u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku membahas semacam
ini dengan Kouhai-chan sebelum tidur kemarin.
Iguchi Keita : Kouhai-chan masuknya di
jam kedua besok, ‘kan?
Maharun ♪ : Ah, ya
Iguchi Keita : Kalau aku di jam pertama
Maharun ♪ : Aku tahu
Iguchi Keita : ... Kita tidak harus
menyamai waktunya, tahu.
Aku berpikir kalau itu
Kouhai-chan yang dulu, dia akan secara paksa mencocokkan waktunya denganku,
baik pada hari ujian atau tidak.
Aku juga tidak bareng
saat festival budaya. Pada saat itu, aku datang lebih lambat, tapi kali
ini giliran Kouhai-chan yang datang agak siangan.
Meski dia bisa pergi
ke sekolah lebih awal, tapi itu keputusannya, apakah dia akan naik kereta yang lebih
pagi dari ujiannya atau tidak.
Maharun ♪ : Aku punya kebiasaan untuk
berangkat lebih awal di hari ujian
Iguchi Keita : Apa ini kebetulan?
Iguchi Keita : Aku juga sama.
Maharun ♪ : Eh, yang benar.
Iguchi Keita : Lagipula, bukannya itu
normal?
Maharun ♪ : Senpai, tolong beri tahu aku
kereta mana yang kamu naiki
Maharun ♪ : Supaya kita berdua tidak
harus melakukan upaya sia-sia seperti itu, oke.
Kami berdua yang
selalu berangkat ke sekolah pada saat yang sama, sekarang akan pergi lebih awal
karena ada ujian. Namun, salah satu pihak akan memulai ujian satu jam
lebih awal dari yang lain, jadi dia akan naik kereta yang sesuai dengan
jadwalnya. Berapa persen kemungkinan kalau mereka akan naik kereta yang
sama?
... Tentu saja
rendah.
Aku tidak ingin
membuatnya bangun pagi-pagi pada hari ujiannya hanya untuk menemaniku.
Yah, jujur saja, tak diragukan lagi dia akan
bilang, "Aku akan belajar pada hari
ujian!" Bagaimanapun juga, dia adalah Kouhai-chan.
Itu sebabnya, rasanya
terlalu menggoda untuk mengatakan, "Aku
tidak bisa menemanimu karena aku harus belajar cepat." Pertama,
belajar di menit-menit terakhir tidak terlalu berguna. Bahkan jika aku
mengarahkan mataku ke buku teks, aku tetap tidak bisa mengingatnya.
Tapi….
Jika seseorang
bertanya kepadaku apakah aku ingin melihat Kouhai-chan atau tidak, memang benar
aku ingin melihatnya. Ini bukan tentang masalah perasaan, tapi aku punya
urusan dengan dia.
Dengan itu, ayo kita
periksa jadwal untuk saat ini.
Iguchi Keita : Oke, aku mengerti
Iguchi Keita : Ujian Kouhai-chan
dimulai di jam kedua, ‘kan?
Maharun ♪ : Ya
Iguchi Keita : Setelah itu kamu bebas,
kan? Selain belajar
Maharun ♪ : Ya, bebas, sih.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Ujian akhir besok
akan dimulai dari jam kedua untuk murid kelas satu. Dengan kata lain, aku
tidak harus pergi pada jam pertama.
Namun, bahkan jika aku
tidak harus pergi, aku pikir tidak apa-apa buatku untuk berangkat lebih awal.
Aku bertanya pada
Senpai kereta apa yang akan Ia naiki karena ujiannya dimulai lebih dulu
ketimbang diriku, tetapi Ia malah mengajukan saran ini.
Iguchi Keita : Ayo pulang bareng. Bagaimana
dengan itu?
Meski aku berangkat
ke sekolah bersama Senpai setiap hari, kami jarang pulang bersama.
Untungnya Ia
mengajukan saran tersebut melalui pesan LINE. Jika itu lewat panggilan
telepon, Rasanya akan menjadi canggung, atau suaraku akan bergetar karena
kegirangan, dan aku merasa wajahku sedikit kemerahan. ... Tapi sedikit
saja.
Iguchi Keita : Kita berdua sama-sama
bebas setelah sekolah
Ketika aku tidak bisa
menjawab, pesan tambahan muncul di layar.
Sepertinya Senpai
juga panik di sana. Jika itu masalahnya, rasanya jadi menarik.
Maharun ♪ : Aku mengerti
Maharun ♪ : Ayo kita bertemu di stasiun
Iguchi Keita : 'Kay
u
Sudut Pandang si Senpai u
Aku menyelesaikan
ujian tanpa insiden.
Tidak, ini belum
berakhir. Masih ada tiga hari lagi. Aku lelah. Aku ingin tidur
siang.
Aku menengok ke arah
orang-orang yang santai untuk makan siang ketika aku meninggalkan ruang
kelasku, berjalan menuju stasiun.
Bahkan jika aku
mengubah kecepatan berjalanku hari ini, itu mungkin tidak ada artinya.
Ketika aku memikirkan
hal itu, aku mendengar langkah kaki dari belakangku.
“Senpai~!”
Itu adalah
Kouhai-chan.
“Kita tidak perlu
menunggu satu sama lain, ya.”
“Iya!”
Aku menggaruk
kepalaku dan mulai berjalan lagi.
“Itu wajar karena
waktunya tidak berubah,”
“Kepala Senpai tidak
berfungsi, eh.”
“Tidak, jadi ayo kita
cepat pulang.”
“Apa kamu akan tidur
...”
Ketika kami berbicara
tentang masalah ujian, kami tiba di stasiun dalam waktu singkat.
“Berbicara mengenai ujian
sungguh melelahkan, ya.”
“Ya aku tahu.”
Kouhai-chan secara
tak disangka setuju.
“Eh?”
Aku terkejut karena aku
tidak berharap dia jujur setuju denganku.
“Mengapa kamu
terkejut?”
“Aku hanya terkejut
dengan hal yang mengejutkan. Tidak apa-apa, ‘kan?”
“Memang, tapi ...”
Singkatnya,
Kouhai-chan tidak memiliki gambaran 「menggunakan kepalanya」, atau secara khusus 「memeras otaknya atas
sesuatu」.
Meskipun dia tidak
belajar (atau mungkin karena dia tidak
belajar?), Dia akan lelah jika dia menggunakan seluruh otaknya selama 50
menit x 2 periode.
Kereta pun datang ketika
kami berbicara tentang hal-hal yang tidak masuk akal.
Berbeda dengan jam
sibuk pagi dan jam pulang, kereta sekarang sangat kosong.
Jika aku sendirian, aku
akan duduk, tapi apa yang harus aku lakukan sekarang ...
Ketika aku kesusahan,
Kouhai-chan bersandar pada posisi biasanya, jadi aku berdiri bersamanya.
Aku mencengkeram
pegangan.
Pintu ditutup dengan
suara aneh pshhh kereta, dan entah
bagaimana, aku merasa lantai itu sedikit tidak rata.
Kouhai-chan menatap
wajahku, menyembunyikan harapannya untuk sesuatu di balik matanya.
Aku mengerti.
Aku hanya bisa
memberikannya padanya sekarang. Betul. Yah, sudah jelas kalau dia
tahu itu, ya. Itu karena Kouhai-chan tahu, itu sebabnya dia memberiku
tekanan seperti ini, ya.
Aku merasa sedikit
malu sekarang ...
u Sudut Pandang si Kouhai u
“Kouhai-chan.”
Kereta kosong, tapi aku
memutuskan untuk menghadapnya di tempat yang biasa.
Ketika aku menatap
Senpai, Ia juga membalas tatapanku dan memanggil namaku.
“Iya.”
“Tidak,
Yoneyama-chan? Yone-chan?”
“Y-ya?”
Kata terakhirnya
sekitar setengah oktaf lebih tinggi dari nada bicaranya yang biasa.
Apa yang kamu lakukan
tiba-tiba? Meski Senpai selalu memanggilku “Kouhai-chan” ...
“Atau mungkin, apa kau
lebih suka dipanggil『 Maharu-chan 』?”
Saat Senpai
memanggilku seperti itu, aku merasa jantungku berdebar sangat kencang karena
suatu alasan.
Wajahku mungkin
memerah. Aku tidak sanggup menatap lurus padanya. Aku ingin
mengucapkan kata-kata kasar untuk memastikan Ia tidak tahu betapa gelisahnya aku,
tetapi aku menahannya.
“... Yang manapun tak
masalah.”
“Lalu, aku akan
panggil dengan Kouhai-chan. Aku lebih terbiasa dengan yang ini.”
Rasanya agak
mengecewakan. Tetapi jika Senpai memanggilku lebih dari ini, aku merasa
hati aku takkan bisa menerimanya, jadi mungkin itu benar.
Ngomong-ngomong,
reaksi seperti apa yang akan dilakukan senpai ketika aku memanggilnya
“Keita-kun”? Ayo kita coba itu suatu hari nanti.
Senpai mengambil bungkus
kertas dari tas sekolahnya dan memberikannya kepadaku, tersenyum, dan mengatakan
ini.
“Ya,
Kouhai-chan. Selamat ulang tahun ke-16. “
“16 tahun ... Aku bisa
menikah secara resmi dengan seseorang sekarang.”
“Aku tidak bisa.”
Usia minimal anak
laki-laki untuk menikah adalah 18 tahun.
Tetapi lebih dari
itu, ada bagian yang aku minati.
“Hmm? Senpai
bilang, 『Aku belum bisa』, kan? “
“Aku bilang『 Aku tidak bisa 』. Jangan
mengubah kata-kataku seenaknya.”
“Apa kamu kepikiran?”
“Itu harusnya kalimatku. Jika
aku bilang kalau aku 『belum』 bisa, seolah-olah aku tunanganmu, bukan?”
Aku yakin aku akan
menginjak ranjauku sendiri jika ini terus berlanjut, jadi ayo ubah topik
pembicaraan.
“Sayangnya, aku takkan
menerima aplikasi tunangan.”
“Ini adalah pertama
kalinya aku mendengar itu.”
“Aku memutuskannya
sekarang.”
“Begitu ya…”
Ayo kembali ke
percakapan kita sebelumnya. Senpai masih memegang hadiah, membuat gerakan
itu sejak saat itu.
“Ngomong-ngomong, aku
sudah pernah bilang kalau Senpai tidak perlu memberiku hadiah hari ini, kan?”
“Bukankah ini
baik-baik saja?”
“Ya tentu
saja. Bagaimanapun, terima kasih banyak.”
“Sama-sama.”
Aku mengguncang
bungkus kertas yang Ia berikan padaku dan memeriksanya terlebih dahulu dengan Senpai.
“Boleh aku membukanya?”
“Tentu.”
Ketika aku melepas
selotip dan membuka isinya, ada dua item di dalamnya.
Salah satunya adalah
kue dalam kotak kecil. Itu terlihat enak. Ayo kita makan nanti.
Dan satu item lagi.
“Ikat rambut?”
“Yup.”
Ikat rambut berwarna
ceri gelap tersimpan dalam kemasan plastik bening.
“Senpai juga tahu
tentang ikat rambut, ya ~”
“Setidaknya aku tahu
tentang hiasan rambut.”
Meski begitu, senpai
mungkin tidak tahu namanya sebelum aku mengatakannya.
Karena ada ujian hari
ini, rambutku jadi sedikit berantakan sekarang. Waktunya sangat pas.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Kouhai-chan
mengeluarkan ikat rambut dan memegangnya di tangan kanannya, menggerakkan
tangannya yang lain ke bagian belakang kepalanya.
Saat aku kebingungan
apa yang ingin dia lakukan, Kouhai-chan melonggarkan rambut yang telah dia
atur.
Kouhai-chan
meletakkan hadiah yang aku berikan di telapak tanganku dan mengatakan ini
dengan nada sedikit provokatif.
“Tolong ikat itu
seperti yang Senpai suka, oke?”
Seolah-olah dia
mengatakan kalau jika aku bisa mengikatnya, cobalah untuk mengikatnya.
Dia berbalik dan
menghadap ke jendela. Rambut cokelatnya yang mengkilap berkibar di
depanku.
Aku anak
tunggal. Aku tidak punya saudara. Jadi ini pertama kalinya aku
menyentuh rambut seorang gadis.
Gaya rambut ... gaya
rambut ...
Yah, tentu saja itu
akan menjadi kuncie kuda. Beberapa grup idola juga menyanyikan “Ponytail to Shushu”. Aku pikir
setidaknya aku bisa membuat kuncir kuda. Ini dia.
Aku dengan lembut
mengumpulkan rambutnya di bagian belakang, memastikan aku tidak menjambaknya.
Aku harus memakai
ikat rambut di sini. Aku sangat mengerti.
Yah ... mengikatnya satu
kali akan membuat ikat rambutnya jatuh, kan? Itu terlalu longgar.
Bagaimana dengan dua
kali? Bahkan jika aku melepaskan tanganku, rasanya tidak jatuh. Aku
tidak berpikir itu cukup karena rambutnya halus.
Namun, ketika aku
mencoba membuatnya tiga kali, aku tidak bisa membuat rambut diikat dengan
baik. Apa yang harus aku lakukan dengan ini?
Bukannya aku bisa
melepasnya saja, jadi ini seharusnya tidak apa-apa ... kan?
“Bagaimana itu? Itu
mirip kuncir kuda, kan?”
“Itulah yang ingin aku
tanyakan.”
Ketika aku menyerah,
Kouhai-chan dengan ringan menyentuh rambut dan memeriksa kondisinya.
Alih-alih
memperbaikinya, dia mengambil smartphone-nya dengan wajah puas. Eh?
“Kau tidak mau
memperbaikinya?”
“Aku akan pulang dan
belajar sekarang, jadi tidak apa-apa.”
“Begitukah?”
“Ya.”
Dengan ini dan itu,
saat aku memberikan hadiahku dan kami melakukan berbagai hal, kami tiba di
stasiun terdekat di rumah kami dalam waktu singkat.
Kami berbicara tatap
muka sebelum meninggalkan gerbang tiket di peron stasiun. Biasanya ada
banyak orang di pagi hari, tapi rasanya tenang dan sedikit aneh sekarang.
“Izinkan aku
mengucapkan ini sekali lagi. Kouhai-chan, selamat ulang tahun.”
“Bahkan jika itu di
tengah ujian, terima kasih banyak sudah datang menemuiku.”
“Tidak, tidak. Akulah
yang harus minta maaf untuk memberikan ini padamu dengan berantakan.”
Ketika kami berjalan
menuju gerbang tiket, kupikir kami akan pulang sekarang, tapi Kouhai-chan masih
tidak bergerak.
“Uhm, Senpai. Aku
ingin tambahan hadiah ulang tahun, atau lebih tepatnya, permintaan ...”
Cara bicaranya agak
aneh. Apa ini? Apa dia merasa malu?
“Err ... Ini『 pertanyaan hari ini 』dariku, Senpai.”
Apa yang ingin dia
tanyakan? Tidak banyak yang perlu dipermalukan saat ini, oke. Mungkin.
“Apa kamu mau pulang
denganku lagi besok?”
Kouhai-chan
mengalihkan pandangannya, telinganya sedikit merah saat dia menanyakan
"pertanyaan" ini padaku.
“Sebelum aku menjawab,
boleh aku menanyakan『 pertanyaan hari ini 』dulu?”
“…Iya.”
“Kouhai-chan, apa kau
ingin pulang bersamaku?”
Ini adalah 『pertanyaan hari ini』 bahwa dia takkan
hanya memberitahuku dengan jujur jika kita berbicara secara normal.
Dia tertegun dan
bahkan merasa lebih malu ketika dia menanggapi dengan suara yang lebih kecil.
“Yah, itu bagus jika
kita bisa pulang bersama ... Sungguh, apa yang ingin kamu coba katakan padaku,
Senpai.”
Dia sangat malu
sampai-sampai aku juga ikutan malu.
Itu sebabnya aku
mengeluarkan kartu tiketku dan berbalik ke gerbang tiket sehingga dia tidak
bisa melihat wajah memerahku.
“Terima
kasih. Kalau begitu, ayo kita pulang bersama besok.”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor (87)
Ia mengikat rambutku
untukku. Tapi Ia mengikatnya dengan mengerikan.