Chapter 01 -
Sensei jadi Tunanganku!?
Bagaimanapun juga, kau mungkin merasa
penasaran mengapa diriku, Shirase, bisa hidup bersama dengan guru wali kelasku
yang mengajar bahasa Inggris, Sakurakouji Reina Sensei. Kejadian ini bermula
dari beberapa hari yang lalu
vvvv
“Apa pelajaranku benar-benar
semembosankan itu untukmu?”
“Eh ...?”
Tiba-tiba, ada suara dingin yang
menghantam daun telingaku, dan menarik kesadaranku yang tertidur, kembali ke
kenyataan.
Tadi malam aku begadang sampai
dini hari karena ada game baru, jadi aku kurang tidur, dan kurasa itu terpapar
jelas di wajahku.
“Oh sial ...”, pikirku, sambil
perlahan memperluas bidang penglihatanku.
—Boing.
“Uoh !? Gede banget!?”
Seberapa besar itu oppai!?
“... Hah?”
—Tatap.
“O — Oh, itu karena anda tepat
di samping saya saat baru tersadar, jadi itu sedikit mengejutkan ...”
“Begitu rupanya. Maaf soal
itu.”
Dan lalu, ada sesosok wanita
yang mengenakan setelan ketat, seolah-olah sedang berusaha menekankan dadanya
yang sangat bagus, menyilangkan tangannya di depanku.
Rambut lurus yang lembut nan
halus serta kacamata tipis yang luar biasa. Guru wali kelasku, Sakurakouji
Reina Sensei.
Aku cukup yakin usianya sekitaran
dua puluhan.
Dia menjadi guru wali kelasku
di awal musim semi ini. Seorang wanita cantik dengan kecerdasan yang luar
biasa.
Tetapi, sayangnya,
kepribadiannya sangatlah mengerikan. Dia sering memarahi para murid, itulah
sebabnya dia sangat populer di kalangan para cowok masokis. Dia berada di
puncak peringkatku untuk Sensei yang kurang kusuka .
Jadi, kupikir aku tidak perlu
terlibat dengannya selama aku berhati-hati, tapi sepertinya aku malah membuat
kesalahan besar.
“Jadi, apa artinya ini? Apa
kamu pikir pelajaranku tidak pantas didengarkan?”
“Ti — Tidak, saya tidak pernah
berpikir seperti itu ...”
“Itu sebabnya, aku bertanya
kepadamu apa artinya semua ini. Kamu dari tadi terus-terusan menguap, tahu?”
“Ma— Maaf ...”
“Jika kamu bersedia meminta
maaf, maka kamu harus bertingkah baik sejak awal. Karena kamu menyela pelajaranku,
Kamu membuat semua orang kesulitan. Paham?”
“Y— Ya ... Saya akan berhati-hati
mulai sekarang ...”
“Ahaha ...”, aku tertawa dengan
senyum yang dipaksakan. Sensei menatapku dengan tatapan mengerikan, dan seakan-akan
jengkel dengan sikapku, dia berbalik lagi padaku dan berkata…
“Aku ingin permintaan maaf
tertulis dua puluh halaman besok pagi. Mengerti?”
“Ehh !? Du — Dua puluh halaman
!?”
Aku hanya tertidur sebentar dan
ini hukuman yang dia berikan padaku !? Itu terlalu kejam? Memangnya dia iblis
!?
“Tentu saja, Apa kamu masih
punya keluhan?”
“Ti— Tidak ...”
Aku menganggukkan kepalaku
dengan wajah pucat untuk menegaskan Sensei, yang bersiap-siap melanjutkan
pelajarannya.
Secara alami, aku tidak bersemangat,
jadi aku tidak bisa menyerap isi pelajaran sama sekali.
“Ahaha! Semangat kek! Ketika aku
membuat novel dari surat permintaan maaf 50 halaman, dia malah menambahnya jadi
100 halaman, jadi kamu akan baik-baik saja!”
“Tidak, itu karena kau orang
bego ... Terus, berhentilah menepakku.”
Aku menatap kesal Aoi yang
dengan keras menepuk punggungku.
vvvv
Sepulang sekolah.
Masih dengan mood yang lesu, aku
pulang ke rumah bersama teman sekelasku, Gunjou Aoi, yang menghiburku.
Aoi mempunyai sosok yang
mungil, tapi dia gadis sporty dan cantik yang terlihat bagus dalam potongan bob.
Dia sudah menjadi komplotanku dalam kejahatan sejak kecil.
Seperti penampilan luarnya dan
pilihan kata menyiratkan, dia adalah gadis periang dan baik, jadi dia populer
baik dari kalangan cewek maupun cowok.
Bahkan pada pertemuan pertama
kami, dia adalah tipe orang yang mudah bergaul dengan seseorang.
“Ahaha, maaf, maaf. Ah, oiya!
Karena kamu lagi tidak semangat begini, kenapa kamu tidak datang ke rumahku
kayak dulu? Aku akan mentraktirmu makan malam jika itu akan membuatmu senang!”
Aku mengarahkan ibu jariku ke
bawah sembari menatapnya.
“Tidak, terima kasih. Meski kau
bilang akan mentraktirku makan, tapi nenekmu yang akan memasak, ‘kan?”
Aku tahu kalau masakan gadis
ini sangat buruk.
“Jangan mempermasalahkan hal
sepele. Bagaimanapun, ayo makan bareng! Itu akan membuatmu merasa lebih baik
ketimbang makan sendirian!”
“Apa ini, kau benar-benar
peduli padaku?”
“Ya, aku khawatir, tahu. Karena
Koutaro adalah ……... teman yang penting bagiku”
Oi, ucapanmu tidak jelas didengar
untuk yang kedua.
Kamu juga mengalihkan pandanganmu.
Yah sejujurnya, perhatiannya
saja sudah membuatku bahagia. Kurasa aku akan
menunjukkan rasa terima kasihku padanya.
“Begitu ya. Terima kasih. Tapi
bukannya kau bilang akan membantu sesuatu hari ini?”
“Eh?”
Aoi mengehentikan langkah
kakinya dengan terkejut, tersentak seolah-olah dia mengingat sesuatu, dan
mengangkat suaranya dengan “Ahh !?”
“Itu hari ini !? Pertandingan
latihan bola voli yang mengharuskan adamya kehadiran !?”
“Nah, loh. Aku akan baik-baik
saja, jadi cepat dan pergi sana. Sebenarnya, apa kau bisa berhasil tepat waktu?
Kita hampir sampai di rumahku, jadi kurasa butuh waktu sekitar 30 menit untuk
sampai ke sana.”
Ngomong-ngomong, Aoi memiliki
kemampuan fisik dan kemampuan komunikasi yang luar biasa, sehingga dia bisa
membantu sebagai relawan bagi anggota klub atau pekerjaan sambilan.
