“Ini hari Senin! Selamat pagi!”
Pagi-pagi, Kouhai-chan menyapaku dengan senyum lebar di stasiun, sementara angin musim gugur yang dingin bertiup menerpa seluruh tubuhku.
“Hei, kenapa kau terlihat senang begitu?”
Aku ngantuk. Ah, ngantuk.
Baru-baru ini suhu udara menjadi lebih dingin, membuatku semakin sulit untuk bangkit dari kasur.
“Itu karena aku merindukan senpai ...”
Kepala Kouhai-chan menunduk saat dia mengepalkan tangan di depan dadanya, suaranya terdengar lirih. Hatiku berdebar melihat pemandangan itu.
Rasa kantukku hilang dalam sekejap, pikiranku menjadi jernih, dan aku segera menyadarinya.
Bagaiamana pun aku melihatnya, dia sedang berakting. Yup.
“Dasar pembohong. Kemarin ‘kan kita bertemu.”
“Ehehe. Rasanya sangat menarik melihat Senpai mengantuk.”
Meski tidak ada jaminan bahwa jawabannya adalah jujur atau tidak, jawabannya masih agak miring dari akal sehat.
Apa itu. Apa itu sesuatu yang harus kau lakukan pada orang yang sedang mengantuk?
“Eh, tapi sekarang kamu sudah bangun, Senpai. Hee.”
“Memangnya aku ini mainan?”
“Bagaimana pun juga hobiku adalah mengamati manusia.”
Benar, dia pernah bilang begitu sebelumnya, ya.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Terkadang, Senpai terlihat sangat mengantuk saat pagi hari. Peluangnya rendah pada hari Senin, dan akan meningkat saat mencapai paruh kedua dalam sepekan.
Pada saat itu, jika aku tetap diam dan tidak mengajaknya mengobrol, kelopak matanya akan menutup. Bila dilihat dari dekat, aku bisa melihat otot-otot di sekitar matanya mencoba membuka, tapi hanya kelopak matanya yang turun.
Dari waktu ke waktu, Ia akan membuka matanya secara tiba-tiba dan membiarkannya terbuka selama sekitar lima detik, tapi Ia akan merasa ngantuk lagi, lalu berakhir dengan kelopak matanya terpejam lagi.
Meski Senpai biasanya terlihat percaya diri, penampilannya ketika Ia kehilangan rasa kantuknya terlihat damai, dan perbedaan itu terlihat menarik.
Ia sudah mengantuk di peron stasiun hari ini, jadi apa aku bisa melihat penampilan itu? atau begitulah pikirku, tapi sepertinya Ia sudah bangun sepenuhnya. Sayang sekali aku tidak bisa melihatnya sekarang, tapi aku bisa bicara dengan senpai sekarang, jadi tidak masalah.
Kalau begitu, apa aku harus membuatnya lebih terjaga sekarang?
“Hiiih!”
Aku mengulurkan tangan dan menyelip pada celah antara kerah kemejanya dan blazer, menyentuh kulitnya yang telanjang di balik kemejanya.
Tubuhnya yang ramping bergeridik, dan senpai menjauhkan dirinya dariku.
“Tunggu, apa yang kau lakukan! Dingin, oi!”
“Senpai hangat, ya.”
“Tentu saja tubuhku akan lebih hangat dari tanganmu.”
Ahh, aku masih kedinginan, atau begitulah Senpai menggerutu.
Aku takkan meminta maaf, oke.
“Apa kau sensitif terhadap dingin? Tanganmu terlalu dingin.”
Meski suhu di dalam kereta hangat, kehangatan itu sendiri tidak bisa mencapai jari kakiku.
“Jika kita berbicara tentang itu, bagaimana denganmu, Senpai ?”
“Aku juga relatif sensitif terhadap dingin.”
“Benarkah?”
Ya, aku mengangkat salah satu tanganku, dan mengulurkannya ke arah senpai.
“Apa?”
“Coba tebak.”
“Kau ini benar-benar…”
Walau Senpai mengeluh, Ia masih menggenggam telapak tanganku yang dingin dengan tangan besarnya.
Senpai dan aku terhubung oleh jembatan dua tangan.
“... Dingin, ya?”
Kami hampir memiliki suhu yang sama.
Atau mungkin, tanganku bahkan sedikit lebih hangat daripada tangannya.
“Lagipula aku langsing.”
“Orang-orang dengan tangan dingin punya ...”
“ Hati yang hangat, ‘kan? Kalau begitu, kita jadi beruap, ya.”
“Beruap, eh?”
Aku tidak berpikir kita bisa menggunakan ekspresi “beruap” untuk menggambarkan hati. Bagaimanapun, kita tidak membicarakan kotak makan siang.
“Seharusnya lebih baik jika kita meletakkan tangan kita di kantong seragam.”
“Di situlah sarung tangan berperan.”
“Tapi itu akan sulit untuk menggunakan smartphone.”
“Yah, itu benar.”
Lagi pula, ini membuktikan kalau Senpai juga sensitif terhadap dingin. Kami berdua cocok.
u Sudut Pandang si Senpai u
Topik kami tiba-tiba berubah jadi membahas sensitif terhadap dingin.
Saat Kouhai-chan menjulurkan tangannya, kupikir aku akan terkena serangan jantung. Tangannya dingin dan mengejutkan. Apa yang dia lakukan, serius? Ketika aku memutar tubuhku dari tangan kecilnya yang lembut, tangannya kembali ke posisi semula sebelum aku menyadarinya.
“Ngomong-ngomong, haruskah aku menggunakan『 pertanyaan hari ini 』sekarang?”
“Sungguh cara yang biasa untuk memulainya.”
“Pertanyaanku agak serius, Senpai.”
“Eh?”
“Senpai, apa kamu punya masalah kesehatan lain selain sensitiv terhadap dingin yang membuatmu khawatir?”
Khawatir, ya. Dari awal, memangnya sensitif terhadap dingin merupakan sesuatu yang Aku khawatirkan?
Yah, bukan berarti aku tidak tahu tentang itu.
“Hmmm, alergi serbuk sari.”
“khusus di musim semi?
“Namun, serbuk sari mulai bertiup ketika masih dingin.”
Di bulan Februari, atau Maret.
“Begitu ya.”
“Kenapa kau berbicara seolah itu bukan masalahmu?”
“Lagipula, aku tidak memiliki alergi serbuk sari. “
Ahh. Jadi dia tidak punya alergi serbuk sari? Enaknya.
“Kouhai-chan juga, apa kau punya msalah kesehatan?”
“Pertanyaan yang bagus. Tapi aku sangat sehat.”
“Oi.”
“Tapi, aku sensitif terhadap dingin. Ini menyusahkan.”
Menjadi sehat saja adalah sesuatu yang akan membuat orang iri.
Aku pikir aku cukup sehat di mata publik.
“Apa itu mengganggu?”
Aku tidak ingat terganggu oleh hal itu.
“Bukannya suhu akan menjadi sangat dingin ketika kamu ingin tidur, Senpai?”
“Kamu bisa menutupi dirimu dengan selimut.”
“Tapi karena kita sensitif terhadap dingin, suhunya tidak terlalu berubah sama sekali, ‘kan?”
“Eh?”
Tidak juga, aku bisa tidur nyenyak secara normal.
“Senpai, Aku adalah pasien palsu. Kamu seharusnya tahu penderitaan sensitivitas dingin yang sebenarnya. “
“Jangan memandang rendah kepekaan dinginku, oke? Ketika darahku diambil untuk pemeriksaan medis, pembuluh darahku yang tipis terlalu menyempit, dan mereka bahkan hampir tidak perlu mengambil ulang darah.”
Sepertinya itu karena aku menunggu terlalu lama di koridor yang dingin tanpa pemanas, dan mereka hanya menusukku dengan jarum suntikan tanpa menghangatkan tubuhku. Darah hanya mengalir ke setengah dari jarum suntik, yang biasanya terisi dengan cepat.
“Ah, itu juga pernah terjadi padaku sebelumnya.”
“Serius ...”
Kedua kondisi kami cukup parah.
“Senpai, apa kamu bisa tidur nyenyak di malam hari?”
“Aku hanya harus bermain dengan smartphone-ku sampai aku merasa hangat.”
“Fuuunnn”.
Mata perhitungan Kouhai-chan yang telah kulihat berkali-kali sebelum menoleh padaku.
“Kalau begitu, Senpai. Ketika aku tidak bisa tidur nanti, aku akan mengirim LINE padamu, jadi tolong temani aku.”
“Eh?”
“Senpai tidak bisa tidur. Aku juga tidak bisa tidur. Kita berdua sensitif terhadap dingin. Kita akan melakukannya sampai kedua tubuh kita menjadi lebih hangat. Apakah itu baik-baik saja?”
Lagi pula aku tidak bisa menolak. Jika aku mengabaikannya, dia pasti akan mengirimiku dengan rentetan pesan.
“…Ya.”
Sepertinya lain kali, ketika aku akan tidur, aku akan ditemani Kouhai-chan.
Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (58)
Sepertinya Senpai sensitif terhadap dingin.