Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 65


u Sudut Pandang si Senpai u  
Pagi hari.
Dua hari telah berlalu sejak aku bertemu Kouhai-chan, namun sebaliknya, rasanya agak segar.
“Selamat pagi!”
Kouhai-chan yang berdiri di peron stasiun sepertinya tampak bersemangat juga hari ini.
“Pagi juga. Kau benar-benar bersemangat sekali.”
“Tentu saja?”
Ekspresinya menyiratkan kalau dia tak menyangka aku akan mengatakan itu.
Tidak, maksudku, kupikir kau akan lesu setelah mengejar deadline menggambarmu.
Enak saja, aku takkan terpojok semudah itu, Senpai!
Sepertinya, sekarang bukanlah saat untuk bergegas dan begadang semalaman.
Acara Festival budaya sendiri akan diadakan pada akhir pekan ini, jadi bukannya dia akan jadi sedikit panik? Atau mungkin, dia sudah memiliki perkembangan yang cerah untuk menyelesaikannya tepat waktu?
“Kapan batas akhirnya?”
Pada hari Kamis, karena aku akan mencetaknya pada hari Jumat.
“Dimana?”
Di Kinko's.(TN : https://en.m.wikipedia.org/wiki/FedEx_Office )
Ah, aku pernah mendengar tempat itu sebelumnya karena ini adalah toko yang praktis. Hee.
Sambil melanjutkan obrolan, kami naik gerbong kereta dan berdiri di posisi yang biasa.

u Sudut Pandang si Kouhai u  
Kami saling berhadapan seperti biasa, di dalam gerbong kereta dan posisi yang biasa.
Apa yang kamu lakukan pada akhir pekan, Senpai?
Membaca. 
Aku bahkan tidak punya cukup waktu untuk melakukan itu.
Yah, lakukan yang terbaik.
Pada saat itu, tatapan mata kami bertemu.
Kami saling memandang selama sekitar lima detik, sampai garis pandangnya bergerak ketika kereta bergetar.
Apa-apaan itu tadi?
Senpai, apa kamu merasa kesepian saat kamu tidak bisa bertemu denganku?
Rasanya agak frustasi, jadi aku tidak tahan untuk tidak menggodanya.
“Kau ini benar-benar…”
Senpai membuat wajah takjub.
Tidak bertemu satu atau dua hari tidak banyak mengubah apa pun, ‘kan? Bagaimanapun, kita hidup di era modern, dan aku bisa mengirim pesan LINE kepadamu.”
Wahh, membosankan sekali.
Aku hanya menyampaikan logika yang ada saja.
Aku tak berpikir ini adalah masalah yang bisa diselesaikan dengan logika.
Yah, mungkin kau benar.
Ketika aku menjadi sedikit puas karena bisa menyudutkannya dalam suatu perdebatan, aku bertanya apa yang ingin aku tanyakan.
Inilah pertanyaan hari ini dariku untuk Senpai yang berpikiran logis.
“Apa itu?”
Uhm, Senpai, apa pendapatmu tentang nada bicara sopan?

u Sudut Pandang si Senpai u  
Walau kau mendadak bilang nada bicara sopan ...
“Apa maksudmu?”
Seperti apa yang kamu pikirkan, Senpai. Honorifik.”
Ah, entah bagaimana, aku mengingat Kouhai-chan saat memikirkan nada bicara sopan. Hal tersebut membuatku tenang sedikit.
Itu berarti, apa ini mengenai Kouhai-chan yang menggunakan nada bicara sopan saat berbicara denganku?
Apa kamu punya komentar mengenai hal itu?
Sebelum itu, boleh aku menanyakan pertanyaan hari ini lebih dulu?
Eh~? 
Menjengkelkan.
Jawabanku akan berubah tergantung pada ini.
Kalau begitu, tentu saja.
Aku bertanya pada Kouhai-chan yang menganggukkan kepalanya dengan enggan.
Pertama-tama, apa kau menghormatiku?
“Tidak terlalu.”
Kouhai-chan sekali lagi mengangguk sambil tersenyum.
Jawabanmu cepat sekali.
“Lagipula itu memang kenyataannya. Bukannya aku tidak bisa menjawabnya, itu janji kita.”
Anak ini kadang-kadang memberitahuku sesuatu yang sangat getir, ya.
Baiklah, baiklah. Terus, aku sejujurnya heran apa kau perlu menggunakan itu.”
Eh, apa?
Oh?
Dia mengedipkan matanya beberapa kali. Apa jawabanku tidak terduga?
Tapi yah, itu akan nyaman. Ayo kita balas dendam setelah bermain-main dengannya sepanjang hari.
Tapi, Senpai adalah Senpai-ku.
Dari awal, apa kau tahu alasan mengapa kau perlu menggunakan nada bicara sopan kepada Senpai-mu?
“Iya?”
Itu karena aku sudah menjalani hidup lebih lama darimu, dan Kau harus menghormati pengetahuan dan pengalamanku, aku memiliki lebih darimu, ‘kan?
Setidaknya, begitulah menurutku.
Tapi kita hanya beda satu tahun, jadi itu tidak membuat banyak perbedaan.
“Itu…….Itu sebabnya, jika Kouhai-chan tidak mempunyai rasa hormat semacam itu juga, maka kita tidak perlu menggunakan nada bicara sopan sama sekali.

u Sudut Pandang si Kouhai u  
Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?
Situasi berkembang semakin cepat, dan membuatku merasa bingung.
“Eh, uh ...
Ayo, cobalah berbicara dengan santai.
Senpai menjadi lebih agresif dari sebelumnya.
Apa kamu makan sesuatu yang aneh, Senpai?
“Itu salah.”
Aku segera menutup mulutku.
Kamu ... makan sesuatu yang aneh, ya?
“Itu dia.”
Ada terlalu banyak rasa aneh ... Maksudku, ini terasa super aneh ...
Mengapa ini bisa terjadi?
Aku tidak tahu apakah itu karena aku sedikit malu atau wajahku panas, tapi aku merasa hangat.
Aku merasa tidak nyaman juga. Bicara lebih lancar.”
Tolong jangan bilang untuk mengubah apa yang sudah aku lakukan sampai sekarang ... Maksudku, jangan memaksaku untuk mengubah ...
Lihat, kamu terlihat bingung lagi.
Senpai menyeringai puas.
Apa Ia menggodaku? Iya, ‘kan? Benar, kan?
Uh, Senpai. Seperti yang kupikir, ini mustahil.”
“Kenapa? Kau tidak menghormatiku, ‘kan?”
“Apa kamu menyimpan rasa dendam mengenai hal itu?
“Sedikit.”
“Astaga.”
Alih-alih menghormati, hubungan kita lebih setara, atau lebih santai.
Aku penasaran, tapi aku tidak bisa tenang kalau disuruh berbicara santai dengan Senpai.
Aku ingin tetap menjadi kouhai untuk senpai, tapi aku bertanya-tanya apa Ia menganggapku dengan citra seperti itu. Aku sendiri bahkan tidak tahu.
Bagaimanapun juga, bahasa adalah kebebasan. Tidak ada masalah toh? Ada seorang laki-laki yang menggunakan nada bicara sopan untuk semua orang di kelasku juga.”
Eh, lantas kenapa kamu membuatku berbicara dengan ucapan biasa?
Untuk mencoba ucapan biasa, dll.
Tolong lakukan dengan serius.
Aku menatap Senpai.
Aku merasa akan lebih baik melakukan sesuatu yang segar.
Itu hanya untukmu saja, Senpai.
Aku takkan tertipu, oke?
Menataaaaaaapppppp ー.
Tidak, aku cuma merasa penasaran apa yang akan terjadi jika Kouhai-chan tidak menggunakan nada bicara sopan sama sekali, dan juga, Kaulah yang memulai duluan.
“Memang ada benarnya juga.”
Jika kamu bilang begitu, aku jadi ikut penasaran juga.
Lalu, sekarang giliran Senpai untuk menggunakan nada bicara sopan.
Ha?
Karena Ia tidak mengharapkan pembalasanku, Senpai membuka mulutnya dengan terkejut.

u Sudut Pandang si Senpai u   
Setelah aku memerintahkan Kouhai-chan untuk menggunakan nada bicara yang santai, dia mengembalikan bumerang kepadaku.
Tidak tidak, jangan meminta omong kosong itu.
Senpai?
Ini ... dia tidak akan melepaskanku sampai aku mengatakannya, ya.
Masih ada waktu sampai kereta tiba, dan aku akan membuatnya sebagai lelucon karena kita sudah sejauh ini. Ayo kita hibur Kouhai-chan sedikit.
Aku batuk sekali, dan mulai berakting.
Tolong berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu, Ojou-sama.
“..…!
Bagaimana kalau kita menghentikan ini? Bila Ojou-sama memiliki sesuatu untuk diungkapkan, lalu jangan ragu-ragu untuk memberitahuku sesuatu.”
Kouhai-chan tidak bisa menahan tawanya, saat dia tertawa terbahak-bahak.
Pfft ... Ahaha!
Aku menang.
Senpai, bukan itu.
Bukannya Ojou-sama yang sederhana ini meminta pelayan ini untuk mulai menggunakan bahasa yang sesuai?
“Apakah begitu? Kalau begitu, Kamu bisa berhenti sekarang, Hitsuji-san.” (TN : Hitsuji artinya pelayan)
Kami berdua kembali sadar.
Kami bertukar pandang, dan berbicara.
 “... Bagaimanapun, cara bicara kita yang biasa adalah yang terbaik.
“Betul.”
Kami memutuskan demikian.




Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor (65)
Ia cukup cocok untuk menggunakan nada bicara yang mirip seperti kepala pelayan.


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama