Author : Kannagi
Sinopsis :
Aku menjadi pahlawan di dunia dimana aku terpaksa
dipanggil. Mengalahkan pasukan iblis meski sedang terluka parah, membawa
perdamaian dunia, dan apa yang kuinginkan— hanyalah harapan kecil untuk
kembali ke dunia asal kami, namun, aku………
Onee-chan ga Yuusha ni natte, Sekai wo
Sukutte Ageru!
Onee-chan will become a Hero, and Save the World!
お姉ちゃんが勇者になって、世界を救ってあげる!
Aku, seorang gadis SMA biasa, tiba-tiba
dipanggil sebagai calon pahlawan, bersama dengan adik perempuanku, dan adik
laki-lakiku yang lebih muda empat tahun. Karena tidak terbiasa dengan
dunia, dan disandera bersama, kami tidak punya lain selain mematuhi summoner kami.
Di dunia yang tidak dikenal yang mana menculik
kami secara paksa, kami tidak diberi waktu untuk bersedih, yang ada hanya waktu
untuk belajar. Pengetahuan umum kerajaan, moralitas, lingkungan hidup,
cara berpikir, kebiasaan makan. Sementara semua ini terpatri ke dalam otak
kami, masing-masing dari kami membangkitkan kemampuan yang luar
biasa. Adik perempuanku mendapat kemampuan penghalang suci, adik laki-lakiku
memperoleh kekuatan untuk memurnikan iblis - dan aku mempunyai kemampuan
kecepatan yang melampaui batas manusia.
Adik perempuanku merasa malu, adik laki-lakiku
merasa senang, sedangkan aku, merasa takut.
Jika kekuatan ini tidak berkembang, kita tidak
perlu bertarung sebagai pahlawan. Untuk mempertaruhkan hidup kita untuk
mengalahkan iblis. Bagaimana jika mereka terluka? Bagaimana jika mereka
mati?
Suatu hari di hari yang suram, ketika aku
sedang melatih penggunaan kemampuanku, aku mendengar percakapan antara Raja dan
Paus, rencana untuk orang yang paling tepat untuk dikirim untuk mengalahkan
raja iblis, dan untuk yang lainnya bersiaga sebagai pengganti untuk keadaan
darurat.
—Karena aku adalah Onee-chan, sudah jadi tugasku
untuk melindungi adik-adikku.
Karena aku tidak peduli apa yang terjadi padaku,
aku hanya peduli kepada mereka.
Dengan pemikiran seperti itu, aku benar-benar
fokus pada latihan yang melelahkan, mengerahkan lebih banyak upaya daripada
adik-adikku. Untuk membuatku menjadi pahlawan, dan mengalahkan Raja
iblis. Aku bertarung sampai menge;uarkan batuk darah, mengayunkan pedangku
sampai kulitku terkelupas - dengan kemampuanku yang tak terbantahkan, akhirnya aku
terpilih sebagai pahlawan oleh Raja.
Tapi tentu saja, jika aku kalah, mereka akan
menggunakan kedua adikku sebagai kandidat pahlawan.
Jadi aku tidak akan kalah.
“Kenapa harus kamu?” Tanya adik laki-lakiku,
menatap dengan mata penuh dendam.
“Mengapa kamu melakukan ini? “Adik perempuanku
bertanya, menangis dan bergumam bahwa dia ingin pulang ke rumah.
Kemampuan bertarung dan kekuatanku hanyalah
rata-rata, jadi hanya dengan mengandalkan kecepatan, aku menantang Raja iblis
yang tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun. Tapi, tidak peduli betapa
sulitnya itu, tidak peduli betapa menakutkannya, bagi seorang gadis SMA normal,
jika aku gagal, mereka berdua akan berakhir menghadapi Raja iblis, dan dalam
kasus terburuk, mereka akan terbunuh.
Sudah pasti mereka akan dimanfaatkan, karena
kekuatan mereka terlalu cocok untuk melawan iblis.
Sambil menyembunyikan jari-jariku yang gemetaran,
“Maaf,” aku meminta maaf dan
tersenyum pada mereka.
Orang yang bisa melindungi mereka di dunia
ini, hanyalah aku.
vvvv
Sementara adik laki-laki dan perempuanku
menundukkan kepala mereka kepada para bangsawan yang memperlakukan mereka
dengan hangat dan akan merawat mereka, aku terus menghabisi para iblis dengan
pedangku.
Sesegera mungkin, demi mengembalikan adik-adikku
ke dunia asal kami, aku mengabaikan rasa sakit dan luka di badanku. Meski aku
selalu tersiksa oleh rasa kesepian, kembali ke ibukota dan melihat adik-adikku
untuk waktu yang singkat sudah cukup untuk memberiku keberanian. Noda
darah, dan bekas luka di mana-mana; Melihat sosokku yang sangat rusak,
sihir pemulihan saja tidak bisa memperbaikinya, adik laki-lakiku berhenti
mengatakan kalau Ia ingin menjadi pahlawan. Sedangkan adik perempuanku
hanya diam-diam menyerahkanku perban untuk menutupi lukaku.
Setelah dua tahun menjalani kehidupan seperti
itu, aku akhirnya berhasil mengalahkan Raja Iblis.
Semuanya sudah berakhir. Ketika aku
kembali ke ibukota, aku disambut dengan perayaan kemenangan, dan semua orang
meneglu-elukan diriku. Penduduk di dunia ini, para bangsawan, Paus, dan
pada akhirnya, bahkan Raja.
Sambil meminta maaf kepada mereka yang ingin
mendengar bagaimana kekalahan raja iblis, aku menuju ke rumah bangsawan di mana
adik-adikku tinggal. Aku berterima kasih kepada bangsawan yang terkejut
dengan kunjungan mendadakku, dan dipandu ke sebuah kamar setelah aku meminta untuk
melihat adik perempuanku.
Setelah sekian lama tidak melihat mereka, adik
laki-lakiku telah tumbuh lebih tinggi, dan rambut adik perempuanku telah tumbuh
panjang dan indah. Sambil menyembunyikan bagian tubuhku yang hilang, dan
menyembunyikan bekas luka tragis di balik armorku, aku berdiri di depan adik
laki-laki dan perempuanku, dan berbicara dengan suara yang sulit didengar
karena tenggorokanku yang hancur.
“Semuanya sudah berakhir.”
Adik perempuanku memelukku sambil menangis, dia
berulang kali mengatakan “Maafkan aku, maafkan aku”.
Adik laki-lakiku menunjukkan ekspresi sedih,
dan berbalik tanpa berkata apa-apa.
Aku senang mereka berdua aman.
Aku mengatakan pada mereka dengan suaraku yang
rusak, bahwa dengan ini, kita bisa kembali. Kita dapat kembali ke kehidupan
damai kita, bebas dari pertarungan dan konflik.
—Akan tetapi….
Bahkan beberapa saat setelah aku kembali,
masalah untuk kembali ke dunia asal kami sama sekali tidak pernah diungkit.
Meski perayaan dan upacara kemenangan sudah
berlalu, meski semuanya sudah berakhir, tidak ada pemberitahuan dari Raja
maupun Paus.
Saat aku bergumam pada diriku sendiri, “Apa yang salah ...”, Adik perempuanku
membuat senyuman yang bermasalah, dan adik laki-lakiku memasang ekspresi
serius, seolah-olah sedang berpikir dalam-dalam.
Pada suatu hari yang bermasalah ini, Paus
memanggilku ke pandai besi dan meminta kerjasamaku dalam menciptakan pedang
suci.
“Aku ingin menciptakan pedang suci supaya
negara ini tetap aman bahkan setelah pahlawan tidak ada.”
Melihat Paus meminta hal itu dengan
senyumannya, akhirnya aku mencapai batas kesabaranku yang sudah menumpuk
beberapa tahun.
“Aku tidak peduli dengan urusan negara atau
semacamnya. Sekarang Raja iblis sudah dikalahkan dan dunia akan aman selama
ratusan tahun. Jika itu cuma iblis biasa, para ksatria bisa mengurus
mereka dengan mudah. Aku hanya ingin adik-adikku kembali ke dunia asal
kami secepat mungkin. ”
Dengan ekspresi serius, Paus menunjuk ke arah
tungku sembur.
Ketika aku melihatnya, sesuatu seperti besi cair menggeliat di
dalam.
Ia pun berbicara.
“Aura suci dan kekuatan besar para pahlawan,
kedua hal itu harus diwariskan ke generasi mendatang. Garis keturunan pahlawan
penuh energi. Namun, tidak semua keturunan mereka dijamin akan mewarisi bakat
mereka, jadi jika mereka dibiarkan hidup tanpa pandang bulu, kamu mungkin akan
mendapatkan keturunan yang tidak berguna tapi memiliki otoritas politik.
Sebaliknya, itu cukup untuk membiarkan satu atau dua dari mereka hidup. Selain
itu, dari awal sudah mustahil mengembalikan pahlawan ke dunia asalnya, jadi
akan merepotkan jika kamu tetap hidup.”
Dan kemudian, mereka akan menaruh jiwaku di
pedang suci.
Jadi seorang 'pahlawan' tidak bisa kembali ke dunia asalnya?
Lalu, aku bertanya-tanya apakah mereka bisa
kembali.
Tidak, pertama-tama, meninggalkan keturunan di
dunia ini?
Berapa banyak orang yang bersedia kembali jika
mereka memiliki keturunan?
Tidak, tidak masalah jika mereka tidak bisa
kembali sejak awal.
Dasar pembohong, dasar licik, pikiranku terus
berputar-putar tanpa kesimpulan . Bahkan dalam keadaan bingung, aku bisa
memahami satu hal. Orang-orang ini, tidak berniat mengembalikan adik-adikku ke
dunia asal kami.
Saat aku mencoba menyerang Paus karena amarah,
sihir pelindung berwarna perak yang pernah kulihat di suatu tempat sebelumnya
menghalangi saya.
… ..Ah, itu benar.
Sudah lama aku tidak melihat warna ini.
Kekuatan suci emas adik laki-lakiku, dan
penghalang perak adik perempuanku—
Paus tertawa saat aku menjadi kaku karena
terkejut. “Adik perempuanmu sudah setuju.”
Seorang prajurit membuka pintu.
Adik perempuanku perlahan-lahan masuk, wajahnya
yang cantik pucat, berdiri di samping Paus.
Matanya gelap, dan dia menunjukkan senyuman
bermasalah. “Aku ingin hidup. Maaf, Onee-chan. ”
Dia bukanlah seseorang yang akan menunjukkan
wajah seperti itu.
Apa yang kau lakukan pada gadis ini saatku
melawan para iblis 一
itulah apa yang ingin aku tanyakan, tapi pita suaraku yang rudak hanya nisa mengeluarkan
erangan.
Penghalang adik perempuanku menahan tubuh saya
yang terpana di dekat tungku.
Bukannya aku tidak cukup kuat untuk
membebaskan diri, tapi jika aku melawan, efek samping dari sihir ini akan
menimpa adik peremppuanku. Jika aku menghancurkan penghalang ini, adik
perempuanku akan terluka parah ー dalam kebimbangan, tanpa aku sadari, aku terjatuh.
Adikku mengucapkan “selamat tinggal” dengan
senyuman yang seakan-akan menangis, perutku ditusuk dengan tombak— itulah
ingatan terakhirku sebagai manusia.
Dari sanalah, kesadaranku mulai kabur.
Aku… ingin pulang, aku tidak ingin bertarung.
Dipanggil dengan paksa, dikhianati oleh adik
perempuanku, aku tidak merasakan dendam; Yang ada justru, aku hanya merasa
sedih.
Meski mendapatkan kemampuan khusus dan
disebut pahlawan, aku masih seorang gadis yang pengecut, jadi meski dikhianati
oleh orang yang aku coba lindungi, aku tidak memiliki keberanian atau kemauan
untuk membenci mereka.
Walau aku memiliki rasa permusuhan terhadap
paus, perasaan tersebut juga ditimpa oleh kesedihan yang mendalam.
Berbagai emosi bercampur aduk di dalam diriku,
tapi sedikit demi sedikit, semuanya memadat menjadi kesedihan. Namun, meski
semua emosi ini menjadi satu, orang lain, orang lain, orang lain, orang lain
ditambahkan bersama dengan tubuhku di antara besi cair. Aku tidak tahu berapa
banyak pengorbanan yang dipersembahkan, tapi orang-orang yang tidak bersalah
ini mungkin diperdaya dengan cara yang sama sepertiku.
Aliran emosi yang memilukan tanpa akhir;
teriakan kebencian, ratapan, menimpa "diriku" dan kesedihanku—
vvvv
Pada akhirnya, pedang suci itu tidak selesai.
Dibentuk dengan pahlawan sebagai intinya,
pedang kebencian.
Pedang dengan terlalu banyak kekuatan yang
dipaksakan ke dalamnya, pedang yang keseimbangannya hancur karena pengorbanan
yang berlebihan.
Pedang yang menyerap terlalu banyak dendam
untuk menjadi pedang suci ー adik laki-lakiku yang pertama kali menggunakannya.
Adikku mengambil pedang terkutuk di
tangannya, dan menyerang kastil raja. Meski sebagai calon pahlawan dan mengasah
kemampuannya secara menyeluruh, dia masihlah seorang remaja yang tidak memiliki
penguasaan ilmu pedang atau pertarungan fisik. Anak laki-laki biasa, yang takut
bertempur setelah melihat bekas luka kakak perempuannya.
Namun, saat ingatan dan kemampuanku mengalir
ke dirinya dari gagang pedang, adik laki-lakiku bergerak dengan cepat. Lebih
cepat dan semakin cepat, lebih cepat dari siapa pun.
Sama seperti diriku, ketika aku masih hidup.
Adik laki-lakiku menebas adik perempuanku
yang mencoba memasang penghalang untuk melindungi kastil, dan kemudian
melanjutkan pertempuran melawan banyak prajurit yang mengelilinginya, sampai
tubuhnya hancur karena kecepatan yang dipaksakan oleh pedang terkutuk.
Dikelilingi oleh prajurit, ditusuk pada tombak mereka, Ia memeluk erat pedang terkutuk
dan menolak untuk melepaskannya.
Sihir air mata emas jatuh ke atas pedang yang
dipegang di pelukannya.
Dia berhenti bernapas setelah mengeluarkan
beberapa suara serak terakhirnya.
“Maaf, Onee-chan.”
Air mata kesedihan adik laki-lakiku, sihir
emas pemurnian mengalir dengan hidupnya, darahnya mewarnai pedang putih menjadi
merah, hal tersebut membangkitkan "diriku" yang telah kehilangan
kesadaran diri setelah terkubur dalam karma orang lain.
Jadi—hal pertama yang aku pahami setelah
tersadar ialah adik laki-laki dan perempuanku yang tercinta saling membunuh,
dan mereka berdua sudah mati.
Dalam kesadaran samarku yang baru saja terbangun,
di dalam pedang terkutuk ini, dendam baru terhadap dunia pun lahir.
vvvv
Setelah sekian lama adik laki-lakiku
meninggal, orang berikutnya yang menggenggamku adalah seorang pemuda. Pemuda
terpilih, pahlawan kerajaan. Meski kemampuannya kurang, sama seperti diriku
yang dulu, Ia dengan gigih melawan iblis.
Oleh karena itu, Ia dimanfaatkan.
Ia dimanipulasi demi kenyamanan orang lain
dan gagal menyadari jebakan yang ada di sekelilingnya, sampai akhirnya Ia
dituduh melakukan pengkhianatan. Ia dikejar-kejar oleh mereka yang seharusnya Ia
lindungi, dipaksa untuk membunuh orang lain demi bertahan hidup, danum
perbuatan tersebut hanya meningkatkan ketenarannya sebagai pembunuh. Namun,
pemuda tersebut tetap percaya, lari dari timur ke barat, bersikeras tidak
bersalah kepada rekan-rekannya.
Ia pemuda yang kuat.
Meski Ia lebih lemah dari diriku di masa lalu,
kekuatan dari keyakinannya tidak dapat disangkal kalau Ia adalah seorang
pahlawan. Setelah dirinya, aku dimiliki oleh banyak orang, tapi cuma pemuda itu
satu-satunya yang memegangku untuk waktu yang lama dan tidak teracuni dalam
pikiran atau tubuh.
Penyebab kematiannya adalah karena diarcuni
orang tuanya. Dia memegang pedang sembari menderita racun, menebas orang tuanya
saat mereka mengutuknya, dan mati.
Dendamnya, pada pedang terkutuk, diwarnai
agak tipis.
—Dari sanalah, dari satu tangan ke tangan
lain, aku dibawa dalam proses pengkhianatan dan balas dendam, saat mereka mati
sambil melontarkan kata-kata penuh dendam.
Sedikit demi sedikit, dendam mereka perlahan
menghitamkanku.
Aku adalah lambang dendamku, lambang dendam
semua orang yang pernah memilikiku dan tidak lagi bernapas; ke "Kerajaan
para pahlawan".
Saat aku meninggal dalam kesedihan, aku tak
punya keinginan untuk melakukan sesuatu seperti mengutuk seseorang atau menjadi
pedang terkutuk yang ternodai dendam. Sebaliknya, aku hanya ingin menahan
kesedihan karena pengkhianatan, dan kesedihan karena mereka tidak dapat
kembali. Tapi, air mata adik laki-lakiku yang menyelamatkan "aku"
terlalu lemah untuk memutuskan rantai dendam yang bersemayam di dalam pedang
terkutuk ini.
Keluarga kerajaan yang takuta dengan kutukan
pedang ini, menyegelku di dalam gereja. Namun, kekuatan kutukan yang terlalu
besar meluap dari dalam gereja, lalu melanda “Kerajaan para pahlawan”…..
Dan kemudian, menghancurkannya.
vvvv
Tanpa disadari, kekuatan kebencian perlahan-lahan
menumpuk, dan akhirnya aku mampu membuat tubuh spiritual yang meniru manusia.
Meski tubuh spritiual memiliki bentukku yang dulu, sebelum tubuhku rusak sampai
tidak bisa dikenali, tapi semuanya diwarnai hitam.
Beberapa tahun pun berlalu, bahkan sedikit dari
bagian diriku yang diselamatkan adik laki-lakiku itu mulai ternoda hitam.
Terlepas dari niatku, keberadaan pedang terkutuk akan menyebarkan kutukannya
tanpa pandang bulu. Tapi, selama aku disegel, selama tidak ada yang memegangku,
pedang terkutuk ini seharusnya tidak menjadi ancaman bagi apapun selain
“Kerajaan para pahlawan”.
Selama aku disegel, itu seharusnya sudah
cukup.
“Jika kamu memegangku, kamu akan ditelan dalam kegelapan.
Jadi buang aku, atau hancurkan. ”
Aku terus berbisik.
Setelah aku memperoleh kemampuan untuk
berbicara dengan pemegangku, aku menyarankan ini, lagi dan lagi. Tapi, tidak
peduli seberapa keras aku mencoba, tidak ada yang mau mendengarkan.
Karena, aku adalah pedang terkutuk. Pedang
yang mampu memberi kekuatan besar, dan menyeret mereka ke dalam kegelapan. Tak
ada satu pun yang peduli dengan peringatanku.
Jadi, aku terus diwariskan.
Meski tidak ada yang mendengarkan, lagi-lagi,
hari ini, aku berbisik di telinga korban baru.
Meski aku tahu ini sia-sia, aku hanya bisa
melakukan ini.
Karena aku hanya dapat mengingat "diriku"
dengan melakukan itu.
Karena sudah tidak ada banyak lagi waktu yang
tersisa.
vvvv
Pedang terkutuk yang gagal menjadi pedang
suci; bepergian di antara tangan para pahlawan bodoh yang mencarinya, meski
mereka tahu bahwa mereka tidak sanggup menahan kutukan pedang tersebut. Kutukan
dari pedang tersebut terus menyebar, dan berkeliling dunia di sisi korbannya.
Pedang terkutuk itu semakin lama semakin
kuat.
Benda it terus menyebarkan kutukan, menuntun
mereka yang memegangnya menuju jalan kehancuran, sambil memimpikan bahwa suatu
hari nanti, seseorang akan menghancurkannya.
Sampai jiwa gadis yang terjebak dalam pedang itu, mengutuk seluruh dunia.
xX TAMAT Xx
Mayan lah
BalasHapusAda lanjutanya min, apa cuma segitu doang chapternya???
BalasHapusngga ada, cuman segitu doang, namanya juga one-shot
BalasHapusbaru sadar kalo one-shot. :')
BalasHapushttps://uploads.disquscdn.com/images/a51d1b88d4bd6b691bc7810d5c766e26b181c870bf7c35c4a001659f7be7d352.jpg
nyesek yah ceritanya, mantap dah
BalasHapussorry, pengunjung baru
wah, wah, wah, selamat datang. Silahkan dinikmati setiap novel yang ada di sini, baik itu romcom maupun romance tragedy atau romance drama, semuanya ada di sini.
BalasHapus