Boku no Sensei wa, Houkago Kawaii Konyakusha Chapter 01 Bahasa Indonesia

Chapter 01 - Sensei jadi Tunanganku!?

Bagaimanapun juga, kau mungkin merasa penasaran mengapa diriku, Shirase, bisa hidup bersama dengan guru wali kelasku yang mengajar bahasa Inggris, Sakurakouji Reina Sensei. Kejadian ini bermula dari beberapa hari yang lalu

vvvv

“Apa pelajaranku benar-benar semembosankan itu untukmu?”
“Eh ...?”
Tiba-tiba, ada suara dingin yang menghantam daun telingaku, dan menarik kesadaranku yang tertidur, kembali ke kenyataan.
Tadi malam aku begadang sampai dini hari karena ada game baru, jadi aku kurang tidur, dan kurasa itu terpapar jelas di wajahku.
“Oh sial ...”, pikirku, sambil perlahan memperluas bidang penglihatanku.
Boing.
“Uoh !? Gede banget!?”
Seberapa besar itu oppai!?
“... Hah?”
Tatap.
“O — Oh, itu karena anda tepat di samping saya saat baru tersadar, jadi itu sedikit mengejutkan ...”
“Begitu rupanya. Maaf soal itu.”
Dan lalu, ada sesosok wanita yang mengenakan setelan ketat, seolah-olah sedang berusaha menekankan dadanya yang sangat bagus, menyilangkan tangannya di depanku.
Rambut lurus yang lembut nan halus serta kacamata tipis yang luar biasa. Guru wali kelasku, Sakurakouji Reina Sensei.
Aku cukup yakin usianya sekitaran dua puluhan.
Dia menjadi guru wali kelasku di awal musim semi ini. Seorang wanita cantik dengan kecerdasan yang luar biasa.
Tetapi, sayangnya, kepribadiannya sangatlah mengerikan. Dia sering memarahi para murid, itulah sebabnya dia sangat populer di kalangan para cowok masokis. Dia berada di puncak peringkatku untuk Sensei yang kurang kusuka .
Jadi, kupikir aku tidak perlu terlibat dengannya selama aku berhati-hati, tapi sepertinya aku malah membuat kesalahan besar.
“Jadi, apa artinya ini? Apa kamu pikir pelajaranku tidak pantas didengarkan?”
“Ti — Tidak, saya tidak pernah berpikir seperti itu ...”
“Itu sebabnya, aku bertanya kepadamu apa artinya semua ini. Kamu dari tadi terus-terusan menguap, tahu?”
“Ma— Maaf ...”
“Jika kamu bersedia meminta maaf, maka kamu harus bertingkah baik sejak awal. Karena kamu menyela pelajaranku, Kamu membuat semua orang kesulitan. Paham?”
“Y— Ya ... Saya akan berhati-hati mulai sekarang ...”
“Ahaha ...”, aku tertawa dengan senyum yang dipaksakan. Sensei menatapku dengan tatapan mengerikan, dan seakan-akan jengkel dengan sikapku, dia berbalik lagi padaku dan berkata…
“Aku ingin permintaan maaf tertulis dua puluh halaman besok pagi. Mengerti?”
“Ehh !? Du — Dua puluh halaman !?”
Aku hanya tertidur sebentar dan ini hukuman yang dia berikan padaku !? Itu terlalu kejam? Memangnya dia iblis !?
“Tentu saja, Apa kamu masih punya keluhan?”
“Ti— Tidak ...”
Aku menganggukkan kepalaku dengan wajah pucat untuk menegaskan Sensei, yang bersiap-siap melanjutkan pelajarannya.
Secara alami, aku tidak bersemangat, jadi aku tidak bisa menyerap isi pelajaran sama sekali.
“Ahaha! Semangat kek! Ketika aku membuat novel dari surat permintaan maaf 50 halaman, dia malah menambahnya jadi 100 halaman, jadi kamu akan baik-baik saja!”
“Tidak, itu karena kau orang bego ... Terus, berhentilah menepakku.”
Aku menatap kesal Aoi yang dengan keras menepuk punggungku.

vvvv

Sepulang sekolah.
Masih dengan mood yang lesu, aku pulang ke rumah bersama teman sekelasku, Gunjou Aoi, yang menghiburku.
Aoi mempunyai sosok yang mungil, tapi dia gadis sporty dan cantik yang terlihat bagus dalam potongan bob. Dia sudah menjadi komplotanku dalam kejahatan sejak kecil.
Seperti penampilan luarnya dan pilihan kata menyiratkan, dia adalah gadis periang dan baik, jadi dia populer baik dari kalangan cewek maupun cowok.
Bahkan pada pertemuan pertama kami, dia adalah tipe orang yang mudah bergaul dengan seseorang.
“Ahaha, maaf, maaf. Ah, oiya! Karena kamu lagi tidak semangat begini, kenapa kamu tidak datang ke rumahku kayak dulu? Aku akan mentraktirmu makan malam jika itu akan membuatmu senang!”
Aku mengarahkan ibu jariku ke bawah sembari menatapnya.
“Tidak, terima kasih. Meski kau bilang akan mentraktirku makan, tapi nenekmu yang akan memasak, ‘kan?”
Aku tahu kalau masakan gadis ini sangat buruk.
“Jangan mempermasalahkan hal sepele. Bagaimanapun, ayo makan bareng! Itu akan membuatmu merasa lebih baik ketimbang makan sendirian!”
“Apa ini, kau benar-benar peduli padaku?”
“Ya, aku khawatir, tahu. Karena Koutaro adalah ……... teman yang penting bagiku”
Oi, ucapanmu tidak jelas didengar untuk yang kedua.
Kamu juga mengalihkan pandanganmu.
Yah sejujurnya, perhatiannya saja sudah ​​membuatku bahagia. Kurasa aku akan menunjukkan rasa terima kasihku padanya.
“Begitu ya. Terima kasih. Tapi bukannya kau bilang akan membantu sesuatu hari ini?”
“Eh?”
Aoi mengehentikan langkah kakinya dengan terkejut, tersentak seolah-olah dia mengingat sesuatu, dan mengangkat suaranya dengan “Ahh !?”
“Itu hari ini !? Pertandingan latihan bola voli yang mengharuskan adamya kehadiran !?”
“Nah, loh. Aku akan baik-baik saja, jadi cepat dan pergi sana. Sebenarnya, apa kau bisa berhasil tepat waktu? Kita hampir sampai di rumahku, jadi kurasa butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke sana.”
Ngomong-ngomong, Aoi memiliki kemampuan fisik dan kemampuan komunikasi yang luar biasa, sehingga dia bisa membantu sebagai relawan bagi anggota klub atau pekerjaan sambilan.
Aku pernah melihat Aoi menjadi relawan klub bola voli sebelumnya, dan hal yang paling aku ingat adalah menyaksikannya memukul bola yang tak terhitung jumlahnya dan mengambilnya kembali.
Dan melihatnya melompat dan memukul bola dengan tubuh mungilnya itu benar-benar mengejutkan.
“Maaf, Koutaro !? Aku pasti akan menebus ini lain kali, oke— !?”
“Ya, berhati-hatilah— Ah, dia sudah pergi.”
Aoi menghilang seperti angin, dan membuat mulutku mengendur dan menghembuskan udara.
Rasanya seperti saat aku berbicara dengannya, aku merasa sedikit senang.
Itu salah satu sifat baik dari Aoi.
Dia tidak suka memikirkan hal-hal yang menyusahkan, kurasa.
Jika aku harus memilih seseorang untuk diajak bersenang-senang, pilihanku pasti Aoi.
“Geh !?”
Dan kemudian, ketika aku kembali ke rumah setelah berpisah dengan Aoi, aku ingat kantong sampah yang diletakkan di pintu masuk ketika aku melihatnya.
Selain itu, rumahku adalah rumah biasa dengan tidak ada ciri khas yang luar biasa. Pada awalnya, aku dulu tinggal bersama kakek dan nenekku, tetapi kakekku pergi untuk pindah kerja jauh dari rumah dengan ayahku, jadi pada dasarnya, rasanya seperti aku hidup sendiri.
“Jangan lagi…”
Bahuku terkulai dengan sedih, dan melihat sekilas tulisan berwarna-warni yang menempel di kantong sampah.
Dan yang tertulis: "Tempat sampah tidak dipisahkan dengan benar", ditulis dalam karakter besar.
Sekali lagi wanita tua itu ... Ah, sudahlah.
Kurasa Magistrate Sampah-san memeriksanya satu per satu.
Terus, tidak peduli bagaimana aku melihatnya, kotak itu terbuat dari plastik.
Kenapa tidak diklasifikasikan sebagai sampah plastik?
Aku tidak mengerti— ...
“Aku pulang-…”
Sambil meraih kantong sampah, aku membuka pintu masuk dengan lesu, dan seperti yang sudah aku duga, sejumlah besar sampah berserakan di mana-mana.
“Hah ...”
Kotor, seperti biasanya ...
Yah, dari awal, akulah yang jadi alasan kenapa bisa sekotor ini ...
Sambil merasa muak karena ruangan dalam keadaan seperti itu, aku melemparkan kantong sampah di lorong, dan kembali ke kamarku di lantai 2 untuk mengganti pakaianku.
Tentu saja, awalnya ini tidak terlalu kotor dan kacau begini.
Ini bermula saat nenekku, yang tinggal bersamaku sampai tahun lalu, meninggal dunia.
Karena semua pekerjaan rumah dipercayakan kepada nenekku, aku tidak tahu bagaimana melakukan pekerjaan rumah.
Aku berpikir bahwa jika ayahku ada di sini, situasinya mungkin bisa sedikit lebih baik, tapi Ia sedang dalam melakukan pekerjaan jauh dari rumah, aku sesekali menghubunginya, dan Ia jarang-jarang bisa pulang ke rumah.
Aku berharap Ia bisa memberi sedikit perhatian kepada putranya.
Ia benar-benar meninggalkanku, dasar pak tua itu ...
Selain itu, ibu aku meninggal karena penyakit ketika aku masih kecil, jadi aku ini anak tunggal.
Dan sebagai hasilnya, rumah ini berubah menjadi keadaan yang mengerikan.
“Sekarang, enaknya makan apa ya buat makan malam nanti?”
Aku bergumam pada diriku sendiri, setelah mengganti pakaianku dan membuka kulkas.
Meski isi kulkas cuma ada botol plastik teh dan susu, dan 90% kulkas kosong.
“Tunggu, bukannya susu ini sudah melewati tanggal kedaluwarsa !?”
Aku sama sekali tidak melihat jatuh tempo makanan.
Tak perlu dibilang lagi, aku tidak pernah memasak dalam hidupku.
Tentu saja, mie gelas tidak masuk ke dalam hitungan.
Menggunakan ketel untuk merebus air dan kemudian menambahkannya ke dalam cangkir. Ini adalah penemuan luar biasa dan praktis oleh peradaban jaman.
“Terserahlah. Kurasa aku akan makan di luar hari ini.”

vvvv

“Nah, enaknya pilih apa ya hari ini?”
Aku sedang di restoran keluarga terdekat, membuka menu, dan merenungkan pilihanku.
Ada banyak menu yang terlihat lezat di sini, tapi kurasa aku akan memesan hamburger yang aku sukai sejak aku masih kecil.
Dan tentu saja, dengan banyak keju.
Ketika nenekku masih hidup, beliau membuat hamburger semacam itu untukku, tapi aku masih berpikir hamburger di sini juga enak.
Aku secara tidak sadar merindukan itu ketika aku tidak makan di luar.
Tentu saja, hamburger nenekku adalah favoritku, tapi tempat ini memiliki beberapa hamburger yang sangat lezat juga.
Jadi, aku menggunakan tombol yang disediakan untuk memanggil pelayan dan memesan ini.
“Apa mereka tidak bisa datang lebih cepat?”, Ujarku, sambil menunggu dengan penuh semangat.
“Seperti yang sudah aku katakan, aku masih belum mau menikah!?”
“Hah?”
Tiba-tiba, aku mendengar suara keras seorang wanita dari meja sebelah, jadi aku berbalik dan mengangkat kepalaku.
Di sebelahku ada seorang pria dan wanita, dan di sisi lain dari mereka, ada seorang gadis lajang. Sepertinya orang yang mengeluarkan suara keras tadi adalah gadis di sisi lain.
“Maaf sudah membuat anda menunggu—”
“Uoh !?”
Dan kemudian, pada waktu yang hampir bersamaan, makanan pesananku tiba, dan kemudian aku bergegas kembali ke posisi semula.
 “Ah, Ahaha ...”
Si Pelayan, yang memiliki ekspresi aneh di wajahnya, menghidangkan hamburger yang baru matang di atas meja.
Keju yang meleleh itu tampak ajib dan lezat.
“Selamat makan!”
Aku sedikit tertarik dengan percakapan di sebelahku, tapi aku tidak mau membiarkan hamburger ini menjadi dingin, jadi kurasa aku akan menyantapnya sekarang.
Tapi kemudian….
“Aku dan Mamamu selalu memikirkanmu sepanjang waktu. Lihat saja kami! Kami sangat mesra sampai bisa membawamu sukacita, bukan? Benar ‘kan, Mama?”
