Omae wo Onii-chan Vol.3 Chapter 04 Bahasa Indonesia



Kamis, 9 Mei - Kunjungan. Gerbang sekolah. Kencan Sepulang Sekolah.

Karena hari ini dia ada tugas, sepertinya Mariko akan pulang terlambat.
Aku memanggilnya untuk menanyakan apa dia butuh bantuan, tapi dia hanya menjawab dengan "Aku baik-baik saja, daripada itu ...", Mariko malah mengkhawatirkan aku. Sepertinya dia khawatir mengenai diriku yang tidak bisa akrab dengan cowok lain di kelas.
Selain fakta aku memiliki nama keluarga Taishido, Mariko juga selalu berada di dekatku, jadi aku benar-benar terasingkan dari teman sekelas lainnya.
Ketika di sekolah, aku sudah dimanjakan oleh Mariko. Adik-adiku sudah bilang "pastikan untuk menikmari waktumu sendiri" baru-baru ini, tapi ...
Itu dia! Tentunya, ini adalah kesempatan untuk membuat teman! ~
Diputuskan, sepulang sekolah aku mencoba untuk berbicara dengan teman sekelas yang ada di dalam kelas.
“Ah ... maaf, aku ada kegiatan klub sekarang.”
“Ma-Maaf Taishido-san, aku punya tugas yang tidak bisa dilewatkan. Aku minta maaf.”
“Jangan datang kepadaku hanya karena pacarmu sedang tidak bersamamu.”
Untuk orang terakhir - ada sesuatu yang ingin aku katakan untuk Hiraoka-kun. Mariko itu bukan pacarku, dia cuma teman masa kecil!
Dan sebelum aku bisa menjelaskannya, Hiraoka-kun mendecakkan lidahnya dan pergi begitu saja.
Mendadak ingin membuat teman cowok, hanya karena Mariko sibuk, terlalu berlebihan ya. Memang, itu semua salahku.
Apa boleh buat. Aku akan hanya diam-diam pulang sendirian. Aku tidak menangis. Mataku cuma kelilipan debu. Ak-Aku tidak benar-benar ... kesepian atau semacamnya.
Aku menuju ke gerbang sekolah dan berjalan perlahan-lahan. Ada beberapa siswa meninggalkan sekolah saat ini di sana.
Tepat di gerbang sekolah, aku menemukan kerumunan para siswa. Selain itu, para gadis membuat suara melengking. Dalam hal ini, pasti ada semacam kecelakaan atau insiden. Jika tidak, apa yang sebenarnya terjadi? Artis? Alumni artis datang berkunjung….... sesuatu seperti itu mungkin terjadi.
Pada saat aku tiba di pintu gerbang, kerumunan makin bertambah besar.
Ketika seseorang menghentikanku dari bergerak, mau tidak mau aku jadi dibuat penasaran. Tanpa mengatakan permintaan maaf apapun, penasaran tentang identitas sejati yang membuat orang berkerumun, aku berhenti bergerak.
Sosok yang berdiri di samping pintu gerbang sekolah - adalah sorang gadis yang sangat cantik.
Kakinya yang ramping nan panjang dan berpose layaknya model. Pakaian tipe gothic dengan daerah dada sedikit terbuka, seperti seorang putri dari dunia lain.
Sepertinya dia tidak menyangka akan mengundang kerumunan orang dan wajahnya tampak sangat tersipu.
Tatapan matanya menemukan diriku di antara kerumunan yang mengelilinginya, gadis cantik tersebut melambaikan tangannya padaku.
Ekspresinya langsung berubah jadi senyuman, lemah lembut dan lega bercampur jadi satu. Bukan hanya para cowok, para gadis juga, semua yang hadir menatapnya saat berbicara.
“Aku senang. Kita akhirnya bisa bertemu.”
Dia pun melangkah dan kerumunan terbelah dua di sampingku. Setelah cepat berjalan ke arahku, dia diam-diam mengambil lenganku dan kami mulai berjalan dengan lengan yang saling terkait.
“Tu-Tunggu ...”
“Apa kamu tidak bersama Mariko-san hari ini?”
Gadis cantik dalam pakaian gothic - Yuuki melihat sekelilingnya dengan gelisah.
“Dia ada tugas jadi dia akan terlambat ...”
“Begitu rupanya. Aku ingin bertemu dengannya, tapi aku juga merasa lega.”
Kerumunan orang mulai membuat kegaduhan. Sepertinya ada banyak yang mengenali diriku daripada yang aku duga.
“Oi, bukannya itu Taishido Yoichi?”
“Eh? !! Serius?”
“Jika aku tidak salah, sesuatu tentang anak baru dan ranking tinggi ...”
“Sepertinya ini adalah cinta segitiga asli. Kemungkinan dia adalah tunangannya itu tinggi. Seorang gadis cantik datang jauh-jauh ke sekolah untuk bertemu, dia pasti tunangannya.”
Aku meningkatkan kecepatan berjalanku.
“Uwah! Mendadak, apa yang terjadi Nii-sa ... Yoichi-kun.”
Yuuki hampir memanggilku “Nii-san" tapi berhasil menahannya. Sepertinya dia sadar kalau aku menyembunyikan keberadaan adik-adikku.
Mencoba acuh tak acuh, aku menyeret Yuuki dan meninggalkan gerbang sekolah.
Setelah berjalan selama beberapa waktu, Yuuki berbicara kepadaku sambil meminta maaf.
“Maaf Nii-san, tiba-tiba datang mengunjungimu.”
Aku berhenti bergerak dan menggeleng.
“Aku tidak pernah melarangmu untuk datang ke sekolahku, yang sebelumnya …... waktunya saja yang kurang tepat. Kau tidak perlu terlalu mencemaskannya.”
“Ta-Tapi ... Nii-san, tadi ada kesalahpahaman super. Se-Seperti, tunangan ...”
Wajahnya memerah karena malu.
“Aku sudah terbiasa dengan kesalahpahaman. Lagian, jika aku mencoba menjelaskan, hal itu akan berubah menjadi lebih berlebihan.”
“Uuu, meski Nii-san tidak memiliki teman, malah menambah kesalahpahaman yang tidak perlu di sekolah ... aku bertindak ceroboh.”
Saat Yuuki menindaklanjuti dengan kalimat itu, aku merasa ingin menangis. Malahan, dia sangat tepat mengatakan kalau aku tidak punya teman, tapi tolong berhenti membuatku menghadapi kenyataan! Ayo kita ganti topiknya.
Aku mulai berjalan lagi dan bertanya.
“Ngomong-ngomong, bagimu untuk datang mengunjungiku, apa yang terjadi?”
“Se-Sebenarnya, Nii-san ... Aku punya permintaan.”
“Permintaan? Kau bisa saja menunggu di apartemen ‘kan.”
Tanpa sengaja kalimat itu menyelinap keluar dari mulutku. Sekali lagi Yuuki mengangkat alisnya dengan cemas.
“Uu! Maaf, Nii-san! Aku tidak berpikir ada banyak orang akan berkumpul. Mengenakan rok yang tidak cocok denganku, aku memang tidak pernah kapok.”
“Tentang kerumunan itu, um ... itu karena pakaiannya sangat cocok denganmu jadi mereka salah paham kalau kau itu model.”
“Nii-san memang orang yang baik. Tapi jangan memberitahuku kebohongan yang lembut.”
Itu tidak bohong, tapi sepertinya apapun yang kukatakan takkan membuatnya percaya padaku.
Yuuki benar-benar tidak punya kepercayaan pada pesonanya sendiri.
“Kau sekarang bisa pergi ke luar dengan rok, Kau tumbuh lebih pesat dari yang kau pikirkan, Yuuki.”
“Hal ini, um ……. desain baru Undying Cicada-san. Dia bilang dia ingin aku memakainya di luar. Sesuatu tentang pemantauan ... ju-juga, karena aku mungkin akan bertemu Mariko-san, aku ingin terlihat seperti seorang gadis. Tentu saja, supaya tidak merepotkan Nii-san, aku tidak berniat untuk memproklamirkan diriku sebagai adikmu. Tapi seperti, kouhai saat SMP atau ... uu ...”
Dia berbicara sangat cepat dengan suara panik dan aneh.
Begitu ya. Cicada-san, jadi Selene membantu Yuuki. Jika seorang gadis biasa memakai pakaian jenis ini, dia secara alami akan menonjol.
Dasar Selene, bukannya desain ini terlalu agresif? Dadanya begitu terbuka lebar ... baik, itu karena Yuuki yang memakainya jadi itu terlihat menonjol …... atau lebih tepatnya, itu sangat cocok untuknya, jadi dia akhirnya malah jadi pusat perhatian orang. Ini berarti, pilihan agresif Selene adalah sempurna.
Yuuki benar-benar jatuh dalam jebakan Selene.
Adikku yang jujur dan baik mengkhawatirkan tentang banyak hal sebelum datang untuk mengunjungiku seperti ini.
Alasan Yuuki membuat kebohongan seperti "kouhai saat SMP" adalah karena aku belum berbicara dengan Mariko tentang keberadaan adik-adikku.
Jika aku membicarakannya dengan Mariko, hubungan kami saat ini bisa retak ... aku takut akan hal itu.
Tapi, ... aku harus menceritakan tentang hal itu kapan-kapan.
Tidak, jika aku berpikir "kapan", aku akan berakhir tidak pernah memberitahunya.
Aku selalu menunda masalah. Melarikan diri. Aku tidak ingin melarikan diri lagi.
Jika Yuuki tidak datang ke sekolah, aku takkan membiarkan mereka bertemu, pikirku.
Ayo kita atur waktunya sesegera mungkin dan memperkenalkan Mariko kepada adik-adikku.
Dan kemudian, mau tidak mau Mariko akan tahu tentang apa yang terjadi saat ini. Aku bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa ekspresinya.
Usai memutuskan hal itu dalam pikiranku, aku jadi tenang sedikit. Setelah menenangkan diri, aku akhirnya baru sadar.
Hari ini, tindakan Yuuki sangat berani, sangat berbeda dari dirinya yang biasa.
Bergegas ke sekolah tanpa memberitahu terlebih dahulu, jika itu Tomomi atau Sayuri aku akan memakluminya "apa boleh buat", tapi ini tak disangka untuk Yuuki.
“Jadi, jenis permintaan apa yang kau inginkan dariku, Yuuki?”
Yuuki menurunkan bahunya dan bergumam sambil menunduk ke bawah. Melihat perilakunya seperti itu tersirat bahwa dia kehilangan kepercayaan dirinya, aku tergoda ingin menyemangatinya. Tergoda untuk menghibur dirinya.
“Aku juga ... ingin berkencan dengan Nii-san. Te-Tentu saja jika Nii-san punya sesuatu yang harus dilakukan dengan Mariko-san, janji Nii-san akan mendapat prioritas, kamu tidak perlu khawatir tentang diriku, Maksudku...”
“Mana mungkin aku tidak akan khawatir, maksudku, kau adalah adikku.”
“Uu ... ta-tapi ... ini aneh, ‘kan? Pergi berkencan dengan Nii-san. Tempo hari dengan Tomomi-chan itu, um ... sesuatu seperti latihan ... Ak-Aku mungkin tidak membutuhkannya, tapi ... tapi ...”
Muka Yuuki memerah sampai ke telinganya. Tidak dapat menyelesaikan kalimat dengan benar, dia tampak kebingungan.
“Ini tidak aneh, kok. Kencan dengan saudara yang rukun itu adalah hal yang wajar!”
“Be-Begitu ya?”
“Di dunia ini, ada banyak saudara yang kencan bersama-sama !!”
Meski pada akhirnya, itu hanya pendapatku sendiri. Walau bilang begitu, sejak Yuuki tidak memiliki kepercayaan diri, menegaskan itu sangat diperlukan ..... pikirku.
Gemetaran layaknya binatang kecil, Yuuki menatapku dengan mata sedikit berair.
“Apa itu o-oke, Nii-san? Aku akhirnya jadi merepotkanmu.”
Bahkan kerumunan sebelumnya itu bukan salah siapa-siapa. Karena Yuuki begitu menarik, itu adalah sesuatu seperti fenomena alam terjadi.
“Tidak merepotkan kok. Terus, aku juga ... sedang sendirian saat ini. Jadi aku senang kau datang menjemputku.”
“Ka-Kalau begitu, kita bisa pergi kencan berduaan saja?!”
“Bukannya adalah sesuatu yang biasanya dilakukan berdua?”
Aku tidak lagi berpikir ….... antar saudara yang berkencan itu aneh.
Aku serius saat kencan dengan Selene dan Tomomi. Saudara yang berkencan adalah hal yang wajar. Mana mungkin itu adalah hal yang buruk!
“Tapi kita ‘kan bersaudara? Bukannya kencan itu sesuatu yang biasa dilakukan orang pacaran?”
“Padahal kau sendiri yang bilang kau ingin pergi kencan, jangan bilang kau kehilangan keberanianmu.”
“Ya ...”
Yuuki meringkuk dekat denganku dan berbisik ke telingaku.
“Entah bagaimana, kita yang berjalan berdekatan rasanya seperti kita ini adalah sepasang kekasih.”
Mu-Mustahil ... Yuuki tidak berpikiran seperti Sayuri ... ‘kan?
“Berjalan sambil bergandengan tangan dengan gadis cantik seperti Yuuki membuat harga diriku sebagai kakak hampir runtuh.”
“Itu memalukan, Nii-san!”
Sementara dia berbicara dengan marah, Yuuki semakin menempel ke tubuhku. Ini sedikit ... sulit untuk berjalan.
Pokoknya, untuk jadwal hari ini sudah diputuskan untuk menjadi kencan dengan Yuuki.
Karena aku sedang diabaikan oleh semua teman sekelasku dan berniat untuk pulang, Yuuki yang datang menjemput benar-benar menyelamatkanku.
Sekarang. Jika kita pergi melalui daerah perumahan seperti ini, rasanya bukan seperti kencan. Ini cuma jadi jalan-jalan biasa.
“Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi, Yuuki?”
“Jika itu bersama Nii-san, ke mana saja pasti terasa menyenangkan.”
Aku terdiam. Rasanya seperti "Mau makan apa?" dan dijawab dengan "Apa pun tak masalah!”.
Ini adalah pola sederhana "apa saja tak masalah!", Tapi setelah memilih pilihan itu mungkin berakhir "Aku tidak mau ini", dan aku masih takkan mampu untuk mengajukan keluhan.
Mengkhawatirkan sesuatu seperti itu tidak perlu dengan Yuuki. Yah meski begitu, karena Yuuki sudah mengumpulkan keberaniannya dan datang menemuiku, aku ingin membuat kencan sebagai hadiahnya.
Kemana kita harus pergi?
Saat aku merenungkan hal tersebut, Yuuki megajukan usulan.
“Atau lebih tepatnya, aku ingin melihat di mana saja tempat yang ingin Nii-san kunjungi.”
“Tempat yang mau aku kunjungi ... ?”
Tidak ada yang terlintas di benakku.
Ingin melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat, sesuatu yang seperti itu tidak pernah terlintas di pikiranku …... tidak, tidak dapat sesuatu bahkan saat aku sudah memikirkannya, aku pasti sudah sakit parah.
Mana ada penyakit yang seperti itu dan diari awal pikiranku juga yang aneh, sepertinya aku menderita kekurangan keinginan. Dan begitu, mengabaikan hal yang berkaitan dengan diriku sendiri, kecuali seseorang memberiku alasan, ada saat di mana aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Sampai sekarang, itu tidak masalah. Untuk waktu yang lama, tidak ada yang akan bertanya "Apa yang ingin kau lakukan?".
Pada akhirnya, aku hanyalah manusia hampa yang selalu terseret oleh arus.
Dengan berinteraksi Yuuki dan yang lainnya, akhirnya aku menyadari itu tentang diriku sendiri.
“Tunggu sebentar! Aku akan ... memikirkannya.”
“Tentu. Santai saja Nii-san.”
Saat kami berjalan terus, kami tiba di stasiun bus. Usai melewat itu, kita kemudian berjalan sampai kami mencapai yang berikutnya. Setelah berjalan cukup lama untuk sampai ke halte bus berikutnya, aku tidak bisa memikirkan apa-apa ....
“Maaf Yuuki. Aku ... kosong.”
“Ada apa, Nii-san? Kamu bilang kosong ..... Nii-san sudah penuh sampai mau meledak!”
“Penuh ... Aku bukan semangka, tau.”
“Kamu dipenuhi cinta para adik. Nii-san.”
“U-umm, eh ... aku benar-benar senang sebagai kakak bahwa kau menerimaku, tapi aku kosong. Meski aku sudah berpikir, aku tidak bisa memikirkan tempat yang mau aku kunjungi .. .”
Yuuki mengangguk dengan ekspresi yakin dan tersenyum.
“Jadi Nii-san pikir Ia kosong.”
“Ya, ternyata di dalam tidak ada apa-apa.”
Karena aku tidak menyadarinya sendiri, aku mengabaikan mengarang bagian dalamku sendiri.
Ingin melakukan ini atau itu.
Kira-kira sejak kapan, aku mulai berpikir tentang keinginanku sendiri sebagai sebuah hal yang buruk.
Mungkin saat aku meminta terlalu banyak dari kakek-nenek, aku ….... mulai berpikir bahwa menginginkan sesuatu adalah hal yang buruk.
Hatiku sudah kering ...ya. Itu sebabnya berhubungan dengan Yuuki dan yang lainnya, ternyata sangat menyenangkan.
Yuuki menatapku erat-erat. Matanya jernih seperti permata dan tatapannya itu seolah-olah langsung menusuk hatiku.
“Nii-san sama sekali tidak kosong. Malahan kamu seperti wadah besar yang telah menerima kita. Di dalam Nii-san sangat besar sehingga dari jarak itu mungkin terlihat kosong. Tapi, jauh di dalam dirimu benar memikirkan diri sendiri ... ahh, aku tidak bisa mengutarakannya dengan baik. Nah, Nii-san seperti kanvas putih dan kami adalah cat ... tanpa adanya kedua pihak, kita tidak bisa menggambar mimpi kita.”
“... kau sangat romantis, Yuuki. Itu terdengar seperti lirik lagu.”
“Uu ... maaf, itu plagiarisme. Sebenarnya itu dari lagu dari penyanyi favoritku.”
Dia tersipu malu. Meski dia menyemangatiku, dia akhirnya menemukan kesalahan dalam dirinya.
“Aku pikir itu terlalu  berlebihan untuk menyebutnya plagiat, itu cuma kutipan.”
Setelah mengangguk ringan, Yuuki terus melanjutkan.
“Anone, Nii-san, aku tak berpikir ada manusia yang kosong. Umm, lihat! Di apartemen Nii-san, ada banyak kamar, tapi ada juga kamar Nii-san sendiri. Meski rasanya seperti tidak ada, tapi ada satu.”
“Jangan membicarakan ruangan orang lain seolah-olah mereka organisme tak dikenal.”
“Ahahahaha! Kamu benar, Nii-san ... ah!”
Tiba-tiba Yuuki meletakkan tangannya di perut.
*kukyuu*——————! Ada suara yang keluar. Sembari tersenyum malu-malu, Yuuki berkata…
“Nii-san, aku lapar.”
Jadi orang yang perutnya berbunyi saat mereka lapar itu benar-benar ada, ya.
“Kalau begitu, ayo kita pergi makan sesuatu. Kau mau makan apa?”
Dengan adanya objek tujuan, kita akhirnya bisa memutuskan tujuan.
“Ka-Kalau begitu! Mari kita makan sesuatu yang manis, Nii-san!”
“Manis? Apa tidak apa-apa untuk tidak makan siang yang benar?”
“Berbicara tentang gadis, pasti yang manis-manis! Ah! Tapi aku pikir laki-laki juga suka manisan. Jenis manisan macam apa yang Nii-san suka?”
“Hmm ... jika aku harus menyebutkan ...”
Tiba-tiba, sebuah byanagan muncul di pikiran aku. Aku akhirnya mengatakan itu.
“Parfait puding kurasa.”
mata Yuuki langsung berbinar-binar.
“La-Lalu aku telah ide! Sebenarnya, ada toko yang ingin aku kunjungi sejak lama, Nii-san ... da-da-datanglah bersamaku! Aku tidak punya keberanian untuk masuk sendirian.”
Apa itu sebuah toko yang gampang dimasuki dengan dua orang? Dia yang mengusulkan itu, jadi aku tidak punya alasan untuk menolaknya.
“Kalau begitu, ayo kita ke sana.”
Dia mengangguk gembira dan kami menuju ke halte bus di seberang jalan.

uuuu

Kami turun dari bus di depan bundaran stasiun, Yuuki menuju ke gang kecil untuk menghindari kerumunan.
Setelah berjalan menjauh dari pusat keramaian, kami berkelana ke tempat yang memiliki suasana orang dewasa ... seperti Dougenzaka Shibuya dari tempo hari.
“Apa toko yang kau cari benar-benar di tempat seperti ini?”
“Y-ya! Memang berada di tempat yang tidak sesuai. Ini adalah jenis toko yang sangat langka.”
Akhirnya kami tiba di tempat tujuan, bila dilihat dari penampilannya mirip seperti sebuah kedai kopi gaya barat. Ada semacam perasaan pahit, bisa dikatakan itu tampak sangat mirip era Showa.
Ketika Yuuki perlahan membuka pintu, ada suara bel berbunyi.
Tokonya agak retro dengan suasana tenang.
Meja kayu besar adalah hal pertama yang tertangkap mataku. Sekitar enam kotak meja yang mana empat diantaranya menghadap jendela. Jendelanya tidak terlalu besar, rasanya seperti tempat persembunyian, meski terdengar kekanak-kanakan, rasanya seperti markas rahasia buatku.
Karyawan toko ……. um, seorang pelayan. Gadis dengan pakaian maid datang dan membungkuk kepada kami.
“Selamat datang kembali, Master. Milady.” (TN: Okaerinasai, mastah :v)
Jangan-jangan tempat ini …... ketika aku melihat sekeliling dengan hati-hati, aku menyadari meski tokonya berukuran kecil, tapi ada banyak maid.
Semua dari mereka memakai baju maid dengan celemek putih.
“Yu-Yuuki? Tempat ini ...”
“Ini ma-ma-maid kafe, Nii-san. Dari dulu aku penasaran dengan pesona maid. Aku pernah melakukan cosplay maid satu kali sebelumnya, tapi aku benar-benar ingin bertemu dengan maid yang sebenarnya!”
Dipanggil oleh maid, Yuuki panik dan mulai berbicara sangat cepat. Omong-omong, aku penasaran sudah sampai sejauh mana ketakutan Yuuki terhadap gadis sudah teratasi.
Sebelumnya, dia merasa gugup saat di depan gerbang sekolah, tapi mungkin karena setengah dari kerumunan adalah murid perempuan dan dia merasa tatapan mereka. Apa dia masih belum terbiasa dilihat dan dipanggil oleh gadis yang tidak dia kenal?
Ketika dia di Shibuya bersama Mika, pasti berkat Mika dia mampu mengatasinya.
Begitu rupanya, tidak punya keberanian untuk masuk yang dimaksudnya adalah ini. ya.
“Tidak apa-apa. Aku di sini bersamamu.”
“Y-ya. Terima kasih, Nii-san.”
Dipandu oleh maid, Yuuki dan aku menuju ke kursi di bagian terdalam jendela.
Tapi untuk berpikir hari dimana aku mengunjungi maid kafe telah datang …... Untungnya, aku sudah pernah menyelidiki hal ini untuk praktek kencan di Akihabara tapi ...
Seperti yang sudah aku duga, ini jenis toko adalah yang memiliki layanan di mana mereka menulis sesuatu di atas omurice dengan saus tomat, ‘kan?
Sementara berpikiran hal itu saat berjalan, aku mulai menjadi gugup juga.
Segera, seorang maid menempatkan air dan handuk di atas nampan dan datang ke kursi kami.
Itu orang yang berbeda dari orang yang memandu kita ke kursi, dia maid kecil dan chubby. Pada tag nama yang berada di baju maid-nya, tulisan "newbie!" tertulis dengan huruf besar.
“A-awawawa.”
Newbie maid tampak gugup, dia gemetar saat dia memegang nampan. Entah bagaimana, rasanya berbahaya.
Yuuki, aku, dan si maid sama-sama gugup untuk alasan yang berbeda.
——Lalu, kaki maid tersandung di hadapan kami.
“Awas!!”
Saat aku mengangkat pinggangku, Yuuki langsung berdiri dan memegang si maid. Kecuali aku tentu saja, yang terkejut dengan kecepatan reaksi Yuuki, si newbie maid juga mulai berkedip karena terkejut.
Nampan yang hendak jatuh dari tangan pelayan itu juga aman. Yuuki dengan lembut membantunya.
Yuuki bertanya dengan lembut kepada maid yang hampir jatuh tadi.
“Apa kamu baik-baik saja?”
Seketika, wajah si newbie maid ... berubah jadi merah sampai ke telinganya.
“Ma-Maaf atas keteledoranku!”
“Itu bagus. Sepertinya kamu tidak terluka.”
“Y-ya! Milady! Terima kasih banyak!”
Yuuki ... reaksi Kau hanya sekarang terlalu ikemen. Kau seharusnya memperbaiki pesona gadismu, tapi tindakan jantanmu membuat tanda hati bersinar muncul di mata si newbie maid.
Memang. Aku bisa mengerti mengapa Yuuki terkenal di antara gadis-gadis. Biasanya dia selalu gugup di sekitar mereka, tapi pada saat-saat kritis, kejantanannya akan menonjol.
Newbie maid masih tegang, berbicara dengan suara aneh dan buru-buru mundur.
Omong-omong, baik Yuuki dan aku memesan puding parfait dan minuman. Untuk minuman, Yuuki memesan kopi dan aku memilih teh.
Setelah semuanya sudah selesai, Yuuki menghela napas lega.
“Aku kaget, Nii-san. Aku tak menyangka si maid tadi tiba-tiba jatuh.”
“Ka-Kau benar. Sebaliknya, aku lebih terkejut padamu yang memprediksi dan segera mencegah si maid terjatuh. Seolah-olah kau tahu dia akan tersandung dan jatuh.”
Yuuki memiringkan kepalanya bingung.
“Hmm, tidak ada hal yang seperti itu kok. Hanya saja, dari waktu ke waktu aku merasa 'itu berbahaya' dan firasatku sering benar.”
Sebelumnya, ketika Mika tersandung, aku berpikir bahwa refleks Yuuki terlalu cepat. Itu pasti karena dia sangat hati-hati mengawasi orang lain.
“Lagian, bukannya Nii-san juga berdiri untuk membantunya? Tapi, apa kamu ragu-ragu karena dia seorang gadis? Jika aku yang membantunya, dia takkan bisa mengatakan itu pelecehan seksual.”
“Sekarang kau mengatakan itu. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan sesuatu seperti pelecehan seksual, Kau melebih-lebihkanku. Sebaliknya, itu berkat Yuuki yang melakukan dengan baik meski buruk dengan gadis.”
“Ah! Kamu benar, Nii-san. Tapi ketika berbicara dengan gadis secara normal, aku masih merasa gugup.”
Yuuki tertawa polos, si newbie maid dari sebelumnya kembali membawa nampan dengan minuman dan parfaits puding, datang ke kursi kami.
Kali ini, dia tidak jatuh karena dia berjalan perlahan dan lebih hati-hati.
“Te-Terima kasih sudah menunggu!”
Si maid menyajikan parfaits, teh dan kopi di atas meja, kemudian menatap Yuuki. Saat matanya bertemu dengan tatapan Yuuki, dia mulai tersipu.
“Te-Terima kasih.”
Saat Yuuki menjawab gugup ucapan terima kasih, si newbie maid mengangkat suaranya.
“U-um! Apa Master dan Milady ... umm ... saling menjalin hubungan?!”
“He? !! Eh, uhh ...”
Pada pertanyaan yang mendadak ini, ekspresi Yuuki jadi tercengang.
Tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi, apakah layanan maid café memang seperti itu?
Kedua gadis sama-sama tersipu dan terdiam. Ini adalah saat di mana aku harus membuat penjelasan yang tepat.
“Kami mungkin tidak terlihat sama, tapi kami ini bersaudara. Ah! Cuma memperjelas saja, aku kakaknya dan Yuuki adalah adikku.”
Begitulah penjelasanku dengan nada formal tapi ... si newbie maid ini bahkan sama sekali tidak menengok ke arahku dan mulai menggeliat di tempat.
“Milady Yuuki ... hahnn! Tunggu sebentar!”
Menekankan nampan pada dadanya, si maid berjalan menjauh dengan kikuk.
Sepertinya sudut bibir Yuuki terasa gatal.
“Yah, itu ... sepertinya maid yang diselamatkan olehmu melihatmu dengan tanda hati di matanya. Kau mungkin mendapatkan beberapa layanan sebagai pelanggan khusus.”
“Khusus? !! Menjadi disukai oleh gadis itu merepotkan!”
“Dalam kasusmu, karena kau secara alami mengeluarkan perasaan jantan seorang pria ikemen, jadi mau bagaimana lagi.”
“Uu ... Aku bukan pria ikemen, tapi seorang gadis ...”
Ketika kita mulai membicarakan itu, si newbie maid datang kembali dengan membawa sekantong whipped cream.
“Milady! Master! Tolong izinkan aku memberikan layanan dengan whipped cream!”
Sementara kami terkejut, si newbie maid sudah menciptakan sebuah menara whipped cream di atas parfaits kami.
Di punyaku, itu sekitar lima sentimeter. Itu tampak cukup manis.
Di sisi lain, pada parfait Yuuki, puding kuningnya sudah tidak lagi terlihat di bawah menara whipped cream. Jika pudingku berubah menjadi menara Tokyo, lalu puding Yuuki adalah dua kali lebih besar dari Tokyo Skytree.
“Si-Silahkan dinikmati!”
Pada akhirnya, dia membungkuk singkat, dengan wajahnya masih tersipu merah, si newbie maid berjalan pergi untuk melayani pelanggan lain.
“Itu adalah layanan yang berlebihan bukan, Nii-san.”
“Kau benar. Ini bahkan bukan es krim.”
Karena tampaknya akan jatuh, Yuuki dan aku mulai menyantap gundukan krim di atas parfait kami.
Sebelum aku sudah memakan setengah dari itu, aku harus mengeluarkan deklarasi darurat.
“Kepalaku jadi sakit karena rasa manis ini...”
Yuuki mengangkat alisnya bermasalah, bahunya terkulai.
“Sebenarnya ... aku tidak terlalu suka dengan yang manis-manis. Tapi, gadis-gadis menyukai yang manis-manis, ‘kan. Kecuali aku melampaui ini, pesnoa gadisku tidak akan disempurnakan.”
“Bukannya tidak masalah bagi seorang gadis untuk tidak suka dengan yang manis-manis?”
“Tapi...”
“Jika kau ingin berubah, aku akan mendukungmu. Tapi asal kau tau saja …... kau tidak perlu memaksa diri untuk berubah. Aku pikir kau sudah cukup menawan sekarang, Yuuki.”
“... it-itu memalukan, Nii-san.”
Tangannya berhenti bergerak . Aku meraup beberapa krim dari gundukan krim Yuuki dan makan beberapa. Manisnya! Otakku menjerit dari kelebihan gizi.
“Nii-san juga tidak harus memaksa dirinya!”
“Namun, aku masih Onii-chan di sini!”
Seperti yang aku makan bagian krim Yuuki, tiba-tiba aku punya pikiran.
Jangan memaksakan diri, apa yang "diriku yang sebenarnya" pikirku.
Diriku yang kosong perlahan-lahan diisi penuh dengan whipped cream.
Setelah menikmati saat terlalu manis di sore hari, aku menghabiskan sisa waktu bersama Yuuki.



close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama