u
Sudut Pandang si Senpai u
Hari Jumat.
Persiapan bazar
festival sekolah anggota OSIS telah usai.
Pertama-tama, kami
tidak benar-benar mempersiapkan banyak hal untuk bazaar. Sejajarkan meja,
tata kursi, buat ruang bagi pelanggan untuk membayar (sepertinya akan ada
perubahan, dan kami selesai merakitnya dengan benar), dan mendiskusikan apa
kami benar-benar bisa menjual barang yang disediakan orang tua kami ... Itu
saja .
Karena aku selesai
cepat, aku akan segera pulang. Tapi kemudian, aku berhenti sejenak, lalu berpikir
bagaimana kalau aku pergi mengunjungi klub seni, di mana Kouhai-chan berada.
Bebrbalik ke gedung
sekolah, tiba-tiba aku menyadari masalah serius.
Iya.
Aku tidak tahu ruang
kelas mana yang digunakan oleh klub seni.
Aku juga tidak punya
vitalitas untuk mencarinya.
Aku keluar dari lingkungan
sekolah yang penuh dengan suasana meriah, dan mulai berjalan menuju stasiun.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Malam pun berlalu,
dan pagi akhirnya tiba.
Sekarang tanggal 25
November, festival budaya sekolah akhirnya dimulai.
Klub seni yang aku
ikuti (meski aku tidak pernah ikut
aktivitas klub sama sekali ...) akan memamerkan karya-karya yang dibuat
oleh para anggota.
Sejujurnya, tempat
ini tidak populer. Kekaguman, keaktifan, dan kecerahannya sangatlah kurang. Tidak
ada komentar juga. Orang-orang yang berkunjung cuma melihat sekilas, dan
itu akan berakhir. Kami bahkan sudah sangat senang bila ada orang datang
ke ruang kelas.
Lagian dari awal, ada
banyak tempat di mana hanya ada beberapa orang di departemen budaya. Tentu
saja, klub seni tidak terkecuali. Kami kekurangan orang. Karena
itulah, aku juga ditugaskan untuk mengawasi ruang pameran, walau aku cuma
anggota khayalan.
Pagi hari di hari
pertama festival sekolah, aku akan tinggal di ruang kelas bersama Idezuka-senpai
(aku akhirnya ingat namanya) dari jam
9 sampai tengah hari.
Pada akhirnya, aku
berangkat ke sekolah di jam yang sama seperti kemarin. Tentu saja, tidak
bersama dengan Senpai. Dia bilang akan datang ke sekolah pas tengah hari. Mau
bagaimana lagi.
“Selamat pagi.”
Ketika aku memasuki
ruang kelas yang dihiasi dengan berbagai hal yang kami tata kemarin seperti
ilustrasiku, lukisan minyak, patung dan sebagainya, Idezuka-senpai sudah
datang.
“Ah,
Yoneyama-chan. Kau datang.”
“Mohon bantuannya.”
“Yah, kami tidak punya
banyak orang yang datang tahun lalu, jadi dibuat santai saja.”
“Ah iya.”
Aku bertanya pada
Idezuka-senpai tentang apa yang harus dilakukan.
Pada dasarnya, kami
akan mengawasi pameran. Jika ada orang yang tertarik pada lukisan itu,
kita bisa berbincang dengan mereka sambil melihat situasinya.
“Sekarang sudah jam 9
pagi. Mulai dari sekarang, festival budaya secara resmi dimulai.”
Festival budaya
dimulai dengan siaran sekolah.
vvvv
Ada pengunjung yang
datang untuk mengintip, tapi mereka segera pergi setelah melihat sekilas.
“Uhm ...”
Satu jam sudah
berlalu sejak kami mulai.
Aku hanya melakukan
aktivitas klub dengan sembrono, tapi irasanya agak kesepian melihat bagaimana
karya orang lain di klub seni hanya dilirik sekilas.
“Yah, begitulah
jadinya.”
Ada suara sarkastik Senpai,
yang dicampur dengan sedikit ironi.
“Kamu tidak harus
mengatakan itu, Senpai.”
Eh, Ehhh?
“Eh? Senpai? Kenapa
kamu ada di sini?!”
Senpai berdiri di
depanku yang duduk di sudut ruang kelas.
Aku sedikit panik,
jadi aku mencoba menenangkan diri.
Ehem.
“『 Pertanyaan hari ini.
』Senpai, mengapa kamu datang ke tempat ini?”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Ketika aku berpikir
dia sedang melamun, aku berbicara dengannya, tetapi kemudian dia memelototiku
seolah-olah menanyaiku.
Sebaliknya, dia
bahkan sudah mengajukan pertanyaan kepadaku. Apa aku tidak boleh
melakukannya hanya untuk bersenang-senang?
... yah, baiklah.
“Setelah ini, kita
akan memulai bazar. Aku datang sedikit lebih awal, dan Cuma lihat-lihat di
sini.”
Aku juga ingin
melihat gambar Kouhai-chan.
“Hanya itu?”
Uwuwu.
Karena kita sudah
berjanji untuk tidak berbohong, aku takkan bisa menipunya.
“Aku juga ingin
melihat bagaimana hasil karya Kouhai-chan.”
“Apa-apaan dengan
sikap sombong itu?”
“Kamu dari klub seni, ‘kan?”
“Aku cuma anggota
hantu.”
“Itu bukan sesuatu
yang harus kau banggakan ...”
Nah, apa yang baik
adalah pertanyaanku telah berlalu.
“Lalu, yang mana
gambar Kouhai-chan?”
“Senpai pasti sudah
tahu hanya dengan melihatnya saja, bukan? Ini dia.”
Ada ilustrasi di
dekat kursi Kouhai-chan.
Area sekitar hanya
memamerkan lukisan cat minyak dan cat air, dan Cuma ini satu-satunya ilustrasi
digital.
Itu adalah gambar
sebuah danau.
Ada dua ikan buntal
berenang di laut selatan di mana banyak karang tumbuh. Aku bertanya-tanya
mengapa itu ikan buntal. Tidak, itu karena aku pernah bilang
sebelumnya. Tapi harusnya masih ada banyak ikan indah lainnya, seperti
ikan kupu-kupu.
Salah satu ikan
buntal itu berwarna putih murni, dan yang lain agak kekuningan.
Yang
mana? Ketika pikiran semacam itu muncul di benakku, aku balas kepada diriku
sendiri, apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan.
“Senpai, uh…”
Kouhai-chan bangkit
dari kursinya, suaranya bergema di seluruh ruangan.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Tolong jangan terlalu
lama melihatnya.”
“Ha?”
“Rasanya memalukan.”
Aku tak pernah menyangka
bila seseorang yang menatap gambar yang aku gambar rasanya bisa sangat
memalukan begini.
Sampai sekarang, aku
hanya menerbitkan apa yang aku gambar online, jadi aku tak pernah tahu.
“Tapi kau menggambarnya
untuk ditunjukkan kepada orang lain, bukan? Bukannya ini baik-baik saja? “
“Terima kasih
banyak. Kamu bisa pulang sekarang.”
Aku mendorong
punggung Senpai keluar dari ruang kelas.
Aku merasa dia sedang
memprotes, tetapi aku memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya.
Idezuka-senpai
memanggilku ketika aku kembali ke posisi asliku.
Kata-katanya bergema
di ruang kelas tanpa pengunjung.
“Aku pikir begitulah
orang lain melihat produk kami.”
Benarkah?
Aku penasaran.
Ketika aku
merenungkannya, giliranku sudah selesai. Dengan ini, aku tidak punya hal
lain untuk dilakukan, eh. Aku yakin aku tikkan datang ke klub seni sampai
musim festival budaya tahun depan.
Nah
sekarang. Karena aku sedang bebas, ayo pergi ke tempat Senpai.
Melihat kelas dengan
panduan tentang di mana bazaar OSIS diadakan, tempatnya ternyata berada di
lantai atas gedung sekolah.
Kenapa malah di
tempat di mana cuma ada beberapa orang yang akan datang?
Ketika aku membuka
pintu, Senpai duduk tepat di sebelah pintu.
“Kenapa kau datang ke
sini sekarang?『 Pertanyaan hari ini. 』”
Ia tiba-tiba menanyaiku,
membuatku sedikit bermasalah tentang bagaimana menjawab ini.
Tapi pada dasarnya,
tidak ada pilihan lain selain menjawab jujur.
“Itu karena Senpai ada
di sini.”
“Oi, apa artinya itu?”
“Aku datang untuk
melihat apa ada sesuatu yang menarik terjadi.”
“Di sini tidak ada
apa-apa..”
Karena ini adalah
bazar, tentu saja ada beberapa produk untuk dijual.
Ketika aku melihat
sekeliling, eh, bagaimana aku harus mengatakannya.
“Isinya cuma barang
bekas.”
“Sepertinya para
tetangga datang jauh-jauh pagi ini dan membeli segala sesuatu yang berharga.”
“Begitu ya.”
Lalu, tidak ada
banyak orang di kelas ini lagi.
Artinya, aku bisa
berbicara dengan Senpai sebanyak yang aku mau.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (70)
Ia melihat gambarku. Aku
merasa malu.
Thanks min update nya
BalasHapusMakasih min. Btw omae wo oniichan dah nggak up kah ?
BalasHapus