Aku pernah melihat Aoi menjadi
relawan klub bola voli sebelumnya, dan hal yang paling aku ingat adalah
menyaksikannya memukul bola yang tak terhitung jumlahnya dan mengambilnya
kembali.
Dan melihatnya melompat dan
memukul bola dengan tubuh mungilnya itu benar-benar mengejutkan.
“Maaf, Koutaro !? Aku pasti
akan menebus ini lain kali, oke— !?”
“Ya, berhati-hatilah— Ah, dia
sudah pergi.”
Aoi menghilang seperti angin,
dan membuat mulutku mengendur dan menghembuskan udara.
Rasanya seperti saat aku
berbicara dengannya, aku merasa sedikit senang.
Itu salah satu sifat baik dari Aoi.
Dia tidak suka memikirkan
hal-hal yang menyusahkan, kurasa.
Jika aku harus memilih
seseorang untuk diajak bersenang-senang, pilihanku pasti Aoi.
“Geh !?”
Dan kemudian, ketika aku
kembali ke rumah setelah berpisah dengan Aoi, aku ingat kantong sampah yang
diletakkan di pintu masuk ketika aku melihatnya.
Selain itu, rumahku adalah
rumah biasa dengan tidak ada ciri khas yang luar biasa. Pada awalnya, aku dulu tinggal
bersama kakek dan nenekku, tetapi kakekku pergi untuk pindah kerja jauh dari
rumah dengan ayahku, jadi pada dasarnya, rasanya seperti aku hidup sendiri.
“Jangan lagi…”
Bahuku terkulai dengan sedih,
dan melihat sekilas tulisan berwarna-warni yang menempel di kantong sampah.
Dan yang tertulis: "Tempat
sampah tidak dipisahkan dengan benar", ditulis dalam karakter besar.
Sekali lagi wanita tua itu ... Ah,
sudahlah.
Kurasa Magistrate Sampah-san
memeriksanya satu per satu.
Terus, tidak peduli bagaimana aku
melihatnya, kotak itu terbuat dari plastik.
Kenapa tidak diklasifikasikan
sebagai sampah plastik?
Aku tidak mengerti— ...
“Aku pulang-…”
Sambil meraih kantong sampah, aku
membuka pintu masuk dengan lesu, dan seperti yang sudah aku duga, sejumlah
besar sampah berserakan di mana-mana.
“Hah ...”
Kotor, seperti biasanya ...
Yah, dari awal, akulah yang
jadi alasan kenapa bisa sekotor ini ...
Sambil merasa muak karena
ruangan dalam keadaan seperti itu, aku melemparkan kantong sampah di lorong,
dan kembali ke kamarku di lantai 2 untuk mengganti pakaianku.
Tentu saja, awalnya ini tidak
terlalu kotor dan kacau begini.
Ini bermula saat nenekku, yang
tinggal bersamaku sampai tahun lalu, meninggal dunia.
Karena semua pekerjaan rumah dipercayakan
kepada nenekku, aku tidak tahu bagaimana melakukan pekerjaan rumah.
Aku berpikir bahwa jika ayahku
ada di sini, situasinya mungkin bisa sedikit lebih baik, tapi Ia sedang dalam
melakukan pekerjaan jauh dari rumah, aku sesekali menghubunginya, dan Ia
jarang-jarang bisa pulang ke rumah.
Aku berharap Ia bisa memberi
sedikit perhatian kepada putranya.
Ia benar-benar meninggalkanku,
dasar pak tua itu ...
Selain itu, ibu aku meninggal
karena penyakit ketika aku masih kecil, jadi aku ini anak tunggal.
Dan sebagai hasilnya, rumah ini
berubah menjadi keadaan yang mengerikan.
“Sekarang, enaknya makan apa ya
buat makan malam nanti?”
Aku bergumam pada diriku sendiri,
setelah mengganti pakaianku dan membuka kulkas.
Meski isi kulkas cuma ada botol
plastik teh dan susu, dan 90% kulkas kosong.
“Tunggu, bukannya susu ini sudah
melewati tanggal kedaluwarsa !?”
Aku sama sekali tidak melihat
jatuh tempo makanan.
Tak perlu dibilang lagi, aku
tidak pernah memasak dalam hidupku.
Tentu saja, mie gelas tidak
masuk ke dalam hitungan.
Menggunakan ketel untuk merebus
air dan kemudian menambahkannya ke dalam cangkir. Ini adalah penemuan luar
biasa dan praktis oleh peradaban jaman.
“Terserahlah. Kurasa aku akan
makan di luar hari ini.”
vvvv
“Nah, enaknya pilih apa ya hari
ini?”
Aku sedang di restoran keluarga
terdekat, membuka menu, dan merenungkan pilihanku.
Ada banyak menu yang terlihat
lezat di sini, tapi kurasa aku akan memesan hamburger yang aku sukai sejak aku
masih kecil.
Dan tentu saja, dengan banyak
keju.
Ketika nenekku masih hidup,
beliau membuat hamburger semacam itu untukku, tapi aku masih berpikir hamburger
di sini juga enak.
Aku secara tidak sadar
merindukan itu ketika aku tidak makan di luar.
Tentu saja, hamburger nenekku
adalah favoritku, tapi tempat ini memiliki beberapa hamburger yang sangat lezat
juga.
Jadi, aku menggunakan tombol
yang disediakan untuk memanggil pelayan dan memesan ini.
“Apa mereka tidak bisa datang
lebih cepat?”, Ujarku, sambil menunggu dengan penuh semangat.
“Seperti yang sudah aku katakan,
aku masih belum mau menikah!?”
“Hah?”
Tiba-tiba, aku mendengar suara
keras seorang wanita dari meja sebelah, jadi aku berbalik dan mengangkat kepalaku.
Di sebelahku ada seorang pria
dan wanita, dan di sisi lain dari mereka, ada seorang gadis lajang. Sepertinya
orang yang mengeluarkan suara keras tadi adalah gadis di sisi lain.
“Maaf sudah membuat anda
menunggu—”
“Uoh !?”
Dan kemudian, pada waktu yang
hampir bersamaan, makanan pesananku tiba, dan kemudian aku bergegas kembali ke
posisi semula.
“Ah, Ahaha ...”
Si Pelayan, yang memiliki
ekspresi aneh di wajahnya, menghidangkan hamburger yang baru matang di atas
meja.
Keju yang meleleh itu tampak ajib
dan lezat.
“Selamat makan!”
Aku sedikit tertarik dengan
percakapan di sebelahku, tapi aku tidak mau membiarkan hamburger ini menjadi
dingin, jadi kurasa aku akan menyantapnya sekarang.
Tapi kemudian….
“Aku dan Mamamu selalu memikirkanmu
sepanjang waktu. Lihat saja kami! Kami sangat mesra sampai bisa membawamu
sukacita, bukan? Benar ‘kan, Mama?”
“Fufu, kamu benar. Mama sangat
senang dia bisa menikahi Papa tercinta.”
