Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 78



u Sudut Pandang si Senpai u   
Sekarang adalah hari Minggu. Aku akan tidur sampai puas untuk menebus bangun pagiku kemarin. Tapi itu bukan berarti aku benar-benar tidur sekarang, karena aku sudah tertidur di selimut hangatku sejak matahari terbit.
Bagaimanapun juga. Tempat tidurku hangat dan nyaman. Ini memungkinkanku dengan senang hati mengembalikan energiku di sini sebanyak yang aku inginkan. Aku sudah bekerja keras untuk mencoba menunjukkan pikiran aku yang dangkal, membuatnya terdengar layak. Ini melelahkan ku.
Aku mendengar ayahku pergi ke suatu tempat, suara pintu depan tertutup terdengar sampai ke telingaku. Aku juga bisa mendengar suara air mengalir dan penyedot debu dari ruang tamu. Sepertinya ibuku melakukan pekerjaan rumah seperti biasa.
Sementara itu, kesadaranku bergerak masuk dan keluar, membuatku bahkan tidak bisa membuka tirai kamarku. Rasanya terlalu menyenangkan tinggal di selimutku.
Smartphone yang aku letakkan di samping tempat tidurku berdering setelah aku terbangun beberapa kali.
Maharun ♪ : Selamat pagi
Itu dari Kouhai-chan.
Ketika aku melihat bagian atas layarku, sudah hampir jam dua belas.
Aku merasa sangat segar, jadi aku memutuskan untuk bangun. Sambil berpikir begitu, aku mengetik dengan smartphone-ku.
Iguchi Keita : Pagi
Maharun ♪ : Tentu saja kamu sudah bangun, ya?
Iguchi Keita : Tidak, aku baru saja bangun
Maharun ♪ : Benarkah?
Kenpa kau meragukanku? Yah, memang benar aku bangun lebih awal kemarin.
Iguchi Keita : Serius
Iguchi Keita : Aku masih di dalam selimutku
Maharun ♪ : Kalau begitu, aku akan percaya padamu
Sepertinya Kouhai-chan mempercayaiku bahkan tanpa meminta bukti.
Hmm.
Obrolan LINE kami terhenti karena tidak ada hal khusus untuk dibicarakan. Aku masih belum siap untuk keluar dari selimut, tapi itu bukan berarti aku masih mengantuk untuk tidur lagi.
Apa enaknya membaca novel web, ya? Yang bisa aku baca bahkan dengan kepala kosong. Aku mengklik ikon browser untuk membuka pembaruan karya favoritku.

u Sudut Pandang si Kouhai u   
Nn, apa yang harus aku lakukan hari ini?
Aku sudah bertemu dengan Senpai kemarin, jadi kuota akhir pekan ini telah tercapai.
Maharun♪ : Senpai?
Sekitar dua puluh menit telah berlalu sejak pesan terakhir kami. Apa Senpai sudah keluar dari selimutnya?
Setelah satu menit, dua menit, Ia masih belum membaca pesanku.
Apa yang sedang Ia lakukan? Apa Ia lagi cuci muka atau makan siang?
Setelah lima menit, aku mendapat balasan dari senpai.
Iguchi Keita : Ada apa, Kouhai-chan?
Aku hanya memanggilnya. Tentu saja Ia akan menjawab seperti itu.
Ehh, bagaimana sekarang.
Maharun ♪ : Umm
Maharun ♪ : Pertanyaan hari ini
Iguchi Keita : Hou
Omong-omong, senpai tidak menanyakan pertanyaannya kemarin. Bukannya aku tidak memberinya waktu untuk bertanya padaku. Rasanya agak kesepian.
Maharun♪ : Senpai
Maharun ♪ : Apa kamu ingin bertemu denganku hari ini?
Aku tidak tahu mengapa aku ingin menanyakan pertanyaan semacam ini kepadanya.
Namun, aku hanya menulis ini karena aku ingin bertanya kepadanya. Karena aku bertanya melalui LINE, yang bisa aku lakukan hanyalah menunggu jawabannya.
Apa itu butuh beberapa detik, atau puluhan detik?
Setelah beberapa saat, Senpai membaca pesanku.
Dari sana, tidak ada reaksi untuk sementara waktu.
Waktu di bagian atas layarku berubah, dan aku langsung mendapat balasan dari Senpai.
Iguchi Keita : Nn…
Iguchi Keita : Apa aku boleh menelponmu?
Iya!?
Sudah lama sejak aku mendengar kata itu. Telpon? Dari sekarang? Dalam waktu ini?
Maharun ♪ : Ya, aku baik-baik saja dengan itu
Aku menjawab dengan santai, berusaha untuk tidak terlihat gelisah sebisa mungkin.
Iguchi Keita : Lalu, aku akan meneleponmu.
Iguchi Keita : [Iguchi Keita memulai panggilan.]

u Sudut Pandang si Senpai u   
Apa yang terjadi padamu, Senpai? Apa kamu merindukan suaraku?”
Begitu dia menjawab panggilan itu dan aku mendengar suaranya yang keras, aku merasa lega. Ah, ini adalah Kouhai-chan yang biasa.
Aku sudah mendengarnya kemarin.
Seharusnya tidak apa-apa bagiku untuk memanggilnya karena aku sudah menutup pintu kamarku, tetapi aku juga meletakkan selimut di kepalaku dan menjawabnya dengan suara pelan.
Itu juga benar. Apa kamu ingin melihat wajahku juga hari ini?”
Jangan terlalu blak-blakan begitu...
Ahh, aku ingin membicarakan hal itu.
Karena dia kemungkinan besar akan salah paham jika kita membicarakan hal ini melalui LINE, jadi aku sengaja meneleponnya.
Sederhananya, aku tidak ingin bertemu denganmu.
Kejamnya~.
Aku hanya mengatakan kesimpulannya, oke? Dengarkan penjelasanku dulu.”
“Ya ya.”
Wajah Kouhai-chan yang tersenyum melalui telpon muncul di pikiranku.
“Hei. Apa kau tahu kapan ujian akhir di adakan?”
Ahh, sepertinya akan segera, kalau tidak salah.
Itu dimulai pada hari Selasa dalam dua minggu. Hanya ada dua hari Sabtu dan Minggu mulai hari ini.”
Hari ini masih hari Minggu, jadi ada 3 hari Minggu, ‘kan?
Aku tidak membicarakan hal itu. Meski begini-begini, aku masih siswa yang berprestasi, jadi aku ingin belajar dengan benar.
Sejujurnya, bukan berarti aku tidak ingin bertemu Kouhai-chan.
Hee…
Kouhai-chan pasti akan menyeringai jika kita berbicara tatap muka sekarang.
Berisik. Kami sudah bertemu kemarin karena aku punya tugas, jadi aku tidak bisa belajar sama sekali. Setidaknya biarkan aku berkonsentrasi hari ini.”
Hee.
Apa-apaan dengan balasan itu?
“Tidak ada. Lupakan saja~.”
Aku bisa mendengar tawa kecilnya dari ujung telepon.
Sepertinya dia menikmati ini, oi.
Ketika aku mendengar suara panggilan dengan linglung, aku ingat bahwa aku belum menanyakannya kemarin, dan aku harus menanyakan sesuatu kepadanya hari ini.
Hei, boleh aku menanyakan kepadamu pertanyaan hari ini ?
“Ya, apa itu?”
Kouhai-chan, apa kau ingin bertemu denganku hari ini?
Ketika aku menyuarakan itu dari mulutku, aku menyadari bahwa itu terdengar cukup sombong, seolah-olah aku sedang memandang rendah orang.
“Itu…”
Tanpa ragu, Kouhai-chan menjawab pertanyaan itu dengan ini.
Tentu saja aku ingin bertemu Senpai ♪
Dia berbisik begitu ke mikrofonku. Punggungku langsung merinding, dan smartphone-ku hampir terlepas dari genggaman tanganku.
“Aku mengerti. Kalau begitu, kita pasti takkan bertemu hari ini.”
Ehh, kok jadi begitu? kamu kejam untuk mengatakan itu setelah bertanya padaku apakah aku ingin bertemu denganmu, Senpai.”
Yang namanya tidak tetap tidak. Lalu, sampai jumpa besok.”
Sebelum dia bisa melakukan sesuatu untuk membuatku menyerah, aku langsung mematikan panggilan.
Selain rasanya menyenangkan meski kami hanya melakukan percakapan seperti itu, aku juga kagum pada gadis ini.




Hal yang kuketahui dari Senpai-ku, nomor (78)
Sepertinya Ia tidak keberatan bertemu denganku di hari libur.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama