u
Sudut Pandang si Senpai u
Kamis, 23 November
adalah hari libur nasional. Waktu untuk beristirahat. Terima kasih
untuk semua pekerja.
Ini adalah Hari Buruh
Nasional.
Pada jam 10 pagi di
hari libur seperti itu, aku berjalan di samping Kouhai-chan karena suatu
alasan.
“Kenapa aku ikut
denganmu, bukannya ini aneh?”
“Tapi Senpai, pada
akhirnya kamu tetap datang, kan?”
“Kalau begitu, aku
akan pulang sekarang.”
Saat aku berhenti
berjalan, Kouhai-chan meraih pergelangan tanganku.
“Kamu tidak boleh
pulang dulu.”
Tujuan yang
menyeretku ke sana adalah Kinko.
Print, copy, dan
cetak poster. Rasanya seperti toko luar biasa yang bisa melakukan apa
saja, asalkan masih dalam jangkauan “percetakan”.
Aku bilang
"sepertinya" karena ini adalah pertama kalinya aku datang ke
sini. Tapi aku merasa seperti pernah mendengar namanya cukup terkenal di
internet.
“Umm, tempatnya yang
ini, ‘kan?”
“Kenapa kau terdengar
sangat tidak yakin?”
“Ini pertama kalinya aku
datang ke tempat seperti ini.”
“Aku juga, oke!”
Festival sekolah akan
dimulai pada hari Sabtu, tapi batas waktu bagi Kouhai-chan untuk menyerahkan
ilustrasinya adalah hari Kamis. Toko Kinko ini sangat menakjubkan, dan
sepertinya akan mudah untuk membuat cetakan khusus seperti poster dan panel di
sini. Aku baru tahu itu beberapa waktu yang lalu.
Kouhai-chan mendekati
meja kasir dengan flashdisk di tangannya.
Aku melamun sedikit,
dan tanpa aku sadari, Kouhai-chan sudah kembali ke sisiku.
“Senpai.”
“Ah, kamu sudah
selesai?”
“Ya. Mereka
bilang besok sudah jadi.”
Cepat sekali. Sungguh
menakjubkan…
“Kalau begitu, ayo
pulang.”
Aku memulai aplikasi
peta, memeriksa arah ke stasiun, dan meninggalkan toko.
Sekarang, ayo pulang
dan tidur lagi.
“Tunggu,
Senpai! Kenapa kamu pulang begitu saja? “
“Tapi kita sudah
selesai dengan urusan kita ‘kan.”
“Maksudku, kamu tidak
perlu buru-buru begitu. Lagian Senpai tidak punya janji, ‘kan?”
“Janjiku untuk pulang
dan tidur...”
“Kamu tidak punya ‘kan. Aku
mengerti.”
Aku benar-benar
diabaikan.
“Makan siang ... masih
terlalu dini, ya. Mending kita minum teh aja sekarang.”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Kami mencari tempat
yang terjangkau, dan pada akhirnya, kami masuk ke McD yang menarik perhatian.
Senpai memesan pai apel
dan kopi, dan aku memesan kakao. Kami duduk di lantai dua.
“Fuu, hangatnya.”
Senpai menghela nafas
sembari menggenggam cangkir kopi dengan tangannya. Itu benar, Ia juga
sensitif terhadap dingin.
“Ini benar-benar
hangat ~”
“Tidak, ini bukan
saatnya untuk menghargai kehangatan McD, tahu.”
“Mengapa?”
Aku menyesap cokelatku. Rasa
manisnya menyebar ke mulutku, dan aku merasa tubuhku yang lelah benar-benar
segar kembali.
“Kenapa kau membuatku
ikut denganmu, walau ini adalah urusan klub seni?”
“Kamu baru menanyakan
itu sekarang?”
“Aku juga tahu kalau aku
telat nanya.”
Festival budaya akan
diadakan dua hari lagi. Jam pelajaran pun dibebaskan, dan orang-orang
sudah mulai bersiap-siap untuk festival budaya. Tentu saja, klub seni
tidak terkecuali.
“Karena semua orang di
klub seni sekarang sedang ada di sekolah.”
“Ah, buat persiapan?”
Seperti yang
diharapkan dari ketua OSIS, dia cepat mengerti.
“Eh, tapi bukannya
Kouhai-chan juga anggota klub seni?”
“Saat ini aku sedang
menyelesaikan ilustrasiku.”
“Apa itu sesuatu yang
harus dikatakan seseorang yang sedang minum kakao di McD?”
“Aku hanya perlu
mempersiapkan pengaturannya dengan benar, jadi ini tidak masalah, kan??”
“Bukannya itu yang
dilakukan Kinko ...”
“Apa Senpai tidak
keberatan kalau sekarang buat waktu camilan?”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku penasaran apa
yang akan terjadi bila aku memberitahu teman sekelasku, Idezuka, mengenai apa
yang sedang dilakukan Kouhai-chan.
Tapi tentu saja aku
takkan melakukannya hanya karena aku memikirkannya, dan juga tidak jelas
seberapa banyak anggota hantu ini dianggap sebagai kekuatan penting.
“Ngomong-ngomong, Senpai.『 Pertanyaan hari ini 』.”
Kami duduk saling
berhadapan, sehingga aku bisa melihat matanya secara langsung.
“Senpai, apa kamu
sering datang ke tempat semacam ini?”
“Aku tidak benar-benar
pergi ke toko lain, tapi aku memang sering datang ke McD.”
Kouhai-chan yang
menyenderkan dagunya di salah satu tangan tampak sedikit menikmati ini.
“Kapan kamu datang,
dan apa yang biasanya kamu pesan?”
“Di akhir pekan.”
“Jadi ada kalanya Senpai
juga akan meninggalkan rumah di akhir pekan, ya.”
“Tentu saja lah. Dasar
kasar sekali.”
Aku menyesap kopiku
untuk menyegarkan tenggorokanku. Meski saat itu masih musim gugur,
udaranya kering, dan musim dingin semakin dekat.
“Hee…”
“Dalam perjalanan
pulang dari membeli buku,”
“Iya.”
“Atau dalam perjalanan
pulang dari membeli buku bekas.”
Aku sering pergi ke
pasar buku loak.
“Bukannya itu sama
saja?”
“Jangan samakan toko
buku dengan pasar buku loak.”
Karena mereka sangat
berbeda. Pertama-tama, bagaimana mereka menata buku-buku itu berbeda.
“Lalu, ada kalanya saat
aku pulang dari membeli buku pada siang hari. Aku akan menggunakan ini
pada kesempatan itu.”
Aku mengambil kupon
pemegang saham dari dompetku dan menunjukkannya kepada Kouhai-chan.
“Apa ini?”
“Sepertinya ini yang
akan didapat oleh pemegang saham, jadi aku bisa makan secara gratis, berapa pun
nilainya.”
Kouhai-chan sedikit
memiringkan kepalanya.
“Eh, Senpai, apa kamu
punya saham di tempat ini?”
“Ah, nenekku yang
punya, dan dia memberikannya kepadaku karena terlalu banyak.”
“Hee…”
Ya, ini tidak begitu menarik
untuk melihat kupon pemegang saham.
Aku mengembalikannya
ke dompet dan memakan pai apelku.
Teksturnya yang
renyah dan manisnya apel yang meleleh di dalam rasanya sungguh enak.
“Lalu, ini『 pertanyaan hari ini 』untuk
Kouhai-chan. Apa kau sering datang ke McD?”
“Aku biasanya datang
ketika aku tidak punya banyak uang untuk nongkrong setelah pulang sekolah.”
“Spesifik sekali.”
Jawabannya sangat
halus.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Jadi apa yang
biasanya kau pesan? Seperti yang aku kira, apa itu kakao?”
Aku sedikit memikirkan
pertanyaan Senpai.
Biasanya, aku akan
memesan ...
“Kentang goreng?”
“Normal sekali.”
“Aku tidak terlalu
banyak minum kakao.”
“Begitukah? Kau
punya gambaran seseorang yang akan minum itu sepanjang waktu.”
“Ini cuma untuk hari
ini.”
Lagipula, terkadang,
aku ingin merangkul perasaan manis ini, Senpai.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (68)
Sepertinya Ia sering
datang ke McD.
Kuponnya buatku aja 😁
BalasHapus