“Haha, kau membuatku malu saja.
Aku sangat senang bertemu denganmu. Aku mencintaimu, Mama”
“Aku juga mencintaimu, Papa.”
—Peluk.
“…....”
Oi, aku ingin tahu apa yang
terjadi di sana.
Meski hamburger ini terlihat sangat
menakjubkan, aku jadi sangat penasaran tentang percakapan di sebelahku sehingga
aku tidak bisa fokus pada rasanya ...
Sekali lagi, aku melirik ke
belakangku, dan kemudian melihat seorang pria dan wanita yang sepertinya
berusia 30-an saling berpelukan, mencium, dan bermesra-mesraan.
“Uwah ...”
Itu merusak selera makanku.
Mereka adalah apa yang biasa
disebut "Pasangan bodoh", ‘kan ...
“Bukannya aku sudah memberitahu
kalian untuk tidak main mata dan bercumbu seperti itu di depan umum !?”
“Kenapa kamu marah-marah
begitu? Alasan kenapa kamu dilahirkan adalah karena Papa selalu bermesra-mesraan
denganku.”
“Ini dan itu adalah cerita yang
berbeda! Aku sudah memberitahu kalian untuk berhenti karena itu rasanya sangat
memalukan bagiku!”
“Ara ara, itu memalukan bagimu?
... Padahal itu hanya mamamu sangat mencintai Papa ... Hiks”
“Jangan cemaskan hal itu, Mama.
Dia baru saja dalam fase pemberontakannya. Suatu hari nanti, dia akan mengerti
emosi kita.”
“Oh begitu rupanya. Terima
kasih telah memberitahuku, Papa”
—Peluk.
“Ayolah, kalian berdua ~”
Aku mendengar desahan
kekecewaan seolah orang itu sudah muak. Mungkin berasal dari putri mereka.
Jika orang tuaku adalah orang
yang semacam itu, aku mungkin sudah gila duluan.
“Ngomong-ngomong, apa yang Papamu
coba katakan adalah kamu sama sekali tidak punya “cinta” yang sangat tidak
memadai. Itu sebabnya kamu tidak bisa tetap tenang. Apa kamu mengerti?”
“Tidak, bagaimana aku bisa
mengerti kalian !?”
Ya, aku juga sama sekali tidak
mengerti.
Apa yang orang itu coba katakan...
“Hm, sepertinya kita harus sedikit
memaksa denganmu. Mama, tolong keluarkan itu.”
“Dimengerti.”
—Kresek kresek
“…Apa? Apa ini?”
“Ini adalah pasanganmu yang sudah
kami atur. Dia adalah putra seorang petani. Ia sepertinya pria yang cukup
baik.”
“Perjodohan? ... Bisakah kalian
tidak memutuskan hal-hal itu tanpa seizinku !? Aku sudah pernah bilang kalau aku
ingin fokus pada pekerjaanku dulu, bukan !?”
“Kami melakukannya tepat karena
kamu mengatakan itu. Kami mencari seseorang yang cocok untuk bekerja denganmu.
Tidak hanya Ia akan bergabung dengan keluarga kami, tapi Ia juga akan membantu
dengan pekerjaan pertanian. Sebelah mananya yang membuatmu tidak puas?”
“Segalanya! Aku tidak puas
dengan semuanya! Apa yang ingin aku katakan adalah—”
“Baiklah, aku mengerti. Untuk
sekarang, ayo kita kembali ke rumah. Kita akan membicarakannya di sana. Itu
karena kami berada di kota seperti ini yang membuatmu memiliki pola pikir yang
bias.”
Um, itu tidak ada hubungannya
dengan tinggal di kota ...
“Dia benar, tahu? Kamu kembali
ke rumah dengan kami, dan kemudian aku dan Mama akan tenang dan kita akan
melakukan percakapan dengan baik-baik.”
“Hm, aku menolak. Karena sejak awal,
aku berencana untuk tidak kembali ke sana.”
“Ara ara, ini masalah. Aku
pikir kamu pasti bersedia untuk pulang, jadi Papa dan aku berbicara dengan
pemilik apartemenmu dan membatalkan kontrak sewamu.”
“Hah !?”
“Pfoo !?”
Aku hampir menyemburkan sup misoku
tanpa berpikir.
“Ka — Kamu bercanda !? Kamu
melakukannya begitu saja !? Aku sudah 25 tahum, tahu !?”
Aku tidak hanya setuju
dengannya, tapi juga bersimpati dengannya.
Sebenarnya, aku pikir mereka
adalah orang tua yang jahat, tapi mereka benar-benar orang yang mengerikan ...
“Tapi, aku dan Papa selalu
memikirkanmu ... tersedu”
“Y — Ya, dia benar. Jika kamu
mau menyalahkan seseorang, salahkan aku
saja.”
“Papa…”
“Semuanya akan baik-baik saja,
Mama.”
Suasana di antara mereka berdua
berubah menjadi suasana mesra lagi.
Sejujurnya, aku berharap agar
meteor jatuh pada mereka, tapi aku akan mengesampingkan perasaan itu untuk saat
ini.
“... Hah, aku sudah cukup
memiliki orang tua seperti ini ... Aku tidak bisa membiarkan seperti ini terus,
tahu !? Aku mau menghubungi pemilik apartemen dulu, oke !?”
Ucap sang putri, dan kemudian
dia mengeluarkan ponselnya, tapi ...
“Ah, maafkan aku. Tentang itu,
aku dengar mereka sudah punya penyewa baru ...”
“Eh !? Ti — Tidak mungkin !?
Secepat itu !? Ayolah, kenapa kalian berbohong terus !?”
“Itu bukan bohong. Itulah
kenyataannya. Aku mendengar kalau putri pemilik apartemen akan menikah, jadi
mereka berniat untuk menggunakan kamar kosong itu.”
“Hah !? Aku sudah cukup dengan
... Ngo — Ngomong-ngomong, aku akan mencoba bernegosiasi dengan Pemilik
apartemen!]
Dengan ponsel di tangannya, si
putri dengan marah berlari keluar restoran.
Kelihatannya itu masalah yang
sangat besar ...
Yah, itu urusan keluarga lain,
jadi tidak ada hubungannya denganku.
“Sekarang, bayar dulu.”
Karena drama sinetronnya sudah
selesai, jadi kurasa aku akan pulang juga.
Aku datang ke sini cuma untuk
makan malam.
Jadi, aku bangkit dari tempat
duduk, membayar makanan, dan keluar dari restoran.
-Gedebuk!
“Owah !?”
“Kya !?”
Aku tidak sengaja bertabrakan
dengan seorang gadis yang mencoba memasuki restoran.
“Ah, maafkan aku ...”
“Ak — Aku juga ...”
Sambil menundukkan kepalaku dan
meminta maaf, aku mengulurkan tanganku pada wanita yang jatuh terduduk.
