘kan? Sekitaran waktu sebelum
ujian.
Ayo pergi dan periksa
jadwalnya nanti.
u Sudut Pandang si Kohai u
“Ngomong-ngomong, Senpai.”
Senpai tidak
mengatakan apa-apa lagi bahkan ketika kita sudah naik kereta.
Ia seharusnya sudah
menyadarinya, ‘kan? Lagipula, Senpai juga mengganti seragamnya hari ini.
“Apa?”
“Apa kamu tidak punya
sesuatu untuk dikatakan setelah……umm, melihatku?”
“Ya ya. Kau imut,
sangat imut.”
“Bu-bukan itu.”
Senpai melancarkan
serangan mendadak ke arahku, membuatku terkejut, tapi bukan itu yang kuminta.
“Haa. Inilah 『pertanyaan hari ini』dariku.”
Pada bulan November,
kami akan mengganti seragam kami. Bahkan jika beberapa sekolah mengganti
seragam mereka pada bulan Oktober, masih ada beberapa hari dengan suhu
tinggi. Sekolah kami dimulai pada 1 November, ketika semua orang akan
beralih dari seragam musim panas ke seragam musim dingin.
Tentu saja, aku juga
bukan pengecualian.
“Bagaimana dengan seragam
musim dinginku?”
Aku melakukan putaran
penuh di depan Senpai, di posisi biasa di kereta.
“Meski kau meminta
kesanku, aku tidak tahu harus berkata apa.”
“Apa Senpai tidak
merasakan sesuatu seperti 'itu cocok
untuknya', atau 'imut' gitu?”
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Aku merasa dia
menuntutku untuk “memuji” dia. Yah, dia memang imut, dia memakai pakaian dengan benar,
dan itu juga terlihat cocok untuknya.
“Kau tahu. Bukan
berarti ada banyak yang berubah.”
Warna roknya masih
biru tua, tetapi kainnya terlihat sedikit lebih tebal dari
sebelumnya. Bukan berarti dia mulai memakai celana ketat
itu? stoking?.
Dia juga mengenakan
kardigan berwarna krem, dengan seragam sekolah di baliknya. Bagian kerah
pelaut pasti sudah berubah dari putih khusus musim panas ke warna kuning khusus
musim dingin, tetapi jika seseorang tidak melihat dari dekat, mereka pasti takkan
menyadarinya. Atau bisa dibilang kalau itu adalah salah satu perbedaan
yang takkan ada yang perhatikan ketika memutar kuis di TV di mana mereka perlu
mencari kesalahan dalam dua gambar yang serupa.
“Sekilas, mungkin
terlihat seperti itu. Tapi Senpai, bukankah ini rasanya agak hangat?”
Berkat kesalahan seseorang, atau begitulah
gumamnya. Suaranya terdengar berat, mungkin karena dia masih memikirkan
kejadian kemarin di hatinya.
Tapi, baiklah.
“Itu terlihat cocok
untukmu.”
“Terima kasih banyak ♪”
Setidaknya, aku bisa
mengatakan ini.
vvvv
“Lalu, bagaimana
dengan seragam musim dinginku? Ini adalah 『pertanyaan hari ini』dariku.”
Aku merasa aku
terlihat jauh lebih berbeda, mungkin.
“Hmmm, kupikir itu
sama seperti biasanya.”
“Oi, kau tidak punya
sesuatu untuk dikatakan?”
Aku mengenakan
seragam blazer di atas sweter merah yang sudah aku kenakan setelah musim panas berakhir. Pantatku,
atau bisa dibilang seragam celanaku juga berubah menjadi warna yang lebih gelap. Aku
akhirnya merasa seperti sedang mengenakan seragam yang tepat setelah kemeja
kasual musim panas.
“Senpai tampak agak
gelap dari atas sampai bawah.”
“Gelap?”
“Rambutmu berwarna
hitam, matamu hitam, bingkai kacamatamu hitam, pakaianmu sebagian besar hitam,
sepatumu juga hitam. Senpai terlalu gelap. Jangan-jangan nama
belakang Senpai adalah Kirigaya?” (TN : Merujuk pada
Kirito dari anime Sword Art Online, wokwowkowkowk parodinya ngga kira-kira :v)
“Namaku Keita
Iguchi. Jangan samakan aku dengan beberapa maniak game.”
“Yah, aku pikir itu terlihat
bagus.”
“Oi.”
“Senpai benar-benar
memiliki aura murid teladan di sekelilingmu sekarang.”
Begitu ya.
“Aku merasa caramu
berbicara memiliki arti yang berbeda.”
“Apa aku ketahuan?”
“Tentu saja.”
u Sudut Pandang si Kohai u
“Ngomong-ngomong,
sekarang sudah musim dingin ya, Senpai.”
Ketika aku mengintip
ke luar jendela, pohon-pohon di samping jalan kereta api telah benar-benar
layu.
Ditambah dengan
penambahan jaket berseragam senpai, aku menyadari bahwa waktu sangat cepat
berlalu.
“Oi oi, mendadak apa
yang terjadi padamu?”
Pertama kali aku
berbicara dengan Senpai adalah pada tanggal 14 September. Hari itu, masih di
pertengahan musim panas, meski sudah bulan September di kalender. Aku
ingat bagaimana panasnya hari itu.
Ngomong-ngomong, aku
dan Senpai masih mengenakan kemeja lengan pendek saat itu.
Dan sekarang berubah
menjadi lengan panjang, dan juga cardigan.
Akhirnya, kami
mengenakan seragam musim dingin sekarang.
Sekitar lima puluh
hari sudah berlalu sejak saat itu.
Dengan 「satu pertanyaan
sehari」, aku sudah tahu mengenai lima puluh hal tentang senpai.
Aku penasaran apa itu
akan bertambah menjadi seratus, atau bahkan dua ratus? Atau mungkin…
“Aku hanya memikirkan
sesuatu sejenak. Bukan apa-apa, kok.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㊻
Ketika Ia mengenakan
blazer, sosoknya sangat mencerminkan gambaran murid teladan.