Ayah Hiiragi - Bagian 2
Dalam rentang dua
bulan, ini akan menjadi kedua kalinya kami datang ke kediaman
Hiiragi. Kami disambut oleh pelayan dan diizinkan masuk ke rumah mewah.
“Bagaiamana
kalau aku menemani kalian juga?”
Ketika
Hiiragi-chan dan aku dipandu ke ruang resepsi, Natsumi-chan juga ikut.
“Terima kasih,
Natsumi. Tapi tidak apa-apa. Aku tak berpikir ini akan menyusahkan
seperti yang terakhir kali.”
“Beneran…?”
Tampak setuju,
Natsumi-chan memiringkan kepalanya.
“Yah, jika ada sesuatu
yang terjadi, aku akan membantu kalian nanti.”
Ujar Natsmi
sambil melambaikan tangannya saat dia menuju kamarnya sendiri.
“Apa lebih baik
jika Natsumi-chan ada di sini?”
“Yah, ini
masalah kita. Kita akan meminta bantuan Natsumi ketika kita sudah merasa
terpojok. ”
“Yang itu juga
oke.”
Mungkin lebih
baik meninggalkan Natsumi-chan yang cerdik sebagai kartu truf.
Pertemuanku
dengan Airi-san juga diadakan di sini. Seperti yang kuduga, ini
benar-benar ruang resepsi mewah. Untuk orang biasa seperti diriku, rasanya
benar-benar tidak nyaman. Aku menyesap kopi yang sudah dibuat pelayan.
“Ayah telat.”
Saat
Hiiragi-chan bergumam, suara nyaring bisa terdengar dari luar.
“Kau bilang
kalau pria itu datang !?"
“Sayang, jangan
berteriak seperti itu. Seiji-san adalah siswa SMA yang luar biasa, dan
cukup tenang serta bijak. Aku sudah merestuinya. Bagaimana kalau kamu
menemuinya dulu dan bertatap muka dengannya.”
Sepertinya itu
adalah percakapan antara Airi-san dan Papa-san.
“Kenapa aku
harus melakukan ini !? Ini akhirnya liburan terakhirku! Untuk bertemu
dengan anjing yang berpikir untuk mencuri Haru-chan— ”
Plaaakkk!
Hiiragi-chan
dan aku secara tidak sadar memalingkan kepala kami ke arah pintu. Barusan,
itu suara yang cukup keras ...
“Pfffft
!? Itu bersuara plakkk!? Pipiku!”
“Itu karena
kamu memperlakukan seseorang yang aku restui sebagai anjing.”
“Jadi, Ia
bahkan membawamu ke sisinya ... pria sialan itu ...!”
Pintu terbuka
tiba-tiba, dan Papa-san masuk ke ruangan seolah-olah dia dilemparkan ke dalam.
““……””
Berdiri dengan
cepat, Papa-san terbatuk seolah tidak terjadi apa-apa. Ada tanda tangan
merah di pipinya.
Aku mulai
berdiri dan memberikan salamku kepadanya.
“Senang bisa
bertemu dengan anda lagi. Di hari itu, aku bertemu dengan Anda ketika
Haruka-san melakukan wawancara pernikahannya. Nama saya Sanada Seiji.”
Menyamaiku,
Hiiragi-chan juga ikut berdiri dan membungkuk denganku. Tidak, tapi apa
memang perlu bagi Hiiragi-chan untuk melakukan itu?
“Y-yeah. Hiiragi
Takakage. Haru-chan .... Ayah Haruka.”
Jika aku
memiliki kartu nama, ini adalah tempat dimana kami akan saling menukarnya, tapi
mana mungkin anak SMA yang bekerja part-time akan memilikinya.
“Ayah, apa
pipimu baik-baik saja?”
“Mama memukulku
sekuat tenaga ... itu menakutkan ... sungguh ..."
Dari apa yang aku
ketahui tentang keluarga Hiiragi, dan percakapan antara pasangan tadi, Ia
mungkin dimarahi dengan cukup keras. Takakage-san meletakkan handuk dingin
yang dibawakan pelayan di pipinya.
“Aku sudah
mendengar banyak hal mengenai dirimu ... dari istriku. Sepertinya kau juga
melakukan pekerjaan part-time di perusahaan kami. ”
“Iya. Aku
kebetulan berada di departemen yang sama dengan Natsumi-san. ”
“Begitu ya...
aku dengar, kalau kau cukup mampu.”
Beliau memujiku
dengan mudah.
Seperti yang
diharapkan, tamparan Airi-san mungkin memiliki efek yang cukup …... Aku senang
dia memujiku, tapi ekspresinya entah bagaimana tampak sangat enggan.
“Aku tidak
melakukan hal sebesar itu.”
“... Sangat
rendah hati. Dalam waktu dekat ... Kau adalah seseorang yang dapat aku
percayakan Hiiragi ... Eh, tunggu, apa ini, aku tak pernah diberitahu tentang
ini.”
Hiiragi-chan
dan aku saling memandang.
Takakage-san
menyentuh telinganya ... Apa Ia punya earphone nirkabel?
“Sanada-kun,
tolong lupakan apa yang baru saja aku katakan. Tadi itu hanya bercanda.”
“Tentu…”
“Ayah, bulan
ini menandai di mana kita sudah berpacaran selama setengah tahun.”
“Kuuu ... tak
disangka masih berjalan lancar! Aku pikir kau akan segera putus setelah
terakhir kali ... “
Ah, anda
menumpahkan isi hati anda yang sebenarnya.
“Bahkan Ibu
sudah merestui Seiji-kun, dan tampaknya cukup menyukai Seiji-kun.”
“'Yang tersisa
hanyalah kamu, tau?' —— Jika itu masalahnya, lantas kenapa !? ”
Memangnya Ia
berbicara dengan siapa?
Dia
mencengkeram lubang suara kecil yang ada di telinganya dan melemparkannya ke
tanah.
“Aku takkan
memberikan Haru-chan kepada siapa pun! Akan kupastikan untuk menuliskannya
di buku teksmu nanti!”
Mungkin ini
khayalanku saja, tapi aura membunuh datang dari luar pintu. Takakage-san,
yang berbicara dengan agresif dari tadi, tampaknya melirik pintu dengan cemas.
“Apa
yang akan kamu lakukan, mengatakan sesuatu seperti itu !? Seiji-san memang
masih SMA, tapi dia itu pria terhormat. ”
Suara kecil
Airi-san keluar dari earphone yang jatuh di kakinya.
“Hmph!”
Takakage-san menginjak
earphone dengan sandalnya, membuatnya jadi rusak.
Begitu
rupanya. Kurasa Airi-san mencoba memberitahunya apa yang harus
dikatakan. Namun, sepertinya Takakage-san tidak sanggup menahannya ...
Tetap saja, bukannya Ia akan dipukul Airi-san lagi nanti ...?
“Walau Airi-san
sudah merestuimu, aku takkan mudah memberi restu.”
“Lalu, apa yang
harus aku lakukan?”
Hiiragi-chan
mengerutkan bibirnya, menunjukkan ekspresi tidak puas.
“Cuma
ayah. Cuma ayah yang satu-satunya bias dan menolak Seiji-kun. ”
“Itu bukan
bias, Haru-chan. Lagian dari awal, kamu tidak perlu menikah! ”
“Apa-apaan
itu? Aku takkan mengenali seseorang yang tidak dapat memikirkan kebahagiaan
putrinya sebagai orang tua!”
Takakage-san
tampak sangat terkejut mendengarnya ketika Ia berjongkok sambil memegangi
dadanya.
“Fuguu ...
I-itu ...”
Jika begini
terus, ini akan menjadi pertengkaran antara Hiiragi-chan dan ayahnya.
“Tunggu,
tunggu, Haruka-san, tenanglah sedikit.”
“I-itu benar,
Haru-chan. Tenanglah sedikit. Jangan katakan sesuatu yang menyedihkan
seperti itu.”
Kami berdua
mencoba menenangkan Hiiragi-chan yang marah.
“Ia hanya
tertarik dengan karakter Onee-sanmu yang imut, Haru-chan. Begitu Ia merasa
bosan, semuanya akan berakhir. Bagaimanapun juga, Ia masih anak SMA. Perasaannya
bisa berubah kapan saja. Ia akan merayu teman sekelasnya, atau bahkan adik
kelas dan seniornya ...! ”
“It-Itu tidak
benar ...! Seiji-ku takkan merasa bosan denganku dan membuangku ...
mungkin ...”
Perlawanan
Hiiragi-chan melemah. Dengan mata berkaca-kaca, dia melirik ke arahku.
Di-Dia tidak
mempercayaiku !?
“Umm, aku tidak
sepopuler itu, kok?”
“Aku takkan
pernah memberikan Haru-chan kepada seorang pria tanpa pesona! Hahahah!”
“Ah, tapi setelah
aku ingat-ingat, aku pernah mendapatkan surat cinta itu sekali ...”
“Aku takkan
memberikan Haru-chan kepada pria murahan seperti itu! Hahahah! ”
Tampaknya,
terlepas aku populer atau tidak, Beliau masih akan menolakku. Bahkan jika aku
naik banding dengan mengatakan kalau aku mampu bekerja, beliau pasti akan
menjawab kalau aku hanya melakukan pekerjaan part-time ...
“Baik, kalau
begitu untuk menguji apakah Seiji-kun layak atau tidak, kenapa Ayah tidak
memilih sesuatu yang bisa kamu lawan?”
Hiiragi-chan
bertepuk tangan, merasa senang karena dia punya ide bagus.
“Bersaing dalam
sesuatu yang aku pilih ...? Baik. Jika kau menang melawanku seperti
itu, aku akan merestui hubungmu dengan Haru-chan!”
Kurasa aku akan
bertarung dalam spesialisasinya ... Itu cukup merugikan, tapi untuk situasi
saat ini, tidak ada cara lain.
“Dimengerti. Jika
itu masalahnya, kita bersaing dalam hal apa?”
“...
Mahjong. Apa itu masih terlalu dini untuk siswa SMA? ”
Dia
menyeringai, tapi sangat disayangkan baginya. Selama masa kuliahku, aku
pernah memainkannya sedikit, jadi aku cukup percaya diri pada kemampuanku.
“Mahjong, ‘kan
...? Aku tahu aturannya, tapi aku tidak tahu banyak tentang itu. ”
“Tidak apa-apa,
itu cukup bagus! Jika Kau tahu aturannya, sisanya hanya
keberuntungan. Mudah!”
Takakage-san
tertawa terbahak-bahak. Berpikir bahwa aku hanya tahu aturannya, beliau
mungkin bermaksud untuk mengalahkanku. Namun, jika Ia benar-benar
mengatakan apa adanya, kurasa Ia mungkin sangat lemah.
“Seiji-kun, apa
kamu baik-baik saja ...? Kamu belum pernah memainkan Mahjong sebelumnya, ‘kan?
”
“Ya. Tapi
jika aku tidak melakukan ini, maka beliau takkan merestui kita ... Aku akan
melakukan yang terbaik.”
“Seiji-kun
....”
Dengan mata
yang kelihatannya hampir meneteskan air mata, Hiiragi-chan memelukku.
“Uuuuu ~ aku
mencintaimu ...”
“Aku juga.”
“Lepaskan
sekarang juga!”
Dan begitulah,
kompetisi Mahjong dimulai.
“Karena
sepertinya menarik, izinkan aku ikut bergabung!”
Ketika
Natsumi-chan bergabung, si pengemudi, Yoshinaga-san juga datang.
“Dengan izin
anda, biarkan aku bergabung juga.”
Yoshinaga-san
kemungkinan besar jago dalam hal ini.
Karena sudah
ada empat pemain, kami menuju ke ruang khusus kecil di bawah tanah dan
berkerumun di sekitar meja.
“Setengah
pertandingan, yang terbaik. Aku juga tidak punya banyak waktu luang! Kau
tidak boleh menangis dan mengeluh setelah itu.”
“Dimengerti. Ayo
kita nikmati pertandingannya. ”
Untuk
Yoshinaga-san, jelas-jelas dia terlihat jago di Mahjong, tapi apa Natsumi-chan bisa
bermain?
Berlawanan
dengan kekhawatiranku, gerakannya tampak cukup terlatih. Natsumi-chan, dia
benar-benar bisa bermain.
... Di sisi
lain, Takakage-san sering melakukan kesalahan, dan salah menempatkan beberapa
bidak. Ia mungkin jarang memainkan ini, ya?
“Papa, cepatlah.”
“Tu-tunggu,
Na-chan. Saat ini aku sedang memikirkan di mana aku harus memotongnya. ”
Aku akan meninggalkannya
karena itu akan membuat waktu pertandingannya semakin lama, tapi pertandingan
antara Takakage-san dan aku berakhir dengan kemenanganku.
“Ka-Kau pasti berbohong,
ya! Kau bilang kalau kau cuma tahu aturannya! ”
“Tidak, aku sebenarnya
tidak berbohong, kok?”
“Kenapa ...
kenapa ... kenapa aku bisa kalah ...? Bukannya ini permainan keberuntungan
...? ”
Jadi, dia
benar-benar memikirkan itu.
“Ummm, jadi
anda akan merestui hubunganku dengan Haruka-san, ‘kan?”
“Guuu
...! Se-Sekali lagi ...! ”
“Bukannya Anda
bilang sendiri tidak boleh mengeluh?”
“Guuu…”
Ketika aku
melemparkan kembali kata-kata yang dia katakan, Natsumi-chan menepuk pundakku.
“Maafkan
dia. Ayah sangat menyukainya, tapi Ia benar-benar payah. ”
“Jika itu
masalahnya, maka tidak apa-apa. Ayo main sekali lagi. ”
“Hmph. Kali
ini pasti menang, aku akan melindungi Haru-chan! ”
Pada akhirnya,
kami bermain dua kali lagi, tapi tetap saja semua itu berakhir dengan
kemenanganku.
Mantap!
BalasHapus