“Terima kasih banyak.”
“Apa anda baik-baik saja?”
“Iya”
Dia tampak seperti berusia
20-an.
Seorang gadis cantik yang
memiliki rambut panjang lebut dan tampak cocok dengannya.
Dia mengenakan blus yang tampak
menyegarkan yang akan biasa dikenakan pada awal musim panas, disertai dengan
rok panjang. Tangan dan kakinya terlihat proporsional, dan porsi tubuhnya
tampak seperti model. Dan lebih dari segalanya, payudaranya sangat besar.
Payudaranya cukup mencuri
perhatianku, tapi karena dia sedang berada tepat di depanku, aku menekan hasrat
tersebut.
Itu cuma kebetulan ketika aku
meminta maaf kepada Onee-san yang cantik ini karena kesalahannya, tepatnya
karena ...
“Shirase-kun?”
“Eh?”
Ketika dia tiba-tiba memanggil
namaku, mataku tanpa sadar melebar.
Aku mengerutkan keningku,
mencoba mengingat apa aku mengenal gadis secantik ini dari suatu tempat. Aku
memandangnya dengan seksama, dan itu membuatku mengingatkanku akan seseorang.
“Anda ... Sakurakouji Sensei
!?”
Ternyata dia adalah guru wali
kelasku, Sakurakouji Reina, yang aku takuti.
Ketika aku melihatnya di siang
hari, dia selalu mengenakan setelan yang ketat, dengan rambut lurus yang halus
dan lembut, serta memakai kacamata, jadi aku tidak mengenalinya sama sekali.
Tapi tidak diragukan lagi.
Itu karena betapa indahnya
payudaranya.
Sensei, kenapa Anda ada di sini
... !? Aku merasa seperti aku pernah mendengar kalimat itu sebelumnya ... Tapi
ketika pikiran itu mengambang di kepalaku, ekspresi Sensei tampak seolah-olah
mendapat ide yang brilian.
Lalu..
—Tarik.
“Eh?”
“Aku mohon, Shirase-kun! Ada
sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu! Ini masalah yang sangat serius!”
“Eh? Ah, Um ...”
“Kumohon! Hanya kamu
satu-satunya yang bisa aku andalkan! Aku akan membantumu atau sesuatu setelahnya,
jadi tolong tetap bersama denganku untuk saat ini!”
“Eh — Um ... Tentu”
Sensei dengan erat mencengkeram
kedua pundakku dan memiliki ekspresi yang sangat tegang, seolah-olah dia berada
di bawah banyak tekanan. Aku mengangguk padanya tanpa berpikir.
Sementara dia memancarkan aroma
wangi yang menggelitik hidungku, aku fokus pada kenyataan bahwa ini adalah
pertama kalinya aku melihat sisi asli dari dirinya. Sensei mulai mengaitkan
lengannya dengan lenganku.
Kemudian:
—Boing.
“Hawah !?”
Dalam sekejap, payudara besar
Sensei menyentuh lenganku, aku bisa merasakan sensasi kenyal dan lembutnya
menyebar ke seluruh lenganku.
Aku — aku pikir aku harus
mengatakan sesuatu tentang itu.
Sebenarnya, jika aku mengatakan
sesuatu seperti itu pada Sakurakouji Sensei ...
“Apa yang kamu pikirkan !?
Dasar cabul!”
—Plak!
“Aduh!?”
Pasti akan menjadi situasi
seperti itu.
“Apa? Apa ada yang salah?”
“Ti — Tidak, bukan apa-apa.”
Jadi, supaya tidak memberikan
ide yang salah padanya, aku menikmati sensasi lembut payudaranya .......
Maksudku, tutup mulut tentang hal itu.
Meski dia mengenakan pakaian,
payudara masih bisa terasa selembut ini, eh ...
Sambil mengingat kegembiraan
yang sama, Sensei membawaku ke tempat
duduk terdekat dari meja yang aku pakai sebelumnya. Dengan kata lain, tempat di
mana si putri dan orang tuanya bertengkar sengit tentang pernikahan.
Tidak mungkin…!? Intuisi
burukku berkeliaran kemana-mana, dan Sensei, yang masih mengaitkan lengan
denganku, menghadapi sepasang kekasih yang sepertinya adalah orangtuanya, dan
menyatakan ini pada mereka.
“Maaf sudah menunggu. Ini
Shirase-kun. Asal kalian tahu, kami sudah menikah.”
... Hah !?
Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah !?
Ap—Apa yang orang ini katakan
!?
Tentu saja, aku tidak bisa
berhenti panik.
“Se—Senang bertemu dengan anda.
Aku ... maksudku, nama saya Shirase Koutaro. Senang bisa berjumpa dengan anda.”
“Ya, senang bertemu denganmu. Aku
ayah Reina, Reichi. Dan ini istriku, Haruna.”
“Fufu, senang bertemu denganmu,
Koutaro-kun!”
“Y — Ya, senang bertemu dengan
Anda.”
Aku menundukkan kepalaku pada
mereka, dan Sensei mengatakan sesuatu seolah-olah dia meminta maaf.
“Aku minta maaf karena sudah merahasiakannya
sampai sekarang. Setelah kupikir-pikir lagi, kurasa aku harus memberi tahu
kalian dengan benar.”
“Hm, benarkah begitu?”
“Eh?”
—Jedug.
“Gufuh !? Y— Ya, itu benar ...”
Sikuku ...
Tadi itu sangat menyakitkan …...
tapi aku menahan keinginan untuk pingsan. Kedua orang tua Sensei tampak
terkejut, tetapi merasa lega pada saat yang sama.
Keduanya masih cukup muda.
Mereka terlihat seperti berusia 30-an, tapi karena Sensei bilang dia berusia 25
tahun, mereka pasti berusia sekitaran 40-an atau 50-an.
Mereka tidak terlihat seperti
orang yang lebih dari 40-an.
Ibunya seperti Onee-san Sensei
atau semacamnya ...
“Begitu ya. Aku terkejut karena
kamu memiliki tunangan. Kami tidak mengetahui itu, kami sangat minta maaf
karena sudah mengangkat topik perjodohan.”
“Tidak, aku juga minta maaf
karena tidak dapat menyampaikannya kepada kalian. Aku tahu dia memiliki wajah
seperti anak remaja, jadi dia terlihat muda, tetapi Ia adalah rekan kerjaku.
Dengan kata lain, kami adalah kekasih di tempat kerja yang sama.”
Eh, apa maksudnya deklarasi
itu?
“Ohh, jadi kalian bekerja di
tempat yang sama, dan itu sebabnya kalian saling mencintai.”
“Ya itu betul. Aku sudah
memberitahunya bahwa aku ingin memperkenalkan dia kepada kalian, tetapi Ia selalu
berbicara dengan murid-muridnya dengan penuh semangat, sehingga sulit untuk
menemukan waktu yang pas. Maafkan aku karena menyebabkan masalah buat papa dan
mama.”
“Jadi begitu ya? Maafkan aku
karena sudah membuat keributan tentang hal itu.”
“Ti — Tidak apa-apa.”
Anda tampaknya masih membuat
keributan tentang itu sekarang ...
Juga, aku bukan rekan kerjanya,
aku ini muridnya ...
Sementara hatiku dipenuhi
perasaan melankolis, ayahnya menatapku dengan tajam, dan bertanya.
“Ngomong-ngomong, bagian apa
yang membuatmu jatuh cinta dengan Reina? Bagian mana dari dirinya yang
membuatmu terpesona?”
“Eh?”
Tidak kusangka mendapat
pertanyaan semacam itu dari orang tua Sensei.
Aku merasakan tatapan Sensei
padaku seperti biasanya, dan aku merasa diriku mengering karena tekanan yang
tak tertahankan.
Lalu..
—Tatap.
“…...”
Tatapan yang datang dari sisiku
terasa seperti jarum yang menakutkan ...
Tolong maafkan aku ... Aku ingin
menangis ... Aku merenungkan bagaimana tepatnya aku harus menjawab pertanyaan
itu.
Apa yang membuatku terpesona
tentang Sensei ... terpesona ... payudaranya?
Aku mengarahkan tatapanku ke
dada Sensei.
Itu memang sepasang payudara yang
besar ...
—Cubit.
“Aitatatatata !?”
Berhentilah mencubitku, oke !?
“Apa ada yang salah?
Shirase-kun, kamu bisa lihat sendiri tentang bagaimana kami selalu penuh kasih sayang,
kan?”
“Eek !?”
Mulut Sensei tempak tersenyum,
tetapi matanya tidak. Aku merasakan tekanan kuat darinya, dan aku harus
memikirkan cara untuk memuji Sensei.
“Ak— Aku pikir kecantikannya diwarisi
dari orang tuanya. Wajahnya seperti cermin yang memantulkan apa yang ada di
dalam hatinya. Dan karena hatinya begitu murni dan tulus, itulah mengapa aku
pikir dia sangat cantik.”
Aku terdengar seperti pegawai
salon kecantikan atau semacamnya, tapi setidaknya aku bisa memujinya, jadi ini
seharusnya sudah cukup bagus.
Aku melirik Sensei,seakan-akan mencoba mengatakan, “Bagaimana dengan itu?”
“Bisakah Papa dan Mama memberi
kami waktu sebentar?”
Sensei berbisik ke telingaku
sambil mengenakan senyum tegang.
(Apa kamu tidak bisa memikirkan
hal lain !? Jangan hanya membicarakan bagian luarnya saja, tapi juga bagian-bagian
sifat yang kau sukai tentang diriku! Itu jauh lebih praktis! Praktis, kataku!)
(Eh ...)
Me—Merepotkan sekali ...
Aku merasa dia terlalu banyak
meminta dariku.
Mungkin sikap besar itu pergi
ke payudaranya.
Aku tidak bisa marah lagi, tapi
dia bilang dia akan membantuku (sangat sugestif) setelah ini, jadi aku akan
menahan ini.
“Ngomong-ngomong, kamu pernah
mengatakan kalau kamu menyukaiku yang bekerja sebagai guru, ‘kan?”
“Eh?”
Kapan aku mengatakan itu?
“Kamu memang pernah mengatakan
itu, ‘kan?”
“Y— Ya, itu benar! Aku pernah mengatakan
itu! Aku menyukai bagian itu dari dirimu!”
Wajahnya sangat menakutkan,
tahu !?
Kau pikir aku menyukai mode
gurumu !?
“Ku— kupikir Reina adalah orang
yang menakjubkan! Dia mengajar dengan penuh semangat, dan dia benar-benar
menghukum para murid yang bertingkah buruk, dan dia melatih orang-orang tidak
hanya untuk menjadi pembelajar yang hebat, tapi juga menjadi orang-orang hebat,
jadi aku pikir dia benar-benar luar biasa! Dia sudah seperti dewiku!”
Sudah saatnya aku cepat
berhenti berbicara. Mungkin apa yang aku katakan sudah keterlaluan.
Aku ingin menambahkan bagaimana
aku tidak setuju dengan permintaan maaf tertulis yang dia berikan, tapi itu
masalah sepele.
Aku menyelesaikan apa yang
harus kulakukan, dan sekali lagi melihat ke arah Sensei, tapi ...
“—!?”
Untuk beberapa alasan dia memalingkan
pandanganya dengan wajahnya yang merah cerah.
Tunggu, kenapa kau malah
tersipu!?
Kau sendiri yang membuatku
mengatakannya, tahu !?
Sementara aku merasa kaget,
ayahnya dengan tenang menganggukkan kepalanya dan berkata.
“Begitu rupanya. Aku mengerti
perasaanmu. Tetapi aku tidak sadar kalau kamu begitu antusias dalam mengajar.
Jadi alasan kamu tertarik pada Shirase-kun adalah karena kalian berdua memiliki
gairah yang sama?”
“Y— Ya, kurasa begitu.”
Aku diam-diam menelan ludah dan
menganggukkan kepalaku, dan Sensei melanjutkan dengan bilang [Juga].
“Menjadi antusias tentang hal
itu adalah wajar. Karena satu-satunya yang dapat diandalkan siswa adalah kita para
guru. Maka, kita harus bersungguh-sungguh menanggapi permintaan mereka,
sehingga mereka bisa terus menjalani jalan hidup yang bahagia. Kami harus
mendukung mereka dengan kekuatan penuh, dan bermain-main bukanlah pilihan.”
“…...”
Apa ini?
Mungkin aku salah paham pada
Sensei.
Aku pikir dia selalu marah pada
kami tanpa alasan karena itu hanya bagian dari kepribadiannya. Tapi
kenyataannya, dia bersikap keras karena dia benar-benar memikirkan kita.
Dia tidak harus mencengkeram
sikuku atau mencubitku seperti itu.
Dan juga, wajahnya masih
menakutkan.
“Begitu ya. Aku mengerti sudut
pandangmu tentang mengajar sekarang. Orang yang mendukung sudut pandangmu
adalah Shirase-kun, eh ...”
Ayahnya berhenti berbicara
sebentar, tetapi kemudian beliau menatapku dengan tajam lagi dan bertanya
kepadaku.
“Aku ingin tahu, apa kau benar-benar
jatuh cinta dengan Reina?”
Sejujurnya, aku pikir aku sudah
memberikan jawaban yang tepat sebelumnya.
Ternyata gairah Sensei adalah
asli.
Sepertinya aku harus tetap
bersama Sensei sampai situasi sulit ini selesai.
“Ya tentu saja. Aku tidak bisa
memikirkan kehidupan tanpa dirinya. Dia adalah keberadaan yang sangat penting
bagiku.”
Aku menjawab sambil mengangguk
kuat.
“Begitukah? . Lalu, aku
mengerti.”
Dan kemudian, ayahnya
menyilangkan tangannya, dan mengerutkan alisnya.
“Tapi ini sungguh bermasalah. Aku
pikir Reina tidak memiliki tunangan. Jadi aku membatalkan kontraknya.”
Ah, aku pernah mendengar itu
sebelumnya.
“Ka— Kalau begitu, kita bisa
mencoba mendapatkan kembali kontrak itu—”
Tapi….
“Baiklah, karena sudah begini,
aku ingin kalian tinggal bersama.”
““Eh !??””
Ti— Tinggal bersama !?
Tidak, bukannya permintaan itu
terlalu berlebihan !?
Sensei memberi isyarat padaku dengan
matanya, dan dengan tegas berkata.
“Baiklah, aku mengerti.”
Tunggu, Sensei !?
Kau tidak serius mengatakan
tentang itu, ‘kan !?
Karena perkembangan yang tak
terduga ini, aku merasa mataku perlahan-lahan terhuyung.
“!!!!”
Kemudian, ketika aku memperhatikan
Sensei dengan ekspresi yang sangat tenang, itu membuatku mulai merenung dengan
intens.
Dia mungkin memiliki semacam
rencana, dan dia menganggukkan kepalanya untuk mengatasi situasi yang sulit
ini.
“Baiklah, kalau begitu sudah
diputuskan. Aku akan menghubungi pihak sana untuk menolak perjodohanmu. Astaga,
aku senang kita bisa membicarakan semuanya. Benar, Mama?”
“Ya, itu betul.”
Kedua orang tua tertawa kecil
dan terkekeh.
Sepertinya pembicaraan ini akhirnya
selesai juga.
“Yare Yare ...” kataku dengan
napas kecil. Orang tua, yang sudah selesai makan malam, langsung berdiri.
“Lalu, kami akan menyerahkannya
kepada kaum muda.”
“Fufu, itu benar. Kami akan
segera bertemu lagi.”
“Ya, aku akan memberitahu di
mana alamat baru itu.”
“Aku menantikan ini. Nah,
Shirase-kun, tidak, Koutaro-kun. Tolong jaga Reina mulai sekarang.”
“Ah iya. Terima kasih banyak.”
Orang tuanya pergi dengan
senyum dan menundukkan kepala kepada kami. Kami diam-diam melihat mereka pergi
ketika mereka menghilang dari toko.
“A-a-a-apa yang harus kita
lakukan !?”
“Untuk sekarang, tenanglah dulu
...”
Hah ... Aku merasa dilema dan
menjatuhkan pundakku.
Awalnya, itu hanya di mana aku
berusaha keras untuk memuji Sensei, tapi sekarang berubah menjadi seperti ini.
Penyebabnya adalah karena
Sensei tidak berpikir, dan hanya menganggukkan kepalanya pada saran kami untuk
hidup bersama.
Ya, dia tidak punya rencana
atau semacamnya.
“Lalu, kenapa Anda membuat
wajah itu dan mengangguk?”, Adalah apa yang ingin aku tanyakan padanya, tapi
itu mungkin cuma kepura-puraannya saja.
Bahkan jika itu cuma sesaat, aku
ingin mengalami kembali perasaan ketika aku memandangnya dengan cara yang lebih
positif.
“Ya, apa yang sudah terjadi tak
perlu disesali, jadi kita tidak punya pilihan lain selain memikirkan beberapa
tindakan pencegahan ...”
“Y— Ya. Aku setuju dengan
perkataanmu. Jika mereka mengetahui kenyataanya, kita tidak bisa mengatakan
apa-apa kepada mereka.”
“Iya. Tapi kenapa orang tua
Sensei begitu terburu-buru ingin membuat Anda menikah?”
“... Fuu. Karena sudah begini, kurasa
aku tidak punya pilihan selain menjelaskannya kepadamu.”
“Ya, saya pikir itu akan lebih
baik buat saya untuk mengetahuinya.”
Aku menyemangati Sensei, dan
kemudian dia mengalihkan pandangannya ke bawah dan mulai menjelaskan
situasinya.
“Di kampung halamanku, ada
banyak orang yang sudah menikah sebelum 20 tahun, termasuk juga orang tuaku.
Bahkan jika mereka tidak menikah pada saat itu, mereka pasti akan menikah pada
usia 25 tahun, di mana mereka akan mengandung anak.”
“Ohh, jadi di sana ada banyak
murid yang sudah menikah?”
“Ya. Ada banyak orang yang
mengambil pekerjaan sebagai petani atau mewarisi bisnis keluarga. Itu sebabnya tidak ada banyak
orang seperti diriku yang datang ke kota, karena mereka bersama keluarga
sekitar waktu ini, yang aku pikir adalah kebahagiaan seorang wanita.”
“Begitu rupanya. Jadi seperti
itu alasannya, ya.”
“Ya, aku sudah sering memberi
tahu orang tuaku tentang pemikiranku mengenai masalah pernikahan, tapi
belakangan ini mereka sangat memaksa. Itu karena jarang ada orang seusiaku yang
mencoba menikah di kampung halamanku, dan itulah sebabnya mereka membuat
keributan besar tentang hal itu. Orang tuaku kehilangan kesabaran, membatalkan
kontrak sewa, dan kemudian mengatur perjodohan untukku.”
“Dan kemudian, itu sebabnya
Anda melakukan sandiwara tadi ketika bertemu dengan saya sebelumnya.”
“Ya itu benar. Aku benar-benar
minta maaf karena sudah menyeretmu ke dalam masalah ini ...”
“Ah, tidak apa-apa, karena kita
sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi ... Saya ingin bertanya, kenapa Anda
menganggukkan kepala sebelumnya? Dan apa-apaan dengan wajah percaya diri tadi?”
Ya, aku sudah lama ingin
menanyakan hal itu.
Jika Sensei dengan tegas
menolak tawaran itu, maka semua ini takkan terjadi.
“…Maafkan aku. Aku ingin
meminta maaf untuk itu ...”
Sensei menyusut dan tampak
meminta maaf. Berada di posisi itu membuatku merasa tidak nyaman.
Dia selalu terlihat menakutkan,
dan dipenuhi dengan ketegaran, jadi melihatnya dalam kondisi lemah seperti ini
terasa sangat tidak menyenangkan.
Oleh karena itu, untuk
mengurangi suasana yang berat, aku mengubah topik pembicaraan.
“Ah ... um, Sensei, apa ada
orang yang Anda sukai?”
“Jika ada, maka tidak akan
semerepotkan begini. Juga, tadi itu pelecehan seksual, jadi jaga ucapanmu
baik-baik.”
“Ah, benar ... Maaf ... Tunggu,
saya sudah berusaha membantumu, jadi kenapa Anda malah marah-marah? ...”