“Fufu, kamu benar. Mama sangat senang dia bisa menikahi Papa tercinta.”
“Haha, kau membuatku malu saja. Aku sangat senang bertemu denganmu. Aku mencintaimu, Mama”
“Aku juga mencintaimu, Papa.”
Peluk.
“…....”
Oi, aku ingin tahu apa yang terjadi di sana.
Meski hamburger ini terlihat sangat menakjubkan, aku jadi sangat penasaran tentang percakapan di sebelahku sehingga aku tidak bisa fokus pada rasanya ...
Sekali lagi, aku melirik ke belakangku, dan kemudian melihat seorang pria dan wanita yang sepertinya berusia 30-an saling berpelukan, mencium, dan bermesra-mesraan.
“Uwah ...”
Itu merusak selera makanku.
Mereka adalah apa yang biasa disebut "Pasangan bodoh", ‘kan ...
“Bukannya aku sudah memberitahu kalian untuk tidak main mata dan bercumbu seperti itu di depan umum !?”
“Kenapa kamu marah-marah begitu? Alasan kenapa kamu dilahirkan adalah karena Papa selalu bermesra-mesraan denganku.”
“Ini dan itu adalah cerita yang berbeda! Aku sudah memberitahu kalian untuk berhenti karena itu rasanya sangat memalukan bagiku!”
“Ara ara, itu memalukan bagimu? ... Padahal itu hanya mamamu sangat mencintai Papa ... Hiks
“Jangan cemaskan hal itu, Mama. Dia baru saja dalam fase pemberontakannya. Suatu hari nanti, dia akan mengerti emosi kita.”
“Oh begitu rupanya. Terima kasih telah memberitahuku, Papa”
Peluk.
“Ayolah, kalian berdua ~”
Aku mendengar desahan kekecewaan seolah orang itu sudah muak. Mungkin berasal dari putri mereka.
Jika orang tuaku adalah orang yang semacam itu, aku mungkin sudah gila duluan.
“Ngomong-ngomong, apa yang Papamu coba katakan adalah kamu sama sekali tidak punya “cinta” yang sangat tidak memadai. Itu sebabnya kamu tidak bisa tetap tenang. Apa kamu mengerti?”
“Tidak, bagaimana aku bisa mengerti kalian !?”
Ya, aku juga sama sekali tidak mengerti.
Apa yang orang itu coba katakan...
“Hm, sepertinya kita harus sedikit memaksa denganmu. Mama, tolong keluarkan itu.”
“Dimengerti.”
Kresek kresek
“…Apa? Apa ini?”
“Ini adalah pasanganmu yang sudah kami atur. Dia adalah putra seorang petani. Ia sepertinya pria yang cukup baik.”
“Perjodohan? ... Bisakah kalian tidak memutuskan hal-hal itu tanpa seizinku !? Aku sudah pernah bilang kalau aku ingin fokus pada pekerjaanku dulu, bukan !?”
“Kami melakukannya tepat karena kamu mengatakan itu. Kami mencari seseorang yang cocok untuk bekerja denganmu. Tidak hanya Ia akan bergabung dengan keluarga kami, tapi Ia juga akan membantu dengan pekerjaan pertanian. Sebelah mananya yang membuatmu tidak puas?”
“Segalanya! Aku tidak puas dengan semuanya! Apa yang ingin aku katakan adalah—”
“Baiklah, aku mengerti. Untuk sekarang, ayo kita kembali ke rumah. Kita akan membicarakannya di sana. Itu karena kami berada di kota seperti ini yang membuatmu memiliki pola pikir yang bias.”
Um, itu tidak ada hubungannya dengan tinggal di kota ...
“Dia benar, tahu? Kamu kembali ke rumah dengan kami, dan kemudian aku dan Mama akan tenang dan kita akan melakukan percakapan dengan baik-baik.”
“Hm, aku menolak. Karena sejak awal, aku berencana untuk tidak kembali ke sana.”
“Ara ara, ini masalah. Aku pikir kamu pasti bersedia untuk pulang, jadi Papa dan aku berbicara dengan pemilik apartemenmu dan membatalkan kontrak sewamu.”
“Hah !?”
“Pfoo !?”
Aku hampir menyemburkan sup misoku tanpa berpikir.
“Ka — Kamu bercanda !? Kamu melakukannya begitu saja !? Aku sudah 25 tahum, tahu !?”
Aku tidak hanya setuju dengannya, tapi juga bersimpati dengannya.
Sebenarnya, aku pikir mereka adalah orang tua yang jahat, tapi mereka benar-benar orang yang mengerikan ...
“Tapi, aku dan Papa selalu memikirkanmu ... tersedu
“Y — Ya, dia benar. Jika kamu mau  menyalahkan seseorang, salahkan aku saja.”
“Papa…”
“Semuanya akan baik-baik saja, Mama.”
Suasana di antara mereka berdua berubah menjadi suasana mesra lagi.
Sejujurnya, aku berharap agar meteor jatuh pada mereka, tapi aku akan mengesampingkan perasaan itu untuk saat ini.
“... Hah, aku sudah cukup memiliki orang tua seperti ini ... Aku tidak bisa membiarkan seperti ini terus, tahu !? Aku mau menghubungi pemilik apartemen dulu, oke !?”
Ucap sang putri, dan kemudian dia mengeluarkan ponselnya, tapi ...
“Ah, maafkan aku. Tentang itu, aku dengar mereka sudah punya penyewa baru ...”
“Eh !? Ti — Tidak mungkin !? Secepat itu !? Ayolah, kenapa kalian berbohong terus !?”
“Itu bukan bohong. Itulah kenyataannya. Aku mendengar kalau putri pemilik apartemen akan menikah, jadi mereka berniat untuk menggunakan kamar kosong itu.”
“Hah !? Aku sudah cukup dengan ... Ngo — Ngomong-ngomong, aku akan mencoba bernegosiasi dengan Pemilik apartemen!]
Dengan ponsel di tangannya, si putri dengan marah berlari keluar restoran.
Kelihatannya itu masalah yang sangat besar ...
Yah, itu urusan keluarga lain, jadi tidak ada hubungannya denganku.
“Sekarang, bayar dulu.”
Karena drama sinetronnya sudah selesai, jadi kurasa aku akan pulang juga.
Aku datang ke sini cuma untuk makan malam.
Jadi, aku bangkit dari tempat duduk, membayar makanan, dan keluar dari restoran.
-Gedebuk!
“Owah !?”
“Kya !?”
Aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang gadis yang mencoba memasuki restoran.
“Ah, maafkan aku ...”
