Chapter 2
Keesokan harinya, musim panas
yang cerah menyelimuti waktu di pagi hari.
“Pagi Ryuuto~! Aku sangat
bersemangat untuk pergi!”
Saat kami bertemu di peron
stasiun, pakaian Shirakawa-san sudah dalam mode khas musim panas.
Atasan aneh yang dia kenakan
dengan model baju bahu terbuka sepenuhnya yang hanya memiliki lengan atas
dengan lengan yang berkibar, depannya memiliki cetakan sablon bergaya tumbuhan tropis….
Model yang begini, apa itu disebut desain botani? Jadi tempat ini penuh dengan
nuansa musim panas yang abadi. Dan celana denim sobek-sobek yang dia kenakan
sangat pendek, sehingga pada saat ini aku khawatir celana dalamnya akan terus
berjumbai dan terlihat. Semua kombinasi tersebut kemudian dipadukan dengan tas
besar dan topi jerami bertepi lebar. Dia mungkin dikira akan berlibur ke Hawaii
jika berpakaian seperti itu.
“Aku sangat bersemangat, aku
berdandan dengan semua barang yang aku beli untuk liburan musim panas! Baju
renangnya juga baru dibeli ~! ”
Shirakawa-san melaporkannya
padaku dengan semangat tinggi.
“Hei, hei, bagaimana
menurutmu?”
“Ya. ….baju itu sangat cocok
denganmu.”
Saat aku memujinya,
Shirakawa-san tersenyum seperti bunga matahari yang sedang mekar.
“Yaaaay!”
Sambil terlihat sangat bahagia
dia mungkin melompat di tempat, dia langsung meraih lenganku.
“Ayo! Ayo cepat naik kereta,
dan pergi ke laut!”
Hari ini, atas saran
Shirakawa-san, kami memutuskan untuk pergi ke daerah Enoshima. Sepertinya saat
dia masih kecil, dia pergi ke sana bersama keluarganya dengan mobil, jadi dia
ingin berkunjung ke sana setelah sekian lama.
“Shirakawa-san, apa kamu sering
pergi ke laut saat musim panas begini?”
Kami mendapat tempat duduk di
kereta dari Stasiun A dan duduk bersebelahan sambil mengobrol.
“Nnnn. Kalau sekarang sih aku
cuma sering pergi ke kolam aja.”
“Hee, tapi sepertinya kamu
sangat menyukai laut.”
“Ya. Aku memang suka laut, tapi
selalu ada cowok tukang rayu menjengkelkan jika aku pergi ke sana hanya dengan
gadis-gadis.”
“O-ooh….”
Aku secara spontan membayangkan
Shirakawa-san sedang dirayu oleh cowok tipe peselancar yang tampan, dan wajahku
berkedut.
Kemudian si cowok mengatakan
sesuatu seperti “Kenapa tidak, ayolah
cuman sebentar aja kok” dan dengan sok akrab, melingkarkan tangannya di
pinggul mulus Shirakawa-san…. Cuma membayangkannya saja sudah membuat batinku
tersiksa.
Bahkan
jika cowok yang seperti itu menembaknya saat dia masih jomblo, aku penasaran
apa dia akhirnya akan berkencan dengan cowok tersebut? Dan kemudian
diselingkuhi….
“Jadi, kamu tahu, aku cuma bisa
pergi ke sana ketika aku punya pacar, tapi belakangan ini, aku sering jomblo
kalau di musim panas, jadi itu alasannya.”
“….”
“Tapi, tahun ini pamanku….”
Saat Shirakawa-san hendak
melanjutkan berbicara, dia melihat wajahku, lalu berhenti berbicara.
“Ryuuto?”
“Hmm?….Apa ada yang salah?”
“Eh?”
Saat menanyainya, Shirakawa-san
sedikit mengernyitkan dahinya.
“Umm kamu tahu, akhir-akhir ini
tentang apa yang Ryuuto pikirkan? perasaan? Aku merasa seperti mulai sedikit
memahaminya.”
Saat aku kebingungan dengan apa
yang ingin coba dia sampaikan, dia menatap mataku lekat-lekat.
“Ryuuto, kalau membicarakan
mantan pacarku, kamu selalu memasang ekspresi
tidak nyaman, bukan.”
“Eh…. tidak, umm ”
Saat aku mulai panik karena
mengira aku akan ketahuan, Shirakawa-san berbicara dengan wajah serius.
“Kamu tidak perlu cemas, oke? Aku
tidak punya kontak dengan mereka lagi sekarang, maksudku dengan mantan pacarku.
Ketika aku putus dengan seseorang, aku selalu menghapus seluruh akun LINE-ku.
Dan hanya itu yang aku miliki untuk alamat kontak. Aku mendapat banyak keluhan
dari teman-temanku.”
“Ya-ya…. Aku mengerti"
Aku
tidak meragukanmu, Shirakawa-san. Ini cuma masalah perasaanku.
“Aku minta maaf karena membuatmu
khawatir. Bukannya aku meragukanmu atau semacamnya oke.”
“Benarkah?”
“Ya. Ini pertama kalinya aku
berpacaran, jadi ada banyak hal yang tidak biasa aku lakukan…. Aku yakin aku
akan segera terbiasa .”
“Benarkah….?”
Shirakawa-san terlihat tidak
yakin sepenuhnya, tapi sepertinya dia memutuskan untuk mengakhiri topik itu.
“Jadi kamu tahu…. Hah? Tadi
kita membicarakan apa? ”
“Eh? Apa ya? Aku lupa”
“Baiklah. Oh iya, jadi aku
mulai memainkan game baru sejak tadi malam,”
Setelah itu, Shirakawa-san
mulai membicarakan tentang permainan puzzle di ponselnya. Aku juga
mengunduhnya, lalu kami memainkannya sambil saling mengirim nyawa. Dan sebelum
aku menyadarinya, kami sudah tiba di Fujisawa.
Dari daerah Fujisawa, kami
beralih menaiki jalur Enoshima selama lima perhentian. Setelah sekitar satu
setengah jam dari Stasiun A, kami akhirnya tiba di Enoshima.
◇◇◇◇
Dan akhirnya kami sampai juga di
pantai Enoshima.
Pantai berpasir putih ini sudah
dipenuhi dengan kerumunan orang, dan matahari bersinar cerah dengan terangnya.
Dan melihat sosok gadis gyaru berkacamata hitam, atau lelaki tua bertubuh kekar
dengan gaya rambut undercut dan mengenakan
pakaian renang sembari menyalakan musik yang sangat nyaring dan ceria sebagai
BGM sudah cukup membuat diriku yang muram merasa gugup.
Kami berdua mencapai pondok
pantai dan meminjam loker untuk bersiap-siap. Aku selesai berganti pakaian
lebih cepat dari Shirakawa-san dan sekarang dengan gugup menunggunya di luar.
Baju
renang Shirakawa-san…. Baju renang Shirakawa-san…. Membayangkannya saja sudah
membuat tekanan darahku naik. Jika aku melihat sosok Shirakawa-san dengan baju
renang di pantai berpasir seperti ini, rasanya kakiku akan terbakar jika
bertelanjang kaki…. Aku ingin tahu apa aku akan terkena sengatan panas dan
pingsan.
Baik-baik
saja. Aku sudah melakukan cukup banyak pelatihan imajinasi tadi malam, jadi
tidak peduli seberapa perjakanya aku….
Kemudian….. saat itulah hal itu
terjadi.
“Hayoooo tebak siapa!”
Tangan yang mulus nan ramping
tiba-tiba menutupi mataku, dan aku bisa mendengar suara manis dari dekat
telingaku, serta aroma wangi buah atau bunga tercium hidungku.
“… .Shi-Shirakawa-san?”
Aku terlalu terkejut sehingga aku
akhirnya membuatnya menjadi pertanyaan. Tidak ada orang lain lagi selain
Shirakawa-san.
Meski hanya tangannya, sentuhan
kulit yang tak terduga dan napasnya yang bisa kurasakan dari dekat membuat
otakku memanas, dan rasanya seperti akan meleleh.
“Betuuuuull!”
Pandanganku kembali cerah, dan aku
berbalik ke belakang.
Di sana ada….
“Ta-da! Bagaimana?”
Shirakawa-san dalam balutan
bikini.
“….”
Baju renang Shirakawa-san
bahkan lebih menakjubkan dari yang aku bayangkan.