Sensei, yang menggunakan kedua
tangannya untuk minum kopi es, memandangku dengan tatapan menghina.
Juga, dia menambahkan terlalu
banyak gula dan susu di kopinya.
Kau tidak perlu memaksakan diri
untuk meminum kopi hitam, kalau itu bukan favoritmu.
Aku menghela nafas, dan berkata
pada Sensei.
“Ini cukup mengejutkan. Sensei,
Anda memiliki kesan sebagai orang sempurna yang tidak pernah membuat
kesalahan.”
“Yah, kurasa di sekolah memang
iya. Aku mati-matian bekerja keras untuk mempertahankan kesan itu. Tapi kehidupan
pribadiku adalah seperti ini.”
“Begitu ya. Tapi bukannya selalu
bertingkah seperti itu akan membuat Anda lelah?”
“Apa ini? Kamu berniat
mengajariku?”
Sensei dengan terang-terangan
menunjukkan ketidaknyamanannya, jadi aku menggelengkan kepala dan berkata.
“Ti— Tidak, bukan itu yang saya
maksudkan. Hanya saja, Anda selalu menjaga penampilan itu, dan saya penasaran
apa itu merupakan halangan bagi Anda.”
“Yah, kurasa begitu. Tapi aku ini
seorang guru. Guru harus selalu menjadi contoh untuk muridnya. Biarpun aku
harus memaksakan diriku, aku harus menjadi "guru" di depan kalian semua.”
“Saya tidak tahu kenapa Anda
sampai sejauh itu ...”
Dan dia menjawab.
“... Kamu tahu, aku selalu
bermimpi menjadi seorang guru.”
“Eh?”
Sensei mulai bercerita sambil
menatap ke luar jendela.
“Pemicunya cukup sepele. Ketika
aku masih pelajar, ada Sensei yang sangat membantu, dan aku bermimpi menjadi
seperti dia. Seperti yang kamu katakan tentang diriku, dia memiliki kesan yang
sempurna, dan aku ingin meniru dia, tetapi kelemahanku telah terungkap.”
“Tidak, tidak juga ... meski
Anda memasukkan terlalu banyak gula dan susu ke dalam kopimu ...”
“Ap— Apa boleh buat, oke !? Aku
tidak suka dengan yang pahit-pahit, oke !?”
“Eh ...”
Jadi dia tidak tahan minum
seperti itu, eh ...
“Jika Anda benar-benar tidak
suka pahit, kenapa tidak mencoba kakao saja.”
“Tidak bisa! Kopi jauh lebih
berkesan seperti orang dewasa!”
“Sensei ...”
Apa yang harus aku lakukan
denganmu ...
Citraku pada Sensei mulai
runtuh dengan cepat.
Kurasa itu seperti yang dia
katakan. Kelemahannya telah terungkap ...
Sensei menggembungkan pipinya,
lalu aku mulai bertanya lagi
“Mungkinkah meminum kopi juga
adalah cara Anda supaya terlihat seperti Sensei teladan?”
“Ya tentu saja. Setiap pagi aku
membutuhkan waktu untuk meluruskan rambutku dan memakai kacamata yang sedikit
tipis, dan itu semua karena aku bertujuan untuk menjadi wanita yang keren dan
cantik seperti yang pernah diajarkan oleh guruku.”
“Be— Begitu ya ...”
Rasanya seperti aku mendengar
sesuatu yang seharusnya tidak aku dengar.
Mulai dari besok, aku pasti takkan
bisa melihat Sensei dengan cara pandang yang sama lagi.
Ah, kurasa dia mencoba yang
terbaik untuk menjadi wanita yang elegan dan cantik hari ini juga ...
“Ya, aku pikir Sensei-ku adalah
orang yang luar biasa. Dia selalu mempertahankan kesan yang keren, dan menahan
diri untuk tidak tertawa, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah
demi para siswa.”
“Ohh, Anda benar-benar
terdengar seperti seorang guru sekarang.”
“Tidak, aku tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan guruku.”
Sensei menggelengkan kepalanya
dalam penyangkalan, dan mengatakan sesuatu seolah-olah bernostalgia.
“Dulu, aku punya teman yang
memiliki tubuh lemah dan sering absen dari sekolah. Dia sering pergi ke ruang
UKS, dan hampir tidak bisa memenuhi jumlah hari absen yang diizinkan. Pada saat
itu, sangat sulit untuk maju secara akademis. Tentu saja, aku ingin maju
bersama dengannya, jadi aku pindah ke kelasnya. Pada saat itu, aku
berkonsultasi dengan Sensei wali kelasku. Sensei lau memberitahuku, "Aku menyerahkannya padamu.”
“La—Lalu?”
“Sensei akan selalu belajar
dengannya setiap saat. Dari siang sampai malam. Sensei terus belajar dengannya
ketika dia punya waktu. Tapi Sensei juga manusia. Jika dia terus melanjutkan
ini dengan paksa, tubuhnya akan mencapai batas suatu hari. Suatu hari, aku tak
sengaja mengintip Sensei, tanpa disadarinya. Sensei terlihat seperti sangat
kesakitan.”
“Eh?”
“Aku buru-buru berlari
mendekatinya. Sensei bilang bahwa dia harus terus pergi ke rumah temanku untuk
membantunya belajar, dan terus memaksakan diri. Jadi, aku bertanya kepadanya:
"Mengapa Anda sampai berbuah sejauh
ini ...". Dan kemudian, Sensei menanggapi dengan senyum yang jarang
dia lakukan.”
“…...”
Aku menelan ludah dan menahan
nafas dengan cemas, dan kemudian Sensei memberitahuku.
“ “Aku sudah memutuskan ini, tahu? Aku adalah Sensei dari kalian semua.
Biarpun aku harus memaksakan diriku, aku harus bekerja keras sebagai Sensei
demi kebahagiaan murid-muridku, ”, katanya.”
“He—Hebatnya ...”
“Ya, dia memang luar biasa.
Bagaimanapun, temanku berhasil naik kelas. Aku memiliki kesan mendalam tentang
Sensei-ku pada saat itu, jadi aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi seorang
guru juga. Setiap hari ada beberapa perjuangan, tapi aku mencintai pekerjaanku,
dan itu terasa sangat memuaskan.”
Dan kemudian, Sensei
melanjutkan berbicara, tapi menambahkan nadanya dengan sesuatu yang tampak
seperti penyesalan.
“Tapi karena orang tuaku dan
semua orang di kampung halamanku seperti itu, mimpi yang kuraih dan kukejar
semakin sulit. Aku tidak bisa menemukan orang yang ingin aku nikahi ...”
“…….”
Sakurajouji Sensei, yang selalu
memelototiku dan memarahiku, sedang berbicara dengan suara melow dan bergetar,
dan butir air mata terbentuk di sekitar matanya. Melihatnya tampak lemah dan
tidak berdaya seperti ini benar-benar mengejutkanku, tapi aku pikir akan lebih
baik jika aku meninggalkannya sendirian.
Aku benar-benar membencinya
pada satu titik ...
Setiap kali kami bertatap muka,
dia akan menyuruh merapihkan pakaianku, memaksaku untuk mempersiapkan pelajaran
ketika nilaiku menurun, dan semuanya hanya rasa jengkel, menjadi cerewet
tentang segalanya.
Namun…
“Sensei, apa Anda ingin
melanjutkan untuk mengajar?”
“Tentu saja!? Ada banyak hal
yang masih ingin aku ajarkan kepada murid-muridku, dan aku harus memastikan
mereka memahami segalanya, tahu !? Aku tidak boleh berhenti di tengah jalan! Bukannya
itu nanti akan menyebabkan kalian semua kesulitan !? Apapun yang terjadi, aku
harus memastikan untuk bertanggung jawab atas kalian! Karena aku adalah
Sensei!”
“Begitu…ya”
Sensei-ku benar-benar
menganggap kita sebagai hal terpenting baginya, ya ...
Padahal, ada beberapa hal yang
tidak bisa aku katakan.
Wajahnya menakutkan.
Payudaranya besar.
Hah ...
Setelah aku menghela nafas
pasrah, [Ugh, apa boleh buat ‘kan!], Kata Sensei, yang mendapatkan tekadnya.
Setelah mendengar semua ini, kurasa
aku harus bekerja sama dengannya mulai sekarang.
“Saya mengerti. Lalu, bagaimana
kalau Anda tinggal bersama dengan saya dulu sampai ini semua beres?”
“Eh! ...”
Sensei memasang ekspresi terkejut
di wajahnya, tapi aku terus melanjutkan.
“Setelah percakapan hari ini,
satu-satunya cara untuk menghadapi keadaan sulit ini adalah dengan mulai hidup
bersama. Saya pikir Sensei sudah mengetahui ini, tapi saya tinggal sendirian di
rumah, ayah saya jarang pulang, dan kamarnya kosong. Karena itu semuanya akan
baik-baik saja jika Sensei datang ke rumah saya. Anda akan tinggal di sana
untuk waktu yang terbatas, sampai kita dapat mengundang orang tuamu, dan aku
pikir itu akan meringankan beban mental Sensei. Jika orang tuamu melihat bahwa
kita benar-benar hidup bersama, Saya pikir semuanya akan baik-baik saja.”
“Ta— Tapi, bukannya itu akan
merepotkanmu? Dan ditambah lagi, kita ini Sensei dan murid ...”
“Yah, itu mungkin benar, tapi
karena keadaan yang sulit ini ... Dan tentang membuatku repot, sebenarnya ada
sesuatu yang Saya inginkan dari Anda.”
“Sesuatu yang kamu inginkan
dariku?”
Aku menanggapi Sensei, yang memiringkan
kepalanya, dengan [Ya] dan menganggukan kepala.
“Begini, sejak nenekku
meninggal 1 tahun yang lalu, Saya tidak bisa menangani tugas beres-beres rumah,
dan bagian dalam rumahku adalah bencana ... Alasan Saya datang ke sini adalah
karena saya tidak bisa memasak ...”
“Begitu rupanya. Jadi sebagai
timbal balik untuk tinggal bersama denganmu, Kamu ingin aku membantumu dengan
tugas beres-beres rumah?”
“Ya, benar. Jika Anda bersedia
melakukannya untukku, lalu saya takkan memiliki masalah. Terus, saya pikir
beberapa rumor aneh akan menyebar ke tetangga, jadi alangkah baiknya bila Anda
berpura-pura menjadi pembantu rumah tangga.”
“Kamu benar. Dengan begitu, itu
takkan terlihat aneh kalau kita hidup bersama. Tetanggamu mungkin tahu kalau
ayahmu sibuk dengan pekerjaan juga.”
“Iya. Jadi, Anda masih bisa
terus mengajar seperti ini.”
Saat aku mengatakan itu, Sensei
menatapku dengan tatapan meminta maaf, dan bertanya.
“Tapi, apa itu baik-baik saja
denganmu? Aku melibatkanmu dengan semua omong kosong ini, jadi bukannya lebih
baik meninggalkan aku dan memberimu lebih banyak kebebasan?”
Ketika dia bertanya itu, aku
terkekeh dan membalasnya.
“Yah, karena kita sudah sejauh
ini, jadi kita akan tetap bersama sampai akhir. Terus, aku ingin Sensei berada
pada kondisi puncaknya. Melihat Sensei yang tertekan tidak terasa benar.”
“Ara, sebenarnya apa maksudnya
itu?”
“Ah, jangan khawatir tentang itu
...”
Sensei memiliki kilau tajam di tatapan
matanya, dan aku mengalihkan pandanganku, seolah-olah aku melarikan diri
darinya.
“... Fufu!”
“!!!”
Melihat Sensei jarang memiliki
senyum di wajahnya, mataku tanpa sadar melebar.
Dia selalu membuat wajah yang
menakutkan, jadi kupikir dia benar-benar tidak bisa tersenyum, tapi dia benar-benar
bisa melakukannya, ya !?
Sungguh mengejutkan.
Dia juga sangat cantik, dan sejujurnya,
dia
sangat imut.
Tapi jika aku pikir-pikir lagi,
jika wajah menyeramkan itu supaya dia bisa mengimbangi penampilan, kurasa dia
takkan selalu menjadi Sensei seperti ini.
Bahkan jika seseorang membuat
masalah besar tentang menjadi tidak suka kopi hitam, mereka bisa sangat lucu.
Dan kemudian, ketika aku
memikirkan itu, Sensei menyadari pandangan mataku.
“…Apa?”
Kau selalu menahan diri untuk
tidak tersenyum, jadi aku ingin bertanya mengapa kau selalu memiliki ekspresi
yang menakutkan.
“Ah, hanya saja saya tidak
menyangka kalau Sensei bisa tersenyum seperti itu ...”
“Hei, kamu pikir aku ini apa,
monster?”
“Ma — Maaf. Saya tidak pernah
melihat Anda tersenyum di sekolah, jadi ... Ah, tapi itu sangat limut. Aku
pikir lebih baik jika Anda lebih sering tersenyum.”
“Ap— Apa yang kamu katakan !? Kamu
seharusnya tidak mengolok-olok orang dewasa, tahu !?”
“Cukup!”, Ucap Sensei yang malu-malu.
Melihat sisi dirinya yang tidak terduga ini, membuatkuku berpikir bahwa dia
kadang-kadang bisa bertingkah imut juga.
Tags:
Kawaii Fiance
Next min...thanks.
BalasHapusMin kok selanjutnya dicoret sih. :V
BalasHapusYa karena belum ada jadi dicoret
Hapusthanks min!!
BalasHapusLanjutt
BalasHapus