Kamis, 9 Mei
- Kunjungan. Gerbang sekolah. Kencan Sepulang Sekolah.
Karena hari ini dia ada tugas,
sepertinya Mariko akan pulang terlambat.
Aku memanggilnya untuk
menanyakan apa dia butuh bantuan, tapi dia hanya menjawab dengan "Aku baik-baik saja, daripada itu
...", Mariko malah mengkhawatirkan aku. Sepertinya dia khawatir
mengenai diriku yang tidak bisa akrab dengan cowok lain di kelas.
Selain fakta aku memiliki nama
keluarga Taishido, Mariko juga selalu berada di dekatku, jadi aku benar-benar
terasingkan dari teman sekelas lainnya.
Ketika di sekolah, aku sudah
dimanjakan oleh Mariko. Adik-adiku sudah bilang "pastikan untuk menikmari
waktumu sendiri" baru-baru ini, tapi ...
Itu dia! Tentunya, ini adalah
kesempatan untuk membuat teman! ~
Diputuskan, sepulang sekolah
aku mencoba untuk berbicara dengan teman sekelas yang ada di dalam kelas.
“Ah ... maaf, aku ada kegiatan
klub sekarang.”
“Ma-Maaf Taishido-san, aku
punya tugas yang tidak bisa dilewatkan. Aku minta maaf.”
“Jangan datang kepadaku hanya
karena pacarmu sedang tidak bersamamu.”
Untuk orang terakhir - ada
sesuatu yang ingin aku katakan untuk Hiraoka-kun. Mariko itu bukan pacarku, dia
cuma teman masa kecil!
Dan sebelum aku bisa menjelaskannya,
Hiraoka-kun mendecakkan lidahnya dan pergi begitu saja.
Mendadak ingin membuat teman
cowok, hanya karena Mariko sibuk, terlalu berlebihan ya. Memang, itu semua
salahku.
Apa boleh buat. Aku akan hanya
diam-diam pulang sendirian. Aku tidak menangis. Mataku cuma kelilipan debu.
Ak-Aku tidak benar-benar ... kesepian atau semacamnya.
Aku menuju ke gerbang sekolah
dan berjalan perlahan-lahan. Ada beberapa siswa meninggalkan sekolah saat ini
di sana.
Tepat di gerbang sekolah, aku
menemukan kerumunan para siswa. Selain itu, para gadis membuat suara melengking.
Dalam hal ini, pasti ada semacam kecelakaan atau insiden. Jika tidak, apa yang
sebenarnya terjadi? Artis? Alumni artis datang berkunjung….... sesuatu seperti
itu mungkin terjadi.
Pada saat aku tiba di pintu
gerbang, kerumunan makin bertambah besar.
Ketika seseorang menghentikanku
dari bergerak, mau tidak mau aku jadi dibuat penasaran. Tanpa mengatakan
permintaan maaf apapun, penasaran tentang identitas sejati yang membuat orang
berkerumun, aku berhenti bergerak.
Sosok yang berdiri di samping
pintu gerbang sekolah - adalah sorang gadis yang sangat cantik.
Kakinya yang ramping nan
panjang dan berpose layaknya model. Pakaian tipe gothic dengan daerah dada
sedikit terbuka, seperti seorang putri dari dunia lain.
Sepertinya dia tidak menyangka
akan mengundang kerumunan orang dan wajahnya tampak sangat tersipu.
Tatapan matanya menemukan
diriku di antara kerumunan yang mengelilinginya, gadis cantik tersebut
melambaikan tangannya padaku.
Ekspresinya langsung berubah
jadi senyuman, lemah lembut dan lega bercampur jadi satu. Bukan hanya para
cowok, para gadis juga, semua yang hadir menatapnya saat berbicara.
“Aku senang. Kita akhirnya bisa
bertemu.”
Dia pun melangkah dan kerumunan
terbelah dua di sampingku. Setelah cepat berjalan ke arahku, dia diam-diam mengambil
lenganku dan kami mulai berjalan dengan lengan yang saling terkait.
“Tu-Tunggu ...”
“Apa kamu tidak bersama
Mariko-san hari ini?”
Gadis cantik dalam pakaian gothic
- Yuuki melihat sekelilingnya dengan gelisah.
“Dia ada tugas jadi dia akan terlambat
...”
“Begitu rupanya. Aku ingin
bertemu dengannya, tapi aku juga merasa lega.”
Kerumunan orang mulai membuat
kegaduhan. Sepertinya ada banyak yang mengenali diriku daripada yang aku duga.
“Oi, bukannya itu Taishido Yoichi?”
“Eh? !! Serius?”
“Jika aku tidak salah, sesuatu
tentang anak baru dan ranking tinggi ...”
“Sepertinya ini adalah cinta
segitiga asli. Kemungkinan dia adalah tunangannya itu tinggi. Seorang gadis
cantik datang jauh-jauh ke sekolah untuk bertemu, dia pasti tunangannya.”
Aku meningkatkan kecepatan
berjalanku.
“Uwah! Mendadak, apa yang
terjadi Nii-sa ... Yoichi-kun.”
Yuuki hampir memanggilku “Nii-san"
tapi berhasil menahannya. Sepertinya dia sadar kalau aku menyembunyikan
keberadaan adik-adikku.
Mencoba acuh tak acuh, aku
menyeret Yuuki dan meninggalkan gerbang sekolah.
Setelah berjalan selama
beberapa waktu, Yuuki berbicara kepadaku sambil meminta maaf.
“Maaf Nii-san, tiba-tiba datang
mengunjungimu.”
Aku berhenti bergerak dan
menggeleng.
“Aku tidak pernah melarangmu
untuk datang ke sekolahku, yang sebelumnya …... waktunya saja yang kurang
tepat. Kau tidak perlu terlalu mencemaskannya.”
“Ta-Tapi ... Nii-san, tadi ada
kesalahpahaman super. Se-Seperti, tunangan ...”
Wajahnya memerah karena malu.
“Aku sudah terbiasa dengan
kesalahpahaman. Lagian, jika aku mencoba menjelaskan, hal itu akan berubah
menjadi lebih berlebihan.”
“Uuu, meski Nii-san tidak
memiliki teman, malah menambah kesalahpahaman yang tidak perlu di sekolah ...
aku bertindak ceroboh.”
Saat Yuuki menindaklanjuti
dengan kalimat itu, aku merasa ingin menangis. Malahan, dia sangat tepat
mengatakan kalau aku tidak punya teman, tapi tolong berhenti membuatku
menghadapi kenyataan! Ayo kita ganti topiknya.
Aku mulai berjalan lagi dan
bertanya.
“Ngomong-ngomong, bagimu untuk
datang mengunjungiku, apa yang terjadi?”
“Se-Sebenarnya, Nii-san ... Aku
punya permintaan.”
“Permintaan? Kau bisa saja
menunggu di apartemen ‘kan.”
Tanpa sengaja kalimat itu
menyelinap keluar dari mulutku. Sekali lagi Yuuki mengangkat alisnya dengan cemas.
“Uu! Maaf, Nii-san! Aku tidak
berpikir ada banyak orang akan berkumpul. Mengenakan rok yang tidak cocok
denganku, aku memang tidak pernah kapok.”
“Tentang kerumunan itu, um ...
itu karena pakaiannya sangat cocok denganmu jadi mereka salah paham kalau kau itu
model.”
“Nii-san memang orang yang
baik. Tapi jangan memberitahuku kebohongan yang lembut.”
Itu tidak bohong, tapi
sepertinya apapun yang kukatakan takkan membuatnya percaya padaku.
Yuuki benar-benar tidak punya
kepercayaan pada pesonanya sendiri.
“Kau sekarang bisa pergi ke
luar dengan rok, Kau tumbuh lebih pesat dari yang kau pikirkan, Yuuki.”
“Hal ini, um ……. desain baru
Undying Cicada-san. Dia bilang dia ingin aku memakainya di luar. Sesuatu
tentang pemantauan ... ju-juga, karena aku mungkin akan bertemu Mariko-san, aku
ingin terlihat seperti seorang gadis. Tentu saja, supaya tidak merepotkan
Nii-san, aku tidak berniat untuk memproklamirkan diriku sebagai adikmu. Tapi
seperti, kouhai saat SMP atau ... uu ...”
Dia berbicara sangat cepat
dengan suara panik dan aneh.
Begitu ya. Cicada-san, jadi
Selene membantu Yuuki. Jika seorang gadis biasa memakai pakaian jenis ini, dia
secara alami akan menonjol.
Dasar Selene, bukannya desain
ini terlalu agresif? Dadanya begitu terbuka lebar ... baik, itu karena Yuuki
yang memakainya jadi itu terlihat menonjol …... atau lebih tepatnya, itu sangat
cocok untuknya, jadi dia akhirnya malah jadi pusat perhatian orang. Ini
berarti, pilihan agresif Selene adalah sempurna.
Yuuki benar-benar jatuh dalam
jebakan Selene.
Adikku yang jujur dan baik
mengkhawatirkan tentang banyak hal sebelum datang untuk mengunjungiku seperti
ini.
Alasan Yuuki membuat kebohongan
seperti "kouhai saat SMP" adalah karena aku belum berbicara dengan
Mariko tentang keberadaan adik-adikku.
Jika aku membicarakannya dengan
Mariko, hubungan kami saat ini bisa retak ... aku takut akan hal itu.
Tapi, ... aku harus menceritakan
tentang hal itu kapan-kapan.
Tidak, jika aku berpikir
"kapan", aku akan berakhir tidak pernah memberitahunya.
Aku selalu menunda masalah.
Melarikan diri. Aku tidak ingin melarikan diri lagi.
Jika Yuuki tidak datang ke
sekolah, aku takkan membiarkan mereka bertemu, pikirku.
Ayo kita atur waktunya sesegera
mungkin dan memperkenalkan Mariko kepada adik-adikku.
Dan kemudian, mau tidak mau
Mariko akan tahu tentang apa yang terjadi saat ini. Aku bahkan tidak bisa
membayangkan seperti apa ekspresinya.
Usai memutuskan hal itu dalam
pikiranku, aku jadi tenang sedikit. Setelah menenangkan diri, aku akhirnya baru
sadar.
Hari ini, tindakan Yuuki sangat
berani, sangat berbeda dari dirinya yang biasa.
Bergegas ke sekolah tanpa
memberitahu terlebih dahulu, jika itu Tomomi atau Sayuri aku akan memakluminya
"apa boleh buat", tapi ini tak disangka untuk Yuuki.
“Jadi, jenis permintaan apa
yang kau inginkan dariku, Yuuki?”
Yuuki menurunkan bahunya dan
bergumam sambil menunduk ke bawah. Melihat perilakunya seperti itu tersirat
bahwa dia kehilangan kepercayaan dirinya, aku tergoda ingin menyemangatinya.
Tergoda untuk menghibur dirinya.
“Aku juga ... ingin berkencan
dengan Nii-san. Te-Tentu saja jika Nii-san punya sesuatu yang harus dilakukan
dengan Mariko-san, janji Nii-san akan mendapat prioritas, kamu tidak perlu
khawatir tentang diriku, Maksudku...”
“Mana mungkin aku tidak akan
khawatir, maksudku, kau adalah adikku.”
“Uu ... ta-tapi ... ini aneh,
‘kan? Pergi berkencan dengan Nii-san. Tempo hari dengan Tomomi-chan itu, um ...
sesuatu seperti latihan ... Ak-Aku mungkin tidak membutuhkannya, tapi ... tapi
...”
Muka Yuuki memerah sampai ke
telinganya. Tidak dapat menyelesaikan kalimat dengan benar, dia tampak kebingungan.
“Ini tidak aneh, kok. Kencan
dengan saudara yang rukun itu adalah hal yang wajar!”
“Be-Begitu ya?”
“Di dunia ini, ada banyak
saudara yang kencan bersama-sama !!”
Meski pada akhirnya, itu hanya pendapatku
sendiri. Walau bilang begitu, sejak Yuuki tidak memiliki kepercayaan diri,
menegaskan itu sangat diperlukan ..... pikirku.
Gemetaran layaknya binatang
kecil, Yuuki menatapku dengan mata sedikit berair.
“Apa itu o-oke, Nii-san? Aku
akhirnya jadi merepotkanmu.”
Bahkan kerumunan sebelumnya itu
bukan salah siapa-siapa. Karena Yuuki begitu menarik, itu adalah sesuatu
seperti fenomena alam terjadi.
“Tidak merepotkan kok. Terus,
aku juga ... sedang sendirian saat ini. Jadi aku senang kau datang menjemputku.”
“Ka-Kalau begitu, kita bisa pergi
kencan berduaan saja?!”
“Bukannya adalah sesuatu yang
biasanya dilakukan berdua?”
Aku tidak lagi berpikir ….... antar
saudara yang berkencan itu aneh.
Aku serius saat kencan dengan
Selene dan Tomomi. Saudara yang berkencan adalah hal yang wajar. Mana mungkin
itu adalah hal yang buruk!
“Tapi kita ‘kan bersaudara?
Bukannya kencan itu sesuatu yang biasa dilakukan orang pacaran?”
“Padahal kau sendiri yang bilang
kau ingin pergi kencan, jangan bilang kau kehilangan keberanianmu.”
“Ya ...”
Yuuki meringkuk dekat denganku
dan berbisik ke telingaku.
“Entah bagaimana, kita yang
berjalan berdekatan rasanya seperti kita ini adalah sepasang kekasih.”
Mu-Mustahil ... Yuuki tidak
berpikiran seperti Sayuri ... ‘kan?
“Berjalan sambil bergandengan
tangan dengan gadis cantik seperti Yuuki membuat harga diriku sebagai kakak
hampir runtuh.”
“Itu memalukan, Nii-san!”
Sementara dia berbicara dengan
marah, Yuuki semakin menempel ke tubuhku. Ini sedikit ... sulit untuk berjalan.
Pokoknya, untuk jadwal hari ini
sudah diputuskan untuk menjadi kencan dengan Yuuki.
Karena aku sedang diabaikan
oleh semua teman sekelasku dan berniat untuk pulang, Yuuki yang datang
menjemput benar-benar menyelamatkanku.
Sekarang. Jika kita pergi
melalui daerah perumahan seperti ini, rasanya bukan seperti kencan. Ini cuma
jadi jalan-jalan biasa.
“Apa ada tempat yang ingin kau
kunjungi, Yuuki?”
“Jika itu bersama Nii-san, ke
mana saja pasti terasa menyenangkan.”
Aku terdiam. Rasanya seperti
"Mau makan apa?" dan dijawab
dengan "Apa pun tak masalah!”.
Ini adalah pola sederhana
"apa saja tak masalah!", Tapi setelah memilih pilihan itu mungkin
berakhir "Aku tidak mau ini", dan aku masih takkan mampu untuk
mengajukan keluhan.
Mengkhawatirkan sesuatu seperti
itu tidak perlu dengan Yuuki. Yah meski begitu, karena Yuuki sudah mengumpulkan
keberaniannya dan datang menemuiku, aku ingin membuat kencan sebagai hadiahnya.
Kemana kita harus pergi?
Saat aku merenungkan hal
tersebut, Yuuki megajukan usulan.
“Atau lebih tepatnya, aku ingin
melihat di mana saja tempat yang ingin Nii-san kunjungi.”
“Tempat yang mau aku kunjungi
... ?”
Tidak ada yang terlintas di
benakku.
Ingin melakukan sesuatu atau
pergi ke suatu tempat, sesuatu yang seperti itu tidak pernah terlintas di
pikiranku …... tidak, tidak dapat sesuatu bahkan saat aku sudah memikirkannya, aku
pasti sudah sakit parah.
Mana ada penyakit yang seperti
itu dan diari awal pikiranku juga yang aneh, sepertinya aku menderita
kekurangan keinginan. Dan begitu, mengabaikan hal yang berkaitan dengan diriku
sendiri, kecuali seseorang memberiku alasan, ada saat di mana aku tidak tahu
apa yang harus dilakukan.
Sampai sekarang, itu tidak
masalah. Untuk waktu yang lama, tidak ada yang akan bertanya "Apa yang ingin kau lakukan?".
Pada akhirnya, aku hanyalah
manusia hampa yang selalu terseret oleh arus.
Dengan berinteraksi Yuuki dan yang
lainnya, akhirnya aku menyadari itu tentang diriku sendiri.
“Tunggu sebentar! Aku akan ...
memikirkannya.”
“Tentu. Santai saja Nii-san.”
Saat kami berjalan terus, kami
tiba di stasiun bus. Usai melewat itu, kita kemudian berjalan sampai kami
mencapai yang berikutnya. Setelah berjalan cukup lama untuk sampai ke halte bus
berikutnya, aku tidak bisa memikirkan apa-apa ....
“Maaf Yuuki. Aku ... kosong.”
“Ada apa, Nii-san? Kamu bilang
kosong ..... Nii-san sudah penuh sampai mau meledak!”
“Penuh ... Aku bukan semangka,
tau.”
“Kamu dipenuhi cinta para adik.
Nii-san.”
“U-umm, eh ... aku benar-benar
senang sebagai kakak bahwa kau menerimaku, tapi aku kosong. Meski aku sudah berpikir,
aku tidak bisa memikirkan tempat yang mau aku kunjungi .. .”
Yuuki mengangguk dengan
ekspresi yakin dan tersenyum.
“Jadi Nii-san pikir Ia kosong.”
“Ya, ternyata di dalam tidak
ada apa-apa.”
Karena aku tidak menyadarinya
sendiri, aku mengabaikan mengarang bagian dalamku sendiri.
Ingin melakukan ini atau itu.
Kira-kira sejak kapan, aku mulai
berpikir tentang keinginanku sendiri sebagai sebuah hal yang buruk.
Mungkin saat aku meminta terlalu
banyak dari kakek-nenek, aku ….... mulai berpikir bahwa menginginkan sesuatu
adalah hal yang buruk.
Hatiku sudah kering ...ya. Itu
sebabnya berhubungan dengan Yuuki dan yang lainnya, ternyata sangat
menyenangkan.
Yuuki menatapku erat-erat.
Matanya jernih seperti permata dan tatapannya itu seolah-olah langsung menusuk
hatiku.
“Nii-san sama sekali tidak
kosong. Malahan kamu seperti wadah besar yang telah menerima kita. Di dalam
Nii-san sangat besar sehingga dari jarak itu mungkin terlihat kosong. Tapi,
jauh di dalam dirimu benar memikirkan diri sendiri ... ahh, aku tidak bisa
mengutarakannya dengan baik. Nah, Nii-san seperti kanvas putih dan kami adalah
cat ... tanpa adanya kedua pihak, kita tidak bisa menggambar mimpi kita.”
“... kau sangat romantis,
Yuuki. Itu terdengar seperti lirik lagu.”
“Uu ... maaf, itu plagiarisme.
Sebenarnya itu dari lagu dari penyanyi favoritku.”
Dia tersipu malu. Meski dia
menyemangatiku, dia akhirnya menemukan kesalahan dalam dirinya.
“Aku pikir itu terlalu berlebihan untuk menyebutnya plagiat, itu
cuma kutipan.”
Setelah mengangguk ringan,
Yuuki terus melanjutkan.
“Anone, Nii-san, aku tak
berpikir ada manusia yang kosong. Umm, lihat! Di apartemen Nii-san, ada banyak
kamar, tapi ada juga kamar Nii-san sendiri. Meski rasanya seperti tidak ada, tapi
ada satu.”
“Jangan membicarakan ruangan orang
lain seolah-olah mereka organisme tak dikenal.”
“Ahahahaha! Kamu benar, Nii-san
... ah!”
Tiba-tiba Yuuki meletakkan
tangannya di perut.
*kukyuu*——————! Ada
suara yang keluar. Sembari tersenyum malu-malu, Yuuki berkata…
“Nii-san, aku lapar.”
Jadi orang yang perutnya
berbunyi saat mereka lapar itu benar-benar ada, ya.
“Kalau begitu, ayo kita pergi
makan sesuatu. Kau mau makan apa?”
Dengan adanya objek tujuan,
kita akhirnya bisa memutuskan tujuan.
“Ka-Kalau begitu! Mari kita makan
sesuatu yang manis, Nii-san!”
“Manis? Apa tidak apa-apa untuk
tidak makan siang yang benar?”
“Berbicara tentang gadis, pasti
yang manis-manis! Ah! Tapi aku pikir laki-laki juga suka manisan. Jenis manisan
macam apa yang Nii-san suka?”
“Hmm ... jika aku harus
menyebutkan ...”
Tiba-tiba, sebuah byanagan
muncul di pikiran aku. Aku akhirnya mengatakan itu.
“Parfait puding kurasa.”
mata Yuuki langsung berbinar-binar.
“La-Lalu aku telah ide!
Sebenarnya, ada toko yang ingin aku kunjungi sejak lama, Nii-san ...
da-da-datanglah bersamaku! Aku tidak punya keberanian untuk masuk sendirian.”
Apa itu sebuah toko yang
gampang dimasuki dengan dua orang? Dia yang mengusulkan itu, jadi aku tidak punya
alasan untuk menolaknya.
“Kalau begitu, ayo kita ke
sana.”
Dia mengangguk gembira dan kami
menuju ke halte bus di seberang jalan.
uuuu
Kami turun dari bus di depan
bundaran stasiun, Yuuki menuju ke gang kecil untuk menghindari kerumunan.
Setelah berjalan menjauh dari
pusat keramaian, kami berkelana ke tempat yang memiliki suasana orang dewasa
... seperti Dougenzaka Shibuya dari tempo hari.
“Apa toko yang kau cari benar-benar
di tempat seperti ini?”
“Y-ya! Memang berada di tempat
yang tidak sesuai. Ini adalah jenis toko yang sangat langka.”
Akhirnya kami tiba di tempat
tujuan, bila dilihat dari penampilannya mirip seperti sebuah kedai kopi gaya
barat. Ada semacam perasaan pahit, bisa dikatakan itu tampak sangat mirip era
Showa.
Ketika Yuuki perlahan membuka
pintu, ada suara bel berbunyi.
Tokonya agak retro dengan
suasana tenang.
Meja kayu besar adalah hal
pertama yang tertangkap mataku. Sekitar enam kotak meja yang mana empat
diantaranya menghadap jendela. Jendelanya tidak terlalu besar, rasanya seperti
tempat persembunyian, meski terdengar kekanak-kanakan, rasanya seperti markas
rahasia buatku.
Karyawan toko ……. um, seorang
pelayan. Gadis dengan pakaian maid datang dan membungkuk kepada kami.
“Selamat datang kembali,
Master. Milady.” (TN:
Okaerinasai, mastah :v)
Jangan-jangan tempat ini …...
ketika aku melihat sekeliling dengan hati-hati, aku menyadari meski tokonya
berukuran kecil, tapi ada banyak maid.
Semua dari mereka memakai baju
maid dengan celemek putih.
“Yu-Yuuki? Tempat ini ...”
“Ini ma-ma-maid kafe, Nii-san.
Dari dulu aku penasaran dengan pesona maid. Aku pernah melakukan cosplay maid
satu kali sebelumnya, tapi aku benar-benar ingin bertemu dengan maid yang
sebenarnya!”
Dipanggil oleh maid, Yuuki
panik dan mulai berbicara sangat cepat. Omong-omong, aku penasaran sudah sampai
sejauh mana ketakutan Yuuki terhadap gadis sudah teratasi.
Sebelumnya, dia merasa gugup
saat di depan gerbang sekolah, tapi mungkin karena setengah dari kerumunan
adalah murid perempuan dan dia merasa tatapan mereka. Apa dia masih belum
terbiasa dilihat dan dipanggil oleh gadis yang tidak dia kenal?
Ketika dia di Shibuya bersama
Mika, pasti berkat Mika dia mampu mengatasinya.
Begitu rupanya, tidak punya
keberanian untuk masuk yang dimaksudnya adalah ini. ya.
“Tidak apa-apa. Aku di sini
bersamamu.”
“Y-ya. Terima kasih, Nii-san.”
Dipandu oleh maid, Yuuki dan aku
menuju ke kursi di bagian terdalam jendela.
Tapi untuk berpikir hari dimana
aku mengunjungi maid kafe telah datang …... Untungnya, aku sudah pernah
menyelidiki hal ini untuk praktek kencan di Akihabara tapi ...
Seperti yang sudah aku duga,
ini jenis toko adalah yang memiliki layanan di mana mereka menulis sesuatu di atas
omurice dengan saus tomat, ‘kan?
Sementara berpikiran hal itu
saat berjalan, aku mulai menjadi gugup juga.
Segera, seorang maid
menempatkan air dan handuk di atas nampan dan datang ke kursi kami.
Itu orang yang berbeda dari
orang yang memandu kita ke kursi, dia maid kecil dan chubby. Pada tag nama yang berada di baju maid-nya, tulisan
"newbie!" tertulis dengan huruf besar.
“A-awawawa.”
Newbie maid tampak gugup, dia
gemetar saat dia memegang nampan. Entah bagaimana, rasanya berbahaya.
Yuuki, aku, dan si maid
sama-sama gugup untuk alasan yang berbeda.
——Lalu, kaki maid tersandung di
hadapan kami.
“Awas!!”
Saat aku mengangkat pinggangku,
Yuuki langsung berdiri dan memegang si maid. Kecuali aku tentu saja, yang
terkejut dengan kecepatan reaksi Yuuki, si newbie maid juga mulai berkedip
karena terkejut.
Nampan yang hendak jatuh dari
tangan pelayan itu juga aman. Yuuki dengan lembut membantunya.
Yuuki bertanya dengan lembut
kepada maid yang hampir jatuh tadi.
“Apa kamu baik-baik saja?”
Seketika, wajah si newbie maid
... berubah jadi merah sampai ke telinganya.
“Ma-Maaf atas keteledoranku!”
“Itu bagus. Sepertinya kamu
tidak terluka.”
“Y-ya! Milady! Terima kasih
banyak!”
Yuuki ... reaksi Kau hanya
sekarang terlalu ikemen. Kau seharusnya
memperbaiki pesona gadismu, tapi tindakan jantanmu membuat tanda hati bersinar
muncul di mata si newbie maid.
Memang. Aku bisa mengerti
mengapa Yuuki terkenal di antara gadis-gadis. Biasanya dia selalu gugup di
sekitar mereka, tapi pada saat-saat kritis, kejantanannya akan menonjol.
Newbie maid masih tegang,
berbicara dengan suara aneh dan buru-buru mundur.
Omong-omong, baik Yuuki dan aku
memesan puding parfait dan minuman. Untuk minuman, Yuuki memesan kopi dan aku
memilih teh.
Setelah semuanya sudah selesai,
Yuuki menghela napas lega.
“Aku kaget, Nii-san. Aku tak
menyangka si maid tadi tiba-tiba jatuh.”
“Ka-Kau benar. Sebaliknya, aku
lebih terkejut padamu yang memprediksi dan segera mencegah si maid terjatuh.
Seolah-olah kau tahu dia akan tersandung dan jatuh.”
Yuuki memiringkan kepalanya
bingung.
“Hmm, tidak ada hal yang seperti
itu kok. Hanya saja, dari waktu ke waktu aku merasa 'itu berbahaya' dan firasatku sering benar.”
Sebelumnya, ketika Mika
tersandung, aku berpikir bahwa refleks Yuuki terlalu cepat. Itu pasti karena
dia sangat hati-hati mengawasi orang lain.
“Lagian, bukannya Nii-san juga
berdiri untuk membantunya? Tapi, apa kamu ragu-ragu karena dia seorang gadis?
Jika aku yang membantunya, dia takkan bisa mengatakan itu pelecehan seksual.”
“Sekarang kau mengatakan itu. Aku
tidak punya waktu untuk memikirkan sesuatu seperti pelecehan seksual, Kau
melebih-lebihkanku. Sebaliknya, itu berkat Yuuki yang melakukan dengan baik meski
buruk dengan gadis.”
“Ah! Kamu benar, Nii-san. Tapi
ketika berbicara dengan gadis secara normal, aku masih merasa gugup.”
Yuuki tertawa polos, si newbie
maid dari sebelumnya kembali membawa nampan dengan minuman dan parfaits puding,
datang ke kursi kami.
Kali ini, dia tidak jatuh
karena dia berjalan perlahan dan lebih hati-hati.
“Te-Terima kasih sudah
menunggu!”
Si maid menyajikan parfaits,
teh dan kopi di atas meja, kemudian menatap Yuuki. Saat matanya bertemu dengan tatapan
Yuuki, dia mulai tersipu.
“Te-Terima kasih.”
Saat Yuuki menjawab gugup
ucapan terima kasih, si newbie maid mengangkat suaranya.
“U-um! Apa Master dan Milady
... umm ... saling menjalin hubungan?!”
“He? !! Eh, uhh ...”
Pada pertanyaan yang mendadak
ini, ekspresi Yuuki jadi tercengang.
Tiba-tiba mengajukan pertanyaan
yang sangat pribadi, apakah layanan maid café memang seperti itu?
Kedua gadis sama-sama tersipu
dan terdiam. Ini adalah saat di mana aku harus membuat penjelasan yang tepat.
“Kami mungkin tidak terlihat
sama, tapi kami ini bersaudara. Ah! Cuma memperjelas saja, aku kakaknya dan
Yuuki adalah adikku.”
Begitulah penjelasanku dengan
nada formal tapi ... si newbie maid ini bahkan sama sekali tidak menengok ke
arahku dan mulai menggeliat di tempat.
“Milady Yuuki ... hahnn! Tunggu
sebentar!”
Menekankan nampan pada dadanya,
si maid berjalan menjauh dengan kikuk.
Sepertinya sudut bibir Yuuki
terasa gatal.
“Yah, itu ... sepertinya maid
yang diselamatkan olehmu melihatmu dengan tanda hati di matanya. Kau mungkin
mendapatkan beberapa layanan sebagai pelanggan khusus.”
“Khusus? !! Menjadi disukai
oleh gadis itu merepotkan!”
“Dalam kasusmu, karena kau
secara alami mengeluarkan perasaan jantan seorang pria ikemen, jadi mau
bagaimana lagi.”
“Uu ... Aku bukan pria ikemen,
tapi seorang gadis ...”
Ketika kita mulai membicarakan
itu, si newbie maid datang kembali dengan membawa sekantong whipped cream.
“Milady! Master! Tolong izinkan
aku memberikan layanan dengan whipped
cream!”
Sementara kami terkejut, si
newbie maid sudah menciptakan sebuah menara whipped
cream di atas parfaits kami.
Di punyaku, itu sekitar lima
sentimeter. Itu tampak cukup manis.
Di sisi lain, pada parfait
Yuuki, puding kuningnya sudah tidak lagi terlihat di bawah menara whipped cream. Jika pudingku berubah
menjadi menara Tokyo, lalu puding Yuuki adalah dua kali lebih besar dari Tokyo
Skytree.
“Si-Silahkan dinikmati!”
Pada akhirnya, dia membungkuk
singkat, dengan wajahnya masih tersipu merah, si newbie maid berjalan pergi
untuk melayani pelanggan lain.
“Itu adalah layanan yang
berlebihan bukan, Nii-san.”
“Kau benar. Ini bahkan bukan es
krim.”
Karena tampaknya akan jatuh, Yuuki
dan aku mulai menyantap gundukan krim di atas parfait kami.
Sebelum aku sudah memakan
setengah dari itu, aku harus mengeluarkan deklarasi darurat.
“Kepalaku jadi sakit karena
rasa manis ini...”
Yuuki mengangkat alisnya
bermasalah, bahunya terkulai.
“Sebenarnya ... aku tidak
terlalu suka dengan yang manis-manis. Tapi, gadis-gadis menyukai yang
manis-manis, ‘kan. Kecuali aku melampaui ini, pesnoa gadisku tidak akan
disempurnakan.”
“Bukannya tidak masalah bagi
seorang gadis untuk tidak suka dengan yang manis-manis?”
“Tapi...”
“Jika kau ingin berubah, aku
akan mendukungmu. Tapi asal kau tau saja …... kau tidak perlu memaksa diri
untuk berubah. Aku pikir kau sudah cukup menawan sekarang, Yuuki.”
“... it-itu memalukan, Nii-san.”
Tangannya berhenti bergerak .
Aku meraup beberapa krim dari gundukan krim Yuuki dan makan beberapa. Manisnya!
Otakku menjerit dari kelebihan gizi.
“Nii-san juga tidak harus
memaksa dirinya!”
“Namun, aku masih Onii-chan di
sini!”
Seperti yang aku makan bagian
krim Yuuki, tiba-tiba aku punya pikiran.
Jangan memaksakan diri, apa
yang "diriku yang sebenarnya"
pikirku.
Diriku yang kosong
perlahan-lahan diisi penuh dengan whipped
cream.
Setelah menikmati saat terlalu
manis di sore hari, aku menghabiskan sisa waktu bersama Yuuki.