u
Sudut Pandang si Senpai u
Sekarang adalah hari
Minggu. Aku akan tidur sampai puas untuk menebus bangun pagiku
kemarin. Tapi itu bukan berarti aku benar-benar tidur sekarang, karena aku
sudah tertidur di selimut hangatku sejak matahari terbit.
Bagaimanapun
juga. Tempat tidurku hangat dan nyaman. Ini memungkinkanku dengan senang
hati mengembalikan energiku di sini sebanyak yang aku inginkan. Aku sudah
bekerja keras untuk mencoba menunjukkan pikiran aku yang dangkal, membuatnya
terdengar layak. Ini melelahkan ku.
Aku mendengar ayahku
pergi ke suatu tempat, suara pintu depan tertutup terdengar sampai ke
telingaku. Aku juga bisa mendengar suara air mengalir dan penyedot debu dari
ruang tamu. Sepertinya ibuku melakukan pekerjaan rumah seperti biasa.
Sementara itu,
kesadaranku bergerak masuk dan keluar, membuatku bahkan tidak bisa membuka
tirai kamarku. Rasanya terlalu menyenangkan tinggal di selimutku.
Smartphone yang aku letakkan
di samping tempat tidurku berdering setelah aku terbangun beberapa kali.
Maharun ♪ : Selamat pagi
Itu dari Kouhai-chan.
Ketika aku melihat
bagian atas layarku, sudah hampir jam dua belas.
Aku merasa sangat
segar, jadi aku memutuskan untuk bangun. Sambil berpikir begitu, aku
mengetik dengan smartphone-ku.
Iguchi Keita : Pagi
Maharun ♪ : Tentu saja kamu sudah
bangun, ya?
Iguchi Keita : Tidak, aku baru saja
bangun
Maharun ♪ : Benarkah?
Kenpa kau meragukanku? Yah,
memang benar aku bangun lebih awal kemarin.
Iguchi Keita : Serius
Iguchi Keita : Aku masih di dalam
selimutku
Maharun ♪ : Kalau begitu, aku akan
percaya padamu
Sepertinya
Kouhai-chan mempercayaiku bahkan tanpa meminta bukti.
Hmm.
Obrolan LINE kami
terhenti karena tidak ada hal khusus untuk dibicarakan. Aku masih belum
siap untuk keluar dari selimut, tapi itu bukan berarti aku masih mengantuk
untuk tidur lagi.
Apa enaknya membaca
novel web, ya? Yang bisa aku baca bahkan dengan kepala kosong. Aku
mengklik ikon browser untuk membuka pembaruan karya favoritku.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Nn, apa yang harus aku
lakukan hari ini?
Aku sudah bertemu
dengan Senpai kemarin, jadi kuota akhir pekan ini telah tercapai.
Maharun♪ : Senpai?
Sekitar dua puluh
menit telah berlalu sejak pesan terakhir kami. Apa Senpai sudah keluar
dari selimutnya?
Setelah satu menit,
dua menit, Ia masih belum membaca pesanku.
Apa yang sedang Ia lakukan? Apa
Ia lagi cuci muka atau makan siang?
Setelah lima menit, aku
mendapat balasan dari senpai.
Iguchi Keita : Ada apa, Kouhai-chan?
Aku hanya
memanggilnya. Tentu saja Ia akan menjawab seperti itu.
Ehh, bagaimana
sekarang.
Maharun ♪ : Umm
Maharun ♪ : 「Pertanyaan hari ini」
Iguchi Keita : Hou
Omong-omong, senpai
tidak menanyakan 「pertanyaannya」
kemarin. Bukannya aku tidak memberinya waktu untuk bertanya
padaku. Rasanya agak kesepian.
Maharun♪ : Senpai
Maharun ♪ : Apa kamu ingin bertemu denganku
hari ini?
Aku tidak tahu
mengapa aku ingin menanyakan pertanyaan semacam ini kepadanya.
Namun, aku hanya
menulis ini karena aku ingin bertanya kepadanya. Karena aku bertanya
melalui LINE, yang bisa aku lakukan hanyalah menunggu jawabannya.
Apa itu butuh beberapa
detik, atau puluhan detik?
Setelah beberapa
saat, Senpai membaca pesanku.
Dari sana, tidak ada
reaksi untuk sementara waktu.
Waktu di bagian atas
layarku berubah, dan aku langsung mendapat balasan dari Senpai.
Iguchi Keita : Nn…
Iguchi Keita : Apa aku boleh menelponmu?
Iya!?
Sudah lama sejak aku
mendengar kata itu. Telpon? Dari sekarang? Dalam waktu ini?
Maharun ♪ : Ya, aku baik-baik saja
dengan itu
Aku menjawab dengan
santai, berusaha untuk tidak terlihat gelisah sebisa mungkin.
Iguchi Keita : Lalu, aku akan
meneleponmu.
Iguchi Keita : [Iguchi Keita memulai
panggilan.]
u
Sudut Pandang si Senpai u
“Apa yang terjadi
padamu, Senpai? Apa kamu merindukan suaraku?”
Begitu dia menjawab
panggilan itu dan aku mendengar suaranya yang keras, aku merasa lega. Ah,
ini adalah Kouhai-chan yang biasa.
“Aku sudah
mendengarnya kemarin.”
Seharusnya tidak
apa-apa bagiku untuk memanggilnya karena aku sudah menutup pintu kamarku,
tetapi aku juga meletakkan selimut di kepalaku dan menjawabnya dengan suara
pelan.
“Itu juga
benar. Apa kamu ingin melihat wajahku juga hari ini?”
Jangan terlalu
blak-blakan begitu...
“Ahh, aku ingin
membicarakan hal itu.”
Karena dia kemungkinan
besar akan salah paham jika kita membicarakan hal ini melalui LINE, jadi aku sengaja
meneleponnya.
“Sederhananya, aku
tidak ingin bertemu denganmu.”
“Kejamnya~.”
“Aku hanya mengatakan
kesimpulannya, oke? Dengarkan penjelasanku dulu.”
“Ya ya.”
Wajah Kouhai-chan
yang tersenyum melalui telpon muncul di pikiranku.
“Hei. Apa kau
tahu kapan ujian akhir di adakan?”
“Ahh, sepertinya akan
segera, kalau tidak salah.”
“Itu dimulai pada hari
Selasa dalam dua minggu. Hanya ada dua hari Sabtu dan Minggu mulai hari
ini.”
“Hari ini masih hari
Minggu, jadi ada 3 hari Minggu, ‘kan?”
Aku tidak
membicarakan hal itu. Meski begini-begini, aku masih siswa yang
berprestasi, jadi aku ingin belajar dengan benar.
“Sejujurnya, bukan
berarti aku tidak ingin bertemu Kouhai-chan.”
“Hee…”
Kouhai-chan pasti
akan menyeringai jika kita berbicara tatap muka sekarang.
“Berisik. Kami sudah
bertemu kemarin karena aku punya tugas, jadi aku tidak bisa belajar sama
sekali. Setidaknya biarkan aku berkonsentrasi hari ini.”
“Hee.”
“Apa-apaan dengan
balasan itu?”
“Tidak
ada. Lupakan saja~.”
Aku bisa mendengar
tawa kecilnya dari ujung telepon.
Sepertinya dia
menikmati ini, oi.
Ketika aku mendengar
suara panggilan dengan linglung, aku ingat bahwa aku belum menanyakannya
kemarin, dan aku harus menanyakan sesuatu kepadanya hari ini.
“Hei, boleh aku menanyakan
kepadamu『 pertanyaan hari ini 』?”
“Ya, apa itu?”
“Kouhai-chan, apa kau
ingin bertemu denganku hari ini?”
Ketika aku
menyuarakan itu dari mulutku, aku menyadari bahwa itu terdengar cukup sombong,
seolah-olah aku sedang memandang rendah orang.
“Itu…”
Tanpa ragu,
Kouhai-chan menjawab pertanyaan itu dengan ini.
“Tentu saja aku ingin
bertemu Senpai ♪”
Dia berbisik begitu
ke mikrofonku. Punggungku langsung merinding, dan smartphone-ku hampir
terlepas dari genggaman tanganku.
“Aku
mengerti. Kalau begitu, kita pasti takkan bertemu hari ini.”
“Ehh, kok jadi
begitu? kamu kejam untuk mengatakan itu setelah bertanya padaku apakah aku
ingin bertemu denganmu, Senpai.”
“Yang namanya tidak
tetap tidak. Lalu, sampai jumpa besok.”
Sebelum dia bisa melakukan
sesuatu untuk membuatku menyerah, aku langsung mematikan panggilan.
Selain rasanya
menyenangkan meski kami hanya melakukan percakapan seperti itu, aku juga kagum
pada gadis ini.
Hal yang kuketahui
dari Senpai-ku, nomor (78)
Sepertinya Ia tidak
keberatan bertemu denganku di hari libur.