“Ak — Aku juga ...”
Sambil menundukkan kepalaku dan meminta maaf, aku mengulurkan tanganku pada wanita yang jatuh terduduk.
“Terima kasih banyak.”
“Apa anda baik-baik saja?”
“Iya”
Dia tampak seperti berusia 20-an.
Seorang gadis cantik yang memiliki rambut panjang lebut dan tampak cocok dengannya.
Dia mengenakan blus yang tampak menyegarkan yang akan biasa dikenakan pada awal musim panas, disertai dengan rok panjang. Tangan dan kakinya terlihat proporsional, dan porsi tubuhnya tampak seperti model. Dan lebih dari segalanya, payudaranya sangat besar.
Payudaranya cukup mencuri perhatianku, tapi karena dia sedang berada tepat di depanku, aku menekan hasrat tersebut.
Itu cuma kebetulan ketika aku meminta maaf kepada Onee-san yang cantik ini karena kesalahannya, tepatnya karena ...
“Shirase-kun?”
“Eh?”
Ketika dia tiba-tiba memanggil namaku, mataku tanpa sadar melebar.
Aku mengerutkan keningku, mencoba mengingat apa aku mengenal gadis secantik ini dari suatu tempat. Aku memandangnya dengan seksama, dan itu membuatku mengingatkanku akan seseorang.
“Anda ... Sakurakouji Sensei !?”
Ternyata dia adalah guru wali kelasku, Sakurakouji Reina, yang aku takuti.
Ketika aku melihatnya di siang hari, dia selalu mengenakan setelan yang ketat, dengan rambut lurus yang halus dan lembut, serta memakai kacamata, jadi aku tidak mengenalinya sama sekali. Tapi tidak diragukan lagi.
Itu karena betapa indahnya payudaranya.
Sensei, kenapa Anda ada di sini ... !? Aku merasa seperti aku pernah mendengar kalimat itu sebelumnya ... Tapi ketika pikiran itu mengambang di kepalaku, ekspresi Sensei tampak seolah-olah mendapat ide yang brilian. 
Lalu..
—Tarik.
“Eh?”
“Aku mohon, Shirase-kun! Ada sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu! Ini masalah yang sangat serius!”
“Eh? Ah, Um ...”
“Kumohon! Hanya kamu satu-satunya yang bisa aku andalkan! Aku akan membantumu atau sesuatu setelahnya, jadi tolong tetap bersama denganku untuk saat ini!”
“Eh — Um ... Tentu”
Sensei dengan erat mencengkeram kedua pundakku dan memiliki ekspresi yang sangat tegang, seolah-olah dia berada di bawah banyak tekanan. Aku mengangguk padanya tanpa berpikir.
Sementara dia memancarkan aroma wangi yang menggelitik hidungku, aku fokus pada kenyataan bahwa ini adalah pertama kalinya aku melihat sisi asli dari dirinya. Sensei mulai mengaitkan lengannya dengan lenganku.
Kemudian:
Boing.
“Hawah !?”
Dalam sekejap, payudara besar Sensei menyentuh lenganku, aku bisa merasakan sensasi kenyal dan lembutnya menyebar ke seluruh lenganku.
Aku — aku pikir aku harus mengatakan sesuatu tentang itu.
Sebenarnya, jika aku mengatakan sesuatu seperti itu pada Sakurakouji Sensei ...
“Apa yang kamu pikirkan !? Dasar cabul!”
Plak!
“Aduh!?”
Pasti akan menjadi situasi seperti itu.
“Apa? Apa ada yang salah?”
“Ti — Tidak, bukan apa-apa.”
Jadi, supaya tidak memberikan ide yang salah padanya, aku menikmati sensasi lembut payudaranya ....... Maksudku, tutup mulut tentang hal itu.
Meski dia mengenakan pakaian, payudara masih bisa terasa selembut ini, eh ...
Sambil mengingat kegembiraan yang sama,  Sensei membawaku ke tempat duduk terdekat dari meja yang aku pakai sebelumnya. Dengan kata lain, tempat di mana si putri dan orang tuanya bertengkar sengit tentang pernikahan.
Tidak mungkin…!? Intuisi burukku berkeliaran kemana-mana, dan Sensei, yang masih mengaitkan lengan denganku, menghadapi sepasang kekasih yang sepertinya adalah orangtuanya, dan menyatakan ini pada mereka.
“Maaf sudah menunggu. Ini Shirase-kun. Asal kalian tahu, kami sudah menikah.”
... Hah !?
Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah !?
Ap—Apa yang orang ini katakan !?
Tentu saja, aku tidak bisa berhenti panik.
“Se—Senang bertemu dengan anda. Aku ... maksudku, nama saya Shirase Koutaro. Senang bisa berjumpa dengan anda.”
“Ya, senang bertemu denganmu. Aku ayah Reina, Reichi. Dan ini istriku, Haruna.”
“Fufu, senang bertemu denganmu, Koutaro-kun!”
“Y — Ya, senang bertemu dengan Anda.”
Aku menundukkan kepalaku pada mereka, dan Sensei mengatakan sesuatu seolah-olah dia meminta maaf.
“Aku minta maaf karena sudah merahasiakannya sampai sekarang. Setelah kupikir-pikir lagi, kurasa aku harus memberi tahu kalian dengan benar.”
“Hm, benarkah begitu?”
“Eh?”
—Jedug.
“Gufuh !? Y— Ya, itu benar ...”
Sikuku ...
Tadi itu sangat menyakitkan …... tapi aku menahan keinginan untuk pingsan. Kedua orang tua Sensei tampak terkejut, tetapi merasa lega pada saat yang sama.
Keduanya masih cukup muda. Mereka terlihat seperti berusia 30-an, tapi karena Sensei bilang dia berusia 25 tahun, mereka pasti berusia sekitaran 40-an atau 50-an.
Mereka tidak terlihat seperti orang yang lebih dari 40-an.
Ibunya seperti Onee-san Sensei atau semacamnya ...
“Begitu ya. Aku terkejut karena kamu memiliki tunangan. Kami tidak mengetahui itu, kami sangat minta maaf karena sudah mengangkat topik perjodohan.”
“Tidak, aku juga minta maaf karena tidak dapat menyampaikannya kepada kalian. Aku tahu dia memiliki wajah seperti anak remaja, jadi dia terlihat muda, tetapi Ia adalah rekan kerjaku. Dengan kata lain, kami adalah kekasih di tempat kerja yang sama.”
Eh, apa maksudnya deklarasi itu?
“Ohh, jadi kalian bekerja di tempat yang sama, dan itu sebabnya kalian saling mencintai.”
“Ya itu betul. Aku sudah memberitahunya bahwa aku ingin memperkenalkan dia kepada kalian, tetapi Ia selalu berbicara dengan murid-muridnya dengan penuh semangat, sehingga sulit untuk menemukan waktu yang pas. Maafkan aku karena menyebabkan masalah buat papa dan mama.”
“Jadi begitu ya? Maafkan aku karena sudah membuat keributan tentang hal itu.”
“Ti — Tidak apa-apa.”
Anda tampaknya masih membuat keributan tentang itu sekarang ...
Juga, aku bukan rekan kerjanya, aku ini muridnya ...
Sementara hatiku dipenuhi perasaan melankolis, ayahnya menatapku dengan tajam, dan bertanya.
“Ngomong-ngomong, bagian apa yang membuatmu jatuh cinta dengan Reina? Bagian mana dari dirinya yang membuatmu terpesona?”
“Eh?”
Tidak kusangka mendapat pertanyaan semacam itu dari orang tua Sensei.
Aku merasakan tatapan Sensei padaku seperti biasanya, dan aku merasa diriku mengering karena tekanan yang tak tertahankan.
Lalu..
—Tatap.
“…...”
Tatapan yang datang dari sisiku terasa seperti jarum yang menakutkan ...
Tolong maafkan aku ... Aku ingin menangis ... Aku merenungkan bagaimana tepatnya aku harus menjawab pertanyaan itu.
Apa yang membuatku terpesona tentang Sensei ... terpesona ... payudaranya?
Aku mengarahkan tatapanku ke dada Sensei.
Itu memang sepasang payudara yang besar ...
—Cubit.
“Aitatatatata !?”
Berhentilah mencubitku, oke !?
“Apa ada yang salah? Shirase-kun, kamu bisa lihat sendiri tentang bagaimana kami selalu penuh kasih sayang, kan?”
“Eek !?”
Mulut Sensei tempak tersenyum, tetapi matanya tidak. Aku merasakan tekanan kuat darinya, dan aku harus memikirkan cara untuk memuji Sensei.
“Ak— Aku pikir kecantikannya diwarisi dari orang tuanya. Wajahnya seperti cermin yang memantulkan apa yang ada di dalam hatinya. Dan karena hatinya begitu murni dan tulus, itulah mengapa aku pikir dia sangat cantik.”
Aku terdengar seperti pegawai salon kecantikan atau semacamnya, tapi setidaknya aku bisa memujinya, jadi ini seharusnya sudah cukup bagus.
Aku melirik Sensei,seakan-akan  mencoba mengatakan, “Bagaimana dengan itu?”
“Bisakah Papa dan Mama memberi kami waktu sebentar?”
Sensei berbisik ke telingaku sambil mengenakan senyum tegang.
(Apa kamu tidak bisa memikirkan hal lain !? Jangan hanya membicarakan bagian luarnya saja, tapi juga bagian-bagian sifat yang kau sukai tentang diriku! Itu jauh lebih praktis! Praktis, kataku!)
(Eh ...)
Me—Merepotkan sekali ...
Aku merasa dia terlalu banyak meminta dariku.
Mungkin sikap besar itu pergi ke payudaranya.
Aku tidak bisa marah lagi, tapi dia bilang dia akan membantuku (sangat sugestif) setelah ini, jadi aku akan menahan ini.
“Ngomong-ngomong, kamu pernah mengatakan kalau kamu menyukaiku yang bekerja sebagai guru, ‘kan?”
“Eh?”
Kapan aku mengatakan itu?
“Kamu memang pernah mengatakan itu, ‘kan?”
“Y— Ya, itu benar! Aku pernah mengatakan itu! Aku menyukai bagian itu dari dirimu!”
Wajahnya sangat menakutkan, tahu !?
Kau pikir aku menyukai mode gurumu !?
“Ku— kupikir Reina adalah orang yang menakjubkan! Dia mengajar dengan penuh semangat, dan dia benar-benar menghukum para murid yang bertingkah buruk, dan dia melatih orang-orang tidak hanya untuk menjadi pembelajar yang hebat, tapi juga menjadi orang-orang hebat, jadi aku pikir dia benar-benar luar biasa! Dia sudah seperti dewiku!”
Sudah saatnya aku cepat berhenti berbicara. Mungkin apa yang aku katakan sudah keterlaluan.
Aku ingin menambahkan bagaimana aku tidak setuju dengan permintaan maaf tertulis yang dia berikan, tapi itu masalah sepele.
Aku menyelesaikan apa yang harus kulakukan, dan sekali lagi melihat ke arah Sensei, tapi ...
!?”
Untuk beberapa alasan dia memalingkan pandanganya dengan wajahnya yang merah cerah.
Tunggu, kenapa kau malah tersipu!?
Kau sendiri yang membuatku mengatakannya, tahu !?
Sementara aku merasa kaget, ayahnya dengan tenang menganggukkan kepalanya dan berkata.
“Begitu rupanya. Aku mengerti perasaanmu. Tetapi aku tidak sadar kalau kamu begitu antusias dalam mengajar. Jadi alasan kamu tertarik pada Shirase-kun adalah karena kalian berdua memiliki gairah yang sama?”
“Y— Ya, kurasa begitu.”
Aku diam-diam menelan ludah dan menganggukkan kepalaku, dan Sensei melanjutkan dengan bilang [Juga].
“Menjadi antusias tentang hal itu adalah wajar. Karena satu-satunya yang dapat diandalkan siswa adalah kita para guru. Maka, kita harus bersungguh-sungguh menanggapi permintaan mereka, sehingga mereka bisa terus menjalani jalan hidup yang bahagia. Kami harus mendukung mereka dengan kekuatan penuh, dan bermain-main bukanlah pilihan.”
“…...”
Apa ini?
Mungkin aku salah paham pada Sensei.
Aku pikir dia selalu marah pada kami tanpa alasan karena itu hanya bagian dari kepribadiannya. Tapi kenyataannya, dia bersikap keras karena dia benar-benar memikirkan kita.
Dia tidak harus mencengkeram sikuku atau mencubitku seperti itu.
Dan juga, wajahnya masih menakutkan.
“Begitu ya. Aku mengerti sudut pandangmu tentang mengajar sekarang. Orang yang mendukung sudut pandangmu adalah Shirase-kun, eh ...”
Ayahnya berhenti berbicara sebentar, tetapi kemudian beliau menatapku dengan tajam lagi dan bertanya kepadaku.
“Aku ingin tahu, apa kau benar-benar jatuh cinta dengan Reina?”
Sejujurnya, aku pikir aku sudah memberikan jawaban yang tepat sebelumnya.
Ternyata gairah Sensei adalah asli.
Sepertinya aku harus tetap bersama Sensei sampai situasi sulit ini selesai.
“Ya tentu saja. Aku tidak bisa memikirkan kehidupan tanpa dirinya. Dia adalah keberadaan yang sangat penting bagiku.”
Aku menjawab sambil mengangguk kuat.
“Begitukah? . Lalu, aku mengerti.”
Dan kemudian, ayahnya menyilangkan tangannya, dan mengerutkan alisnya.
“Tapi ini sungguh bermasalah. Aku pikir Reina tidak memiliki tunangan. Jadi aku membatalkan kontraknya.”
Ah, aku pernah mendengar itu sebelumnya.
“Ka— Kalau begitu, kita bisa mencoba mendapatkan kembali kontrak itu—”
Tapi….
“Baiklah, karena sudah begini, aku ingin kalian tinggal bersama.”
““Eh !??””
Ti— Tinggal bersama !?
Tidak, bukannya permintaan itu terlalu berlebihan !?
Sensei memberi isyarat padaku dengan matanya, dan dengan tegas berkata.
“Baiklah, aku mengerti.”
Tunggu, Sensei !?
Kau tidak serius mengatakan tentang itu, ‘kan !?
Karena perkembangan yang tak terduga ini, aku merasa mataku perlahan-lahan terhuyung.
“!!!!”
Kemudian, ketika aku memperhatikan Sensei dengan ekspresi yang sangat tenang, itu membuatku mulai merenung dengan intens.
Dia mungkin memiliki semacam rencana, dan dia menganggukkan kepalanya untuk mengatasi situasi yang sulit ini.
“Baiklah, kalau begitu sudah diputuskan. Aku akan menghubungi pihak sana untuk menolak perjodohanmu. Astaga, aku senang kita bisa membicarakan semuanya. Benar, Mama?”
“Ya, itu betul.”
Kedua orang tua tertawa kecil dan terkekeh.
Sepertinya pembicaraan ini akhirnya selesai juga.
“Yare Yare ...” kataku dengan napas kecil. Orang tua, yang sudah selesai makan malam, langsung berdiri.
“Lalu, kami akan menyerahkannya kepada kaum muda.”
“Fufu, itu benar. Kami akan segera bertemu lagi.”
“Ya, aku akan memberitahu di mana alamat baru itu.”
“Aku menantikan ini. Nah, Shirase-kun, tidak, Koutaro-kun. Tolong jaga Reina mulai sekarang.”
“Ah iya. Terima kasih banyak.”
Orang tuanya pergi dengan senyum dan menundukkan kepala kepada kami. Kami diam-diam melihat mereka pergi ketika mereka menghilang dari toko.
“A-a-a-apa yang harus kita lakukan !?”
“Untuk sekarang, tenanglah dulu ...”
Hah ... Aku merasa dilema dan menjatuhkan pundakku.
Awalnya, itu hanya di mana aku berusaha keras untuk memuji Sensei, tapi sekarang berubah menjadi seperti ini.
Penyebabnya adalah karena Sensei tidak berpikir, dan hanya menganggukkan kepalanya pada saran kami untuk hidup bersama.
Ya, dia tidak punya rencana atau semacamnya.
“Lalu, kenapa Anda membuat wajah itu dan mengangguk?”, Adalah apa yang ingin aku tanyakan padanya, tapi itu mungkin cuma kepura-puraannya saja.
Bahkan jika itu cuma sesaat, aku ingin mengalami kembali perasaan ketika aku memandangnya dengan cara yang lebih positif.
“Ya, apa yang sudah terjadi tak perlu disesali, jadi kita tidak punya pilihan lain selain memikirkan beberapa tindakan pencegahan ...”
“Y— Ya. Aku setuju dengan perkataanmu. Jika mereka mengetahui kenyataanya, kita tidak bisa mengatakan apa-apa kepada mereka.”
“Iya. Tapi kenapa orang tua Sensei begitu terburu-buru ingin membuat Anda menikah?”
“... Fuu. Karena sudah begini, kurasa aku tidak punya pilihan selain menjelaskannya kepadamu.”
“Ya, saya pikir itu akan lebih baik buat saya untuk mengetahuinya.”
Aku menyemangati Sensei, dan kemudian dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan mulai menjelaskan situasinya.
“Di kampung halamanku, ada banyak orang yang sudah menikah sebelum 20 tahun, termasuk juga orang tuaku. Bahkan jika mereka tidak menikah pada saat itu, mereka pasti akan menikah pada usia 25 tahun, di mana mereka akan mengandung anak.”
“Ohh, jadi di sana ada banyak murid yang sudah menikah?”
“Ya. Ada banyak orang yang mengambil pekerjaan sebagai petani atau mewarisi  bisnis keluarga. Itu sebabnya tidak ada banyak orang seperti diriku yang datang ke kota, karena mereka bersama keluarga sekitar waktu ini, yang aku pikir adalah kebahagiaan seorang wanita.”
“Begitu rupanya. Jadi seperti itu alasannya, ya.”
“Ya, aku sudah sering memberi tahu orang tuaku tentang pemikiranku mengenai masalah pernikahan, tapi belakangan ini mereka sangat memaksa. Itu karena jarang ada orang seusiaku yang mencoba menikah di kampung halamanku, dan itulah sebabnya mereka membuat keributan besar tentang hal itu. Orang tuaku kehilangan kesabaran, membatalkan kontrak sewa, dan kemudian mengatur perjodohan untukku.”
“Dan kemudian, itu sebabnya Anda melakukan sandiwara tadi ketika bertemu dengan saya sebelumnya.”
“Ya itu benar. Aku benar-benar minta maaf karena sudah menyeretmu ke dalam masalah ini ...”
“Ah, tidak apa-apa, karena kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi ... Saya ingin bertanya, kenapa Anda menganggukkan kepala sebelumnya? Dan apa-apaan dengan wajah percaya diri tadi?”
Ya, aku sudah lama ingin menanyakan hal itu.
Jika Sensei dengan tegas menolak tawaran itu, maka semua ini takkan terjadi.
“…Maafkan aku. Aku ingin meminta maaf untuk itu ...”
Sensei menyusut dan tampak meminta maaf. Berada di posisi itu membuatku merasa tidak nyaman.
Dia selalu terlihat menakutkan, dan dipenuhi dengan ketegaran, jadi melihatnya dalam kondisi lemah seperti ini terasa sangat tidak menyenangkan.
Oleh karena itu, untuk mengurangi suasana yang berat, aku mengubah topik pembicaraan.
“Ah ... um, Sensei, apa ada orang yang Anda sukai?”
“Jika ada, maka tidak akan semerepotkan begini. Juga, tadi itu pelecehan seksual, jadi jaga ucapanmu baik-baik.”
