The Result when I Time Leaped Chapter 135

Perubahan Tempat duduk yang kacau

 

Jam homeroom yang panjang. Di sekolah kami, itu berarti periode bagi kelas untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Jika kau sibuk dengan festival sekolah, ini mungkin saatnya untuk mempersiapkan hal itu, atau bahkan mungkin sudah waktunya untuk memutuskan siapa yang akan menjadi perwakilan kelas.

Dan untuk jam homeroom yang panjang hari ini, yang mengadakan homeroom di kelas kami bukanlah wali kelas kami yang biasa, melainkan Hiiragi-chan sebagai gantinya.

“Guru wali kelas kalian, Sakai-sensei, sedang keluar sejak makan siang karena ada keperluan, jadi saya yang menggantikan untuk mengawasi kalian.”

Apa yang bisa dilakukan Hiiragi-chan selama waktu seperti ini karena dia bahkan bukan guru wali kelas kita ...? Saat aku memiringkan kepalaku dalam kebingungan, Hiiragi-chan terus melanjutkan.

“Saya diminta oleh Sakai-sensei untuk membantu untuk mengatur pergantian tempat duduk, jadi itulah yang ingin saya lakukan.”

Pergantian tempat duduk. Tempat dudukku berada di sebelah jendela, jadi aku cukup puas dengan tempat dudukku yang sekarang ...

“Pe-Pergantian tempat duduk ...”

Fujimoto gemetaran di sebelahku.

“Hey kau kenapa? Kejang-kejang? Apa kau memiliki sindrom di mana kau tidak dapat berpisah dengan kursimu saat ini?”

“Sanada ... kau akan berada di sampingku, ‘kan ...? Pasti begitu, kan? ”

“Tidak, bagaimana mungkin aku bisa tahu?”

Aku tanpa ampun menjawabnya.

“Kkkeenapaaaaaaaa? Kau juga merasa bermasalah dengan pergantian tempat duduk, ‘kan? Jadi jika kau tetap bersamaku, itu akan menjadi situasi win win bagi kita ...!”

“Ummm, maaf, aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan guru, jadi kalau bisa tolong jangan berisik.”

“Kau sudah bertingkah seperti orang asing !?”

Orang asing yang duduk di sebelah aku berisik.

“Ummm, jadi biasanya, bagaimana kalian melakukan pergantian tempat duduk?”

Ketika Hiiragi-chan bertanya, beberapa gadis mengangkat suara mereka.

“Undian?”

“Tapi bukankah itu hanya menjadi pembicaraan kita pada akhirnya?”

“Seperti berganti pakaian dengan seseorang di depan jika kamu tidak bisa melihat dengan baik.”

Hiiragi-chan mengangguk.

“Kalau begitu, saya rasa tidak ada salahnya menggunakan undian.”

Saat semua orang mengangguk dengan samar, Hiiragi-chan melirikku, jadi aku memberinya anggukan tegas.

“Lalu saya akan membuat kertas undiannya dulu. Mohon tunggu sebentar.”

Fujimoto mulai berdoa.

“Jika di sebelah mustahil, setidaknya bisa dapat di depan atau belakang ...”

“Apa kau memiliki gadis yang kau taksir atau semacamnya?”

“Apa kau ini bodoh !? Mana mungkin ada seorang gadis yang menginginkan penyendiri yang suram seperti diriku. ”

Wow ... Apa yang Ia teriaki jauh lebih berat daripada yang kupikirkan ... Juga, aku punya perasaan itu yang sebenarnya.

Aku menepuk pundak Fujimoto. Hiduplah dengan tegar, wahai saudaraku.

“Undiannya sudah dibuat, tolong maju ke depan dan pilih satu per satu.”

Hiiragi-chan meletakkan amplop coklat di atas meja. Sepertinya dia memasukkan tiket lotre ke dalamnya.

Setelah seluruh murid bergantian mengambil undian, akhirnya tiba giliranku.

Ketika aku tiba di depan meja guru, Hiiragi-chan berbisik kepadaku dengan suara yang hanya bisa kudengar, “Ini, ini ...”

Apa yang dia bawa adalah kertas undian.

“Sensei, apa jangan-jangan ...!”

Apa kau benar-benar tahu kursi apa yang aku suka ...?

Hiiragi-chan mengangguk dan mengacungkan jempol.

Benar, aku pernah memberitahunya kalau aku menyukai kursi di dekat jendela! Pasti begitu. Aku menanggapinya dengan memberi acungan jempol juga. Ini adalah perdagangan yang sempurna.

Bagus, Hiiragi-chan. Jika seperti ini, setidaknya aku bisa menjaga tempat duduk dekat jendela untuk beberapa bulan ke depan. Selama bukan bagian depan, aku bisa pergi ke mana saja.

Tapi namanya juga Hiiragi-chan. Dia mungkin menyalahgunakan kekusaannya dan memberiku kursi paling belakang di jendela.

Setelah kembali ke tempat dudukku, Hiiragi-chan menulis pengaturan tempat duduk di papan tulis. Dimulai dengan kursi di depan dekat koridor menjadi 1, pengaturan berliku-liku menyeluruh kelas sampai tempat duduk dekat jendela paling belakang diberi nomor 36.

“Apa kalian sudah mendapatkan kertas undiannya? Silakan pindah ke kursi yang ditunjukkan undian.”

Hmmmm. Berdasarkan penomoran itu, tempat duduk dekat jendela pasti berada di sekitaran angka 30-an.

Aku membentangkan selembar kertas yang terlipat.

[Ini nomor 19 ]

Hah? Bukannya ini salah? Hiiragi-chan, apa kau memberiku kertas undian yang salah?

Namun, ada simbol hati yang tergambar di kertasnya, jadi apa yang dia berikan padaku sudah benar ...

19…

Di tengah barisan depan ... tepat di depan meja guru ...?

“…”

Hiiragi-chan berulang kali berkedip padaku.

Di-Dia benar-benar melakukannya kali ini ...!

Berada di depan meja guru berarti selama pelajaran, aku akan selalu berada dalam visi guru.

Yah, itu mungkin akan baik-baik saja selama pelajaran sejarah dunia. Sangat dekat, dan tatapan mata kita akan sering bertemu juga.

Segera setelah aku mengantuk, dia mungkin akan memperingatkanku sambil mengasumsikan suasana hati seorang guru. (Yah, dia sebenarnya memang guru, sih.)

“Tapi…! Pelajaran sejarah dunia bukanlah satu-satunya pelajaran yang ada ...! ”

Dari posisi itu, aku akan berhadapan langsung dengan semua guru. Semua kegiatanku, apakah aku menulis catatan atau tidak, bermain dengan ponselku, atau tidur siang, semuanya akan sepenuhnya terlihat.

Hiiragi-chan tersenyum, karena dia berpikir bahwa perasaannya sudah disampaikan dengan benar. Dia sibuk terengah-engah dengan bangga seolah-olah dia puas setelah melakukan perbuatan baik.

Perasaanku, belum tersampaikan sama sekali!

Teman sekelas aku mulai berbicara satu sama lain setelah mencari tahu di mana tempat duduk baru mereka.

“Yay, aku di barisan belakang.”

“Aku di tengah ...”

Dengan semua orang menunjukkan berbagai reaksi, pergantian tempat duduk dimulai.

Geng-geng yang dekat satu sama lain saling berkumpul, dan orang-orang yang ingin menjauhkan diri dari itu mencari-cari orang acak untuk bertukar.

“Sanada .... Kau dapat nomor berapa?”

“19…”

“Bukannya itu di depan meja guru? Tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku mendapat nomor 34.”

“Kenapa kau dapet dekat jendela ...! Itu tempat yang bagus juga ...! ”

Aku membayar harga karena bermain curang ...

“Aku tidak bisa melihat papan tulis, jadi apa ada orang yang ingin bertukar denganku?”

Aku segera mendekati murid laki-laki yang berbicara meminta pertukaran.

“Eeeeh ... Sanada, tempat dudukmu sedikit ... terlalu jauh di depan. Aku memang menginginkan sesuatu di depan, tapi sesuatu yang lebih ke tengan mungkin lebih baik. Apa ada yang lain?”

Kuu, aku gagal ...

Melihat apa yang terjadi, Hiiragi-chan sangat bingung !? Kenapa!? Kenapa kamu tidak mau di depan!? Itulah yang tersiratkan dengan ekspresinya. Aku tidak punya waktu untuk meladeni Hiiragi-chan. Jika segala sesuatunya mulai menetap, aku takkan bisa berganti lagi.

Sambil mencari orang yang mau bertukar, orang-orang secara bertahap berkumpul dan memutuskan tempat duduk mereka sendiri.

Dan kemudian, orang-orang mulai pindah.

“Ja-Jadi pada akhirnya ...”

Saat aku bergumam kecewa, seseorang menepuk pundakku.

“Sanada, apa kau ingin berganti tempat duduk?”

“Fujimotoooooo!”

Ia melambaikan undian bernomor 34 di depanku. Ketika aku mencoba meraihnya, dia dengan cepat menariknya kembali.

“Sanada, bukannya kau memiliki sesuatu yang seharusnya kau katakan padaku?”

“Maaf. Aku benar-benar minta maaf sebelumnya. Maaf karena menganggapmu sebagai penyendiri dan perjaka.”

“Tidak, tunggu, itu baru saja membalikkan segalanya.”

“Maaf karena menganggapmu penyendiri yang menyedihkan.”

“Berhentilah mengasihani aku!”

“Maaf karena sudah menganggapmu sebagai teman.”

“Kau tidak perlu meminta maaf untuk itu!”

“Maaf karena berpikir—”

“Cukup hentikan dengan permintaan maaf itu! Jika kau terus mengoceh lagi, kita mungkin harus memikirkan kembali hubungan kita.”

Aku tidak ingin mendengar bagaimana perasaanmu yang sebenarnya, ucap Fujimoto.

“Terima kasih, temanku.”

“Tidak apa-apa, temanku.”

“Jika tempat dudukmu tepat di depan meja guru, kau tidak bisa diam-diam berbicara dengan orang lain, jadi kau tidak akan terlihat seperti penyendiri, ‘kan?”

“... Jangan katakan itu!”

Tampaknya kami berdua akan melakukan pencegahan putus asa.

Persis seperti itu, pertukaran pun selesai, dan aku pindah ke meja dekat jendela. Gadis yang baru saja menjadi tetanggaku kemudian bertanya kepadaku.

“Apa tidak masalah untuk berganti tempat duduk dengan Fujimoto?”

“Eh? Oh, ya, tidak apa-apa? ”

Jika aku ingat dengan benar, gadis ini adalah tipe yang mengenakan kacamata selama pelahjaran. Dan kebetulan juga ada juga gadis lain yang dekat dengannya di sebelah kursi baru Fujimoto. Jadi itu sekali dayung dua atau tiga pulau terlampaui.

Fujimoto, yang sudah lama tidak berbicara dengan seorang gadis dalam ingatanku, tampak panik ketika berbicara dengan gadis itu. Ketika aku melihat mereka, Fujimoto menerima pertukaran dengan jawaban positif.

Aku sekarang sekali lagi duduk di sebelah Fujimoto.

“Aku berbicara dengan seorang gadis ...”

Bukannya itu bagus, Fujimoto. Lebih baik kita merayakan hari ini.

Persis seperti itu, tirai ditutup pada pergantian tempat duduk yang kacau.

 

*****

Malam itu, ketika aku sedang berbicara di telepon dengan Hiiragi-chan, dia bertanya dengan sedih,

“Mengapa kamu mengganti tempat dudukmu ...?”



Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama