Roshi-dere Vol.1 Chapter 07 Bahasa Indonesia

Chapter 7  —  Sungguh ... Insiden yang Menyedihkan

 

 “… .Apa kamu baik-baik saja, Alya?”

“….”

Di taman umum dekat warung ramen, Masachika dengan takut-takut bertanya ke Alisa yang sedang duduk di bangku dengan lesu.

Namun tidak ada tanggapan darinya.

Sepertinya dia sudah menggunakan semua tenaganya untuk tampil berani, dan sekarang telah berubah jadi mayat hidup.

Masachika menggaruk kepalanya sambil memikirkan apa yang harus dilakukan saat Alisa meletakkan siku di atas lututnya dan menempelkan dahinya ke kedua tangannya dalam diam, layaknya seorang filsuf yang sedang melamun.

Tapi tak lama kemudian, dia perlahan mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling dengan mata kosong.

“… .Dimana Yuki-san?”

“Ya, dia bilang ingin membeli sesuatu dan pergi ke suatu tempat, ingat? Dan dia akan bertemu dengan kita nanti, katanya.”

“….Begitu, ya.”

Dalam beberapa hal…. Atau lebih tepatnya, dia memanfaatkan Alisa yang sedang linglung dan pergi ke Animate untuk berbelanja secara royal. Meski mereka adalah teman dari sesama anggota OSIS, dia masih belum ingin mengungkapkan hobi otaku-nya pada tahap ini.

“….Apa kamu baik-baik saja?”

“Baik-baik saja apanya?”

“Tidak, maksudku….”

Rupanya, bahkan setelah kelelahan sejauh ini, dia masih tidak mau mengakui kalau dia telah dikalahkan oleh kepedasan yang ekstrim. Sebenarnya, dia berhasil menghabiskan ramen itu dengan kemauan keras, jadi aku tidak bisa mengatakan kalau dia kalah…. Tidak, aku tidak yakin apa yang dia perjuangkan sejak awal.

“Ah, umm… apa kamu mau makan es krim?”

“….Aku mau.”

Ketika Masachika melihat sekeliling taman, Ia melihat gerobak es krim dan bertanya kepada Alisa tentang hal itu, lalu Alisa mengangguk dengan kejujuran yang tidak biasa. Keduanya kemudian membeli es krim dan kembali ke bangku taman. Tapi….

“….”

Masachika menjilat es krim cokelat yang dibelinya, sambil menatap lekat-lekat es krim Alisa di sebelahnya.

Tidak seperti Masachika yang memakai cone, milik Alisa memakai cangkir. Dan yang terpenting, ada vanilla, choco, dan cookies & cream.

Buat semuanya ~ sangat manis. Teh hijau? Chocomint? Es krim tidak perlu terasa pahit atau menyegarkan! Tidak, itu bahkan tidak membutuhkan cone !, katanya, seolah-olah mengatakan itu adalah pilihan yang sangat agresif.

Bahkan penjual es krimnnya sendiri sedikit terkejut.

“Ini… karena aku habis makan makanan pedas, oke”

“….Baiklah.”

Melihat tatapan Masachika yang terkejut dan tercengang, Alisa membuat-buat alasan saat dia memalingkan mukanya dan terlihat sedikit malu. Masachika mengangguk sambil berpikir, "Yah, tapi meski begitu, kamu tahu", untuk dirinya sendiri.

Meski alasannya tidak diketahui, ada kalanya Alisa berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia menyukai makanan manis.

Mungkin dia berpikir kalau itu tidak sesuai dengan karakternya.

(Ada kalanya dia mengatakan sesuatu seperti, gula untuk otak dan energi untuk tubuh sambil menenggak sup kacang merah yang manis, apa gunanya mencoba menyembunyikannya sekarang)

Meski begitu, Masachika tidak akan berusaha keras untuk mengungkap apa yang ingin disembunyikan orang tersebut. Meski sudah keliatan jelas, jika orang yang dimaksud tetap berusaha menyembunyikannya, Ia yakin kalau itu patut dihormati.

(Ya ampun, sungguh kepribadian yang kolot)

Keras kepala dan sok tegar sampai di menit-menit terakhir.

Bagi Masachika, sosok Alisa yang terus bekerja keras sendirian, berusaha sungguh-sungguh menjadikan dirinya sebagai diri-ideal yang diinginkannya, sangatlah mempesona dan pada saat yang sama, terlihat menawan.

