u
Sudut Pandang si Senpai u
Setelah tiba di rumah
kemarin, aku langsung menerima data ilustrasi dari Kouhai-chan.
Aku mengatur ulang
wallpaper layar berandaku lagi. Yah, meski tidak banyak berubah dalam hal
penampilan, namun sekarang sedikit lebih mudah untuk dilihat. Ada juga
perasaan agak mengkilap di atasnya.
Tapi itu tidak
terlalu penting sekarang. Yang penting hari ini adalah hari
Jumat. Dengan kata lain, besok akhirnya akhir pekan.
Syukurlah ini hari Jumat!
“Pagi.”
“Selamat pagi, Senpai.”
Tanpa sadar aku
memanggil Kouhai-chan yang berdiri di peron stasiun.
“Cuacanya semakin
dingin, ya.”
“Ya. Bagaimanapun
juga, ini sudah Desember.”
Aku mengingatnya saat
Kouhai-chan mengatakan itu. Hari ini adalah hari pertama bulan
Desember. Satu bulan lagi setelah dua belas bulan. Kurang lebih?
“Eh, ya. Kemarin
adalah tanggal 30, sih.”
“Sekarang sudah musim
dingin, ya.”
“Tapi suhunya takkan
berubah begitu cepat, kok?”
Aku tidak terlalu
menyukai musim dingin karena suhunya yang dingin.
Aku ingin musim semi
segera datang.
“Setidaknya sekarang sudah
masuk musim dingin menurut kalender, Senpai.”
“Jika kau bilang
begitu, lalu hari pertama musim dingin sudah berlalu di kalender, tahu?”
“Memangnya kapan hari pertama
musim dingin tiba?”
“Kapan ya?”
Hmmm.
“Apa? Senpai
juga tidak tahu?”
“Aku hanya
mengatakannya sesuka u, bagaimana aku bisa mengingat secepat itu.”
Uhmm. Mustahil. Google-sensei,
bantu aku.
“Uh huh. Katanya
sih pada tanggal 7 November.”
“Berarti kita sudah di
tengah musim dingin, ya.”
“Mungkin.”
Kereta pun akhirnya
tiba di stasiun, menerobos udara musim dingin.
Kami menempati posisi
kami seperti biasa dan mulai berbicara lagi.
“Terlepas dari musim
dingin, Sekarang sudah Desember, Senpai. Satu bulan lagi sebelum tahun ini
berakhir.”
“Bulan kedua belas,
ya.”
“Ini Desember, ya?”
“Desember, ya ~”
“Shiwasu, eh?” (TN : Bulan kedua belas dari kalender lunar)
“Shiwasu, ya ~”
Kouhai-chan
membalikkan tubuhnya padaku, lalu tiba-tiba mengedipkan matanya.
“Umm, Senpai?”
“Hm?”
“Kamu kedengarannya
sangat lelah,”
“Bagaimanapun juga,
ini hari Jumat.”
“Begitu ya.”
Kau menerima begitu
saja alasan itu?
Tidak ada jam
pelajaran minggu lalu karena ada acara festival budaya jadi aku tidak
benar-benar lelah, tapi minggu ini ada jam pelajaran. Tentu saja aku akan merasa
lelah.
“Shiwasu, ya.”
Sepertinya ada
legenda bahwa Desember menjadi Shiwasu karena Desember berlarian untuk
menangkap pendeta.
Akhir tahun juga akan
menjadi sibuk dengan layanan peringatan, tetapi jujur saja, kisah ini tidak benar-benar
menarik bagi siapa pun dari generasi kita.
“Ngomong-ngomong, aku
belum mengajukan pertanyaan hari ini.”
Kouhai-chan datang
dengan sebuah pertanyaan.
“Senpai, apa kamu
percaya pada Tuhan?”
“Apa kau menanyakan
hal itu dalam istilah agama?”
“Yang mana saja tak
masalah.”
“Shiwasu” adalah kata yang
berasal dari Buddhisme. Jika kita berbicara tentang “Tuhan”, maka biasanya hal
tersebut merujuk pada kuil.
Sepertinya tidak ada
banyak negara seperti Jepang di mana individu menjadi kebingungan ketika
berbicara tentang agama.
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Nnn ...”
Senpai mulai
berbicara setelah berpikir beberapa lama.
“Seperti yang aku
pikirkan, mungkin aku lebih ke Flying
Spaghetti Monsterism.”
“Apa?”
Aku merasa seperti
mendengar kata-kata aneh.
Monster Spaghetti ...
apa?
“Terus terang, kita
akan mengatakan『 Ramen 』bukan『 Amin 』.”
“Ramen?”
“Flying Spaghetti Monsterism menganggap mie
sebagai Tuhan mereka.”
Senpai mengajariku
berbagai doktrin agama yang tidak bisa aku pahami dengan baik.
“Lalu, Senpai ingin
bilang kalau kamu benar-benar mempercayai semua itu, kan?”
“Tidak juga.”
“Tolong kembalikan
waktuku tadi.”
Apa-apaan
itu? Apa kamu hanya bilang begitu saat kamu sudah membuang waktuku ketika
kereta telah melewati dua stasiun, Senpai?
“Dengarkan
baik-baik. Meski aku tidak benar-benar mempercayainya, aku juga sedikit
percaya, atau aku pikir itu mungkin.”
“Haa ...”
“Ngomong-ngomong, akan
berbahaya kalau kau terlalu fanatik memeluk agama tertentu.”
“Jadi kalau itu tidak
apa-apa, yang Flying Spaghetti?”
“Itu hanya parodi
agama, jadi tidak apa-apa. Juga, carany menyingkatnya salah.”
Menurut Senpai, karena
itu adalah Flying Spaghetti Monsterism,
jadi itu harus disingkat FSM.
Aku ingat sesuatu
yang tidak berguna hari ini.
u
Sudut Pandang si Senpai u
“Jadi, bagaimana
dengan Kouhai-chan? Apa kau memiliki keyakinan pada agama? Ah, itu 『pertanyaan hari ini』dariku.”
“Aku tidak terlalu
percaya pada agama Kristen, Islam, atau Budha sebanyak itu.” (TN : Wait…mimin percaya agama, karena perlu buat
kebutuhan batin, jadi kalian para pembaca, jangan jadi atheis ya :3)
“Orang Jepang
kebanyakan seperti itu, eh.”
“Tapi, aku sudah
memikirkannya sedikit.”
Kouhai-chan menoleh
untuk melihat ke luar pemandangan kereta, meletakkan tangannya di jendela.
Saat dia membelai
gelas, dia menghela nafas kecil.
“Aku yakin ada
seseorang seperti Tuhan, sosok yang menciptakan kita semua, di suatu tempat di
sana.”
Mata Kouhai-chan yang
berbicara tentang fantasinya tampak berbinar.
“Aku pikir itu
mustahil untuk satu orang saja bisa mengawasi tujuh miliar orang.”
Dia melirikku
sekilas, dan bergerak kembali untuk melihat ke luar jendela.
“Tapi kadang-kadang, aku
yakin orang itu akan melirikku dan Senpai.”
Di kepalaku, sebuah
gambar tentang keberadaan absolut muncul saat Ia memandang ke alam semesta kita
dari dimensi yang lebih tinggi, seperti celah dalam ruang.
“Kedengarannya romantis.”
Ketika aku tanpa
sengaja menyuarakanan pemikiranku, Kouhai-chan mengejang dan mengalihkan pandangannya.
“Bukankah ini tidak
masalah?”
“Tapi aku tidak bilang
itu tidak baik-baik saja?”
Kouhai-chan menjadi
lebih merasa malu saat aku menyeringai.
“Ini bukan sesuatu
yang membuatmu malu, tahu.”
“Lalu, kenapa kamu
senyam-senyum begitu, Senpai?”
“Itu karena respons
Kouhai-chan terlihat menarik.”
“Apa-apaan itu ...”
Sementara itu, kami hampir
mencapai stasiun tujuan.
“Yah, tolong jaga aku
bulan ini juga, Kouhai-chan.”
Aku akan bertemu
dengannya lagi setiap pagi. Seharusnya tidak apa-apa untuk setidaknya
memberinya salam, ‘kan?
Kouhai-chan yang
membuat ekspresi terkejut sejenak merespon dengan penuh semangat dengan senyum
di wajahnya.
“Tolong jaga aku juga,
senpai ♪”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (76)
Sepertinya Ia suka Flying Spaghetti Monsterism, tapi Ia
tidak percaya.
Lanjutkan min.
BalasHapusAne mending suka ama cerita yang begini.
BalasHapus