Bikini bermotif bunga memiliki
desain stylish yang mempercantik tubuh proporsionalnya. Di antara banyak wanita
yang mengenakan hoodie atau legging untuk melindungi diri dari sengatan
matahari, penampilan bikini yang berani dari Shirakawa-san tidak hanya terlihat
seksi, tetapi juga terlihat sehat.
Aku tidak bisa mengalihkan perhatianku
dari baju renang berbentuk bra yang menopang kedua payudaranya yang tampak
berat. Biasanya, hanya siluet belahan dadanya yang mengintip dari seragam
blusnya (Meski begitu, itu membuat
jantungku berdebar-debar), tapi sekarang aku bisa dengan jelas melihat
belahan dadanya secara penuh dan bahkan bentuk montoknya. Lekukan tubuh dari
pinggul ke pahanya juga cukup menawan dan indah.
Aku
tidak percaya kalau gadis cantik dengan sosok seperti bidadari ini adalah
pacarku…. Sekolah kita tidak memiliki kolam renang, jadi kurasa tidak ada teman
sekelas kita yang pernah melihat Shirakawa-san seperti ini.
Cuma
berada di sampingnya saja sudah membuatku gugup, tapi jika aku menghabiskan
sepanjang hari dengan Shirakawa-san yang berbikini …. Dan kemudian, jika
kebetulan ada sentuhan kulit ke kulit…. Ah, ini buruk, kepalaku akan terasa
gila jika terlalu memikirkannya. Aku juga mengenakan pakaian renang, jadi aku
ingin menghindari terlalu terangsang.
“Eh, apa? Kelihatan aneh ya?”
Saat aku melihat Shirakawa-san
memeriksa seluruh tubuhnya, aku menggelengkan kepalaku dengan panik sambil
memuji penampilannya di otakku.
“Tidak! Jadi umm, itu….! ”
“Eh? Apa, apa?”
Tampak girang, Shirakawa-san
langsung mendekatiku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari tubuhnya yang
menawan dan hampir telanjang.
Ah,
ini, bukan itu. Aku sangat malu sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Ini
menjengkelkan, tapi ini di luar kendaliku….
“Hei, hei ~! Apa kamu senang bisa
pergi kencan bersama gadis yang mengenakan bikini? ”
Shirakawa-san terus menggodaku
seolah-olah reaksiku semenarik itu.
“Shi-Shirakawa-san….!”
“Aha, wajah Ryuuto semuanya
merah ~!”
Saat dia mengatakan itu,
Shirakawa-san meraih tanganku dan menarikku ke tepi air.
“Ayo! Jika kita tidak cepat,
musim panas akan berakhir ~! ”
“In-Ini baru saja dimulai, oke!”
Meski detak jantungku menjadi
tak beraturan karena suhu tubuhnya, dan aku merasa malu karena pipiku yang memerah,
aku entah bagaimana bisa mengendalikannya.
“Nee, Ryuuto. Apa kamu bisa
mengoleskan tabir surya padaku? ”
Saat aku sedang menggelar matras
piknik di pasir pantai, Shirakawa-san mengatakan hal itu padaku.
“Aku tidak bisa menggapai punggungku,
jadi…. bisa enggak?”
Ap-Apa
yang dia katakan !?
“… .Ya-ya.”
Aku mengangguk sambil menelan
ludahku.
Menempatkan tabir surya di
punggung Shirakawa-san berarti…. Tentu saja, itu berarti aku akan menyentuh
kulitnya.
“Terima kasih! Kalau begitu, di
sini.”
Dan Shirakawa-san memberiku
botol tabir surya, lalu berbaring telungkup di atas matras.
Berbeda dengan bagian depan
dimana terdapat pakaian yang layak, di bagian belakang baju renang hanya
terdapat tali sehingga tidak terlalu berlebihan kalau bagian atas tubuhnya
hampir telanjang.
Punggung
putih yang lembut…. ramping, tapi garis pinggul bulat terangkat….
Sial.
Otakku terasa seperti mendidih….
“Ka-kalau begitu, aku akan
mengoleskannya sekarang ....”
“Yaaaaa, tolong lakukan!”
Berlawanan denganku yang gugup
dan grogi, Shirakawa-san membalasku dengan suara yang santai dan ceria.
Ketika aku menyentuh kulit
putihnya dengan tanganku yang terolesi tabir surya di atasnya, telapak tanganku
meluncur dengan mulus di kulitnya. Meski
sudah jelas, rasanya sedikit hangat, dan ini sensasi menyentuh yang membuatku
ingin terus melakukannya selamanya…. Aku akan dicap sebagai bajingan jika
ketahuan sedang memikirkan hal seperti itu, jadi aku berpura-pura hanya
melakukan pekerjaanku, dan diam-diam mengoleskan tabir surya.
“Ah, oleskan juga di bawah baju
renang! Kamu tinggal mengangkat talinya.”
Dia sepertinya menyadari kalau
entah bagaimana aku menghindari area di sekitar tali bikini dan memanggilku
tentang itu.
“O-ofu !? … .Ya, aku mengerti ”
Aku
menjadi tersipu dan akhirnya membuat suara yang aneh, tapi aku ingin tahu apa
dia menyadarinya.
Dengan jantung yang
berdebar-debar, aku memegang tali itu dengan tangan kiri dan menggerakkan
tangan kananku untuk mengoleskan tabir surya di bawahnya. Punggungnya masih
terasa sama, tapi entah kenapa jantungku berdegup jauh lebih kencang dari
sebelumnya.
“Pfft!”
Shirakawa-san tiba-tiba
mengeluarkan suara tawa yang ditahan, lalu tanganku berhenti.
“Ad-Ada apa?”
“Cara Ryuuto menyentuh, entah
kenapa rasanya geli~”
“Ah maaf….”
Aku bingung apa aku boleh terus
menyentuh kulitnya dengan tabir surya yang lengket seperti ini, jadi sebagai
hasilnya aku menyentuhnya dengan hati-hati.
Ngomong-ngomong,
suara Shirakawa-san barusan, benar-benar terdengar erotis….
Aku menekan rasa terangsangku,
dan karena aku merasa aliran darah akan berkumpul di satu tempat, setelah itu
aku terus memikirkan tabel perkalian tiga belas sambil berubah menjadi mesin
pengaplikasian tabir surya khusus.
“Makasih, Ryuuto!”
Setelah selesai mengoleskan
tabir surya, Shirakawa-san dengan penuh semangat mengucapkan terima kasih dan
bangkit.
“Tidak, terima kasih banyak
juga….”
“Eh? Untuk apa?”
“Eh !? Tidak, itu bukan apa-apa
”
Sial,
suara batinku keceplosan.
Aku
baru saja mengoleskan tabir surya, namun mentalku sudah lelah dan lemas. Aku
mengirimkan rasa hormatku kepada semua pacar di dunia yang dengan tenang pergi
berenang di kencan laut.
Aku
ini menyeramkan, ‘kan…. Kenyataan kalau aku masih perjaka sangat terlihat jelas.
Ketika melihat sekeliling, aku
kewalahan oleh perilaku bermartabat dari cowok lain yang datang ke sini dengan
pacar mereka.
Mungkin banyak dari mereka
adalah penduduk setempat, tapi kulit mereka sudah terlihat agak kecokelatan,
mereka ramping tapi berotot, dan aku merasa gaya rambut mereka juga sangat bergaya.
Benar sekali. Hanya para riajuuu yang
berpikir untuk berkencan dengan pacarnya di laut.
Ketika aku melihat seorang
cowok yang terlihat seperti anak SMA berjalan dengan pacarnya berbikini dengan menaruh
tangan di pinggang pacarnya, aku secara spontan ingin bertanya kepadanya “Kamu,
sudah berapa banyak kehidupan yang kamu jalani?”. Orang yang ceria itu luar biasa.
Tentunya,
mantan pacar Shirakawa-san juga…. Dibandingkan dengan itu, aku….
Kalau
dipikir-pikir lagi, aku merasa malu karena tampaknya aku ini tipe di dalam
ruangan, dengan tubuh pucat dan sebagainya. Bahkan baju renang ini, itu adalah
barang vintage yang aku beli saat SMP kelas 3 ketika aku dan temanku entah
bagaimana pergi ke kolam renang demi menghilangskan stres karena belajar untuk
ujian.
Aneh
sekali, bukan, cowok sepertiku berada di tempat seperti ini bersama dengan
gadis yang begitu manis….
“Ryuuto!”
Saat Shirakawa-san memanggilku,
bola merah muda terbang ke udara di depan mataku dan aku secara refleks
menangkapnya dengan kedua tangan.
Ternyata ini bola pantai. Shirakawa-san,
yang sudah duluan menuju laut sebelum aku menyadarinya, melempar bola ke
arahku.
“Ayo cepat ke laut! Ayo, ke
sini ~! ”
Ketika aku melihat senyum
berseri-seri menghiasi wajahnya, hal-hal yang baru saja aku pikirkan tampak
sedikit tidak terlalu penting.
“Aku datang!”
Aku membalas kembali
Shirakawa-san. Lalu aku juga menuju ke laut.
Dan seperti itu, kami memasuki
laut dan memainkan lempar bola dari jarak dekat.
“Terima ini, Ryuuto!”
“Hya!”
“Ambil ini ~!”
“Ini!”
“Kya, aku terciprat ~!”
Jarak kami tidak terlalu jauh,
jadi sepertinya semprotan dari tanganku menghantam bola dan memercik ke wajah
Shirakawa-san.
“Ah, maafkan aku!”
Kemudian, Shirakawa-san
menunjukkan senyum nakal.
“Lalu, ini balasannya!”
“Wah!”
Wajahku disiram air, dan rasa
amis serta asin menyebar ke mulutku.
“Kamu yang memulainya duluan,
Shirakawa-san”
“Ehehe~”
Shirakawa-san menoleh ke arahku
dengan wajah jahil.
“….Baiklah, ini dia!”
“Kyaaaa!”
Saat aku menyiramkan sedikit
air, Shirakawa-san berbalik dan berusaha menghindar. Kemudian dia segera
menyerop permukaan air dengan tangannya dan melemparkannya ke arahku.
“Wah!”
Karena tidak mau kalah, aku
mengembalikan sedikit cipratan air. Aku menyipratkan secukupnya karena aku
pikir akan buruk jika wajahnya, yang mungkin sudah dirias, menjadi basah,
tetapi di sisi lain tidak kenal lelah, jadi aku lambat laun menjadi agresif.
“Ahaha, hentikan itu, Ryuuto!”
“Kamu juga!”
Pada pertengahan musim panas di
bawah terik matahari, kami berdua tertawa gembira layaknya anak kecil yang
sedang menikmati bermain air.
◇◇◇◇
Aku tidak tahu sudah berapa
lama kami bermain. Setelah kami saling menyipratkan air, kami naik pelampung
sewaan secara bergantian dan saling menenggelamkan, atau sekadar bermain-main
di air. Dan sebelum kita menyadarinya, posisi matahari sudah berubah drastis.
Shirakawa-san adalah orang
jenius dalam membuat orang menikmati diri mereka sendiri. Aku mengira kalau
laut hanya ada untuk para riajuu dan sebelum aku jadian dengan Shirakawa-san, aku
dulu sempat penasaran apa yang bisa anak SMA lakukan di laut. Dan tanpa aku
sadari, aku menemukan diriku benar-benar menikmati laut.
“Uwaa, rambutku kusut semua.”
Saat kami memutuskan untuk
istirahat sejenak dan duduk di atas matras yang sudah kupersiapkan,
Shirakawa-san meremas rambutnya sambil tertawa.
“Aah, tadi seru banget.”
Shirakawa-san mengikat
rambutnya sebelum memasuki laut, tapi itu semua sia-sia. Tidak heran rambutnya
basah semua karena dia habis kecebur dari alat pelampung.
“Kamu lapar enggak?”
“Aku rasa begitu. Ayo kita
makan sesuatu.”
Dan kemudian kami pergi ke
sebuah warung dan membeli yakisoba serta takoyaki, lalu makan di atas alas yang
tersebar di pantai berpasir.
Setelah mengisi perut kami,
Shirakawa-san menghela nafas dan melihat ke atas langit.
“Aku sangat senang cuacanya
bagus hari ini ~!”
“Kamu benar. Aku dengar kalau
ada topan yang mendekat dengan cepat, tapi aku ingin tahu apa topannya akan
hilang.”
Mendengar tentang topan yang
terjadi tepat saat musim hujan berakhir membuatku benar-benar berpikir kalau negara
Jepang akhir-akhir ini sedang mengalami cuaca yang tidak normal.
“Mungkin berkat perbuatan
baikku sehari-hari ~! Ryuuto seharusnya berterima kasih, oke? ”
Sebenarnya tidak ada yang perlu
aku ucapkan, jadi aku hanya membalas “Sepertinya begitu” sambil tersenyum, dan menghabiskan
sisa ramune yang aku minum tadi.
Meski aku sudah sangat
terbiasa, tapi masih membuatku gugup…. ketika aku duduk berdampingan seperti
ini dengan Shirakawa-san dalam penampilan bikininya, dan pada jarak di mana
hanya sedikit gerakan saja aku bisa menyentuh kulitnya.
Berbicara
tentang bikini.
“… Umm Shirakawa-san, ada
sesuatu yang belum sempat aku katakan sebelumnya.”
Hal tersebut masih terjebak di
tenggorokanku sepanjang waktu sekarang karena suatu alasan, jadi aku ingin memberitahunya
meski sudah terlambat.
“Hmmm?”
Shirakawa-san menoleh dengan
wajah penuh penasaran. .
“Bwhaju, baju renang….”
Sial.
Aku menggigit lidahku. Tapi, aku sudah membahasnya. Jika aku berhenti di sini,
aku akan terlihat mencurigakan.
“Eh? Baju renang?”
Shirakawa-san menungguku
selesai berbicara dan terus menatapku. Merasakan tekanan itu, aku melanjutkan
dengan pipi memerah.
“Baju renang itu…. te-terlihat
sangat bagus untukmu ”
Saat aku akhirnya
mengatakannya, pipi Shirakawa-san langsung berubah semerah tomat.
“Ryuuto….”
Mata besar itu menjadi lembab
dan berkilau, dan Shirakawa-san mulai berbicara dengan nada tersipu.
“Ke-kenapa kamu baru mengatakannya
sekarang ~ !? Bukannya itu licik !? ”
“Eh, apa !?”
“Aku tidak menyangka kamu
memujinya!”
Setelah membuat keributan
seolah menyembunyikan rasa malunya, Shirakawa-san tersenyum senang dengan
“Ehehe”
“Tapi terima kasih. Baju renang
ini imut banget, ‘kan? Aku membelinya saat berbelanja dengan Nikoru bulan lalu!
Aku sudah mencoba sekitar tiga puluh, jadi seperti yang diharapkan, Nikoru jadi
agak kesal dan berkata 'Kenapa kamu tidak
bisa memutuskan mana yang mau kamu beli?' ”
“Itu, pastinya….”
Yamana-san,
kamu benar-benar teman yang baik….
“Jadi begini, ketika aku
memberitahu Nikoru kalau aku akan pergi ke laut, dia langsung datang setelah
pekerjaan sambilanya dan merapikan kukuku! Lihat, lihat ~! ”
Kemudian Shirakawa-san
merentangkan tangannya di depanku.
“Dia membuat desain yang cocok
dengan pakaian renangku! Bukankah menurutmu dia itu dewa? Ini imut banget, kan
!? ”
“Ya, itu luar biasa,”
Aku pikir kukunya dicat oleh
seseorang dari salon kecantikan. Jika kamu melihatnya dari sudut pandang
seseorang sepertiku, yang tidak apa-apa tentang mode, kukunya sudah terlihat
sempurna.
“Mumpung sudah masuk liburan
musim panas, jadi aku membuatnya terpahat.”
“Dipahat?”
“Aku pikir itu disebut
dipanjangin? Maksudnya, menumbuhkan kuku pendek secara artifisial! Mereka lebih
kuat dari kuku alami, dan kamu juga bisa menyesuaikan desainnya, lho.”
“Hee.”
“Hal itu membuat kuku milikku
jadi lebih indah, ini sangat cocok untuk liburan musim panas!”
“Ah, tapi minggu depan kita
masih ada sekolah, tahu?”
Kami masih harus masuk sekolah
sehari untuk upacara akhir semester. Kemudian setelah menerima lembar jawaban
dan rapor ujian UAS yang belum dikembalikan, liburan musim panas resmi dimulai.
“Yah, ini hanya sedikit
permulaan~”
Kemudian Shirakawa-san
mengedipkan mata.
“Pokoknya, aku sangat suka kuku
ini! Oh benar juga, aku mau ambil fotonya dengan laut, dan mempostingnya di Insta
~! ”
Usai bilang begitu,
Shirakawa-san langsung meraih ponselnya dan mengulurkan tangannya ke arah laut.
Kemudian sesi foto dimulai sambil menekuk jari-jemarinya.
Aku mengawasinya yang sedang
asyik berfoto dalam diam.
Meski yang ditampilkan cuma tangannya
saja, mungkin karena sudah refleks, dia secara otomatis membuat wajah imut saat
mulai memfoto. Ekspresinya itu tampak menggemaskan.
Lalu, tatapan mata kami bertemu
saat Shirakawa-san dengan santai menoleh ke arahku.
“….Ah maaf!”
Dia kemudian buru-buru
meletakkan ponselnya.
“Aku sudah selesai. Kamu pasti
merasa bosan, ‘kan?”
“Tidak juga kok.”
Aku menggelengkan kepalaku, dan
menunjuk ke kuku Shirakawa-san.
“Itu, bukannya itu tertulis 'L'
di jari manismu? Apa itu inisial? ”
Saat aku bertanya, wajah
Shirakawa-san tiba-tiba menjadi cerah.
“Benar sekali! Ini perbuatan
Nikoru tau ~! Harunya ditulis dengan huruf 'R' untuk 'RUNA', tapi dia malah
membuatnya menjadi 'L' untuk menyesuaikan dengan nama dewi bulan LUNA,
katanya.”
“Ya, aku sempat kepikiran begitu
juga.”
Aku tidak tahu apa itu beneran
nama dewi bulan, tapi aku ingat kalau kata "LUNA" adalah kata yang
selalu berhubungan dengan bulan.
“Aku terkejut kamu bisa
menyadarinya ~! Luar biasa! Aku senang tau!”
Shirakawa-san, yang menaikkan
suara dengan nada kekaguman, tiba-tiba mengerutkan kening.
“… .Ryuuto, kamu tidak
mengatakan sesuatu seperti 'Bukannya
punya kuku begitu bakalan ngeganggu?', ‘kan”
“Eh….?”
Saat aku kebingungan dengan apa
yang dia bicarakan, dia membuat ekspresi muram dan melanjutkan.
“Misalnya seperti ‘Emangnya kamu bisa beres-beres rumah dengan
kuku yang be itu?' Atau 'Memangnya
kamu bisa mencuci tangan dengan benar?' Atau 'Cowok tidak suka hal semacam itu, jadi apa gunanya melakukannya?'
Atau 'Rasanya sakit kalau kena badanku,
jadi aku tidak menyukainya, ', kamu tidak berpikiran begitu, ‘kan?”
“Eh?”
Kenapa
dia bisa mengatakan itu dengan lancar…. saat aku memikirkannya, aku
tersadar.
Semua
perkataan itu, mungkin, kata-kata yang dikatakan mantan pacar Shirakawa-san.
Aku
yakin, mungkin itu masalahnya.
“Tidak, aku tidak berpikiran
begitu. Justru…. Jika aku memang punya keluhan begitu, aku takkan mengatakannya
dengan lantang.”
Jika
itu masalahnya, aku akan menjawabnya dengan jujur tentang
perasaanku.
“Maksudku, Shirakawa-san suka
mengecat kuku, ‘kan? Meski itu sedikit membuatmu tidak nyaman, kamu
melakukannya karena kamu suka melakukanya, ‘kan? ”
“Ya-ya…. Benar. Itu benar
sekali.”
Shirakawa-san setuju denganku
sambil terlihat bingung.
“Kalau memang begitu…. Kenapa
tidak? punya satu atau dua hobi sangat wajar sekali, itulah yang kupikirkan.”
Setidaknya,
aku merasa kalau aku tidak berhak mengkritik kesukaannya.
Lagi
pula, jika orang lain memberitahuku sesuatu seperti "Jika Kamu menonton
sesuatu seperti video KEN, Kamu tidak akan menjadi populer, tahu? Mengapa kamu
tidak berhenti menjadi orang yang menyeramkan? ”, Dan, bahkan misalnya pacar
yang sangat aku cintai mengatakan hal itu kepadaku, aku akan membencinya.
Aku
takkan sembarangan mengkritik kesukaan orang lain. Aku memang tidak mengerti
apa-apa tentang masalah kuku, tapi bagi Shirakawa-san, itu mungkin sesuatu yang
luar biasa.
“Selain itu…. Saat
Shirakawa-san membicarakan hal-hal yang kamu suka, kamu terlihat sangat
bersemangat dan….”
Meski aku bisa mengucapkan
kata-kata dengan lancar ketika memikirkannya di kepalaku, aku menjadi malu
ketika mencoba mengatakannya dengan lantang, dan akhirnya malah ragu-ragu untuk
menyuarakannya.
“…. sa-sangat imut.”
Aku berhasil mengatakannya
dengan gumaman kecil dan melihat ke arah Shirakawa-san.
Shirakawa-san tersipu, dan
mengerucutkan bibirnya karena malu.
“Mmouu~…. Ryuuto emang terlalu
baik, deh.”
Dia mengatakannya dengan nada agak
marah, dan memeluk lututnya. Dan kemudian, dia meletakkan wajahnya di atas
lutut, dan dengan pipi memerah, dia menatapku dengan mata yang menengadah.
“Jika kamu mengatakan sesuatu
seperti itu, dan terus memanjakanku, lama-lama aku akan menjadi gadis yang
egois, tahu? Apa itu tidak apa apa?”
Im-Imutnya….
Dia
imut banget.
“… .It-Itu bagus, itu bagus….
Ah, baiklah, nggak masalah.”
Saat aku mencoba menahan
perasaan untuk pingsan karena tidak tahan dengan keimutan Shirakawa-san,
balasanku jadi agak kaku. Demi menutupi perasaan tersebut, aku terus
melanjutkan.
“Sebenarnya…. Shirakawa-san,
kamu boleh bersikap sedikit egois, loh.”
Lagipula,
itu karena Shirakawa-san benar-benar gadis yang baik. Dia gadis yang terlalu
baik, dia bahkan akan memprioritaskan perasaan orang lain ketimbang dirinya
sendiri.
“Setidaknya, saat berada di
dekatku…. Kamu setidaknya boleh menjadi sedikit egois. Aku mungkin terlihat
tidak dapat diandalkan, namun bagaimanapun juga aku ini….pa-pacarmu.”
Uwaa
sok banget! Apa aku tipe cowok yang bisa mengatakan itu !?
Tepat setelah aku mengatakan
itu, suara batinku menyindir diri sendiri, dan wajahku menjadi panas membara.
Tetapi, ketika aku mencoba
untuk menyampaikan perasaan jujur ku, hal
ini terjadi.
“….Begitu
ya.”
Ekspresi Shirakawa-san terlihat
seperti dia tiba-tiba merasakan sakit di hidungnya dan memalingkan wajahnya ke
sisi lain.
“Seorang pacar, eksistensi
semacam itu, bukan…. Ini pertama kalinya aku menyadarinya.”
Suara yang dia keluarkan
terdengar sedikit sengau.
“… .Shirakawa-san.”
Apa
dia menangis? Segera setelah aku memikirkan hal itu, aku
menjadi khawatir, jadi aku mencoba memanggilnya.
“Shirakawa-sa….”
“Nee, Ryuuto.”
Kemudian, dia memanggil namaku
dengan nada meringis.
“Hmm?”
“Kalau begitu…. boleh aku
langsung mengatakan sesuatu yang egois? ”
“Apa itu?”
Saat aku penasaran apa yang
akan dia katakan, Shirakawa-san lalu menghadap wajahku. Dia mengusap mata yang
menjadi merah dengan kedua tangannya, dan mengangkat suara manja sembari bercanda.
“Ramune, ambilkan aku sebotol
lagi dong~! Cuacanya terlalu panas dan aku tidak punya cukup cairan sama
sekali! "
“Aku memang bilang kamu boleh
jadi egois, tapi bukannya malah membuatku jadi pesuruh duh.”
Saat aku menyindirnya dengan
tawa, wajah Shirakawa-san menjadi lebih tersipu.
“Ah, tunggu. Aku akan memberimu
uang "
“Tidak usah, cuma 200 Yen ini
kok.”
Aku berdiri sambil berkata begitu,
lalu menuju ke warung yang menjual minuman.
… .Seperti yang kuduga, Shirakawa-san memang menangis.
Aku memikirkan bekas luka yang
dia bawa dari hubungan masa lalunya, dan sekali lagi, aku bersumpah dalam hati
untuk membuatnya bahagia.
◇◇◇◇
Setelah itu, kami bermain-main
lagi di laut, lalu mandi di pondok pantai, berganti pakaian, dan meninggalkan
pantai sebelum matahari terbenam.
“… Entah bagaimana, cuacanya
semakin buruk, ‘kan ya”
Saat kami menyadarinya, langit
di atas sudah benar-benar gelap tertutupi awan mendung yang tebal. Angin yang
bertiup sudah terasa dingin, dan udaranya lembap seperti sebelum badai.
“Tapi, kita sudah sampai sejauh
ini, jadi ayo naik ke atas!”
“Kamu benar.”
Kami berencana pergi ke pulau
Enoshima, mendaki bukit sampai mercusuar, dan menyantap makanan seafood, lalu
pulang.
Kondisi cuacanya semakin
mengkhawatirkan, tapi untungnya tidak turun hujan jadi kami melanjutkan rencana
kami dan menaiki ratusan anak tangga menuju puncak. Setelah mengambil berapa
banyak foto di dasar mercusuar, kami pergi ke sebuah restoran yang memiliki
menu "Ikan Teri Mentah".
“Saya minta maaf. Menu “Ikan
Teri Mentah” sedang tidak tersedia hari ini.”
Itulah yang dikatakan pelayan
kepada kami ketika kami mencoba memesan Ikan Putih Mentah di kursi yang
diperlihatkan kepada kami.
“Apa karena sudah terjual
habis?”
“Bukan, karena pagi ini ada
badai. Kami hanya bisa menyajikannya mentah pada hari yang sama saat
ditangkap.”
“Begitu rupanya. Kalau begitu, saya
pesan semangkuk nasi dua warna kaviar merah dan ikan teri goreng.”
“Saya juga sama, semangkuk nasi
tuna dua warna dan ikan teri goreng"
Kami menyelesaikan pesanan
kami, dan saat itulah aku dengan santai melihat ke luar jendela.
“… .Ah, sudah turun hujan.”
Mendengar gumamanku,
Shirakawa-san juga melihat ke luar jendela.
“Oh benar…. Ahh aku tidak
membawa payung.”
“Aku juga….”
“Padahal cuacanya bagus-bagus
saja sampai siang tadi. Sepertinya topan benar-benar akan datang.”
“Tapi, kita beruntung tidak turun
hujan saat kita di laut, ‘kan?”
“Benar sekali ~! Kita sangat
beruntung~”
Namun, pada saat mangkuk nasi
tiba dan kami berdua selesai makan, hujan semakin deras sampai-sampai kami
tidak bisa begitu santai.
“.... Bukannya makin buruk?
Hujan ini.”
Shirakawa-san bergumam dengan
cemas saat memandang hujan deras di luar.
Guyuran hujan yang menghantam
tanah begitu kuat hingga membuat area sekitar 50 sentimeter di atas permukaan
tanah terlihat berkabut.
“Tapi, percuma saja tinggal di
sini…. Bagaimanapun, kita harus pergi ke stasiun”
Kami memilih waktu saat hujan
sedikit reda, lalu pindah kesana kemari, berteduh di bawah atap rumah. Usai
jalan dan berteduh beberapa kali, entah bagaimana kami sampai di stasiun.
Akan tetapi…..
“Penangguhan operasi….!?”
Kereta yang akan kami naiki
memberi pengumuman kalau pemberangkatannya dibatalkan karena banjir di
sepanjang jalur yang disebabkan oleh hujan lebat. Tampaknya badai yang terjadi
bukan hanya melanda wilayah Enoshima, api seluruh jalur di atas tanah di
seluruh wilayah Tokyo yang lebih luas juga tidak beroperasi secara normal.
“Apa yang harus kita lakukan….”
Pas siang hari, ada banyak
orang di laut, tapi entah sejak kapan, bahkan di depan stasiun sama sekali
tidak ada orang. Bahkan orang-orang yang datang ke stasiun saat basah kuyup
naik taksi di bundaran, lalu menghilang entah ke mana begitu mereka mengetahui
penangguhan kereta.
“.... Apa kita harus pulang
dengan taksi?”
“Eh, Tidak, itu mustahil!
Bukankah ongkosnya akan membengkak? Rumahku berada di Saitama.”
“Benar juga,….”
Ketika aku mencari tahu harga
ongkosnya di smartphone, aku menjadi pucat ketika perkiraan yang muncul hampir
30.000 Yen.
Bahkan saat kami menunggu
secercah harapan, hujan semakin deras dan tidak ada tanda-tanda akan mereda.
“Sudah jam enam, ya….”
Kami berencana untuk pulang
dengan berjalan kaki pada pukul empat, tapi situasi yang tidak terduga
menyebabkan hal ini terjadi.
Apa
keretanya akan beroperasi kembali setelah hujannya reda?
Setiap
kali aku memeriksanya, status operasi berubah. Jadi misalnya, meskipun kita
naik taksi ke stasiun tempat kereta api masih beroperasi, aku tidak tahu apa
dari sana kita bisa naik kereta yang akan membawa kita sampai pulang….
Dan
ketika aku bertanya Shirakawa-san mengenai hal itu, jumlah uang yang kami
miliki cuma sekitar 9.000 Yen. Kita harus mengatur uang ini dengan hati-hati.
Setelah berpikir beberapa saat,
kami berdua menelepon orang tua masing-masing (berpura-pura kita bersama teman). Dan setelah diskusi singkat,
kami memutuskan untuk mencari penginapan yang bagus. Untungnya, besok adalah
hari Minggu dan kami berdua tidak punya rencana khusus.
Jadi, kami meninggalkan
stasiun. Namun, hujannya sangat deras sehingga sulit untuk bergerak. Dan pada
saat kami akhirnya tiba di penginapan yang cocok sambil mencari-carinya di
smartphone, kami berdua jadi basah kuyup. Wanita di meja resepsionis buru-buru
membawakan kami handuk begitu dia melihat kami.
“Menginap satu malam untuk dua
orang adalah 6.000 Yen. Sudah termasuk sarapan.”
Kami saling memandang usai
mendengar harganya. Kita bisa tinggal
disini.
“Kalau begitu, kita akan….”
“Apa satu kamar baik-baik saja?
Jika satu orang satu kamar, biayanya 5.000 Yen per orang.”
Kami saling memkamung lagi.
“Ummm….”
5.000
Yen per orang berarti 10.000 Yen untuk dua orang. Jumlahnya melebihi anggaran
yang ada. Bahkan jika kita mencari penginapan yang lebih murah sekarang, kita
akan tetap berjalan di bawah guyuran hujan lebat. Apalagi tidak ada jaminan
kalau kita bisa menemukannya.
“….Aku tidak keberatan.”
Shirakawa-san berbicara dengan
lembut sembari mengalihkan pandangannya dariku.
Jadi, kami akhirnya
menghabiskan malam yang penuh badai di sebuah kamar penginapan di Enoshima.
◇◇◇◇
Perkembangan
macam apa ini !? Kenapa malah berubah jadi seperti ini !?
Mulai
saat ini, aku akan menghabiskan malam hari di kamar dengan Shirakawa-san…. Jadi
ini artinya…. mungkin…. mungkin… .kemungkinan besar kalau kita akan
melakukannya !?
Aku
baru saja memikirkannya, tapi satu bagian tubuhku, aku tidak mau mengatakan
sebelah mananya, sudah menjadi panas.
“Ah, kamarnya lebih bagus dari
yang diharapkan~”
Kamar yang ditunjukkan kepada
kami adalah kamar bergaya Jepang dengan luas sekitar 10 tikar tatami. Karena
ruangan ini tidak memiliki ruang seperti beranda dekat jendela, tampilannya
tampak seperti kamar nenek pedesaan dan memberikan kesan yang agak nostalgia.
“… .Shirakawa-san, kenapa kamu
tidak mandi duluan saja? Kamu kedinginan, ‘kan?”
“Eh, tapi bagaimana dengan
Ryuuto?”
“Aku mau ganti baju dulu, jadi
enggak usah khawatir.”
Kudengar penginapan ini
memiliki pemandian umum yang besar, jadi kami memutuskan untuk masuk secara
bergantian. Lalu aku melihat Shirakawa-san keluar dari kamar.
Dan kemudian aku mengganti
pakaianku yang basah kuyup menjadi yukata
yang diberikan kepada kami. Setelah itu…. Aku ambruk ke atas lantai tatami
ruangan
ENGGAK
USAH KHAWATIR DENGKULMUUUUUU ~~~~~~~!
Apa-apaan
dengan itu? Apa maksud perkataan Shirakawa-san tadi.
──Aku,
tidak keberatan.
Maksud
“Aku tidak keberatan” ini, “Aku tidak keberatan” yang macam apa?
Apa
dia tidak keberatan kalau kita tinggal di kamar yang sama, atau…. apa dia tidak
keberatan kalau kita melampaui "titik
itu" !?
Sudah
sebulan sejak aku menembaknya, lalu mengunjungi kamar Shirakawa-san segera
setelah itu, lalu melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman seksual
pertamaku yang berharga.
Mungkinkah
kali ini…., Shirakawa-san…. ingin berhubungan seks denganku?
Dan
kemudian, dia bingung kapan harus mengatakannya, jadi perkataan tadi tak
sengaja keceplosan?
Aku
tidak mengerti. Aku bukan Shirakawa-san jadi aku sama sekali tidak mengerti.
Tapi…. tidak, tapi tetap saja….
Mungkin
malam ini, aku akan menjadi satu
dengan Shirakawa-san….?
Setelah
enam belas tahun dilahirkan ke dunia ini…. Saat di mana aku mengucapkan selamat
tinggal pada kehidupan perjaka ini, akhirnya tiba juga, begitu rupanya.
Aku
penasara, bagaimana rasanya tidak perjaka lagi? Apa itu akan memberiku lebih banyak
ketenangan, dan membantuku tumbuh bahkan sebagai manusia….?
Memikirkan hal seperti itu
membuatku gelisah, jadi sambil menunggu Shirakawa-san selesai mandi aku
akhirnya melakukan sit-up secara misterius. Mungkin karena iri terhadap pria
macho yang aku lihat pada siang hari di pantai.
“Terima kasih sudah menunggu,
Ryuuto”
Ketika Shirakawa-san kembali
dengan yukata, aku berkeringat deras.
“Apa ada yang salah? Apa AC-nya
tidak berfungsi? ”
“Tidak, aku baru saja melakukan
sit-up….”
“Eh, itu mengejutkan! Jadi kamu
melakukan itu? Aku mau menyentuh perutmu sedikit, dong!”
Shirakawa-san mengangkat suara
polos dan mendekatiku.
“Eh, Tidak….!”
Ini cuma keinginan sesaat cowok
yang suram untuk berolahraga jadi aku tidak bisa melenturkan ototku sampai aku
membiarkan orang lain menyentuhnya. Lebih
penting lagi, jika Shirakawa-san menyentuhku sekarang…. Aku akan segera
meringis.
Mungkin memikirkan reaksiku,
tangan Shirakawa-san mendadak berhenti.
"Ah…. Maaf"
Dia tiba-tiba berubah dari yang
tadinya bersemangat menjadi canggung, dan menarik tangannya.
Kemudian, dia menatapku dengan
senyuman yang sepertinya menyadari sesuatu.
“Ryuuto juga harus masuk ke
sana. Kalau tidak salah namanya mandi batu, ya? Rasanya bikin menyegarkan, lho”
“Ya-ya…. Kamu benar"
Seolah ingin melepaskan diri
dari suasana canggung yang mulai melanda, aku menuju ke pemandian umum yang
besar.
Apa-apa
dengan itu? Kali ini apa lagi?
Permintaan
"maaf" tadi, apa maksudnya itu….
Apa
karena aku terlihat seperti aku akan membencinya jika disentuh? Atau sebenarnya
"Aku tidak ingin berhubungan seks hari ini tapi aku melakukan sesuatu yang
menjurus, jadi .. maaf"… ..
Tapi,
jika memang begitu, bagaimana dengan kalimat "Aku tidak keberatan"
dari sebelumnya….?
Begitu memasuki bak mandi
sambil memikirkan hal seperti itu, aku tidak tahu apakah aku mencuci kepala
atau hanya membuatnya basah. Dan aku merasa seperti aku keramas dua atau tiga
kali. Pada saat aku membilasnya, aku menyadari kalau kulit kepalaku sudah bersih
melengking.
Ngomong-ngomong, apa yang
Shirakawa-san sebut sebagai "pemandian batu" hanyalah bak mandi biasa
yang sedikit lebih besar dari bak mandi rumah tangga biasa, dan hanya
dikelilingi oleh dinding dekorasi seperti batu. Ini adalah penginapan dengan
harga terjangkau yang dapat dikunjungi oleh anak SMA dalam waktu singkat, jadi aku
tidak dapat mengajukan keluhan apa pun.
Ketika aku kembali ke kamar,
Shirakawa-san sedang menonton TV sambil minum teh.
“Topannya .. akan lewat malam
ini, kata berita. Syukurlah, kita bisa pulang besok”
“Be-Begitu…. Itu bagus.”
Masalah tentang topan
benar-benar tak terppikirkan di kepalaku.
Aku bisa merasakan betapa
kuatnya derasan hujan dan hembusan angin di luar meskipun aku berada di dalam
kamar. Kadang-kadang jendela berguncang dan mengeluarkan suara keras yang cukup
untuk memberiku perasaan takut sesaat.
“….!”
Lalu, aku berjalan ke dalam
ruangan dan mataku tertarik pada dua kasur yang berjejer.
“Ah, seseorang dari penginapan
datang lebih awal. Saat aku bilang kita sudah makan, dia menyiapkan futon untuk
tidur kita.”
“Be-Begitu ya….”
Kami
bilang kami akan tidur dalam satu kamar, jadi itu berarti menjejer futonnya
juga, ya….
“Ryuuto, mau minum teh?”
Shirakawa-san bertanya begitu, aku hanya menganggukkan kepalaku secara ambigu
sembari membalas “Uuh, yeah” saat duduk di sisi meja persegi di sebelah
Shirakawa-san.
Shirakawa-san membuka teko di
atas meja, membuka tutup silinder dengan lubang di dalamnya yang juga ada di
atas meja, membuang daun teh bekas, lalu memasukkan daun teh baru ke dalam
teko, dan menuangkan air panas dari pot. Dia menangani alat yang aku tidak akan
tahu cara menggunakannya jika aku sendirian.
Seorang
gadis gyaru yang mahir menyeduh teh…. Sungguh sisi yang tak terduga, aku
menyukainya.
“Ini, Ryuuto”
“Terima kasih…."
Aku, yang menerima cangkir teh
berisi teh hijau, menatap lekat-lekat pada Shirakawa-san dengan perasaan
terkejut.
“… Ada apa, Ryuuto?”
Shirakawa-san menoleh ke arahku
dan buru-buru memalingkan wajahnya karena malu.
“Maksudku, jangan terlalu
sering menatapku. Aku sekarang tidak memakai riasan apa-apa, tau”
“Eh….”
Sekarang
dia mengungkitnya, benar juga. Dia baru saja selesai mandi. Tapi karena tidak ada
banyak perubahan jadi aku tidak menyadarinya.
Dan
sekarang aku coba lihat-lihat lagi, aku bahkan menemukan perbedaan seperti
ujung alisnya terlihat sedikit tipis, dan wajahnya terlihat lebih muda dari
biasanya.
Ketika
aku mencoba melihat lebih dekat seperti ini, biasanya aku takkan
memikirkannya…. tapi aku merasa Shirakawa-san tanpa riasan terasa sedikit mirip
dengan Kurose-san. Aku pikir sangat jarang sekali bisa menyadari mereka berdua
sebagai anak kembar, tapi jika Shirakawa-san yang sekarang tanpa riasan, aku
merasa seperti sedikit memahaminya.
Ngomong-ngomong
tentang Kurose-san, dia terkadang mengirimiku pesan sejak kami bertukar ID
LINE. Seperti yang dia katakan di awal, dia memintaku untuk "Membantunya
belajar". Nah, ketika aku pikir kalau itu akan terjadi cepat atau lambat,
maka dia memberiku tanggal tertentu, jadi ketika aku membalas sesuatu seperti
"Aku punya rencana hari itu" atau "Aku ada les musim panas
selama liburan musim panas" (itu bukan bohong) , dia terus menanyaiku
dengan "Lalu, kapan kamu ada waktu?”, dan balasanku agak terlambat.
Apa
ini tidak apa-apa .. Jika aku bertemu dengan Kurose-san? Dia adalah adik
perempuan Shirakawa-san, jadi aku tidak ingin memperlakukannya dengan buruk,
tapi dia tetap seorang gadis. Dan dia juga tidak punya hubungan yang sangat
baik dengan Shirakawa-san, jadi mengundangnya dan menjadikannya tiga orang
sedikit rumit. Selain itu, meskipun itu di masa lalu, aku pernah menyukai
Kurose-san, dan Shirakawa-san tidak tahu tentang itu. Kalau aku
membicarakannya, ceritanya bakalan panjang, dan menceritakannya dengan jujur bisa
menyebabkan kesalahpahaman juga…. Dan
saat aku memikirkan banyak hal dan itu jadi merepotkan, responku terhadap
Kurose-san menjadi kabur.
“Ap-Apa seburuk itu tanpa riasan?
Jangan lihat-lihat aku terus, sih~! ”
“Eh?”
Saat aku dengan linglung
melihat ke arah Shirakawa-san dan memikirkan masalah tentang Kurose-san pada
saat yang sama, Shirakawa-san menjadi tersipu malu.
“Ah, yah….. Tidak ada banyak
perbedaan, oke. Tapi….”
“Tapi?”
“Kamu terlihat sedikit lebih
muda…. Dan ma-manis sekali.”
Mulai
sekarang, mending jangan memikirkan mengenai bagaimana dia terlihat mirip
dengan Kurose-san, aku menegaskan begitu pada diriku sendiri.
“Eh, beneran?”
Pipi Shirakawa-san memerah, dan
dia menatapku dengan ragu.
“Rasanya bikin malu~! Aku tahu
itu, jangan lihat~”
“Eh, yah, menurutku kamu
terlihat baik-baik saja, kok.”
“Tidak tidak Tidak! Ayo,
mendingan kita tonton berita topan aja!”
Jadi, bersama Shirakawa-san, aku
menonton TV sambil minum teh sebentar.
Kemudian, sekitar pukul 10 malam
setelah lelah mendengar berita yang sama tentang topan berulang kali, kami
pergi menyikat gigi dan mulai bersiap untuk tidur.
Pada akhirnya, aku tidak yakin
apa yang akan dilakukan Shirakawa-san malam ini.
“… .Aku mematikan lampunya
sekarang, oke”
“Baik.”
Karena kami bersiap-siap untuk
tidur, aku menarik talinya dan mengubah lampu kamar ke mode lampu malam.
Aku menempati kasur di samping
Shirakawa-san dan menatap langit-langit kayu yang remang-remang,
Aku
tidak bisa tidur….
Mana
mungkin aku bisa tertidur dengan jantung berdebar kencang dan terangsang
seperti ini.
“… .Nee, Ryuuto”
Pada saat itu, aku mendengar
suara dari futon sebelahku.
“Ya-ya?”
“Apa kamu baik-baik saja? Apa
kamu bisa tidur? ”
Saat menengok ke samping dan
kebingungan dengan apa yang dia bicarakan, aku melihat Shirakawa-san dengan
sebgain mukanya menyembul dari futon dan menatapku dengan ekspresi gelisah.
Segera setelah itu, dia
tiba-tiba bangkit dan mendekatiku dengan lututnya.
“Ap-Apa!?”
“Sebenarnya, aku mau minta
maaf. Hujan tadi sangat deras, sampai kepalaku basah kuyup dan wajahku juga
kotor. Aku juga terlalu lelah untuk berjalan…. Aku tidak punya uang, dan
pemikiran harus berjalan-jalan mencari tempat lain membuatku kehilangan tenaga.
Intinya, aku cuma ingin cepat-cepat beristirahat, jadi aku bilang kita akan
baik-baik saja tinggal di kamar yang sama…. ”
“Aaah….”
Jadi
dia membicarakan tentang itu, ya. Jadi itu artinya tidak ada makna yang mendalam tentang seks, ya….
Aku merasa malu pada diriku
sendiri karena menjadi begitu bersemangat dan perasaan terangsangku mereda.
Pembicaraan ini sepertinya akan
berlangsung lama, jadi aku juga bangun dari futon.
“Tapi, setelah masuk kamar
mandi dan menenangkan diri, aku jadi memikirkannya lagi. Ryuuto adalah
laki-laki dan juga pacarku, jadi mana mungkin Ia bisa tetap tenang, ‘kan?
Itulah yang aku pikirkan.”
“….”
Aku
ingin tahu apa yang Shirakawa-san bicarakan…. Saat memikirkan itu,
dia semakin mendekatiku.
Di dalam ruangan yang
remang-remang, matanya yang besar menatap ke arahku.
“Mau…. berhubungan seks? ”
“….!?”
Shirakawa-san mengenakan yukata
penginapan dan area dadanya sedikit terbuka, membuat belahan dadanya terlihat
keluar. Lekukan yang membentang dari pinggang rampingnya yang dibalut dengan
obi biru tua hingga pinggulnya yang bulat benar-benar membuatnya terlihat seperti
putri duyung dan sangat seksi. Api yang dulu mereda di dadaku untuk sesaat
berkobar dengan liar. Aku bisa merasakan tubuhku dengan cepat menjadi panas dan
tegang.
“Apa…. Apa kamu tidak keberatan,
Shirakawa-san?”
Aku berhasil mengeluarkan suara
serak dari tenggorokanku yang kering.
“Perasaan ingin berhubungan
seks atas kemauanmu sendiri, masih belum ada, ‘kan….?”
Aku
sudah menuju ke arah ingin untuk berhubungan seks, namun, aku mencoba untuk
terlihat baik di depannya pada awalnya jadi aku setidaknya harus memastikannya.
“Yup….”
Shirakawa-san menganggukkan
kepalanya dengan gugup.
“Tapi, buruk juga membuat
Ryuuto menahan diri dengan itu”
“Tapi jika kita melakukannya,
bukannya itu berarti Shirakawa-san yang akan tahan dengan itu?”
“Yah, ketimbang tahan…. Aku
menyukai Ryuuto, jadi aku takkan membencinya.”
Woohoooo
!!,
dan bagian lain dariku di hatiku berteriak kegirangan.
Bagian
fisik juga sudah bersiap-siap.
Kalau
begitu…. Namun, saat ini aku menelan ludahku.
“Tapi, kamu tahu…..”
Shirakawa-san angkat bicara,
dan melanjutkan berbicara dengan ekspresi sedih dan senyuman di mulutnya.
“Sampai aku mulai berpacaran
dengan Ryuuto, aku tidak pernah benar-benar ingin menyentuh kekasihku sebanyak
itu. Tapi, saat kita berada di kapal beberapa waktu lalu…. Untuk pertama
kalinya dalam hidupku, aku berpikir 'Aku
ingin menciumnya'. Dan aku juga ingin berpegangan tangan sebelum itu…. Aku
benar-benar menyukai Ryuuto lebih dari yang aku kira sebulan yang lalu ”
“Shirakawa-san….”
Aku
tak pernanh menyangka dia merasa seperti itu padaku….
Aku
sangat senang, dan entah kenapa dadaku menjadi panas.
“Ketika aku memikirkannya, itu
membuatku sedikit bersemangat. Aku akan lebih menyukai Ryuuto mulai sekarang
dan aku ingin lebih dan lebih lagi menyentuh Ryuuto, itulah yang kurasakan….
Jika aku berhubungan seks saat aku benar-benar menginginkannya, untuk pertama
kalinya dalam hidupku, aku ingin tahu,
apa itu benar-benar dapat membuat tubuh dan pikiranku merasa lebih baik
”
Shirakawa-san berkata dengan
suara rendah sambil menunjukkan senyum bahagia di wajahnya.
“Begitu ya….”
Aku
senang, tetapi di sisi lain, perasaan terangsang di dalam diriku memudar dengan
cepat.
Ini
benar-benar tidak…. Setelah diberitahu hal seperti ini… sudah….
Aku
sudah .. tidak bisa bercinta lagi malam ini….
SIALAAAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNN!!!!
Aku berteriak dan meneteskan
air mata darah di hatiku sementara tidak punya pilihan selain membuat rencana
untuk mundur.
“….Mengerti. Jadi, ayo kita
tidur saja untuk hari ini.”
Aku menyeka air mataku dan
berusaha keras untuk terlihat tenang
“Kita bangun pagi dan pergi
jalan-jalan. Kita pasti lelah dengan semua kegiatan yang kita lakukan hari ini.”
“Eh….”
Shirakawa-san mengangkat
wajahnya dengan ekspresi terkejut setelah mendengar kata-kataku.
“Apa kamu yakin? Bagaimana
dengan seks-nya? ”
“Tidak apa-apa, mungkin lain
kali…. ketika Shirakawa-san ingin melakukannya ”
“Ryuuto….”
Shirakawa-san mengerutkan
alisnya dan menatapku dengan mata basah.
“Kenapa kamu, sangat baik
sekali, Ryuuto?”
“Eh….?”
Apa
aku bersikap baik?
Jika
ada orang yang berada di posisi aku, aku pikir mereka tidak akan punya pilihan
selain melakukan hal yang sama….
Tapi,
jika tindakan ini dipandang sebagai kebaikan padanya. Alasan aku bisa bertindak
seperti itu adalah karena aku memikirkan Shirakawa-san.
Itu
karena aku….
“…. Itu karena .. Aku
mencintaimu, Shirakawa-san”
Saat aku menjawab demikian,
mata Shirakawa-san berbinar di depanku.
Segera setelah itu, dia
menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan bahunya naik turun.
“Shirakawa-san?”
Apa
dia menangis….?
“… .Hiks…. Uuu…. ”
Isakan tak terkendali keluar
dari bibirnya yang tertutup rapat.
“Maaf… Aku sangat bahagia….”
Shirakawa-san terisak-isak saat
dia berbicara seolah-olah tengah membuat alasan.
“Eh…. Ap-Apa kamu baik-baik
saja? ”
Aku berusaha menenangkannya
dengan panik.
“… .af, maaf….”
Beberapa saat kemudian, setelah
dia tenang.
Shirakawa-san menyeka air
matanya dan tersenyum sambil terlihat malu.
“….Maaf. Sepertinya, aku
gampang tersentuh saat bersama Ryuuto. Maafkan aku.”
“Aku sungguh…. tidak keberatan
dengan itu.”
Dia tidak perlu meminta maaf
sebanyak itu, tapi Shirakawa-san masih terus mengucapkan “Maafkan aku”.
“Maksudku, bukannya ini
menjengkelkan? Padahal kita cuma berbicara secara normal, bukankah itu
mengganggu? Apa menurutmu aku ini gila?”
“Tidak, kurasa tidak, sungguh”
Mengapa
dia mengatakan sesuatu seperti itu? Seperti yang kuduga, mantan pacarnya lah
yang menjadi penyebabnya.
Aku
tidak tahu apa itu yang sebenarnya mereka katakan kepadanya, atau suara hati
mereka yang dia rasakan dari suasana hati mereka.
Tapi,
kuharap aku bisa segera membebaskannya dari belenggu tersebut.
Akhirnya, aku menyadarinya
dengan jelas.
Bukan
cuma aku yang satu-satunya .. dihantui mantan pacarnya.
“Aku tidak pernah berpikir
demikian. … Justru sebaliknya, aku merasa senang ”
“Kenapa? Apa kamu ini orang
suci? Ryuuto ”
“Orang suci….”
Orang
suci yang melampaui kata-kata.
Jaman
sekarang, gadis SMA menggunakan bahasa gaul internet dalam obrolan mereka
sehari-hari, ‘kan. Yah, aku juga seorang siswa SMA laki-laki akhir-akhir ini,
tapi aku lebih cenderung ke otaku sehingga aku terkejut ketika dikatakan dengan
santai.
“Tidak, ini berbeda.”
Karena aku pikir itu lucu, aku aku tertawa
sedikit. Aku lalu menjawab.
“Kamu banyak tersentuh saat
bersamaku, ‘kan? Sebelumnya Shirakawa-san pernah mengatakannya, bukan? Kamu
mengatakan 'perasaan suka yang asli'…. Itu karena aku merasa kamu semakin dekat
dengan itu.”
Karena itu, mata Shirakawa-san
bergetar lagi.
“Ryuuto….”
Dan kemudian, Shirakawa-san
membuka mulutnya dengan pipi yang sedikit memerah.
“Nee, Ryuuto. Boleh aku
mengatakan satu hal lagi yang egois? ”
“Ya? Tidak masalah.”
Saat aku mengangguk,
Shirakawa-san berbicara dengan malu-malu.
“Bisakah kamu, peluk aku?”
“… .Eh?”
“Enggak mau?” (TN : Dame? XD shit
mimin bisa ngebayanginnya dengan jelas coeg!!)
“Yahh….itu sih…”
Ini
bukan berarti "tidak", tapi berpikir bahwa kita akan berpelukan…. dalam
situasi di mana kita takkan melakukan apa pun malam ini, di kamar yang cuma ada
kita berdua.
“Sini!”
Shirakawa-san merentangkan
kedua lengannya dan tersenyum padaku.
“Ya….”
Aku dengan gugup meletakkan
lenganku di sekitar tubuhnya.
Tubuh Shirakawa-san yang aku
peluk pertama kali, lebih lembut dari yang kubayangkan dan hangat. Sama seperti
rambutku, rambutnya beearoma seperti sampo di penginapan, mungkin karena dia
tidak menggunakan parfum biasa. Aku sangat senang merasakan payudaranya yang
lembut dan kenyal secara langsung melalui yukata yang tipis.
“Ryuuto, hangat sekali…. Aku jadi
merasa nyaman.”
Suara lembut Shirakawa-san yang
bergema di dekat telingaku membuat jantungku berdegup kencang karena menggigil.
Ini gawat…. Jika kita tetap berpelukan
seperti ini lebih lama lagi, kegembiraan jauh di dalam tubuhku akan berkobar.
“Hei, bagaimana kalau kita
tidur bersama seperti ini?”
Aku kaget saat mendengar
usulannya.
“Seperti ini…. hah, eeh !?
Maksudmu seperti ini!?"
Apa
maksudnya kita akan saling merangkul seperti ini sampai pagi !?
“… .Ahaha! Cuma bercanda, kok
~! ”
Saat aku dibuat tersipu dan
panik, Shirakawa-san tertawa lalu memisahkan tubuhnya dariku.
“Ah, hei hei kalau begitu,
bagaimana kalau tidur sambil berpegangan tangan?”
“Eh, oke….”
Jika
cuma itu, maka, mungkin akan berhasil, entah bagaimana caranya.
Jadi, Shirakawa-san dan aku
berbaring berdampingan dan berpegangan tangan.
Tangannya
hangat, lembut, dan ramping…. Ini tangan Shirakawa-san.
“Nee, Ryuuto”
“Nn?”
“….”
Aku tidak mendengar apa-apa, jadi aku menoleh ke Shirakawa-san dan aku menemukannya sedang menatapku. Ekspresinya tampak agak gelisah.
“Apa ada yang salah?”
“….Tidak.”
Dia menggelengkan kepalanya dan
memasang senyum yang agak dipaksakan.
“Untuk perayaan dua bulan
kita, kita masih bisa bersama seperti ini juga, ‘kan?”
“Seperti ini ... Tapi, aku tidak
suka terjebak topan lagi, tau”
“Ahaha, kamu benar.”
Meskipun itu bukanlah respon
yang lucu, Shirakawa-san tertawa terbahak-bahak.
Namun kali ini, aku mengabaikan
kata-katanya dan membalasnya dengam lelucon. Sebenarnya, aku mungkin harus
menjawabnya dengan benar.
Pada saat ini, aku tidak pernah
membayangkan .. kalau aku akan sangat menyesali momen ini nanti.
<<=Sebelumnya |
| Selanjutnya=>>
Shit
BalasHapus... kaede sama yuya lewat ini mah, melting banget asw