Saat melihat Alisa berusaha keras sendirian, membuatnya tanpa sadar ingin membantunya. Masacghika ingin membantunya supaya kerja kerasnya bermanfaat.

Apa itu karena kesombongan ingin melindungi, atau apakah itu tidak lebih dari sekedar bentuk penghiburan untuk menghibur ayahnya yang dulu dan dirinya sendiri. Bahkan Masaschika sendiri tidak yakin akan hal itu.

(bagaimanapun juga, itu semua hanyalah motif yang tidak berharga)

Sambil mengejek dirinya sendiri seperti ini, Masachika tiba-tiba menjadi penasaran tentang sesuatu.

“Alya, boleh aku menanyakan sesuatu?.”

“Apa?”

“Kenapa kamu ingin menjadi ketua OSIS?”

“Karena aku menginginkannya. Jika ada tempat yang lebih tinggi, aku akan mengincarnya. Memangnya aku perlu alasan lain untuk itu? ”

Jawaban yang dikembalikan sangat sederhana sehingga sulit untuk menilai apakah itu termasuk jawaban atau tidak.

Namun, Masachika memahami dengan jelas bahwa itu adalah perasaan Alisa yang sebenarnya.

Orangnya sendiri mungkin juga tidak tahu alasan pastinya. Tapi, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengincarnya.

Jika ada tempat yang lebih tinggi, mau tidak mau dia akan mengincarnya. Seperti itulah sifat dari gadis yang bernama Alisa Mikhailovna Kujou.

(Ya, dia benar-benar luar biasa. Aku sangat iri padanya)

Masachika berpikir begitu dari lubuk hatinya. Betapa mempesonanya seseorang yang bersikeras untuk berupaya keras, berusaha mengejar menjadi diri idealnya.

Betapa mulia dan berharganya sosok dirinya, yang terus berlari sendiri, tanpa bergantung pada orang lain.

Masachika melihatnya dengan jelas di Alisa, pancaran jiwa yang hanya bisa dipancarkan oleh mereka yang menjalani hidup sepenuhnya dengan kebanggaan.

Yuki dan Touya juga membawa pancaran yang sama. Tapi, Alisa terlihat lebih kuat dari keduanya, sekaligus juga lebih rapuh.

“Jika kamu akan mencalonkan diri sebagai ketua OSIS…. Apa sudah ada calon wakil ketuanya? ”

Menanggapi pertanyaan Masachika, mata Alisa bergetar sesaat…. dia menoleh ke depan seolah-olah malu pada dirinya sendiri dan menjawab dengan ekspresi tegas.

“Belum ada. Tapi, ini tidak terlalu menjadi masalah. Masalah sepele seperti wakil presiden, itu tidak perlu ”

“Tidak, sampai bilang tidak perlu..…. Selama ada aturan untuk mencalonkan diri secara berpasangan, jabatan wakil ketua masih diperlukan. ”

“Tidak jadi masalah selama nama wakil presiden tertulis di kertas, ‘kan? Aku akan menemukan seseorang untuk mengemban peran itu untukku secara acak.”

Kata-kata tersebut membuat Masachika merasa sangat kesepian. Ini dia. Inilah mengapa Alisa tampak rapuh dan tak berdaya.

Tidak bergantung pada orang lain. Tidak mengharapkan apapun dari orang lain. Tidak mencari pengakuan atau pujian dari orang lain, hanya mencoba yang terbaik untuk mengejar hasil yang dia impikan.

Tidak, mungkin justru karena dia berpikir semuanya demi kepuasan dirinya sendiri sehingga mempercayai kalau dia seharusnya tidak bergantung pada orang lain.

Masachika tidak bisa membiarkan Alisa yang seperti itu.

Itu karena Ia tahu batasan dari apa yang bisa dilakukan satu orang. Dan karena Ia tahu kesedihan, rasa sakit, dan kehampaan yang dirasakan seseorang ketika usaha mereka tidak membuahkan hasil.

(Upaya seseorang .... harus dihargai. Manusia yang benar-benar mengerahkan semua upaya  mereka harus meraih hasil yang mereka inginkan)

Justru karena keyakinan inilah Masaschika mampu banyak membantu Alisa hingga sekarang.

Ia bahkan mencoba meredakan kejudesan Alisa dengan melibatkan orang-orang di sekitarnya, mengajaknya bekerja sama dengan orang-orang di sekitarnya, dan berinisiatif memanggilnya dengan nama panggilannya.

Tapi mengingat kepribadian gadis ini, tampaknya hal itu tidak terlalu berpengaruh.

“….Begitu, ya.”

“….”

Alisa tidak mengatakan apapun. Tanpa menunjukkan emosi apa pun, dia diam-diam menyantap es krimnya lagi.

Apa itu .. Imajinasi Masachika saja bahwa Ia merasakan keheningan sebagai semacam daya tarik diam-diam. Kemarin saat mereka berpisah, kata-kata yang hendak diucapkan Alisa ialah….

Pada saat itu, seakan menegaskan dugaan Masachika, Alisa yang telah menghabiskan es krimnya bergumam.

Aku mau melakukannya bersama denganmu….

Alisa menghentikan mulutnya di sana, seolah-olah dia takut untuk mengatakan apa-apa lagi, bahkan dalam bahasa Rusia. Namun, bagi Masachika itu saja sudah lebih dari cukup.

“Tapi aku….”

Ia tidak memiliki pancaran jiwa yang dimiliki Alisa, Yuki dan Touya.

Baik inisiatif untuk menetapkan tujuan sendiri, maupun semangat untuk terus melangkah maju.

Selalu menyerahkan tujuannya kepada orang lain. Selalu mengandalkan passion orang lain.

Bahkan di masa lalu, ketika Masachika dalam masa-masa paling cemerlang, tidak ada yang berubah.

“Jadilah pewaris yang layak untuk Keluarga Suou”, tujuan seperti itu diberikan kepadanya oleh ibu dan kakeknya

Semangat untuk mencapai tujuan itu diberikan oleh ibunya kepada dirinya. Ia tidak membuat keputusan itu sendiri.

Hanya melakukannya demi mendapatkan pengakuan ibunya, untuk mendapatkan pujian dari gadis itu.

Hanya berjalan di atas rel yang diberikan kepadanya oleh orang lain, dengan bahan bakar yang diberikan oleh orang lain.

Dan sekarang, Ia telah kehilangan dua-duanya, tidak bergerak kemana-mana, hanya berkutat di satu tempat.

(Aku …... aku tidak layak)

Masachika merasa .. bersyukur bahwa perkataan Alisa keceplosan dalam bahasa Rusia. Jika .. bahkan jika itu dikatakan dalam bahasa Jepang… Masachika tetap .. tidak punya pilihan selain memilih diam saja.

Dan di sana, seolah-olah ingin mengubah suasana, Alisa meninggikan suaranya.

“Kuze-kun, apa kamu ada urusan atau keperluan lain?”

“Hmm? Tidak, Tidak ada sama sekali.”

“Bagaimana dengan Yuki-san?”

“Hmm ~~… Yah, kita bisa bertemu dengannya nanti.”

“Hmm, kalau begitu bagaimana kalau kamu ikut menemaniku berbelanja.”

“Belanja kamu bilang… Kalau tidak salah kamu ke sini ingin membeli pakaian, ‘kan?”

“Benar sekali?”

“Tidak, apa maksudmu dengan 'benar sekali' ... Sesuatu seperti cowok yang menemani seorang gadis memilih pakaian, menurutku ini adalah peristiwa yang tidak akan terjadi tanpa keintiman yang cukup, ‘kan?”

“Apakah begitu?”

Saat melihat Alisa memiringkan kepalanya, Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu.

(Rupanya begitu.... Alya tidak punya teman yang cukup dekat dengannya sehingga dia bisa berbelanja pakaian bersama, jadi dia tidak mengerti makna dibalik situasinya, ya …… ​​!!)

Masachika, yang matanya tanpa sadar menjadi panas karena terlalu mengasihaninya, tiba-tiba menggigit gigi gerahamnya dan menunjukkan ekspresi yang agak penuh dengan kasih sayang.

“Tidak…. Kurasa tidak juga. Baiklah, aku akan pergi bersamamu.”

Alisa mengerutkan kening terhadap sikap Masachika yang tiba-tiba berubah menjadi baik.

“Apa yang salah? Sikapmu mendadak baik seperti itu.”

“Yah, bagaimanapun juga kita berteman. Yeah.”

“Tapi entah kenapa aku masih belum mengerti?”

“Jangan khawatir tentang itu.”

Setelah membujuk Alisa yang masih tampak ragu-ragu, Masachika kembali ke gedung mall.

Mereka berjalan menuju ke lantai tempat toko pakaian & aksesori berkumpul, dan berjalan-jalan secara acak.

Di sisi lain, Alisa sempat salah paham dengan Masachika yang mendadak jadi baik hati.

(Jangan bilang…. Ia pikir aku tidak bisa menjadi ketua OSIS? Dan itu sebabnya Ia tiba-tiba menjadi baik? Cih, Jangan mengejekku seenaknya!)

Dia mengertakkan giginya saat Masachika benar-benar bertindak seolah-olah Ia adalah orang tua yang menghibur anak kecil atau semacamnya.

Sudah dari dulu Alisa tidak tahan dengan sikap Masachika yang begini, seolah-olah Ia sedang mengawasinya dari atas. Namun, menentangnya secara langsung sekarang adalah apa yang akan dilakukan seorang anak kecil.

(Sesuatu… asal ada sesuatu .. Aku ingin membalasnya. Aku ingin mencabik-cabik sikapnya ituuuu!)

Grrrrr, dia mengerang dalam hati sambil memeras otaknya…. dan kebetulan .. teringat kejadian yang terjadi di pagi hari tadi.

(Kalau sudah begini, aku akan menunjukkan kepadamu peragaan busana kekuatan penuhku yang akan membuatmu tersipu dan klepek-klepek!)

Di bawah tekad yang tidak dapat dipahami yang lahir dari kesalahpahaman dan sepenuhnya menuju ke arah berbeda, Alisa memasuki toko yang menarik minatnya, dan mengambil berbagai baju di toko lalu masuk ke ruang ganti.

“Kalau begitu, aku akan mencobanya sekarang. Beritahu aku pendapatmu, oke. ”

“Tentu.”

Dia membiarkan Masachika menunggu di depan ruang ganti, menarik tirai dan memeriksa pakaian dengan cermat.

(Pertama-tama ... yang ini)

Hal pertama yang dia ambil dari pakaian yang dibawanya adalah gaun model one-piece putih murni khas musim panas.

(Jika yang ini, pasti tidak akan gagal. Dan Masha bilang kalau anak cowok  sangat menyukai sesuatu seperti ini!)

Berbeda dengan tekadnya yang menantang, dia tidak menyadari bahwa dia bermain aman dan memilih pakaian sesuai dengan informasi kakak perempuannya— yang otaknya dipenuhi dengan shoujo manga— yang dia sendiri tidak yakin apa itu akurat atau tidak.

Dan kemudian, saat meraih kancing di blusnya untuk berganti…. Alisa tiba-tiba menghentikan tangannya.

(… .Tunggu sebentar? Bukannya .. suaraku yang sedang ganti baju akan terdengar di luar?)

Saat ini, satu-satunya hal yang memisahkan dirinya dan Masachika di luar hanyalah sehelai tirai. Apalagi ada sedikit celah di bagian bawah. Begitu dia menyadarinya, rasa malu segera menyelimuti Alisa.

“Kuze-kun! Menjauhlah sedikit! ”

Tidak dapat menahannya, dia memanggil dari sisi lain tirai dan, "Yeee ~", suara yang tidak termotivasi membalasnya bersama dengan suara langkah kaki yang terdengar berjalan menjauh.

Merasa sedikit lega setelah mendengarnya…. Alisa menjadi tidak sabar karena suara langkah kaki menjauh lebih jelas dari yang dia duga.

(Eh? Jika aku bisa mendengar suara langkah kaki di kejauhan ... suara gemerisik pakaian juga bisa terdengar, ya?)

Entah bagaimana dia merasa seperti sedang melakukan sesuatu yang sangat memalukan, dan mulai tidak bisa tenang. Dia merasa mulai mengerti apa yang Masachika katakan sebelumnya, "Sesuatu seperti cowok yang menemani seorang gadis memilih pakaian, seharusnya punya hubungan yang cukup intim ~~", tapi sekarang sudah terlambat.

(Tidak, tidak apa-apa. Ada musik yang diputar di dalam toko .... Suara yang datang dari sini harusnya segera teredam ... )

Alisa merasa sangat malu sampai-sampai membuatnya ingin melarikan diri, tapi harga dirinya tidak mengizinkannya.

Dia dengan tegas menekan rasa malunya dan mulai melepas bajunya dengan penuh tekad.

Mencoba untuk tidak terlalu memikirkan keberadaan Masachika yang ada di luar, Alisa dengan cepat mengganti pakaiannya dan tahu kalau itu tidak ada artinya, dia mendengarkan dengan cermat untuk melihat sekilas apa yang terjadi di luar.

(Sepertinya ... oke)

Yakin bahwa tidak ada reaksi tertentu, sekali lagi dia berpaling ke depan cermin.

Di sisi lain, orang yang sedang dikhawatirkannya, sedang menahan tatapan dari para wanita yang lebih tua di sekitarnya, berkata, “Oh, pasangan pelajar? Aku ingin tahu apa Ia sedang menunggu pacarnya. Imutnya~ ”, dan tatapan hangat dari para wanita yang lebih tua bertemu dengan ekspresi kosong,“ ini adalah situasi yang umum dalam komedi cinta…. ”, Dan Masachika mencoba untuk melarikan diri dari kenyataan.

Ia tidak menyadari sesuatu seperti suara gemerisik pakaian, jadi kekhawatiran Alisa tidak perlu.

Meski mungkin mengecewakan bagi Alisa, Masachika lebih memperhatikan tatapan dari orang-orang di sekitarnya ketimbang suara Alisa yang berganti pakaian.

(Ya, ini terlihat bagus untukku bahkan jika aku mengatakannya sendiri. Kerja bagus, diriku)

Dia memuji dirinya sendiri sambil berpose di depan cermin,. Kemudian, ketika hendak membuka tirai untuk memastikan kemenangannya (meskipun tidak yakin kapan itu menjadi sebuah kontes), tiba-tiba dia merasa tidak nyaman.

(Bagaimana jika .. Ia sama sekali tidak menanggapi? Bagaimana jika Ia cuma bilang “Ooh ~ bukannya itu bagus?" menanggapi dengan acuh tak acuh sambil memainkan smartphone-nya? … ..Jika itu benar-benar terjadi aku mungkin menangis. Memikirkannya saja sudah membuat hatiku sakit.)

(Fu, fuun! Jika Ia beneran melakukannya, aku akan menamparnya dengan sekuat tenaga !!)

Namun, Alisa mengerahkan semangat juangnya dan menahan rasa takutnya. Dia kemudian membuka tirai dengan kuat.

“Bagaimana menurutmu?”

Dengan tangan di pinggul dan memiringkan bahunya, Alisa yang berpose seperti model profesional memandang Masachika dengan tatapan menantang.

Faktanya, kombinasi dari tubuh dan kecantikannya yang luar biasa membuatnya terlihat sangat cantik menawan.

Untuk beberapa alasan, wanita yang lebih tua di dalam toko mengeluarkan suara kekaguman ketika mereka menatapnya.

(Ini pasti sesuatu yang disukai para cowok !!)

Sambil berteriak kuat di dalam hatinya, Masachika mengayunkan tinjunya ke atas meja imajinernya. Ternyata, informasi Masha kali ini benar.

Namun, menampakkan kegembiraan di wajahnya di sini pasti akan menjadi apa yang diinginkan Alisa. Ia akan kalah jika bersikap malu-malu pada saat-saat seperti ini; Masachika sangat menyadari hal itu.

(Itulah sebabnya aku tidak akan bertahan, melainkan akan menyerang!)

“Ya, baju itu terlihat bagus untukmu. Kulit putih mulus Alya sangat serasi dengan gaun putih bersih. Kerapian dan sifat femininmu lebih ditonjolkan, dan kamu terlihat 10 kali lipat lebih imut dari biasanya.”

“U..eh? Begitu…ya…?”

Alisa langsung dibuat tersipu karena serangan balik Masachika. Dipuji secara blak-blakan membuatnya merasa agak gelisah.

“Kalau begitu, aku akan mencoba yang berikutnya….”

Setelah bergumam seperti itu, Alisa menarik kembali tirai itu seakan-akan ingin melarikan diri.

Tirai tersebut lalu menghalangi mata mereka…. segera setelah itu, Alisa dan Masachika, mereka berdua berjongkok secara bersamaan di dalam dan di luar tirai.

(Eh? Eh? Apa? Eeeh? Entah kenapa aku dipuji-puji terus!)

(Malu bangeettt! Ini keterlaluan! Kamu melakukannya dengan baik mengatakan semua itu tanpa tertawa, diriku! Ini buruk. Mengucapkan kalimat  seperti itu secara langsung ternyata sangat memalukan! Gadis itu, bagaimana dia bisa melakukan ini sepanjang waktu. Yah, dia bisa karena mengira tidak ada yang mengerti bahasa Rusia!)

Bahkan tidak memiliki kelonggaran untuk memikirkan tatapan menyenangkan para wanita yang lebih tua dari sekitarnya, Masachika memegangi kepalanya, menahan rasa malu. Tepat di dekatnya, Alisa juga memegangi pipinya dengan kedua tangan, menahan rasa malu.

(Eh? Tunggu, eeh? Mu-Mustahil, Ia bilang aku imut ... imut, katanya !! ~~~~! Aah! Ya ampun!)

Tetap saja, karena tidak bisa menahan perasaan malu yang bergejolak, dia berulang kali menghantam lantai ruang ganti dan buru-buru berhenti setelah mendengar suara yang lebih keras dari yang diharapkan.

Alisa berdehem tanpa alasan, dia lalu berbalik dan melihat pantulan senyumnya yang melebar di cermin. Dia kemudian tanpa sadar menekan dahinya ke cermin dengan suara gedebuk.

Menekan dan menggesekkan dahinya ke cermin, rasa sakit dan sensasi dingin memaksa dirinya untuk mendapatkan kembali ketenangannya.

(Fuu ~~~…. Tidak apa-apa. Kalau dipikir-pikir, bukannya sudah wajar kalau Ia mengatakan sesuatu yang sudah jelas. Ya, Kuze-kun tak disangka adalah seseorang yang mampu memuji gadis, begitu ya. Aku terkesan)

Sementara secara misterius memberikan evaluasi dengan sikap merendahkan, dia menyibak rambutnya ke belakang dengan fwoosh, dan kesan "terbiasa" muncul di benaknya.

(Ia sudah terbiasa memuji gadis? Tapi kepada siapa?)

Tidak perlu berpikir jauh-jauh. Ini .. mengenai Masachika yang memuji gadis. Lalu, siapa yang biasa Ia puji, Alisa jadi penasaran. Hanya ada satu nama yang muncul di benaknya.

(Memuji .. Yuki-san….?)

Tiba-tiba kepalanya seakan terbanjur air dingin. Beberapa saat yang lalu, dia melihatnya. Pemandangan mereka berdua yang riang gembira mengobrol dan bercanda muncul di benaknya, dan perasaan gundah menyebar di dada Alisa.

“….”

Perlahan-lahan menjauhkan diri dari cermin, Alisa mengalihkan perhatiannya ke baju yang dibawanya. Dan dari antara baju yang dibawanya, Alisa perlahan-lahan  mengeluarkan jeans dan kaos, dan mulai berganti lagi.

Kombinasi itu, terutama pilihan kaos hitam gaya cowok dengan sesuatu yang tertulis dalam bahasa Inggris di atasnya, dia memiliki firasat bahwa itu adalah sesuatu yang dia lakukan secara sadar, tetapi itu cuma imajinasinya.

Jika Alisa bilang kalau dia tidak punya niat terselubung, maka biarlah begitu.

“Mengenai baju ini, bagaimana menurutmu?”

Alisa membuka tirai dengan ekspresi penuh percaya diri seolah berkata, tidak  perlu merasa malu, oke?

Namun, seperti yang diharapkan, Masachika bukannya tidak peka sampai tidak bisa menebak apa-apa dengan melihat baju ini. Tapi Ia tidak terlalu bijaksana untuk dengan sengaja menunjukkannya. Bisa dibilang kalau Masachika bukannya tidak takut.

“Kali ini kamu terlihat jauh lebih keren. Wajah Alya lebih condong ke tipe cantik  daripada tipe imut, jadi menurutku kamu akan terlihat bagus dengan model baju begitu  juga, tahu? Dan saat kamu mengenakan jeans, bukan rok, itu juga menonjolkan gayamu.”

“Hm, Hmmmm ~. Kamu pikir begitu? Makasih.”

Kali ini, Alisa menerima pujian kedua tanpa masalah. Bahkan tidak berusaha menyembunyikan senyumnya, dia bahkan menunjukkan wajah tersenyum yang tidak biasa dan berterima kasih pada Masachika.

“Baiklah, selanjutnya.”

“Kaay ~”

Karena itu, Alisa benar-benar melupakan tujuan awalnya untuk membuat Masachika tersipu malu dan mulai benar-benar menikmati peragaan busana.

Dia berganti pakaian satu demi satu, bahkan berpose di depan cermin dan menunjukkannya kepada Masachika. Sedangkan Masachika, di sisi lain, memanfaatkan sepenuhnya ucapan pujian-menaklukkan-gadis yang sudah Ia pelajari di dunia 2D untuk memujinya.

Lambat laun, urat malu Masachika sudah lenyap entah kemana, sementara suasana hati Alisa semakin lama semakin senang.

Seperti dugaan Masachika, Alisa tidak punya teman untuk berbelanja pakaian, dan kakak perempuannya, yang kadang-kadang pergi berbelanja pakaian dengannya, akan selalu berkata “Alya-chan sangat imut ~” tidak peduli apa yang dia kenakan. Itulah sebabnya, ini pertama kalinya Alisa dipuji dengan cara yang spesifik.

(Berikutnya ~~ mmm ~~ berikutnya, yang ini saja ~~ )

Benar-benar dalam suasana hati yang baik, dia bersenandung di dalam hatinya saat memilih-milih pakaian.

Jika Yuki ada di sini, dia pasti akan mengatakan sesuatu seperti, “Gampangan sekali”, tapi orang tersebut tidak menyadarinya.

Kemudian, dalam suasana hati yang ceria dia berpikir dalam hati, “Aku tak berpikir akan memakai ini, tapi yah, tak ada salahnya untuk berjaga-jaga”, sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil pakaian yang dibawanya.

(Ini tidak terlalu berani .... ‘kan? Tapi jika itu Kuze-kun, aku yakin Ia akan memujiku)

Baju yang dia pilih adalah baju tipe kamisol dengan bahu terbuka dan rok mini. Tipe baju yang terlalu terbuka, terutama di bagian rok mini. Saat Alisa, yang awalnya memiliki kaki panjang, memakainya, itu menjadi keadaan yang membuatnya ingin berkata “Hmm? Di atas lutut? Bukannya ini lebih seperti di bawah selangkangan? ”. (TN : Search di google bagaimana gambaran baju kamisol, lu bakalan kaget pas ngeliatnya :v)

Jika Alisa yang biasanya, dia tak akan pernah memakainya dan jika dia memang ingin mencobanya, dia pasti takkan pernah menunjukkannya kepada lawan jenis. Tapi, Alisa yang sekarang benar-benar terlena oleh pujian Masachika. Jadi dia mengabaikan beberapa akal  sehat yang tersisa dan membuka tirai.

Ya, dia bahkan tidak menyadari kalau keberadaan di sisi lain tirai telah meningkat menjadi dua orang.

“Bagaimana pendapatmu tentang….”

Alisa mencondongkan tubuh bagian atasnya ke depan, dan memutuskan untuk mengedipkan mata sambil meletakkan jari telunjuk kanannya ke pipinya…. Saat itu, Alisa memperhatikan Yuki yang berdiri di samping Masachika.

Tatapan mata mereka langsung bertemu, dan Alisa membeku dengan satu mata tertutup.

Di sisi lain, sambil memegangi kantong kertas yang berisi barang-barang otaku di tangannya, Yuki melihat ke arah Alisa dan mengedipkan matanya, dan….

Fyuu fyuu, Alya-san berani sekaliiii.”

“….Benar.”

Yuki bersiul dengan ekspresi menggoda dan Masachika memalingkan mukanya dengan ekspresi yang tak terlukiskan.

Setelah melihat keduanya, perasaan berbunga-bunga Alisa langsung kembali tenang.

Darah mengalir keluar darinya, dan segera setelah itu naik ke wajahnya dengan semburan.

“….Aku rasa begitu.”

Dengan pipi memerah dan ekspresi kaku, Alisa dengan lembut menutup tirai dan dia diam-diam berjongkok di tempat.

….Aku ingin menghilang

Dia kemudian menegaskan kembali penampilannya saat ini di cermin dan bergumam dengan suara yang terdengar seperti akan menghilang.

“Alya-san, dia bilang apa tadi?”

“… .Aku ingin menghilang, katanya”

“Fuh, dasar gadis yang polos, yaaaa.”

Namun, bahkan gumaman bahasa Rusianya masih terdengar ke sepasang saudara kandung yang ada di luar.

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, Alisa, yang benar-benar berubah menjadi pendiam, membeli dua pakaian yang sudah dia coba di dalam, dan pulang bersama Masachika dan Yuki.

Suasana hatinya masih belum pulih bahkan setelah naik kereta. Mungkin karena pertimbangan untuk Alisa seperti itu, Masachika dan Yuki memainkan smartphone mereka tanpa berbicara apa-apa.

“Sampai jumpa hari Senin, Alya.”

“Hari ini sangat menyenangkan. Kapan-kapan, ayo pergi bersama lagi, oke? ”

“Ya, sampai jumpa.”

Tak lama kemudian, Masachika dan Yuki turun dari kereta duluan. Setelah Alisa melihat sosok mereka yang menghilang di stasiun, tubuhnya langsung lemas di kursi kereta.

Tak bisa dipercaya….

Mengingat kebodohan mengekspos (menurut standar Alisa) dirinya tadi, dia merasa ingin mencari lubang dan bersembunyi di dalamnya.

Dengan .. rok pendek .. Aku benar-benar tampil seperti gadis yang vulgar…

Dia membenamkan wajahnya pada kantong kertas di pangkuannya, dan untuk beberapa saat, Alisa dilanda oleh rasa malu dan penyesalan tapi kemudian… dia tiba-tiba menyadari sesuatu yang aneh.

“….Hah?”

Ya, ada yang aneh. Kenapa mereka berdua, barusan, turun di stasiun kereta api yang sama? Alisa dibuat penasaran.

Rumah Masachika dan Yuki seharusnya berjarak tiga stasiun. Bila dipikirkan secara normal, mereka seharusnya tidak turun di stasiun yang sama.

“… .Eh? Eh? ”

(Artinya, cuma ada satu hal yang perlu dipertimbangkan. Mereka berdua masih belum berniat pulang. Tidak, bagaimana jika, mereka berencana mengunjungi salah satu rumah dari mereka… ..?)

“Eeh—–?”

Faktanya, dugaannya tepat sasaran. Yuki tidak bisa membawa barang-barang berbau otaku ke rumahnya di kediaman Suou, jadi dia berencana menikmati rampasan perang di rumah Kuze.

Namun, keadaan semacam itu sama sekali tidak diketahui Alisa.

“Seperti yang kuduga, hubungan mereka berdua memang….?”

Keraguan muncul di dalam dadanya, tapi entah bagaimana dia berhasil menekannya.

(Tidak. Mungkin, masih ada toko lain yang ingin mereka kunjungi)

Setelah meyakinkan dirinya sendiri tentang ini…. tiba-tiba dia teringat sesuatu, dan Alisa mengeluarkan ponselnya.

(Apa yang dia katakan lagi, ... aku pikir itu, kaos kering?)

Usai mengetik di kolom pencarian sembari mengandalkan ingatannya, Alisa membuka lebar matanya pada gambar yang ditampilkan pada layar smarphone-nya.

“Apa– !?”

Jeritan anehnya mendadak menarik perhatian penumpang lain yang ada di sekitarnya, tapi Alisa tidak punya waktu untuk mempedulikan hal itu.

Karena dia terlalu terkejut dengan gambar yang ditampilkan. Sepertinya gambar yang ditampilkan merupakan potongan adegan dari manga shoujo.

Sepasang muda-mudi sedang duduk di atas ranjang, mereka saling berhadapan. Gadis itu mengenakan kaos kebesaran dan tersenyum malu-malu, dan cowok itu…. Sedang telanjang dada.

(Ap-Ap-Ap-Ap-Apa artinya ini !?)

Perasaan gundah yang dia tekan dengan paksa langsung mencuat dari dadanya, dan menembus langit-langit.

(Eh? Eeeh? Eeeeeeh—- !?)

Alisa sedang menatap gambar yang menggambar suasana cabul dengan terheran-heran. Si cowok dan gadis dalam gambar itu diubah menjadi Masachika dan Yuki di dalam kepalanya, dan dia buru-buru menyangkalnya.

(Apa yang sebenarnya terjadi ~~~~~~!?!)

Alisa menderita karena keraguan yang tak terjawab di atas kereta yang terus melaju perlahan.

 

 

<<=Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama