Otonari no Tenshi-sama SS 6 Bahasa Indonesia

Cerita Sampingan Versi Tora no ana Spesial

 

“Sepertinya kamu bukan tipe yang pilih-pilih makanan.”

Amane dengan lahap memakan makan malam yang dibuat Mahiru, rasanya lezat seperti biasa, ketika dia berkomentar begitu.

“Kalau makanan favorit aku punya.”

“Telur ‘kan, aku tahu. Tapi kamu tidak memiliki ketidaksukaan tertentu, dan itu bagus untukku sebagai koki.”

“Tidak ada yang tidak aku sukai secara khusus. Tapi, aku tidak suka makanan yang terlalu pedas atau pahit.”

“Hanya minoritas yang menyukainya ... mungkin tidak ada.”

“Ya, tidak ada yang aku benci.”

Amane tidak terlalu pilih-pilih. Tentu saja, tidak tahu apakah dIa akan membenci bahan apa pun yang belum pernah Ia dengar, namun tidak ada makanan sehari-hari yang harus Ia hindari.

“Jadi, kenapa kau bertanya begitu?”

“Bukan apa-apa. Cuma kepikiran. Kamu tidak pernah mengatakan kalau kamu tidak bisa makan apapun, Amane-kun.”

"Aku tidak punya apa pun yang tidak aku sukai. Bahkan jika aku punya makanan yang aku benci, toh kau akan membuatnya lezat, Mahiru. ”

Mengingat keterampilan memasak Mahiru, kemungkinan dia bisa membuatnya cocok untuk selera Amane bahkan jika itu adalah makanan yang tidak disukainya. Tidak ada bahan yang tidak disukainya, sehingga skenario seperti itu tidak akan pernah terjadi.

“Aku percaya pada keterampilan memasakmu. Selain itu, setiap makan malam sangat enak, dan aku sangat senang dengan buatanmu meski aku tidak pilih-pilih. Terima kasih untuk semuanya sejauh ini.”

Ada saat dimana Ia menginginkan makanan tertentu, tetapi Ia tidak perlu menyebutkan apa pun yang tidak disukainya.

Setiap hari, Amane dengan tulus menghabiskan makanan dengan senang hati.

Ia menyatakan dengan tegas saat menghabiskan nasi yang empuk. Mahiru membelalakkan matanya, dan sedikit menurunkan pandangan matanya.

Amane khawatir jika kata-kata berat itu membuatnya sedih, tapi sepertinya tidak. Kulit putih Mahiru mulai memerah.

Mahiru mungkin merasa malu. Amane belum benar-benar memahami momen-momen itu, tetapi Amane merasa kalau dia gampang merasa malu setiap kali dia dipuji. Ini mungkin kasus yang sama.

“... Percuma saja kamu memujiku begitu.”

“Oh. Ah, tolong tambah lagi. ”

Aku belum selesai. Jadi Amane mengangkat mangkuk yang kosong padanya, dan melihatnya mengambilnya dan kembali ke dapur.

Dia kabur, Amane diam-diam tertawa ketika Ia menatap rambut berwarna rami yang berkibar-kibar.



Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya



close

5 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama