Cerita
Sampingan Versi Tora no ana Spesial
“Sepertinya kamu bukan tipe yang pilih-pilih makanan.”
Amane dengan lahap memakan makan malam yang dibuat
Mahiru, rasanya lezat seperti biasa, ketika dia berkomentar begitu.
“Kalau makanan favorit aku punya.”
“Telur ‘kan, aku tahu. Tapi kamu tidak memiliki
ketidaksukaan tertentu, dan itu bagus untukku sebagai koki.”
“Tidak ada yang tidak aku sukai secara khusus. Tapi,
aku tidak suka makanan yang terlalu pedas atau pahit.”
“Hanya minoritas yang menyukainya ... mungkin tidak ada.”
“Ya, tidak ada yang aku benci.”
Amane tidak terlalu pilih-pilih. Tentu saja, tidak
tahu apakah dIa akan membenci bahan apa pun yang belum pernah Ia dengar, namun
tidak ada makanan sehari-hari yang harus Ia hindari.
“Jadi, kenapa kau bertanya begitu?”
“Bukan apa-apa. Cuma kepikiran. Kamu tidak
pernah mengatakan kalau kamu tidak bisa makan apapun, Amane-kun.”
"Aku tidak punya apa pun yang tidak aku
sukai. Bahkan jika aku punya makanan yang aku benci, toh kau akan
membuatnya lezat, Mahiru. ”
Mengingat keterampilan memasak Mahiru, kemungkinan dia
bisa membuatnya cocok untuk selera Amane bahkan jika itu adalah makanan yang
tidak disukainya. Tidak ada bahan yang tidak disukainya, sehingga skenario
seperti itu tidak akan pernah terjadi.
“Aku percaya pada keterampilan memasakmu. Selain
itu, setiap makan malam sangat enak, dan aku sangat senang dengan buatanmu
meski aku tidak pilih-pilih. Terima kasih untuk semuanya sejauh ini.”
Ada saat dimana Ia menginginkan makanan tertentu, tetapi
Ia tidak perlu menyebutkan apa pun yang tidak disukainya.
Setiap hari, Amane dengan tulus menghabiskan makanan
dengan senang hati.
Ia menyatakan dengan tegas saat menghabiskan nasi yang
empuk. Mahiru membelalakkan matanya, dan sedikit menurunkan pandangan matanya.
Amane khawatir jika kata-kata berat itu membuatnya sedih,
tapi sepertinya tidak. Kulit putih Mahiru mulai memerah.
Mahiru mungkin merasa malu. Amane belum benar-benar
memahami momen-momen itu, tetapi Amane merasa kalau dia gampang merasa malu setiap
kali dia dipuji. Ini mungkin kasus yang sama.
“... Percuma saja kamu memujiku begitu.”
“Oh. Ah, tolong tambah lagi. ”
Aku belum selesai. Jadi Amane mengangkat mangkuk
yang kosong padanya, dan melihatnya mengambilnya dan kembali ke dapur.
Dia kabur, Amane diam-diam tertawa ketika Ia menatap rambut berwarna rami yang berkibar-kibar.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya
UwU sankyu min
BalasHapusCerita yang adem kayak gini yang lebih enak di baca
BalasHapusSuka novel yg bikin adem kayak gini 😻😍
BalasHapusIndahnya cerita yang santai gini
BalasHapusAhhh dah dah tolong tukeran jiwa Amane-sama😭
BalasHapus