Rabu, 8 Mei
- Mau Makan? Tidak Mau Makan? Permintaan.
Makan siang bersama Mariko
sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Atau lebih tepatnya, aku diberi bekal makan
siang untuk makan ... .
Dari waktu ke waktu aku merasa
ingin membuat bekal makan siang dan membalas budi padanya, tapi makanan yang
bisa kumasak hanyalah kari. Dan kari ... tidak peduli seberapa keras aku
mencoba, takkan cocok untuk dijadikan bekal makan siang.
Ketika aku mengatakan itu
padanya, Mariko menanggapinya dengan “Kamu
benar, itu benar-benar tidak pas" dan tertawa polos.
Sementara percakapan berubah
menjadi "Cowok yang bisa memasak itu
populer", tapi hal itu sangat mustahil untukku.
Sebenarnya, untuk memasak, ada
adik yang bisa menjadi guru yang baik, tapi ... aku mengakhiri pembicaraan
tanpa memberitahu hal itu pada Mariko.
Jika aku bilang kepadanya bahwa
aku tiba-tiba mendapat lima adik, dia takkan percaya dan mungkin akan
menganggapnya sebagai omong kosong belaka.
Sementara mengingat semua itu, aku
menekan bel interkom dari pintu apartmen Sayuri.
“Aku sudah menunggu dengan
tidak sabar, Onii-sama!”
Sayuri, yang membuka pintu demi
menyambutku, membungkuk hormat.
“Itu berlebihan ...”
“Tidak ada yang namanya
berlebihan di antara kita. Ini adalah takdir khusus adik.”
Dia mengangkat wajahnya dan
tersenyum indah.
Sambil tanganku ditarik, aku
melewati ruang tamu. Kyuu-chan si burung beo ... dia sangat tenang hari ini.
“Halo, Kyuu-chan.”
Ketika aku memanggilnya, kepala
Kyuu-chan bergeleng ke kiri dan kanan di dalam kandang.
『
'Berperilaku baik saat ada Onii-sama di sini.'』
Sepertinya Kyuu-chan mematuhi
perintah Sayuri. Meski, masih dengan sempurna meniru apa yang Sayuri katakan
kepadanya.
Dengan pipinya yang tersipu,
Sayuri berbicara dengan suara gemetar.
“U-umm ... Kyuu-chan, jangan
katakan itu!”
『
'Kyuu-chan, jangan katakan itu!'』
Jadi begitu beo berperilaku.
Meskipun, Kyuu-chan bukan burung beo tapi burung myna.
Sepertinya dia menyerah pada
Kyuu-chan, jadi Sayuri hanya menunduk ke bawah.
Nah, bagaimana aku menghabiskan
waktuku dengan Sayuri hari ini.
“U-umm, Sayuri?”
Ketika aku memanggilnya, Sayuri
dengan penuh semangat mengangkat kepalanya.
“Ya, Onii-sama! Minta apa pun
yang kamu inginkan dariku!”
“Tidak, tidak, tidak, aku tidak
punya permintaan apa-apa.”
“Aku senang bisa berguna bagi
Onii-sama.”
Sayuri menggeliat dengan penuh
semangat. Saat aku melihat dia berperilaku seperti ini …... dia sedikit mirip seperti
anjing. Pada pantatnya, aku merasa seolah-olah telah melihat ilusi dari ekor
yang bergoyang-goyang.
“Ehh ... oh benar! Terima kasih
buat Maumauland. Berkat panduanmu, kita bisa menikmati waktu yang sangat menyenangkan.”
“Benarkah?”
Matanya berbinar.
“Ya, beneran. Kali ini kau
sangat membantuku. Itu sebabnya, jika ada sesuatu yang kau inginkan, jangan
sungkan untuk bilang.”
“Um, kalau begitu Onii-sama,
aku punya permintaan.”
“Apa?”
“To-To-Tolong hadiahi aku
karena sudah melakukan yang terbaik.”
Seluruh tubuh Sayuri mulai
gemetaran sedikit demi sedikit.
Baru-baru ini, dia membeli beberapa
pakaian, tapi dia masih meminta hadiah. Apa yang sebenarny dia inginkan?
“Apa ada sesuatu yang kau
inginkan?”
“Hati Onii-sama!”
Jadi itu permintaannya !! Tapi,
itu berarti ... suatu hal yang melampaui cinta saudara.
“Bahkan jika itu permintaan adikku
yang lucu, aku tidak bisa memberikan hatiku. Aku akan mati.”
“Bukan itu yang aku maksud saat
aku mengatakan 'hati'! Aku ingin hati Onii-sama, dengan cara non-anatomis!”
“Jadi, jika aku memberikannya
kepadamu, apa yang akan kau lakukan dengan itu?”
“Aku akan menindihkan hati kita
dan saling menumpang tindihkan hal penting Onii-sama dengan hal penting milikku.
Um, ya …... secara fisik.”
Wajahnya memerah seperti tomat
dan menggeliat, tapi apa yang dikatakannya terlalu balk-blakan ?!
Meski aku sudah menegur dia
kalau kita ini bersaudara ... apa yang
harus aku lakukan.
“Sayuri, kita ini saudara
kandung.”
“Onii-sama, sudah berapa banyak
flag yang kamu patahkan sampai kamu
merasa puas? Apa kamu tidak tahu pepatah 'itu adalah hal yang memalukan bagi seorang
kakak untuk tidak menerima rayuan sang adik'?”
“Jangan seenaknya memodifikasi
pepatah.”
“Tapi, aku sudah melakukan yang
terbaik, ‘kan? Aku benar-benar, benar-benar melakukan yang terbaik!”
Sambil menggunakan cara bicara
formal, Sayuri mendekatiku dari depan. Payudaranya yang masih dalam tahap
berkembang menyentuh tubuhku ...
Aku heran, kenapa adik-adikku sangat
suka dengan kontak fisik.
Ketika aku melihat ke bawah,
Sayuri menatap wajahku.
“Onii-sama. Aku punya ide
bagus.”
“I-Ide apa?”
Karena dia tampak serius, aku akhirnya
menggunakan cara bicara formal.
“Menginginkan hatimu, um ... itu
hanya dasar untuk negosiasi, aku sudah meminta hal ceroboh, itu adalah ayunan
pertama sebelum meminta Onii-sama sesuatu dari rintangan yang lebih rendah.”
“Dengan kau menjelaskan kepadaku,
bukannya teknik negosiasimu kurang baik?”
“Ha ... uu, Onii-sama hebat
dalam negosiasi.”
Tidak, tidak, Kau sendiri yang
menggali kuburanmu. Biasanya dia bersikap tenang, tapi temperamen Sayuri sering
tidak stabil.
“Umm, jadi apa permintaanmu
yang sebenarnya?”
“Ja-Jadilah orang pertamaku.
Tolong renggut punyaku yang penting.”
Ini hampir tidak berubah ?!
Impossibru. Rintangannya
tidak turun sama sekali. Sebagai orang, sebagai kakak, sebagai pria dan sebagai
manusia, aku memiliki sesuatu yang penting untuk dilindungi. Tolong sadari hal
itu, wahai adikku.
“Dengar Sayuri, hal semacam itu
...”
“Hal semacam itu, tepatnya
situasi seperti apa yang sudah kamu bayangkan, Onii-sama?”
Sayuri tersenyum seperti setan
kecil. Tidak baik, tadi itu pertanyaan menjebak?
“Ap-Apa yang kau minta ... um, pertama
kalinya Sayuri ... berarti, dengan kata
lain .... eh.”
“Onii-sama? Tolong katakan
dengan jelas.”
“Se-Seperti yang sudah
kubilang, merenggut hal penting dari seorang gadis…. ... oh benar! Ini adalah
sesuatu yang tidak boleh direnggut.”
Saat aku menekankan pada hal itu,
Sayuri mengelak dengan mudah ... atau lebih tepatnya, dia melakukan serangan
balik.
“Aku dengan senang hati
mendedikasikan semua yang aku punya kepada Onii-sama.”
Sayuri lalu melingkar lengannya
di leherku. Tidak baik, jika aku mendorongnya menjauh di sini aku akan
menyakiti perasaannya, jika tidak ... ap-apa yang akan terjadi ?!
“Onii-sama, ada sesuatu yang
disebut kecerobohan. Saat kakak dan adik semakin rukun dan dekat, mereka jadi
ceroboh. Kecelakaan! Ayo kita buat seperti kecelakaan!”
Dengan wajah benar-benar merah
Sayuri memohon kepadaku. Jika dia sampai merasa malu begitu seharusnya dia
jangan bilang ........Astaga, Sayuri menjadi lebih di luar kendali hari ini.
“Jangan berpura-pura jadi kecelakaan!
Cara terbaik untuk menjalani hidup adalah cara yang aman!”
Tiba-tiba, wajah Sayuri berubah
serius. Dia menatapku dengan ekspresi kesepian.
Tidak baik. Jika aku ditatap
Sayuri dengan ekspresi transien seperti itu, aku merasa menggigil.
“Apa Onii-sama membenciku?”
Pertanyaan itu... tidak adil.
“Ak-Aku menyukaimu ...”
Sekali lagi, ekspresi Sayuri
kembali senang dan malu-malu.
“Lalu bukannya ini baik-baik
saja? Di bawah persetujuan kita berdua, ayo buat kecelakaan besar.”
“Sayuri, ap-apa kau baik-baik
saja dengan kecelakaan?”
“Tentu saja. Bagiku, tidak peduli
bagaimana, melakukan hal seperti ini dengan Onii-sama pertama adalah lebih
penting daripada apa pun, itu adalah hal yang indah dan beruntung.”
Ini tidak baik. Sepertinya aku
tidak bisa membujuknya bagaimanapun caranya. Kalau begitu …... hanya itu
satu-satunya jalan keluar situasi ini.
Supaya tidak menyebabkan
kecelakaan besar, aku perlu menghancurkan itu.
Aku memeluk Sayuri dengan
lembut untuk mendekapnya, aku perlahan-lahan mendekatkan wajahku ke wajahnya.
Sayuri menjinjitkan kakinya dan menutup matanya.
"Ahh! Akhirnya Onii-sama
membuat kecelakaan denganku. Ini seperti mobil yang tergelincir dari tebing dan
menyebabkan kebakaran besar!"
Aku dengan lembut mencium ……..
dahi Sayuri.
Segera dia menatapku dengan
penuh kebingungan, dan pandangan penuh kritik. Sayuri menggembungkan pipinya
dan protes.
“Um, Onii-sama? Sekarang,
bempernya sedang menjorok.”
“Apa-apaan dengan perbandingan
itu. Yang begini saja sudah membuatku sangat gugup sampai-sampai jantungku
ingin copot.”
“Be-Begitu ya! Ciuman di dahiku
menjadi seperti bagian paling atas gunung kegembiraan ... oh Onii-sama ...
dasar pendaki nafsu.”
perbandingannya sangat aneh!
Sayuri menempelkan telinganya
di sekitar dadaku dan fokus mendengarkan detak jantungku. Itu berdebar cepat
dan kuat seolah-olah aku sehabis berlari.
Yang bisa aku lakukan hanyalah
menenangkan pernapasanku.
Untuk sementara, Sayuri teerus
menempel denganku tanpa melakukan apa-apa. Secara bertahap, pernapasan dan
detak jantungku telah kembali ke ritme asli.
Ketika hatiku sudah benar-benar
tenang, Sayuri diam-diam menjauh dariku.
“Jika aku merangsang Onii-sama
lebih dari ini, Onii-sama takkan bertahan sampai malam.”
Apa yang dia maksud dengan
takkan bertahan.
Aku tidak tahu harus membalas
apa kepada adikku yang bahagia menyipitkan matanya.
Onii-chan khawatir tentang
kekuatan khayalan Sayuri. Atau lebih tepatnya, aku ... aku mencium adikku. Meski
di dahi sekalipun.
“Onii-sama, wajahmu memerah.”
“Te-Te-Te-Tentu saja! Aku belum
pernah melakukan kontak fisik seperti itu dengan orang lain!”
Ketika aku masih kecil, dan
masih polos, Mariko pernah mengatakan "Nyium
di dahi! Lakukan. Di pipi juga boleh kok!” Aku akhirnya melakukan hal itu,
tapi aku belum mencium siapa pun sejak itu.
Kami ini bersaudara, tapi aku ……..
yeah, apa yang sudah aku lakukan ...
“Mungkinkah kamu menyesali
itu?”
“Ti-Tidak.”
Jika aku bilang iya, aku akan
menyakiti perasaan Sayuri.
“Tidak perlu berpura-pura. Jujur
saja. Onii-sama tidak puas dengan di dahi saja, ‘kan?”
Menempatkan jarinya pada
kancing baju, dia menatapku dengan antusias.
“Aku baru ingat ada sesuatu
yang harus dilakukan, jadi ayo kita hentikan itu untuk hari ini.”
“Tidak perlu takut, oke? Tapi, apa
boleh buat. Kita adalah orang asing beberapa minggu yang lalu, sampai Onii-sama
menjadi jujur dan bercinta denganku, adiknya, aku harus bekerjasama
rehabilitasi kakak. .. singkatnya, brohabilitation.”
“Jangan membuat istilah baru!”
“Onii-sama, sampai kamu
setidaknya berhenti menolak untuk mandi bersama adikmu, aku akan terus
membuatmu menjadi kakak terhormat.”
Sayuri membusungkan dadanya
saat mengatakan itu, dan aku hanya menepak jidatku mengenai situasi ini.
“Sebaliknya, bukannya kau baru
saja menyatakan kalau kau akan jadi adikku?”
Mengingat hal itu, Sayuri
memalingkan wajahnya.
“Ah! Apa yang sudah aku
lakukan, aku bahkan lupa menghidangkan teh. Onii-sama, silahkan duduk dulu.”
Dalam kasus Sayuri, terlepas
dia menjadi adikku atau tidak, aku merasa dia masih akan menjadi berbahaya ...
Bagaimana pun juga, aku
akhirnya bisa bernapas lega. Aku duduk di atas sofa. Sementara, Sayuri
menyeduhkan teh biasa untukku.
“Tehnya sudah siap, Onii-sama.”
“Ya, terima kasih, Sayuri.”
Teh Sayuri suguhkan tidak
pahit, namun kaya akan aroma dan lezat. Percakapan aneh beberapa saat lalu
tampak seperti sebuah kebohongan, suasana sekarang terasa tenang setelah jeda
singkat.
Sayuri adalah adik yang baik
dan tidak membuat malu. Namun, kepribadiannya terlalu ekstrim dalam beberapa
aspek, seperti lalat pada salep, itu membuatku khawatir.
Dia membasahi bibirnya dengan
teh dan menatapku lekat-lekat. Jika itu kelanjutan dari percakapan dari
sebelumnya, maka ampuni aku.
“Onii-sama, boleh aku
mengajukan pertanyaan?”
“Umm, apa itu?”
Di antara para adik, aku tidak
ingin mencoba menolak Sayuri sebisa mungkin. Ketika adik-adiknya yang ada,
Sayuri bertindak dewasa dan menahan diri, jadi saat kita sendirian, dia
akhirnya berperilaku lebih ekstrim.
Meski, sebelumnya, dia terlalu
sedikit berlebihan.
“Kalau begitu, Onii-sama, apa
makanan favoritmu?”
“Makanan favoritku?”
“Ya. Makanan favorit.”
Dokumentasi yang berisi
informasiku yang sudah Murasaki-san siapkan seharusnya mengatakan kalau aku
suka makanan Jepang dan nikujaga ... dan seharusnya Sayuri sudah membaca lebih
menyeluruh daripada orang lain, apa maksudnya ini?
“Um, makanan Jepang.”
“Jika memungkinkan, makanan ala
barat.”
Apa penelitian tentang makanan
favorit orang semakin populer akhir-akhir ini? Mariko juga memintaku hal itu
...
Omong-omong, aku melakukan
sesuatu yang buruk pada Mariko. Pada akhirnya, aku tidak tahu preferensiku
sendiri dan tidak bisa bekerja sama dengan penelitiannya.
Sayuri masih berdiri seperti
patung, menunggu jawabanku.
“Hmm ... biar kupikir-pikir
dulu.”
Apa saja tak masalah ‘kan?
Sesuatu ala barat ...
Belakangan ini aku melihat
mimpi yang aneh. Aku tidak bisa mengingatnya dengan baik, tapi aku makan
seperti sedang berpesta. Bersama dengan seseorang ...
“Oh! Omurice!”
“Omurice, Onii-sama?”
Mata Sayuri berubah seperti
kucing yang terkejut.
“Itu benar. Omurice.”
“Itu tak disangka. Tapi,
sempurna, kalau begitu….”
Meski aku bilang begitu, itu
pasti tak terduga. Atau lebih tepatnya, apa maksudnya "sempurna" ...?
Ketika aku penasaran dengan hal itu, Sayuri memiringkan kepalanya.
“Omong-omong, kenapa omurice?”
“Aku juga tidak mengerti ... tidak! Memang benar kalau aku ingin
memakannya, aku tidak berbohong atau memaksa. Benar-benar ... Aku tidak tahu
alasannya, tapi aku merasa seperti makan omurice . Apa itu terlalu kekanak-kanakan?
Juga, karena Nenek tidak pernah membuatnya, aku sendiri merasa terkejut.”
Sayuri mengangguk.
“Itu bagus. Onii-sama meminta
sesuatu dariku. Aku merasa senang.”
“Be-Begitu ya.”
“Serahkan saja padaku,
Onii-sama. Aku akan menyiapkan omurice terbaik untukmu. Omong-omong, untuk bagian
telurnya, apa mau yang lengket, atau digoreng ringan?”
“Digoreng ringan saja. Dan,
dengan bendera di atasnya.”
“Bendera?”
“Ah, tidak. Bukan apa-apa.
Lupakan saja.”
Kenapa aku bilang
"bendera"? Juga caraku mengatakannya terasa aneh meski aku sendiri
yang berkata begitu.
“Kalau begitu Onii-sama. Cukup
sudah waktu buat menggoda dan pertanyaan untuk saat ini ... ayo lakukan yang
terbaik untuk belajar hari ini. Demi mendaftarkan aku ke dalam Shichiyou
Akademi, tempat dimana Onii-sama masuk!”
“Eh? Ah ... ya.”
Tiba-tiba berubah kalau kita
akan belajar. Meski aku berterima kasih untuk itu.
Untuk sementara Sayuri dan aku
duduk berdampingan untuk mempelajari catatan dan buku referensi.
Saat kami istirahat, Sayuri
diam-diam berdiri.
“Sudah waktunya untuk
menyiapkan makan malam, ‘kan.”
“Apa ada sesuatu yang bisa aku
bantu?”
“Onii-sama pasti lelah karena,
silakan beristirahat saja.”
Sayuri mengenakan celemek di
dapur dan mulai menyiapkan makan malam.
Aroma nasi yang dimasak melayang
menuju ruang tamu. Lalu aroma sup miso, aroma ikan bakar ... e-eh?
Saat aku mengintip ke dapur dan
bertanya.
“Bukannya kau mau membuat
omurice?”
Sayuri mengangkat menolehkan
wajahnya, tampak bermasalah.
“It-Itu ... um, aku kehabisan
bahan ...”
“Ma-Maaf. Kau benar. Ini cuma
permintaanku yang mendadak.”
“Aku akan membuat omurice pada
kesempatan berikutnya ... sampai saat itu, aku akan berlatih.”
Dia adalah seorang gadis yang
penuh persiapan, bisa melakukan apa saja. Tapi jika dia tidak mempersiapkan,
dia akan terlalu kikuk dan selalu berakhir gagal. Dan kegagalan itu akan
mengakibatkan lebih banyak kegagalan.
Itu sebabnya, waktu persiapan
lebih penting ketimbang apa pun untuk Sayuri.
“Aku sangat menantikan omurice buatanmu.”
Dan, malam hari ini adalah
makanan Jepang.
Giliran selene mana bjir
BalasHapus