“Ah, benar ... Maaf ... Tunggu, saya sudah berusaha membantumu, jadi kenapa Anda malah marah-marah? ...”
Sensei, yang menggunakan kedua tangannya untuk minum kopi es, memandangku dengan tatapan menghina.
Juga, dia menambahkan terlalu banyak gula dan susu di kopinya.
Kau tidak perlu memaksakan diri untuk meminum kopi hitam, kalau itu bukan favoritmu.
Aku menghela nafas, dan berkata pada Sensei.
“Ini cukup mengejutkan. Sensei, Anda memiliki kesan sebagai orang sempurna yang tidak pernah membuat kesalahan.”
“Yah, kurasa di sekolah memang iya. Aku mati-matian bekerja keras untuk mempertahankan kesan itu. Tapi kehidupan pribadiku adalah seperti ini.”
“Begitu ya. Tapi bukannya selalu bertingkah seperti itu akan membuat Anda lelah?”
“Apa ini? Kamu berniat mengajariku?”
Sensei dengan terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanannya, jadi aku menggelengkan kepala dan berkata.
“Ti— Tidak, bukan itu yang saya maksudkan. Hanya saja, Anda selalu menjaga penampilan itu, dan saya penasaran apa itu merupakan halangan bagi Anda.”
“Yah, kurasa begitu. Tapi aku ini seorang guru. Guru harus selalu menjadi contoh untuk muridnya. Biarpun aku harus memaksakan diriku, aku harus menjadi "guru" di depan kalian semua.”
“Saya tidak tahu kenapa Anda sampai sejauh itu ...”
Dan dia menjawab.
“... Kamu tahu, aku selalu bermimpi menjadi seorang guru.”
“Eh?”
Sensei mulai bercerita sambil menatap ke luar jendela.
“Pemicunya cukup sepele. Ketika aku masih pelajar, ada Sensei yang sangat membantu, dan aku bermimpi menjadi seperti dia. Seperti yang kamu katakan tentang diriku, dia memiliki kesan yang sempurna, dan aku ingin meniru dia, tetapi kelemahanku telah terungkap.”
“Tidak, tidak juga ... meski Anda memasukkan terlalu banyak gula dan susu ke dalam kopimu ...”
“Ap— Apa boleh buat, oke !? Aku tidak suka dengan yang pahit-pahit, oke !?”
“Eh ...”
Jadi dia tidak tahan minum seperti itu, eh ...
“Jika Anda benar-benar tidak suka pahit, kenapa tidak mencoba kakao saja.”
“Tidak bisa! Kopi jauh lebih berkesan seperti orang dewasa!”
“Sensei ...”
Apa yang harus aku lakukan denganmu ...
Citraku pada Sensei mulai runtuh dengan cepat.
Kurasa itu seperti yang dia katakan. Kelemahannya telah terungkap ...
Sensei menggembungkan pipinya, lalu aku mulai bertanya lagi
“Mungkinkah meminum kopi juga adalah cara Anda supaya terlihat seperti Sensei teladan?”
“Ya tentu saja. Setiap pagi aku membutuhkan waktu untuk meluruskan rambutku dan memakai kacamata yang sedikit tipis, dan itu semua karena aku bertujuan untuk menjadi wanita yang keren dan cantik seperti yang pernah diajarkan oleh guruku.”
“Be— Begitu ya ...”
Rasanya seperti aku mendengar sesuatu yang seharusnya tidak aku dengar.
Mulai dari besok, aku pasti takkan bisa melihat Sensei dengan cara pandang yang sama lagi.
Ah, kurasa dia mencoba yang terbaik untuk menjadi wanita yang elegan dan cantik hari ini juga ...
“Ya, aku pikir Sensei-ku adalah orang yang luar biasa. Dia selalu mempertahankan kesan yang keren, dan menahan diri untuk tidak tertawa, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah demi para siswa.”
“Ohh, Anda benar-benar terdengar seperti seorang guru sekarang.”
“Tidak, aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan guruku.”
Sensei menggelengkan kepalanya dalam penyangkalan, dan mengatakan sesuatu seolah-olah bernostalgia.
“Dulu, aku punya teman yang memiliki tubuh lemah dan sering absen dari sekolah. Dia sering pergi ke ruang UKS, dan hampir tidak bisa memenuhi jumlah hari absen yang diizinkan. Pada saat itu, sangat sulit untuk maju secara akademis. Tentu saja, aku ingin maju bersama dengannya, jadi aku pindah ke kelasnya. Pada saat itu, aku berkonsultasi dengan Sensei wali kelasku. Sensei lau memberitahuku, "Aku menyerahkannya padamu.”
“La—Lalu?”
“Sensei akan selalu belajar dengannya setiap saat. Dari siang sampai malam. Sensei terus belajar dengannya ketika dia punya waktu. Tapi Sensei juga manusia. Jika dia terus melanjutkan ini dengan paksa, tubuhnya akan mencapai batas suatu hari. Suatu hari, aku tak sengaja mengintip Sensei, tanpa disadarinya. Sensei terlihat seperti sangat kesakitan.”
“Eh?”
“Aku buru-buru berlari mendekatinya. Sensei bilang bahwa dia harus terus pergi ke rumah temanku untuk membantunya belajar, dan terus memaksakan diri. Jadi, aku bertanya kepadanya: "Mengapa Anda sampai berbuah sejauh ini ...". Dan kemudian, Sensei menanggapi dengan senyum yang jarang dia lakukan.”
“…...”
Aku menelan ludah dan menahan nafas dengan cemas, dan kemudian Sensei memberitahuku.
“Aku sudah memutuskan ini, tahu? Aku adalah Sensei dari kalian semua. Biarpun aku harus memaksakan diriku, aku harus bekerja keras sebagai Sensei demi kebahagiaan murid-muridku, ”, katanya.”
“He—Hebatnya  ...”
“Ya, dia memang luar biasa. Bagaimanapun, temanku berhasil naik kelas. Aku memiliki kesan mendalam tentang Sensei-ku pada saat itu, jadi aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi seorang guru juga. Setiap hari ada beberapa perjuangan, tapi aku mencintai pekerjaanku, dan itu terasa sangat memuaskan.”
Dan kemudian, Sensei melanjutkan berbicara, tapi menambahkan nadanya dengan sesuatu yang tampak seperti penyesalan.
“Tapi karena orang tuaku dan semua orang di kampung halamanku seperti itu, mimpi yang kuraih dan kukejar semakin sulit. Aku tidak bisa menemukan orang yang ingin aku nikahi ...”
“…….”
Sakurajouji Sensei, yang selalu memelototiku dan memarahiku, sedang berbicara dengan suara melow dan bergetar, dan butir air mata terbentuk di sekitar matanya. Melihatnya tampak lemah dan tidak berdaya seperti ini benar-benar mengejutkanku, tapi aku pikir akan lebih baik jika aku meninggalkannya sendirian.
Aku benar-benar membencinya pada satu titik ...
Setiap kali kami bertatap muka, dia akan menyuruh merapihkan pakaianku, memaksaku untuk mempersiapkan pelajaran ketika nilaiku menurun, dan semuanya hanya rasa jengkel, menjadi cerewet tentang segalanya.
Namun…
“Sensei, apa Anda ingin melanjutkan untuk mengajar?”
“Tentu saja!? Ada banyak hal yang masih ingin aku ajarkan kepada murid-muridku, dan aku harus memastikan mereka memahami segalanya, tahu !? Aku  tidak boleh berhenti di tengah jalan! Bukannya itu nanti akan menyebabkan kalian semua kesulitan !? Apapun yang terjadi, aku harus memastikan untuk bertanggung jawab atas kalian! Karena aku adalah Sensei!”
“Begitu…ya”
Sensei-ku benar-benar menganggap kita sebagai hal terpenting baginya, ya ...
Padahal, ada beberapa hal yang tidak bisa aku katakan.
Wajahnya menakutkan.
Payudaranya besar.
Hah ...
Setelah aku menghela nafas pasrah, [Ugh, apa boleh buat ‘kan!], Kata Sensei, yang mendapatkan tekadnya.
Setelah mendengar semua ini, kurasa aku harus bekerja sama dengannya mulai sekarang.
“Saya mengerti. Lalu, bagaimana kalau Anda tinggal bersama dengan saya dulu sampai ini semua beres?”
“Eh! ...”
Sensei memasang ekspresi terkejut di wajahnya, tapi aku terus melanjutkan.
“Setelah percakapan hari ini, satu-satunya cara untuk menghadapi keadaan sulit ini adalah dengan mulai hidup bersama. Saya pikir Sensei sudah mengetahui ini, tapi saya tinggal sendirian di rumah, ayah saya jarang pulang, dan kamarnya kosong. Karena itu semuanya akan baik-baik saja jika Sensei datang ke rumah saya. Anda akan tinggal di sana untuk waktu yang terbatas, sampai kita dapat mengundang orang tuamu, dan aku pikir itu akan meringankan beban mental Sensei. Jika orang tuamu melihat bahwa kita benar-benar hidup bersama, Saya pikir semuanya akan baik-baik saja.”
“Ta— Tapi, bukannya itu akan merepotkanmu? Dan ditambah lagi, kita ini Sensei dan murid ...”
“Yah, itu mungkin benar, tapi karena keadaan yang sulit ini ... Dan tentang membuatku repot, sebenarnya ada sesuatu yang Saya inginkan dari Anda.”
“Sesuatu yang kamu inginkan dariku?”
Aku menanggapi Sensei, yang memiringkan kepalanya, dengan [Ya] dan menganggukan kepala.
“Begini, sejak nenekku meninggal 1 tahun yang lalu, Saya tidak bisa menangani tugas beres-beres rumah, dan bagian dalam rumahku adalah bencana ... Alasan Saya datang ke sini adalah karena saya tidak bisa memasak ...”
“Begitu rupanya. Jadi sebagai timbal balik untuk tinggal bersama denganmu, Kamu ingin aku membantumu dengan tugas beres-beres rumah?”
“Ya, benar. Jika Anda bersedia melakukannya untukku, lalu saya takkan memiliki masalah. Terus, saya pikir beberapa rumor aneh akan menyebar ke tetangga, jadi alangkah baiknya bila Anda berpura-pura menjadi pembantu rumah tangga.”
“Kamu benar. Dengan begitu, itu takkan terlihat aneh kalau kita hidup bersama. Tetanggamu mungkin tahu kalau ayahmu sibuk dengan pekerjaan juga.”
“Iya. Jadi, Anda masih bisa terus mengajar seperti ini.”
Saat aku mengatakan itu, Sensei menatapku dengan tatapan meminta maaf, dan bertanya.
“Tapi, apa itu baik-baik saja denganmu? Aku melibatkanmu dengan semua omong kosong ini, jadi bukannya lebih baik meninggalkan aku dan memberimu lebih banyak kebebasan?”
Ketika dia bertanya itu, aku terkekeh dan membalasnya.
“Yah, karena kita sudah sejauh ini, jadi kita akan tetap bersama sampai akhir. Terus, aku ingin Sensei berada pada kondisi puncaknya. Melihat Sensei yang tertekan tidak terasa benar.”
“Ara, sebenarnya apa maksudnya itu?”
“Ah, jangan khawatir tentang itu ...”
Sensei memiliki kilau tajam di tatapan matanya, dan aku mengalihkan pandanganku, seolah-olah aku melarikan diri darinya.
“... Fufu!”
“!!!”
Melihat Sensei jarang memiliki senyum di wajahnya, mataku tanpa sadar melebar.
Dia selalu membuat wajah yang menakutkan, jadi kupikir dia benar-benar tidak bisa tersenyum, tapi dia benar-benar bisa melakukannya, ya !?
Sungguh mengejutkan.
Dia juga sangat cantik, dan sejujurnya, ​​dia sangat imut.
Tapi jika aku pikir-pikir lagi, jika wajah menyeramkan itu supaya dia bisa mengimbangi penampilan, kurasa dia takkan selalu menjadi Sensei seperti ini.
Bahkan jika seseorang membuat masalah besar tentang menjadi tidak suka  kopi hitam, mereka bisa sangat lucu.
Dan kemudian, ketika aku memikirkan itu, Sensei menyadari pandangan mataku.
“…Apa?”
Kau selalu menahan diri untuk tidak tersenyum, jadi aku ingin bertanya mengapa kau selalu memiliki ekspresi yang menakutkan.
“Ah, hanya saja saya tidak menyangka kalau Sensei bisa tersenyum seperti itu ...”
“Hei, kamu pikir aku ini apa, monster?”
“Ma — Maaf. Saya tidak pernah melihat Anda tersenyum di sekolah, jadi ... Ah, tapi itu sangat limut. Aku pikir lebih baik jika Anda lebih sering tersenyum.”
“Ap— Apa yang kamu katakan !? Kamu seharusnya tidak mengolok-olok orang dewasa, tahu !?”
“Cukup!”, Ucap Sensei yang malu-malu. Melihat sisi dirinya yang tidak terduga ini, membuatkuku berpikir bahwa dia kadang-kadang bisa bertingkah imut juga.



close

5 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama