Chapter 3 — Dua Jamuan
❀❀❀❀
[Sudut Pandang Tamaki Rio]
Beberapa hari sudah berlalu
sejak kehidupan pengantin baru antara aku dengan Haru dimulai. Hari ini, aku
pulang untuk mengunjungi rumah keluargaku.
“Berada di rumah sendiri memang
nyaman sekali ~”
“Anda ini bilang apa, padahal ini
baru empat hari.”
Saat aku duduk di sofa mahal di
dalam kamar pribadiku yang telah aku tinggali selama 22 tahun, Hayashida
membalas sembari menyodorkan seduhan teh hitam padaku.
“Anda pulang lebih awal.
Sungguh kehidupan pengantin baru yang singkat.”
“Bukan begitu. Aku pulang ke
sini untuk membawa beberapa barang bawaan.”
Kediaman Keluarga Tamaki
kira-kira berjarak satu jam dengan mobil dari apartemen tempat Haru dan aku
tinggali sekarang. Hari ini, aku menggunakan bus — alat transportasi umum tanpa
bergantung pada pembantu keluargaku, dan datang ke sini.
Fiuh. Aku
sebagai pembelajar yang cepat, sudah bisa menguasai bagaimana melakukan
perjalanan dengan bus. Sekarang aku bukan lagi wanita manja yang tak bisa
apa-apa!
“Kupikir aku hanya membutuhkan
sedikit barang bawaan, tapi ... Sekarang aku benar-benar tinggal jauh dari
rumahku, jadi ada beberapa hal lagi yang aku suka.”
Benda yang paling kuinginkan
kali ini —- ialah pengering rambut. Sebenarnya sudah ada di apartemen Haru,
tapi pengering rambut yang Ia punya itu versi murah, hampir tidak cukup kuat
untuk mengeringkan rambut panjang wanita. Rambutku tidak akan kering sama
sekali, jadi aku ingin membawa yang sering aku gunakan di rumah.
“Itu benar, sayalah yang
kembali ke sini dengan menyedihkan. Dengan penuh kemenangan, saya membanting
surat pengunduran diri, lalu kembali ke sini sembari menangis karena pernikahan
saya dibatalkan. Saya memang wanita seperti itu.”
“Hei, tidak ada yang mengungkit
hal itu tau…”
Jika kamu mau menggunakan
lelucon yang mencela diri sendiri, setidaknya buatlah itu sebagai lelucon, oke?
Jangan benar-benar depresi.
“Apa Haru-sama sedang berada di
universitas hari ini?”
“Yup. Ia berangkat kuliah
pagi-pagi. Sedangkan sorenya, Ia akan
mencari sesuatu tentang sertifikasi profesional, dan di malam hari, Ia
menghadiri pesta dengan orang-orang yang mengikuti seminar. ”
“Sertifikasi profesional ...
Hal itu mengingatkan saya, Haru-sama sedang berusaha mendapatkan sertifikatnya
tahun ini.”
“Ya. Selama awal masuk kuliah,
Ia sudah mencoba mendapatkan sebanyak mungkin sertifikat yang terkait dengan
industri properti.”
Sertifikasi profesional dalam
hal ini mengacu pada salah satu agen properti yang terdaftar. Aku tidak terlalu
paham dengan rinciannya, tapi tampaknya sertifikasi ini sangat diperlukan untuk
bekerja di bidang properti. Keluarga Haru — Grup Isurugi selalu menjadi keluarga
yang ahli di bidang tersebut.
Mereka memiliki banyak
perusahaan di bawah naungan mereka, tapi bidang yang terkuat adalah bidang
properti. Haru sendiri telah diinstruksikan untuk bekerja di Isurugi Group
juga, kemudian memasuki bisnis properti. Untuk mencapai ini dengan sempurna, Ia
sudah berusaha keras untuk itu ... Ampun deh, Ia memang pria yang sangat rajin.
“Haru-sama memang pria yang
menakjubkan.” Ujar Hayashida dengan penuh kekaguman. “Ia selalu mendapat nilai
bagus, dan berhasil lulus ujian masuk universitas elit. Namun, Ia tidak
menyerah setelah masuk ke universitas ini, dan bahkan bekerja sambilan untuk
mengembangkan dirinya. Mengingat pekerjaannya di Grup Isurugi, Ia telah bekerja
keras selama yang saya ingat. Ia mungkin lebih muda dari saya, tapi saya sangat
mengaguminya… ” Di titik itu, Hayashida melirikku.
Tatapannya dipenuhi dengan
cemoohan dan belas kasihan.
“Namun, ada wanita manja tidak
berguna yang hanya menggunakan koneksi orang tuanya untuk masuk ke universitas
swasta, parahnya lagi dia selalu membolos kuliah dan akhirnya harus mengulang
setahun.”
“Ka-Kamu tidak perlu
mengatakannya langsung di hadapanku segala! Semua itu tidak masalah selama aku
lulus!”
Aku mencoba membantahnya, tapi…
pada akhirnya, itu hanya membuatku merasa menyedihkan karena hal itu membuatku
terdengar seperti orang yang tidak berguna. Maksudku, kamu salah besar, oke.
Haru terlalu pekerja keras sehingga apapun yang aku lakukan, dibandingkan
dengan dirinya, aku hanya tampak seperti pecundang! Aku benar-benar normal…
Tidak, mungkin sedikit lebih rendah dari biasanya… masih pada level di mana aku
belum sepenuhnya kalah!
“… Aku tahu kalau Haru sangat sibuk.
Ia ada pekerjaan sambilan, dan belajar keras setiap hari untuk mendapatkan
sertifikasi ... Itulah sebabnya, aku berusaha sebaik mungkin untuk membantu
beres-beres rumah sebanyak yang aku bisa. ”
“Sungguh pola pikir yang luar
biasa. Tak disangka bahwa Rio-sama akan mencurahkan hatinya ke dalam tugas
beres-beres rumah ... ini pasti berkat kekuatan cinta.”
“Itu benar, ini semua berkat
kekuatan ... Tunggu, tidak, tidak! Berhenti mengucapkan kalimat yang membuat
salah paham! ” Aku mengangguk, lalu membantah dengan panik.
Hampir saja, aku hampir jatuh
pada pertanyaan jebakan Hayashida.
“Aku sudah tidak punya rasa
lagi padanya, berapa kali aku harus mengulanginya? Alasanku melakukan semua
tugas beres-beres adalah… karena itu, tahu? Aku tidak ingin Ia mengeluh kalau
nilainya yang menurun akibat salahku! ”
“Dasar keras kepala. Kalian
berdua pernah menjalin hubungan sebelumnya, ‘kan? Jika mantan pasangan akhirnya
tinggal di bawah satu atap, tidak aneh jika ada CLBK.”
“Mana mungkin itu terjadi! Kami
takkan balikan! Kita sudah putus dan selesai!” Aku dengan putus asa berdebat.
“A-Apalagi, Haru selalu bertingkah songong! Selalu memainkan kata-katanya,
terus-menerus ngajak berantem! ”
“……… Dari sudut pandang saya,
alasan Haru-sama menjadi agresif karena Rio-sama yang selalu memulai
perkelahian lebih dulu.”
“Meski Ia lebih muda, Ia sama
sekali tidak menghormatiku! Ia juga menggunakan bahasa santai terus!”
“Jika saya tidak salah ingat,
Anda sendiri yang menyuruhnya menggunakan bahasa santai, ‘kan? Pernah ada
kejadian, dimana Haru-sama mulai menggunakan bahasa sopan, Anda akan mulai
berteriak, menangis 'Jangan gunakan
bahasa sopan padaku!', Apa saya salah? ”
“A-Aku tidak menangis sama
sekali! Aku cuma sedikit sedih, itu saja! ”
Sialan kamu, Hayashida! Kamu
tahu setiap detail masa lalu kelamku!
“... Maksudku, saat Haru masuk
SMP, Ia tiba-tiba mulai berbicara dengan bahasa sopan ...”
“Itu memang pernah terjadi, ya.”
“Sejak Ia berbicara padaku
seperti itu… A-Aku mulai merasa kesepian!”
“Begitu rupanya. Pada dasarnya,
Anda sudah jatuh cinta pada Haru-sama sejak saat itu ya, Rio-sama. ”
“Apa? Ugh… T-Tidak, maksudku…
Y-Yah, aku tidak dapat menyangkal kalau aku memiliki perasaan seperti ini untuk
waktu yang singkat, tapi… ”
Itulah satu-satunya hal yang
tidak dapat aku sangkal. Lagipula, untuk sementara waktu kami berdua sama-sama
saling suka, dan menjalin ikatan untuk menjadi pasangan.
“Tapi — semua itu cuma masa
lalu! Cerita kami sudah berakhir!”
“Begitukah? Kalau begitu, saya
takkan mengungkitnya lagi. Saya bisa melihat bahwa anda tidak berniat untuk
balikan. Namun….” Hayashida melanjutkan. “Bagaimana jika Haru-sama yang
menginginkan hubungan masa lalu ini kembali?”
“Eh…?”
“Jika Ia kebetulan masih
memendam rasa suka pada anda, dan ingin kembali menjalin hubungan seperti dulu — yaitu berubah menjadi pasangan yang
beneran sudah menikah daripada status palsu yang sekarang, apa yang akan anda
lakukan, Rio- sama?”
“It-Itu sih ...”
Haru masih punya rasa suka
padaku? Itu mustahil… Tapi, bagaimana jika. Bagaimana jika Haru berkata Ia
ingin mengulang kembali…
“… Baiklah, aku mungkin
mempertimbangkannya…”
“Jadi seperti yang saya duga,
anda—”
“A-Aku cuma akan
mempertimbangkannya! Selama Ia datang meminta maaf dan menangis sambil
memohon-mohon!”
“… Ya ampun, dasar wanita
berkepala batu. Saya sekarang sudah sepenuhnya mengerti. Hubungan anda mungkin
tampak sederhana namun rumit, tetapi jauh di lubuk hati, semuanya terlalu
mudah. “
Hayashida menunjukkan senyum pahit. “Saya
harap anda bisa menjadi lebih jujur.”
“Kamu bisa mengatakannya lagi. Andai
saja Ia bisa jujur seperti sebelumnya…”
“Saya membicarakan tentang anda,
Rio-sama.”
“Aku selalu jujur, kok.”
“Masa? Hanya keinginan dan
keangkuhan anda saja yang menggambarkan kejujuran anda.” Hayashida berbicara
dengan pedas tanpa ampun. “Mari kita asumsikan kalau Haru-sama masih punya rasa
suka pada anda. Jika anda harus selalu waspada di sekitarnya, bersikap bimbang
dalam setiap percakapan, Ia mungkin akan benar-benar muak dengan anda. Anda
harus menjadi lebih jujur… dan menunjukkan pembukaan untuk memberi kode kalau
masih ada peluang. ” Nada suaranya berisi rasa jengkel yang aneh kebaikan yang bercampur
di dalamnya.
Mendengar nasihat ini…
“Ke-Kenapa aku harus melakukan
hal seperti itu untuk Haru ...” Aku menjawab dengan ekspresi tenang, tapi
bagian dalam diriku berubah jadi panik.
Hmm… Tunjukkan padanya pembukaan
untuk memberi kode kalau masih ada peluang, ya…
*****
[Sudut Pandang Isurugi Haru]
Pada jam 8 malam, aku tiba di
kamar apartemen usai menghadiri pesta makan malam seminarku, dan saat membuka
pintu, aku langsung disambut oleh—
“Ahh ~ Haru, selamat datang
kembali ~” Rio berbicara dengan suara centil seraya wajahnya yang sedikit memerah.
Dia mengenakan kaos agak longgar,
duduk di sofa, saat melambai padaku dengan gelas di tangannya. Es di dalam
gelas mengeluarkan suara gemeretak. Di atas meja di depannya, aku bisa melihat
botol wiski terbuka, serta botol air berkarbonasi biasa. Wiski dengan air
berkarbonasi — menciptakan campuran yang disebut minuman Highball. Dia juga
menaruh beberapa makanan ringan berbasis keju di atas meja.
“Apa kamu… minum alkohol?”
“Yup, sedikit.”
“……”
“Apa-apaan wajah itu? Aku sudah
selesai beres-beres rumah, jadi aku tidak mau mendengar keluhan apapun, oke?
Atau, apa aku tidak diizinkan untuk menikmati waktuku sendiri? ”
“Siapa juga yang mengeluh.”
Aku cuma sedikit terkejut. Kami
tetap berhubungan bahkan setelah putus,
tapi aku tidak tahu dia menikmati sedikit alkohol di malam hari. Terutama
menikmati sendirian.
“Hehehe. Tidak seperti orang
tertentu, aku sudah pada usia di mana aku boleh minum-minum.”
“Kedengarannya bagus, asal
jangan berlebihan saja.”
“Ara~, kamu mencemaskanku?”
“Mengurusmu kalau-kalau kamu
pingsan bakal merepotkan, itu saja.”
Setelah meminum air di dapur,
aku mencoba meninggalkan ruang tamu, tapi…
“Hei, kamu mau kemana?” Rio
menghentikanku.
“Mandi, kenapa emangnya?”
Melihat Rio, yang tidak memakai
riasan dan memakai kaos longgar, kupikir dia sudah selesai mandi. Itu sebabnya aku
menganggap bak mandi sudah siap, dan meski airnya sudah dingin, aku selalu bisa
mandi.
“Astaga… Dengerin dulu.” Rio
menghela nafas, dan melanjutkan. “Kenapa kamu tidak bisa membaca suasana, sih?”
“…Apa yang ingin kamu coba
katakan?”
“Kamu masih belum paham?
Is-Istrimu…minum-minum sendiri. ” Dia memelototiku, dan melanjutkan dengan nada
merajuk. “Seorang suami akan menawarkan sedikit waktunya untuk dihabiskan
bersamanya.” tuturnya, dan menepuk tangannya yang terbuka di sofa di
sebelahnya.
Tampaknya istriku adalah tipe wanita
yang suka nempel-nempel saat dia mabuk.
“Baiklah, bersulang!”
“Bersulang.”
Kami membenturkan gelas
masing-masing, menciptakan suara denting yang samar. Tentu saja, karena aku
masih di bawah umur, aku tidak bisa sembarangan minum alkohol, itulah sebabnya
gelasku cuma minuman bersoda. Bukannya aku tidak menyukainya, jadi tidak
apa-apa. Jika ada, aku tidak tahan dengan jus bersoda.
“Kamu benar-benar rajin, Haru.
Padahal kamu sudah jadi anak kuliahan, tapi kamu tidak mau minum alkohol sama
sekali. ”
“Aku masih di bawah umur, jadi
tentu saja aku takkan meminumnya.”
“Jadi kamu bahkan tidak minum
apa-apa saat bersama orang-orang dari seminarmu?”
“Itu bukan pesta minum, tapi perayaan
biasa. Kami tidak minum setetes alkohol sedikit pun. Profesor tidak mengizinkan
kita. ”
“Kehidupan kampus yang kaku dan
membosankan, ya ~” ejeknya seakan dia tidak peduli sama sekali, meneguk isi
gelasnya.
Aku ingin meraih camilan, tapi
— Jantungku berdegup kencang. Dadanya yang menggairahkan, nyaris tidak tertutup
oleh kasonya yang longgar, kebetulan memasuki bidang penglihatanku… bung,
mereka benar-benar besar. Karena aku duduk di sampingnya, aku bisa melihatnya
dari dekat. Karena dia baru selesai mandi, dia cuma memakai kaos yang longgar
dan celana, yang membuatnya tampak lebih besar dari biasanya… Tunggu sebentar?
Karena dia baru keluar dari kamar mandi… apa mungkin dia tidak memakai bra !?
Dua buah melon raksasa ini bebas dari kekangannya, menggelatung tepat di
depanku—
“Hm ……? Ahh.” Pada saat yang
sama, Rio sepertinya menyadari tatapanku.
Untuk sesaat, dia secara
refleks menyembunyikan dadanya di balik lengannya, dan kemudian menyeringai
jahil.
“… Ya ampun. Kamu melihat
payudaraku lagi, ‘kan? ”
Segera kata-katanya mencapai
telingaku, wajahku menjadi merah padam.
“Eng-Enggak, kok”
“Dasar pembohong, celanamu sampai
menonjol begitu. Kamu pasti melihatnya ‘kan, aku tahu. "
“Sekalipun begitu, ini hanyalah
reaksi alami dari seorang pria. Kamu sendiri yang salah karena mengenakan kaos
semacam itu.”
“Ahaha, alasan macam apa itu?
Aku tidak seceroboh itu ... Ah, jangan bilang ...” Seringai di mulutnya semakin
lebar. “Kamu berpikir kalau… aku tidak memakai bra karena baru saja keluar dari
kamar mandi, ya?”
“……!”
“Tepat sasaran, ya? Begitu ya,
begitu rupanya, itulah sebabnya kamu menatapku terus. Fufu, kamu mesum sekali,
Haru ~ ” Dia berbicara dengan suara Onee-san yang khas sembari menarik sedikit
kerah kemejanya.
Berkat itu, aku bisa melihat
tali hitam di bahunya.
“Lihat, aku memakai bra malam
dengan benar.”
“Bra ma-malam…?”
“Wanita biasa memakainya
sebelum tidur, itu lebih longgar dari bra. Saat mencapai ukuranku, wanita harus
berhati-hati agar mereka tidak kehilangan bentuk terlalu cepat ~” Dia berbicara
tentang masalah seorang wanita, yang terlalu asing bagiku. “Fufu, sayang sekali
aku sebenarnya pakai bra.”
“… Berisik.” Aku hanya bisa
mengalihkan wajahku dari seringainya.
“Menjadi sebesar gini bisa
menimbulkan masalah, kau tahu ~ Mereka semakin besar akhir-akhir ini, dan
memasang ukuran yang pas semakin merepotkan.”
Mereka masih bisa tumbuh!? -
Aku berteriak di dalam kepalaku, tapi ekspresi wajahku tetap terlihat tenang.
Rio masih menatapku, menikmati reaksiku selama percakapan cabul ini, jadi aku
tidak bisa memberinya terlalu banyak materi untuk menggodaku.
“Hmpf…” Dia pasti kesal karena
reaksiku terlalu tenang, itulah sebabnya dia mendekatiku lebih jauh dan
menatapku. “Hei… apa kamu tertarik dengan ukuran cup-ku?”
“…Tidak juga.”
“Jika kamu bersikeras, aku
mungkin bisa memberi tahumu ~ Ayo coba bilang 'Rio-sama, aku mohon', dan aku akan menjadikan ini layanan khusus
hanya untukmu.”
“Sekali lagi, aku tidak
tertarik.”
Aku sangat tertarik, bahkan
sangat penasaran. Tapi, aku mengabaikan hasrat tersebut, dan berbicara dengan
suara tenang.
“Sungguh… Jangan ganggu aku
seperti itu hanya karena kamu sedikit mabuk.”
“…… Hmpf ~!” Rio membalas cemberut,
menelan sisa alcohol yang ada di gelasnya. “Ahh, membosankan sekali. Kamu
sangat aneh.”
“Apa maksudnya?”
“Dulu kamu sangat manis.
Mengatakan 'Aku mencintaimu, Rio-nee',
sambil menempel padaku. "
“… Seberapa jauh kita
membicarakan masa lalu?”
Aku menyebut 'Rio-nee' adalah
sesuatu yang terjadi setidaknya 15 tahun yang lalu.
“Nostalgia banget ~” Rio
memberikan senyum tipis, dan memiliki tatapan jauh di matanya. “Kita sering
bermain nikah-nikahan bersama Nenek, ingat?”
“… Itu pernah terjadi, benar.”
Bagaimana aku bisa melupakannya.
Aku terlalu malu untuk mengatakannya dengan lantang, tetapi kenangan ini masih menjadi
kenangan yang paling berharga bagiku hingga hari ini dan tersimpan di bagian
terdalam hatiku.
“Yah, secara teknis kita masih
main nikah-nikahan sampai sekarang.”
Pernikahan kami penuh kepalsuan
dan pura-pura. Tidak ada yang terbentuk karena cinta, tapi cuma demi keuntungan
masing-masing. Ini benar-benar — kami cuma main nikah-nikahan.
“Ahaha, kamu benar sekali dalam
hal itu.” Rio tertawa terbahak-bahak.
Setelah itu, dia menunjukkan
ekspresi yang sedikit menyakitkan.
“Meski… aku merasa kita semakin
buruk dalam hal itu.” Lanjutnya. “Kita berdua tumbuh menjadi dewasa, ya. Baik
hati maupun tubuh. Padahal kita selalu mengatakan 'Aku mencintaimu' dan 'Ayo
menikah' saat masih anak-anak.” Usai mengucapkan ini—
Dia menyandarkan kepalanya di
pundakku.
“Eh…” Aku menjadi bingung
karena tindakan mendadak ini.
Dengan mata mabuk, Rio
menatapku.
“Mmm… Aku merasa agak mabuk.”
Dia berbicara dengan suara yang manis, bahkan lebih bersandar padaku.
Dengan tubuh kami yang mengajar,
aku bisa merasakan kehangatannya. Aroma nyaman melayang dari rambutnya, membuat
jantungku berdegup kencang.
“H-Hei…”
“Jangan lari.”
Saat aku ingin menarik tubuhku
secara refleks, dia menahanku. Dia meletakkan tangannya di pangkuanku,
memancarkan lebih banyak kehangatan.
“... Kamu terlalu
banyak minum.”
“Mungkin. Tapi… bukannya itu
bagus? Sekarang aku bisa mengatakan hal-hal yang biasanya tidak bisa aku
katakan.” ungkapnya, dengan mata sedikit basah. “Nee, Haru… Jujur saja,
bagaimana perasaanmu tentang aku?”
“…!”
“Apa kamu benar-benar sudah
melupakanku? Apa kamu tidak merasakan apa-apa… bahkan saat aku bersandar padamu
seperti ini? ”
“Rio…”
Tentu saja — masih menyukainya.
Matanya, wajahnya, suaranya, tubuhnya, baunya, semuanya terlalu mempesona, aku
akan membuang semua alasan dan kebanggaanku hanya untuk memeluk Rio di sini,
sekarang juga. Tapi…
Meskipun menyakitkan bagiku
untuk mengatakannya, alasanku telah menangkap sesuatu. Sejak pertama masuk, aku
merasa ada sesuatu yang salah. Dan sekarang, aku mengerti di mana letak
salahnya. Aku dengan sedih mengerti-
“……”
Tanpa berkata apa-apa, aku
mengambil gelas dari tangan Rio.
“Eh !? Ah, tungg—”
Aku menepis usahanya yang
berusaha merebut kembali, dan meletakkan mulutku di atas gelas itu. Benar saja,
aku — tidak bau apa-apa yang menyerupai highball. Sebaliknya, rasanya seperti
minuman energi jenis vitamin yang dicampur dengan air berkarbonasi.
“... Tidak heran kenapa aku
tidak mencium aroma alkohol.”
Rasa tidak nyaman pertama yang
menggangguku — adalah baunya. Rio bertingkah seolah dia menikmati alkohol dalam
jumlah yang cukup banyak, tetapi baik udara di sekitar maupun aromanya tidak
terlihat begitu. Bahkan saat sedekat ini dengannya, satu-satunya aroma yang
bisa kuhirup adalah aroma sampo miliknya. Setelah itu, aku menempelkan mulut
botol wiski ke hidungku — dan sekali lagi, tidak ada alkohol.
Kelihatannya dia telah
mengganti isinya, mungkin dengan jenis
minuman lain dengan warna keemasan yang sama dengan yang ada di gelas.
Seseorang yang lebih mengenal alkohol mungkin bisa membedakannya, tapi karena aku
masih di bawah umur, aku jadi tidak tahu apa-apa.
“Jadi kamu mengubah isinya, dan
bertingkah seolah-olah sedang minum alkohol.” Aku menatap Rio dengan tajam.
“Dasar licik. Apa yang kamu rencanakan? ”
“… Heh… hehehehe…” Rio
menunduk, tapi tawa pelan mulai keluar dari mulutnya, yang akhirnya berubah
menjadi tawa yang meledak-ledak. “… Ahahaha! J-Jadi kamu mengetahuinya! Aku
akan memujimu untuk itu!” Dia terdengar seperti penjahat yang tertangkap basah.
“Aku benar-benar ingin melihat wajah lucumu itu sedikit lebih lama ~”
“…! Aku tahu itu… kamu
benar-benar mengolok-olokku…? ”
“T-Tentu saja! Semuanya cuma
akting! Cuma plot! Hehehe, kamu benar-benar orang bodoh. Hanya karena aku
berpura-pura mabuk, kamu langsung lengah! ” Rio mengoceh seolah dia panik. “Kamu
pikir kamu bisa memenangkanku dengan suasana yang tepat, dan karena aku
mantanmu? Sayang sekali, itu semua cuma tipuan! Akting sempurna dari diriku ~”
“Membuang-buang waktu untuk
sesuatu yang tidak berharga seperti ini… Gunakan upaya itu untuk hal lain…”
“… Hmpf. Mencoba bersikap
tenang meski terpesona padaku.” Rio mendengus arogan.
“Siapa yang terpesona? Aku tahu
ada sesuatu yang salah sejak awal.” Aku berdiri dari sofa.
Aku meninggalkan ruang tamu dan
menuju ke ruang ganti. Setelah menutup pintu, aku jatuh ke atas lantai. Aku
memegangi kepalaku dengan kedua tangan, dan mengacak-acak rambutku untuk
mengeluarkan uneg-unegku
“… Ahh, sial.” Aku merasa
frustasi, dan kesal.
Tentu saja, perasaan itu bukan
ditujukan pada Rio, meski dia mempermainkan hatiku.
“Kenapa… kenapa aku harus
sadar?”
Aku merasa kesal pada diriku
sendiri karena cukup berhati-hati untuk menangkap ketidakteraturan kecil ini.
Jika… Jika aku tidak menguak plot Rio. Jika aku membiarkan diriku terlena
karena suasana, menuruti keinginan batinku dan memeluk Rio… Apa yang akan
terjadi? Sesuatu mungkin telah terjadi. Tentu tidak, pada akhirnya itu cuma
lelucon.
'Pfft,
dasar idiot, apa kamu sangat berharap seperti itu? Ini semua cuma akting, dan alkohol
ini cuma minuman energi lama yang membosankan ~ Namun kamu benar-benar jatuh ke
perangkapku! '
Kemungkinan dia menggunakan ini
sebagai sarana untuk menggodaku selama sepuluh tahun ke depan cukup tinggi…
tapi ada kemungkinan kecil hal itu tidak terjadi. Ini mungkin Rio hanya menungguku
untuk menjadi jujur ...
“Tidak, itu cuma angan-angan
belaka.” Aku menghela nafas panjang.
Aku tidak tahu apa yang
dipikirkan Rio. Satu-satunya hal yang aku tahu dengan pasti… ialaha kalau dia
sangat imut, bahkan jika itu adalah akting. Pakaiannya yang longgar, bibirnya
yang berkilauan, kehangatan dan aroma yang aku temukan sedekat ini denganku,
semuanya terukir dalam dalam ingatanku. Kurasa ... Aku tidak bisa tidur malam
ini.
❀❀❀❀
[Sudut Pandang Tamaki Rio]
Aku melihat Haru masuk ke kamar
mandi, jadi aku menelepon Hayashida untuk melaporkan apa yang terjadi.
'—Begitu
rupanya, jadi upaya anda gagal.'
“Ya, padahal tinggal selangkah
lagi.”
'Sangat
disayangkan. Menurut saya operasi 'Aku akan bertingkah mabuk dan membuatnya
mengambil inisiatif' memiliki potensi besar. '
“Yeah, sangat disa— Hei, tidak!
Itu bukan rencana aslinya!” Aku meninggikan suaraku, membalas. “A-Aku hanya
bertingkah mabuk, menunjukkan celah, untuk mengorek informasi perasaan Haru
tentangku. Cuma itu saja ...”
'Jika
anda ingin menunjukkan pembukaan, anda seharusnya benar-benar mabuk, bukan?
Kalau begitu, Haru-sama tidak akan bisa mengetahuinya, benar? '
“A-Aku tidak menginginkan itu…”
Awalnya, aku berencana untuk
benar-benar mabuk. Namun, aku mengalami perubahan hati pada detik-detik
terakhir, dan menukar isi botol.
“Ma-Maksudku, jika aku
benar-benar mabuk… Aku bahkan tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika… kamu
tahu…?”
'……'
“Dalam perbandiangan satu di
antara sejuta… Tidak, satu dari satu triliun kemungkinan kita terbawa suasana
hati, dan melangkah lebih jauh dari sebelumnya, aku akan menjadi satu-satunya
pemabuk dari kita… dan aku tidak menginginkan itu! ”
‘Jadi,
rupanya anda mengharapkan sesuatu.’
“A-Aku tidak mengharapkan apapun!
Aku cuma berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan bahaya! Ka-Kamu tahu apa
yang aku maksud ‘kan, sebagai seorang wanita dan semua… ”
'Baiklah
... anda seharusnya menikah saja sana.
Oh, tunggu, anda memang sudah menikah.’ Hayashida melontarkan keluhan sarkastik, dan
mengakhiri panggilan.
Aku mendorong telepon ke dadaku,
dan menjatuhkan diri ke lantai.
“Ugh…” Jantungku masih berdebar
kencang.
Meskipun aku tidak meminum
alkohol, kepalaku terasa panas.
“Ahh, ya ampun... Aku
seharusnya mabuk saja kali, ya.”
Jika aku mabuk seperti yang
dikatakan Hayashida, atau jika Haru tidak menganggapku pemabuk palsu… apa yang
akan terjadi? Jika intuisiku tidak mempermainkanku, maka… aku yakin Haru
terguncang. Sikap dingin dan tenangnya hancur berkeping-keping, saat aku
merasakan tatapannya yang penuh gairah. Dia benar-benar melihatku sebagai
seorang wanita. Itulah sebabnya, jika aku benar-benar mabuk, maka—
“… Tidak, itu cuma imajinasiku
saja, aku yakin.” Aku menghela nafas.
Pada akhirnya, aku tidak tahu
bagaimana perasaan Haru. Satu-satunya hal yang aku tahu pasti adalah ... bahwa
tatapan matanya masih membekas di dalam pikiranku. Meski aku tidak meminum
setetes alkohol pun, rasanya seluruh tubuhku terbakar. Kupikir ... Aku tidak
bisa tidur malam ini.
<<=Sebelumnya |
Daftar isi | Selanjutnya=>>