Hari X
- Bagian Ketiga
Kata Hiiragi-chan.
“Ini
sudah larut malam, lho?”
Namun, suaranya diwarnai
dengan sedikit kebahagiaan. Pertama kali aku pergi ke apartemennya adalah
sekitar waktu ini, jadi aku pikir sudah agak terlambat untuk memberi
peringatan.
“Boleh aku pergi ke sana?”
Ketika aku mengulangi lagi,
dia langsung menjawab dengan ya.
“Seiji-kun,
kamu ini anak yang bandel, ya.”
Dia berbicara dengan nada
menggoda, tapi setelah mengatakan sampai jumpa, dia menutup telepon. Aku
mempersiapkan diri dan meninggalkan kamarku. Di lorong, aku berpapasan
Sana yang memanggilku untuk datang.
‘Ah, Nii-san, kamu mau
kemana?”
“Cuma berjalan-jalan di
malam hari."
“Mentang-mentang besok hari
Sabtu? Dasar nakal! De-Dengan siapa kamu mau berjalan-jalan ...? ”
“Tidak masalah, kan?”
“... Bagaimana dengan
menonton DVD dengan Sana——”
“Ayo kita lakukan lain
kali.”
Aku melambaikan tangan saat
menuruni tangga dan meninggalkan rumah. Bersepeda selama musim ini berarti
kau kena terpaan angin dingin. Ini dingin sekali...
Ketika aku sampai di
apartemen Hiiragi-chan, Hiiragi-chan juga datang pada waktu yang bersamaan.
“Kerja bagus.”
Begitu dia melihatku, dia
berlari dan memelukku. Hmm? Dia sudah menggunakan syal yang kami
berikan padanya.
“Fuwaan, Seiji-kun ... Aku
berhasil melewati sebagian besar dari itu ... Aku pikir aku akhirnya bisa
bersantai sebentar.”
“Begitu ya. Itu
bagus. Terima kasih atas kerja kerasnya.”
Mungkin karena sudah lama
sejak kita berpelukan seperti ini, Hiiragi-chan tidak mau lepas sama sekali.
“Tunggu, kita sedang ada di
luar, tahu?”
“Ah. It-Itu benar ...
”
Tidak ada orang, dan karena
area tempat parker lumayan gelap, bahkan jika ada orang lain melihat, mereka
mungkin takkan mengenali kita.
Aku membantunya membawa
barang-barangnya dan kami memasuki kamar apartemennya bersama-sama. Meski
dia tengah sibuk dengan pekerjaannya, ruangan kamarnya masih terlihat bersih.
“Luar biasa ... Jika aku
sibuk dengan pekerjaan, aku yakin tidak punya tenaga untuk membersihkan cucian
atau piring kotor. Namun, tidak ada satupun dari itu ...”
“Ehen. Tapi Seiji-kun,
daripada itu, bukannya kamu saat ini tinggal di rumah keluargamu?”
Ah, upps.
“Aah ... Umm, aku hanya membayangkannya
jika aku hidup sendiri.”
Hiiragi-chan sepertinya
tidak terlalu penasaran tentang itu.
Setelah duduk di sofa, dan
secara acak melihat beberapa saluran di televisi,
“Haruka-san, terima kasih untuk
syalnya. Aku akan sering menggunakannya.”
“Yah, setelah Rei-chan
berbicara denganku, aku sedikit panik ... Aku akhirnya terlalu bersemangat ...
dan kemudian aku merajut syal ...”
Aku memberi tahu
Hiiragi-chan bahwa Rei-chan tahu tentang hubungan kita.
“Ya ... Ini tentu layak
dicurahkan padanya ... dia tampaknya dewasa sebelum waktunya dan sarannya
benar-benar dewasa.”
Yah, karena dia sudah
berusia dua puluh tahun.
“Natsumi juga mencoba
menghentikanku ... memberitahuku bahwa rajutan tangan akan terlalu berat atau
semacamnya.”
Aku tidak mengerti ...
itulah ekspresi sulit yang sepertinya Hiiragi-chan katakan.
Mungkin niatnya yang berat,
bukan dalam artian berat fisik.
“Eh? Rajutan, berat
...? ”
Bukannya itu tak masalah
jika kau memberikannya kepada kekasihmu ...? Hah? Apa ada sesuatu
yang aku dan Hiiragi-chan tidak mengerti?
“A-aku benar, ‘kan! Itu
tidak berat! Aku akan memberitahu Natsumi lain kali. ”
“Ah— Umm, Sensei!”
“Y-ya !? ...
Sebaliknya, jangan panggil Sensei tapi Haruka-san, kan !? ”
Dia menyolek-nyolek pipiku
dengan jarinya.
“Umm ... Ini! Aku lupa
memberimu ini ...”
Aku mengeluarkan hadiah
dari kantongku. Itu adalah kotak hitam mewah, cukup kecil untuk muat di
telapak tanganku.
Hiiragi-chan membelalakkan
matanya.
“Eeeh? Tapi, aku sudah
mendapatkan syal hari ini ...?”
“Yang itu dari kami
bertiga. Yang Ini, hadiah dariku ...”
Dengan itu, Hiiragi-chan
akhirnya melihat ke kotak yang kubawa keluar. Ketika aku membuka kotak
kecil itu, cincin perak bermerek yang aku beli sebelumnya muncul.
Jika aku menganggapnya
sebagai hari ulang tahun seseorang yang berharga bagiku, aku merasa ini tidak terlalu
mahal. Berasal dari sisiku yang lebih dewasa. Namun, jika itu dari
sudut pandang anak SMA biasa, ini mungkin terlihat sangat mahal.
“Ini…”
Hiiragi-chan tak bisa
berkata-kata. Aku takut akan reaksinya, jadi aku tidak bisa melihat
wajahnya secara langsung. Ini cukup serius, jadi kau harus membeli sesuatu
setidaknya semahal ini! Bukan mustahil baginya untuk mengatakan sesuatu
seperti itu. Untuk seorang wanita ... bahkan seseorang seperti
Hiiragi-chan yang tidak terlalu memperhatikan merek, 100% pasti mengetahui
merek ini. Aku juga tidak tahu banyak tentang desain yang mungkin disukai
seorang wanita, jadi masih ada kemungkinan dia tidak menyukainya ... Aku sudah
meminta saran dengan karyawan toko, tapi ... ternyata ada banyak preferensi
pribadi yang berbeda ...
“Ini luar biasa…”
Aku melihat Hiiragi-chan,
yang berbicara sambil berlinangan air mata, dan mengetahui kalau matanya sudah
berkaca-kaca.
“... Jari yang mana?”
Aku mengambil cincin itu
dan mengambil tangan kiri Hiiragi-chan. Aku kemudian meletakkannya di jari
manisnya. Itu sangat cocok.
“Selamat ulang tahun,
Haruka-san.”
Buwaah,
Hiiragi-chan mulai menangis.
“Ini sangat mengejutkan
...”
Dia memelukku dan menepuk
kepalaku. Hiiragi-chan masih menangis bahagia di samping telingaku.
“Syukurlah, kalau kau
sangat menyukainya.”
“Tentu saja, aku akan
bahagia ... bahkan dengan hadiah syal, aku sudah sangat bahagia ...”
Aku menyeka air matanya
dengan jariku dan memberinya ciuman lembut.
Seolah ingin mengungkapkan
perasaannya, Hiiragi-chan melompat pada ciuman pertama. Kamar ini
seharusnya masih cukup dingin, namun wajahku terasa terbakar, dan anehnya
panas.
Setelah ciuman yang terasa
seperti bisa membuat bibir kami membengkak, Hiiragi-chan dengan malu-malu
berbisik ke telingaku.
“Aku ingin membuat hari ini
... lebih istimewa ... Seiji-kun, aku ingin ...”
Ketika aku mencoba menatap
matanya, dia dengan cepat mengalihkan pandangannya.
“... Ya. Aku
mengerti."
Kami tidak perlu berbicara
satu sama lain. Aku langsung mengangkat tubuh Hiiragi-chan dan membawanya
ke ranjang.
“Ak-Aku ini
berat. Cepat turunkan aku, Seiji-kun ... ”
“Jangan khawatir.”
Dengan lembut aku
meletakkannya di tempat tidur dan kami berciuman lagi.
“Aku akan melepasnya, oke?”
“~”
Aku bisa mendengar
Hiiragi-chan menelan ludah.
Meski cahaya di dalam kamar
terlihat remang-remang, tapi aku tahu kalau wajahnya benar-benar merah. Aku
juga bisa dengan mudah mengetahui kalau dia mengangguk sebagai tanda seuju.
* disensor *
Apakah adegan EuE akan terjadi?!?!
BalasHapusJancok ngeue
BalasHapusAkhirnya! setelah sekian lama menunggu!
BalasHapusAkhirnya juga 4646!😏
BalasHapus