Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 57


u Sudut Pandang si Senpai u
Hari Minggu.
Kouhai-chan mengajakku keluar di pagi hari, jadi sekarang kami sedang berada di gerbong kereta.
Rasanya aneh berdiri di posisi yang sama di kereta kosong yang biasa aku tumpangi, tapi kereta ini bergerak ke arah yang berbeda dari rute yang biasa kami gunakan.
Akhirnya, kami duduk berdampingan di bangku.
“Hei.”
Uu. Aku masih agak ngantuk. Seperti yang aku duga, harus tidur sampai siang di akhir pekan.
Ada apa, senpai?
Kouhai-chan yang duduk di sebelah kiriku menengok ke arahku. Rambutnya yang panjang berayun, menebarkan aroma wangi.
“Kemana kita akan pergi?”
Kita ini apa?
Dari mana kita berasal?
( TN : https://en.m.wikipedia.org/wiki/Where_Do_We_Come_From%3F_What_Are_We%3F_Where_Are_We_Going%3F )
... Dari rumah kita sendiri.
Tapi aku tidak meminta hal-hal seperti Gauguin semacam itu.
Untuk beberapa alasan, pertanyaanku berubah menjadi nama gambar yang akan muncul dalam kuis anak SMA. Namun, gelar itu filosofis. Hanya dengan menanyakan itu pada diri kita sendiri, sang fajar akan hancur.
Ngomong-ngomong, ini mengingatkanku tentang pengumpulan data untuk lukisan yang akan dipamerkan Kouhai-chan pada festival budaya nanti. Seriusan, kita mau pergi kemana sih? 
Pertanyaan hari ini . Kemana tujuan kita hari ini?”
Di suatu tempat dekat laut.
Sekarang musim gugur,  tau? Tidak, ini bahkan sudah memasuki musim dingin, oke?”
Jika kita akan berenang di laut, aku akan mati karena serangan jantung.
“Tidak, tidak. Lagi pula aku tidak membawa baju renang. Atau mungkin, Senpai, jangan-jangan kamu mau melihatku memakai baju renang, ya?”
Guhh ...
Jika aku bilang aku tidak mau, itu pasti bohong.
Nah, ayo kesampingkan hal itu dulu untuk saat ini.
Hei. Jangan mempermainkan perasaan orang.
Dekat dengan laut, Senpai. Dekat.”
Kita akan makan sushi?
Meski biaya perjalanan akan mahal, kita bisa memakannya nanti.
Kita akan pergi memancing?
Mana mungkin, suhu sekarang lagi dingin.
Aku juga tidak ingin melakukan itu. Aku sama sekali tidak membawa jaket tebal pula.
“Terus apa?”
Ya ampun, Senpai benar-benar payah dalam menebak. Kita akan pergi ke  akuarium.”
Ah, ada fasilitas itu, ya.
Kau mau mengumpulkan data di sana?
“Iya.”
Nn, memangnya ada akuarium di arah yang kita tuju?
Tempatnya pasti jauh, ‘kan?
Jika aku tidak salah, butuh waktu lebih dari satu jam untuk sampai ke sana.
Karena aku sedang duduk dan kereta mumpung sedang kosong,seharusnya aku bisa berkonsentrasi sekarang.
Hei, apa aku boleh membaca buku?
Kouhai-chan menjawab sambil menghela nafas.
“…Tentu.”

u Sudut Pandang si Kouhai u
Karena Senpai sedang membaca, aku bermain-main dengan smartphone-ku sebentar, tapi aku dengan cepat menjadi bosan.
Entah bagaimana, rasanya agak jarang bisa duduk di sebelah Senpai, karena kita biasanya saling berhadapan. Aku ingin tahu apakah Senpai menyadarinya.
Rasanya sangat membosankan jika kita tiba tanpa insiden, jadi ayo kita lakukan sedikit kejailan padanya.
Aku mengunci layar smartphone-ku, perlahan-lahan memejamkan mataku sambil masih memegangnya di tanganku, dan merilekskan tubuhku.
Ini akan menjadi tidak wajar jika aku langsung melakukannya, jadi aku menunggu sekitar tiga menit.
Aku menempatkan pelipisku di bahu senpai, bersandar padanya.
Ini harusnya menjadi adegan gadis yang tertidur selama kencan, ‘kan? Walau sekarang masih pagi, sih.
Oi.
Ketika aku membuka mataku sedikit saja, aku bisa melihat halaman buku yang sedang dipegang Senpai.
Ia masih membaca, eh. Ia benar-benar menyukai buku.
Oi, bangun.
Jika aku bereaksi, maka kejailanku akan gagal.
... Eh, apa dia benar-benar tidur? Serius?”
Aku bisa mendengar Senpai berbicara sendiri.
Hmm.
Aku mendengar suara patan. Apa Ia tidak melanjutkan membaca bukunya?
Dan kemudian, pada saat berikutnya.
Aku merasa ada sedikit gerakan di bahu Senpai yang aku sandarkan, dan ada sensasi lembut di kepalaku, lembut.
Sepertinya Senpai mengulurkan tangan kanannya dan dengan lembut mengelus kepalaku.
Seperti yang aku duga, rambutnya lembut sekali...

Apa yang sedang kamu lakukan?
Dan juga, barusan apa yang kamu katakan?
Jika aku mengeluh kepadanya, Ia akan tahu kalau aku sedang pura-pura tidur, jadi tentu saja aku tidak menyuarakannya.
Aku terus berpura-pura tidur, berdoa supaya Senpai tidak menyadari betapa merahnya telingaku.

vvvvv

Akhirnya sampai juga.
Ini benar-benar jauh.
Kami tiba di depan pintu masuk akuarium.
Ada patung paus besar di sana, dan ada sekeluarga yang berfoto di depannya.
Baiklah. Pertanyaan hari ini . Apa yang aku cari di sini?”
Bukannya itu jadi sebuah kuis?
Ini bukan hanya kuis.
Apa kamu masih ingat?
Kita membicarakan hal ini ketika pertama kali mulai berbicara.
“Ha? Eh? Apa maksudmu?”
Ini adalah kuis ingatan.
“Ingatan? Dulu ... Apa itu sesuatu tentang apa yang terjadi dua bulan lalu?”
Ngomong-ngomong, hari ini adalah hari ke-57.
57, ya. Bukannya itu bilangan prima?”
Eh?
5 + 7 adalah 12. Karena 12 adalah kelipatan dari 3, itu benar-benar habis dibagi 3.
Ada bilangan prima 57. Ia memiliki karakteristik memiliki pembagi 3 dan 19. , ‘kan?
Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, senpai.
Kedengarannya seperti apa yang dikatakan ahli matematika masa lalu. Apa dia dipanggil Grothen-something-san?”
(TN : https://hsm.stackexchange.com/questions/6358/story-of-grothendiecks-prime-number)

u Sudut Pandang si Senpai u
Hee. Pokoknya, Senpai. Apa kamu sudah mengingatnya sekarang?”
Dia tahu, ya.
Dan juga, aku tidak dapat mengingat apapun sama sekali.
Aku tidak ingat sama sekali.
“Yah apa boleh buat. Ayo pergi.”
Oi. Bukannya kau harus memberitahu jawabannya?
Aku segera mengejar Kouhai-chan yang membawa sepasang tiket.
Ngomong-ngomong tentang akuarium, aku pikir ada gambar kalau itu adalah tempat dengan kamar gelap manu.
Akuarium ini tidak terkecuali. Tempat ini punya ruang pameran yang sedikit lebih gelap.
Ada hal-hal mengkilap yang tampak hebat seperti gambar di akuarium. Aku ingin tahu apa itu.
Ada panduan pertunjukan lumba-lumba. Kouhai-chan tidak meliriknya sama sekali.
Ada pameran di mana hiu dan pari besar berenang di akuarium besar. Sudah kuduga, Kouhai-chan juga tidak meliriknya sama sekali.
Lalu. Kouhai-chan berhenti di depan akuarium dengan ikan tropis berwarna-warni, dan dia mengeluarkan smartphone-nya.
“Ini dia. Lihat.”
Ketika aku melihat akuarium, ada banyak ikan berwarna cerah. Informasi di sebelahnya diisi dengan nama yang tidak benar-benar kuketahui, seperti kupu-kupu Oriental, atau angelfish bergaris biru.
Karena dia hendak menggambar, tentu saja objeknya akan menjadi ikan yang indah, ‘kan? Tapi kemudian, aku tidak mengerti mengapa dia mencoba membuatku menebak sebelumnya.
Kouhai-chan menyiapkan kamera smartphone-nya, lalu menekannya ke kaca.
Di ujung lensa ada seekor ikan putih kekuningan yang penuh duri.
Namanya, ikan buntal.
Lalu, aku teringat.
Ketika Kouhai-chan dan aku baru saja bertemu satu sama lain, aku mendengar kalau dia adalah anggota dari klub seni, dan memintanya untuk menunjukkan padaku gambarnya lain kali.
Pada saat itu, aku bilang sesuatu seperti, Kau bahkan bisa menggambar ikan buntal, loh?  Tanpa benar-benar memikirkannya. Jika aku tidak salah, kita juga berbicara tentang bersumpah jika dia tidak memenuhi janji.
Kau masih ingat hal semacam itu?
Senpai juga ingat, ‘kan? Aku merasa senang.”
Sejujurnya, aku hanya mengusulkan itu dengan tidak bertanggung jawab.
Tetapi terlepas dari hal itu, aku merasa senang bahwa dia (berencana untuk) menyelesaikan ilustrasi mengikuti usulanku.
“Terima kasih.”
Aku menggumamkan kata-kata itu dengan suara pelan sambil menghadap tangki air, tapi sepertinya itu terdengar di telinga Kouhai-chan yang sedang melihat ikan buntal dengan seksama.
“Tidak tidak. Tolong nantikan di festival budaya minggu depan, oke?”
Fakta itu membuatku merasa malu, dan aku tidak bisa tidak membalasnya dengan kata-kata kasar.
“Andai saja jika kau bisa menyelesaikannya.
Eh, itu tidak berperasaan, Senpai.
Sangat disesalkan. Tapi aku benar-benar khawatir tentang itu, tau.”
Mengingat itu, tak disangka Senpai orang yang monoton, ya.
Ayo kita kembali sekarang. Bukannya kau harus melakukan pekerjaanmu?
“Apa yang sedang kamu bicarakan? Kencan kita baru  dimulai sekarang, Senpai.”
Ujarnya sambil menoleh ke arahku. Dia tampak bersinar cemerlang, dengan ikan tropis yang berenang di sekelilingnya.
Aku hanya bisa diam melihat pemandangan dirinya yang seperti itu.




Hal kuketahui tentang Senpai-ku, nomor-57
Ia mungkin punya ingatan yang cukup bagus.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama