u
Sudut Pandang si Senpai u
“Selamat pagi ~ ♪”
Kouhai-chan terlihat
bersemangat, benar-benar berbeda dari keadaannya kemarin. Suaranya
memantul hingga aku bisa mendengar not musik di ujung kalimatnya.
“Apa ada sesuatu yang
baik terjadi padamu?”
“Tidak juga kok.”
Mulutnya
disembunyikan dalam syal kotak-kotaknya, membuatku tidak bisa membedakan
ekspresinya. Meski begitu, matanya teampak tertawa.
“Kau bisa
memberitahuku, namun ...”
“Benar-benar tidak ada
yang terjadi, Senpai.”
Selama percakapan
tidak produktif kami, kereta pun tiba di stasiun seperti biasa.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Suhu di dalam Kereta
sangat hangat, dan aku mulai bersantai di posisi kami yang biasa.
Ketika aku
memikirkannya, aku sudah bertanya tentang hal-hal yang agak terlalu rumit. Itu
sebabnya, aku sudah memikirkan matang-matang tentang apa yang harus aku
tanyakan kepada Senpai hari ini.
“Err, aku akan
membahasnya, Senpai. Inilah 『pertanyaan hari ini』.”
“Uh huh.”
Aku sudah banyak
memikirkan hal ini, jadi mari kita langsung bertanya saja.
“Senpai, apa yang kamu
lakukan dengan ilustrasiku?”
Ya tentu saja aku
penasaran. Bagaimanapun juga akulah yang memberikan itu kepadanya.
“Ahh, itu?”
“Iya.”
Senpai mengalihkan pandangannya
ke kereta dan menghela nafas.
Eh?
“Pertama, izinkan aku
mengeluh. Aku sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi jangan
tiba-tiba menyerahkannya ke orang lain begitu saja.”
“Tapi Senpai, kamu
menerimanya, kan?”
“Kaulah yang membuatku
menerimanya,”
“Ehh.”
“Kau sangat tak tahu
malu, sungguh.”
Yah, sulit untuk
membawanya pulang karena ukurannya yang besar, dan aku tidak punya tempat untuk
menggantungnya di rumah, jadi aku memberikannya kepada Senpai begitu saja.
“Jadi, apa yang kamu
lakukan dengan itu?”
“Aku menggunakannya
untuk mendekorasi kamarku.”
Ia menjawabku sambil
menggaruk kepalanya.
“Ya ampun, terima
kasih banyak.”
Aku sedikit terkejut
bahwa Senpai akan jujur memberitahuku kalau Ia
menggunakannya sebagai hiasan.
“Aku hanya menggantungnya
di dinding di sebelah mejaku.”
“Kedengarannya sangat
otentik.”
“Bingkai, atau kanvas,
atau panel? Mereka dibuat dengan cukup baik.”
Senpai menelusuri
sebuah kotak besar dengan jarinya di jendela terdekat. Ukurannya sekitar
itu, ya.
“Lalu, bagaimana?”
u
Sudut Pandang si Senpai u
Sekarang, sekarang.
Aku tidak ingin
Kouhai-chan berpikir kalau aku akan mengikuti alur pembicaraannya. Bahkan aku
sudah memikirkan banyak cara unutk membuatnya lengah.
Itu sebabnya aku
mengatakan ini sambil menahan tombol power di smartphone-ku.
“Kau bilang kepadaku
bahwa kau ingin aku melihatnya dari dekat sebelumnya. Kau tidak lupa, ‘kan?”
Dan kemudian, aku
menunjukkan padanya smartphone-ku, dengan wallpaper layar awal diproyeksikan di
depannya.
Tentu saja, aku sudah
menetapkan karya Kouhai-chan sebagai layar kunciku.
Aku bisa merasakan
diriku menyeringai.
Kouhai-chan menarik
napas.
“... Sungguh, apa yang
kamu lakukan, senpai?”
“Kau menyuruhku untuk
melihatnya.”
“Aku tidak memintamu
untuk melihat itu sampai segitunya!”
Membuat gambar ini
sebagai wallpaper-ku cukup sulit.
Karena aku tidak
memiliki data gambar atau data digitalnya, aku tidak punya pilihan selain
mengambil gambar dengan kamera. Tetapi aku membutuhkan banyak waktu dan
usaha untuk melakukannya, dan aku perlu memperhatikan pencahayaan
juga. Bagaimanapun juga, aku tidak ingin memiliki area yang terang dan
gelap dalam ilustrasi.
Aku akhirnya bisa
mengatur ilustrasi sebagai wallpaperku setelah berjuang untuk menutup dan
membuka tiraiku dan menyesuaikan lokasi.
“Ya, benar. Aku
pikir kau menggambarnya dengan indah.”
Dua ikan buntal
berenang dengan nyaman di laut yang penuh dengan karang.
“Terima kasih
banyak…”
Kouhai-chan secara
tidak biasa berterima kasih padaku, tidak menatap lurus ke arahku. Baiklah
Aku akan memberikan
pukulan terakhirku mulai sekarang.
“『 Pertanyaan hari ini 』. Mengapa ada
dua ikan buntal dalam ilustrasi ini?”
Aku tidak punya
gambaran kalau ikan tersebut harus berpasangan. Entah digambar sendiri,
atau membentuk kelompok besar.
Aneh rasanya bila
cuma ada sepasang di sini. Karena warna tubuh berbeda, yang satu putih dan
yang astunya lagi kuning, mereka pasti dua ikan yang berbeda.
“Eh, itu?”
“Uh huh, itu.”
Aku bisa melihat
bagaimana Kouhai-chan melirik panic bolak-balik dariku.
“Itu, eh, err ...”
“Ayo, jawab aku
sekarang.”
“Be-Berisik. Aku
sudah memberitahumu sebelumnya, tapi aku menggunakan Senpai sebagai model di
sini.”
“Yah, aku sudah tahu
itu.”
Dia mengatakan kalau
dia telah menyempurnakan gagasan itu sejak hari kedua setelah kami mulai
berbicara, satu percakapan tentang "Makan ikan buntal".
Masalahnya adalah mengapa
ada dua ikan buntal.
“Idenya adalah, mereka
berdua adalah Senpai dan aku sebagai model.”
Aku tidak merasa
terkejut.
Lagipula, aku sudah
memikirkan kemungkinan itu saat aku melihat ilustrasi di festival budaya.
“Fuuuun ...”
“Tidak bisakah kamu
sedikit lebih terkejut?”
“Lagi pula itu sudah
jelas.”
Siapa pun yang
melihat ini pasti akan tahu.
“Eh, sejelas itu?”
“Ya.”
Sebaliknya, aku
terkejut kalau Kouhai-chan tidak menyadarinya.
Aku pikir dia harus
berpikir sedikit tentang bagaimana orang lain akan melihat apa yang sudah dia
ciptakan.
“Lalu, aku yang mana?”
Ada yang putih, dan
yang agak kekuningan. Dua ikan buntal.
“Entahlah?”
“Kamu seharusnya sudah
mengetahuinya, oke?”
Apa aku menyuruhmu
memilih di sini?
“Lalu, Senpai, kamu
mau yang mana?”
“Nnn ...”
Jika aku harus
memilih, maka aku akan mengambil yang ini.
“Yang putih.”
Pada akhirnya, aku
memilih yang putih, karena itu adalah gambaranku dari 「ikan buntal」.
“Lalu, ayo ikuti yang
itu. Aku akan menjadi ikan buntal yang agak kuning.”
Sepertinya menjadi seperti
itu.
Aku adalah ikan
buntal putih.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Ngomong-ngomong, Senpai. Kamu
sangat menyukai ilustrasinya, ya? Kamu sampai memasangnya sebagai
wallpapermu.”
Saat aku menyeringai,
Senpai membuat wajah seolah-olah Ia baru saja melihat hantu.
“Apa kamu menyukai
ilustrasiku?”
“Cukup tinggalkan aku
sendiri.”
“Nggak.”
Sungguh, Ia
benar-benar tidak pernah jujur.
“Jika kamu menjawab
dengan benar, aku akan memberimu sesuatu yang baik.”
“Aku tidak butuh 'sesuatu yang baik' darimu.”
“Jika kamu tidak menjawabku,
aku akan menjahilimu.”
“Aku tidak membenci
ilustrasi Kouhai-chan.”
Dia benar-benar tidak
jujur, eh. Tapi tidak apa-apa.
“Nn, yah, baiklah.”
Setelah melakukan
jeda senejank, aku bertemu mata senpai dan menanyakan ini.
“Err, apa kamu
menginginkan data ilustrasiku?”
“…Hee?”
Karena suatu alasan,
Senpai menjadi takut mendengar kata-kataku.
Apa itu terlalu
mendadak?
Senpai yang sedang
me-reboot otaknya mengalihkan pandangannya dari mataku, dan membisikkan ini
Ketika roda kereta mengeluarkan
suara berderak, kata-katanya secara misterius, namun tegas, mencapai telingaku.
“Nah, jika kau akan
memberikannya kepadaku, maka aku menginginkannya.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (75)
Sepertinya Ia sedikit
menyukai ilustrasiku.