Our Dating Story Vol.2 Chapter 03 Bahasa Indonesia

Chapter 3

 

Keesokan paginya, badai telah menghilang.

Aku tidak bisa tidur nyenyak tadi malam karena terlalu gugup memikirkan Shirakawa-san yang ada di sampingku serta tangan kami yang saling bergandengan.

Kami kemudian menyantap menu sarapan ala Jepang yang disediakan staf penginapan di kamar kami, mengenakan pakaian yang sudah dibiarkan mengering semalaman, lalu kemudian bersiap-siap untuk pulang ke rumah.

Kereta api pada hari Minggu pagi yang kami naiki sepi penumpang. Kami berdua  membicarakan hal-hal sepele, lalu setelah satu jam lebih kami berdua akhirnya tiba di Stasiun A.

“Kalau begitu, sampai jumpa lagi lusa”

Besok adalah hari libur karena ujian, dan Selasa adalah hari upacara penutupan akhir semester.

Di depan rumah Shirakawa-san, kami bertukar salam perpisahan.

“Ya. Sampai jumpa lagi, Ryuuto ”

Shirakawa-san berkata begitu dan melambaikan tangannya, namun tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.

“… Di bulan kedua kita .. tolong jaga aku juga, oke?”

“Ya. Aku juga oke”

Saat aku menjawabnya, wajahnya kembali tersenyum. Usai merasa lega melihat ekspresinya kembali ceria, aku melambaikan tanganku padanya.

Setelah melihat Shirakawa-san memasuki rumahnya, aku kembali ke Stasiun A sendirian.

Di sekitar alun-alun stasiun, pada hari Minggu siang, ada banyak orang yang berdiri di sana sembari melihat ponsel mereka, sepertinya sedang berada di tengah-tengah pertemuan. Saat aku berjalan di sekitar area tersebut, aku menemukan banyak orang membagikan brosur dan tisu.

Hari ini juga, aku dapat menemukan beberapa orang yang tampaknya sedang melakukan itu ke arah yang aku tuju.

Izakaya 'Bacchus' membagikan kupon makan siang!”

Izakaya…. Pada saat memikiran hal itu, dan secara refleks akan menerima kertas yang dibagikan di depanku.

“Ooh!”

Gadis yang membagikan kertas itu mengangkat suaranya, dan aku melihat wajahnya. Saat itulah mataku terbuka lebar karena terkejut.

“Yamana-san !?”

Dia adalah sahabat Shirakawa-san, Yamana Nikoru-san. Aku sedang berjalan-jalan di pusat kota sambil mencoba untuk tidak melihat wajah orang, jadi aku sendiri tidak menyadarinya.

Yamanasa-san mengenakan pakaian biru tua yang terlihat seperti samue, dan celemek tanpa penutup dada. (TN : Baju samue)

“.... Kerja sambilan?”

“Bukannya sudah kelihatan jelas”

Yamana-san membalas dengan singkat, dan sekali lagi, memberikan kuponnya padaku.

“Habis nganterin Luna pulang? Kebetulan banget. Kamu, coba mampir ke tempat kerjaku.”

“Eh?”

“Aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan tentang Luna. Luna mungkin akan khawatir jika kita bertemu berduaan, jadi akan lebih baik jika kita menyelesaikannya saat aku sedang bekerja ”

“Ta-Tapi, bukannya kamu bekerja di izakaya….?”

Bahkan kupon yang diberikan kepadaku memberi kesan bahwa ini adalah warung izakaya, yang merekomendasikan minuman sepuasnya mulai siang hari.

“Kamu takut? Bukannya kamu harus memesan alkohol juga kali. Bahkan tempat kami memiliki banyak pelanggan yang membawa anak-anak mereka juga, tahu? ”

Benarkah?…. Jadi orang yang ceria bisa pesan makanan dan minuman di izakaya saat masih di bawah umur ya. Aku baru saja makan di restoran keluarga atau warung donburi, jadi rintangan ini masih terlalu tinggi bagiku.

“Sendirian?”

Pergi ke izakaya sendirian, lalu apa yang harus aku lakukan. Maksudku, Yamana-san sedang kerja sambilan, jadi sepertinya dia tidak akan menemaniku terus.

“Kalau tidak mau sendirian, ajak teman-temanmu saja sekalian”

Yamana-san memberitahuku dengan kesal.

“Atau kamu tidak punya teman?”

“Te-Tentu saja punya, oke”

“Kalau begitu datanglah bersama mereka. Hari ini aku akan selalu bekerja sampai malam, oke”

Setelah berbicara dengan cepat, Yamana-san mulai membagikan kupon lagi.

“Kami membagikan kupon makan siang!”

“….”

Sepertinya sudah diputuskan kalau aku harus datang hari ini.

Bagaimanapun, aku tidak ingin pergi sendiri dan dianggap tidak punya teman, jadi aku mencoba menelepon Ichi dalam perjalanan pulang.

“… .Halo, Ichi?”

“Ada apa, Bung?”

“Apa kamu ada waktu luang hari ini?”

“Aku sama sekali tidak senggang, aku sedang bermain game dengan Nishi. … .Ah, yeah yeah, ini dari Kashi”

Memang, aku bisa mendengar BGM game dan suara seseorang dari sisi lain telepon.

“Eh, kenapa kamu tidak mengajakku juga?”

“Maksudku kamu .. kemarin kamu pergi ke laut bareng Shirakawa-san, kan? Persetan denganmu! Mati di laut sana! Aku pikir kamu mungkin kelelahan, tau”

Aku pikir mendengar isi hatinya di sana sejenak, aku penasaran apa tadi itu hanya imajinasiku saja.

“…. Hei, apa kamu sudah makan?”

“Hah? Jika itu makan siang, aku sudah. Dengan mangkuk daging sapi nasi keju ekstra besar”

“Kalau begitu, mau makan malam bareng? Tapi aku ingin kamu mengundang Nishi juga”

Hah? Lagi kesurupan apa sampai ngajak makan bareng segala?”

“Oleh Yamana-san .. Aku diundang untuk datang dan makan di izakaya tempat dia bekerja sambilan”

“Yamana… maksudmu Yamana Nikoru dari kelas kita? Kamu, kamu berhubungan dengan gadis iblis seperti dia !? ”

“Ini terkait dengan Shirakawa-san… karena Yamana-san adalah .. sahabat Shirakawa-san”

Ketika aku menjelaskannya secara singkat, aku bisa mendengar desahan berat dari seberang telepon.

“Kashi…. kamu benar-benar sudah berubah ”

“… .Jadi, kamu tidak datang?”

Aku seharusnya tahu Ia tidak akan .. Saat aku sedang memikirkan itu...

“Tentu saja aku datang!”

Balasan tiba-tiba segera kembali.

Saat aku mendengarkan dengan cermat, aku juga bisa mendengar suara Nishi yang berkata, "Aku akan datang! Aku akan datang!" dari kejauhan.

“Eh, kamu akan datang !?”

Menilai dari bagaimana pembicaraan tadi, aku yakin kalau mereka akan menolak jadi sedikit terkejut dengan tanggapannya.

“Mana sudi aku akan membiarkan diriku ditinggalkan oleh Kashi lebih dari ini! Kebanggaan orang suram mending mati saja! Musim panas di kelas 2 adalah kesempatan terakhir untuk musim semi masa muda! Musim panas ini aku akan menjadi normie juga! Makan malam di izakaya di mana teman sekelas kita bekerja sambilan benar-benar menyenangkan, bukan! Bukankah begitu, Nishi !? ”

Dan aku bisa mendengar suara yang mengatakan, "Benar! Betul sekali!"

“Uh-uhuh….”

Baiklah, aku senang mereka akan datang.

Jadi, aku, Ichi, dan Nishi akan makan malam di izakaya tempat Yamana-san bekerja sambilan.

 

◇◇◇◇

 

Izakaya “Bacchus” terletak di area distrik perbelanjaan yang tersebar di depan Stasiun A. Tempatnya berada di lantai tiga gedung bertingkat yang penuh dengan restoran dari lantai pertama sampai lantai lima.

“Selamat datang!”

Saat kami melewati pintu di depan toko, kami segera disambut oleh suara karyawan yang bersemangat.

Meski sekarang masih jam 6 sore, namun bagian dalam warung sudah ramai dengan banyak pelanggan, mungkin karena hari ini adalah hari Minggu.

“Maaf, aku teman dari pekerja sambilan yang bernama Yamana-san….”

Ketika aku memberi tahu karyawan pria yang keluar untuk membimbing kami, Ia menanggapi dengan kata “Ah!” lalu menganggukkan kepalanya.

“Untuk tiga orang, ya. Silahkan lewat sini”

Kami dibawa menuju tempat duduk meja sunken-kotatsu tempat kami harus melepas sepatu kami. Tempatnya bersebelahan dengan dinding dan ada sekat di depan dan belakang. Bahkan ada pintu geser kertas di sisi lorong, yang mana membuatnya hampir seperti kamar pribadi. Aku memberi tahu Yamana-san di LINE bahwa kami berencana datang untuk berjaga-jaga, jadi dia mungkin telah memesan tempat untuk kami.

“Tolong tunggu sebentar”

Karyawan itu pergi, dan kami duduk dengan agak gugup. Kami duduk di bangku bergaya bangku untuk empat orang, yang mana posisiku menghadap Ichi dan Nishi.

“Ngomong=ngomong, apa kamu sudah menonton video KEN yang hari ini?”

“Ah, tidak, belum. Aku bahkan belum bisa menonton video kemarin, jadi aku menonton itu dulu.”

“Cih, dasar riajuu selalu saja begitu”

“Apa Shirakawa-san .. memakai bikini?”

“Eh? Ya….”

“Cih !!!”

“Persetan! Mokad saja sana! Enak ya bisa bersenang-senang dengan pacar cantik!! ”

“Suara batinmu keceplosan, oi!”

“Lupakan itu, cepak tunjukkan saja fotonya padaku!”

“Apa menurutmu aku akan menunjukkannya padamu, huh !?”

Saat kami berdebat seperti itu….

“Selamat datang”

Aku mendengar suara karyawan wanita yang terampil, dan dua mug ditempatkan di hadapanku.

Saat aku melihat ke arah wajah pelayan, ternyata itu adalah Yamana-san.

“Eh, kami belum memesan apa pun….”

Saat Nishi berbicara dengan bingung, Yamana-san mengedipkan matanya dengan centil.

“Ini layanan gratis Terima kasih sudah datang, oke

Pada saat itu juga, aku menyaksikan mata Nishi dan Ichi berubah menjadi tanda hati.

“Ini Ca●pis Soda. Aku membuatnya sangat kental Dan kamu takkan menemukan minuman semacam ini di rumah, tau”

“Umm, bagaimana dengan milikku…?”

“Ah, kamu bisa memesan sendiri. Jika kamu memesan di panel sentuh di sana, pesanan akan dikirim langsung ke dapur.”

Tidak ada layanan untukku, huh! Sebaliknya, bukannya ada perbedaan besar dalam kepribadianmu terhadap keduanya !?

“Sungguh tidak masuk akal….” Tanyaku.

Saat memesan cola sendiri menggunakan panel sentuh, Ichi dan Nishi dengan riang menyesap Ca●pis Soda di mug mereka.

“Iblis gyaru benar-benar yang terbaik!”

“Ini era gadis iblis!”

“Dari luar dia terlihat menakutkan tapi di dalamnya begitu baik .. Bukannya menurutmu perbedaannya begitu menggemaskan!?”

“Ada begitu banyak hal yang tidak bisa kamu lakukan selain jatuh cinta!”

“All hail Yamana! All hail Yamana! "

Mereka berdua langsung memuji dan menyanjung Yamana-san dengan semangat tinggi sambil menenggak minuman di mug mereka.

“Yeahhhhhh !! Rasanya sangat enak !! ”

“Aku belum pernah meminum minuman seenak ini sebelumnya!”

“Eh, bagaimana rasanya? Apa itu benar-benar enak? Aku juga mau coba sedikit dong…. ”

Saat aku mengulurkan tangan untuk menyesap, Ichi dan Nishi secara bersamaan menjauhkan mug mereka dari jangkauan tanganku.

“Nggak! Ini minuman Ca●pis yang diberikan gadis iblis hanya kepada kita ”

“Gadis iblis adalah sekutu non-normie! Ini BUKAN untukmu !! ”

Mungkin menjadi sangat bahagia karena mereka disukai, keduanya melanjutkan untuk menenggak minuman mereka dalam satu tegukan.

“Yah, kurasa tidak apa-apa. Aku akan memesan makanan.”

Sambil merasa sedikit kesal, aku melihat menu di panel sentuh dan memilih hidangan yang tampak lezat.

“… Cukup segini aja dulu, kurasa? Hei, lihat ini se…. bentarrr!!?”

Saat itulah, ketika aku melihat mereka untuk meminta mereka mengonfirmasi pesanan yang telah aku pilih.

“Aa-Ada apa !?”

“..Whuuh?”

“Sekarang apa, Kashiiii ~”

Tanpa ragu, kondisi Ichi dan Nishi memang aneh. Wajah mereka merah padam, tatapan mereka kosong, dan ucapan mereka ngelantur.

“… Aah!”

Lalu aku menyadari sesuatu dan meraih mug Nishi di depanku.

Saat aku mencicipinya, aku terkejut.

“Urgh…. Apa-apaan ini!?"

Rasanya memang seperti Cal●. Dia membuatnya sangat pekat, dan aku bisa merasakan rasa manisnya yang lengket, tapi…. Aku juga bisa merasakan bau etanol yang begitu kuat, sehingga air berkarbonasi yang samar tidak dapat sepenuhnya menyamarkannya.

Ethanol…. Begitu rupanya, ini….!

“Apa kalian berdua baik-baik saja? Apa kamu merasa mual?”

“Hah? Aku malah merasaaaaa lebih baik, tauuu…. ”

“Aku tahu, benar ~. Iblis gyaru emang terbaik ~…. ”

Ichi dan Nishi duduk di atas meja setelah itu, dan kemudian…. tertidur.

“Zzzz….”

“Fuuu….”

Seriusan nih?

Sebaliknya, mereka benar-benar bisa minum sesuatu seperti itu dengan sangat baik, dan mug mereka hampir kosong. Mereka pasti merasa berada di khayangan.

Tapi, kenapa minuman seperti ini ada di mug mereka…. Dan saat aku memikirkan itu.

“Ah, mereka sudah tidur”

Aku menemukan Yamana-san berdiri di sebelahku.

“Ini, cola pesananmu.”

Kemudian segelas cola ditempatkan di depanku.

“Dan ini adalah layanan kentang goreng, oke”

Dia meletakkan keranjang dengan tumpukan kentang goreng, duduk di samping, lalu menutup pintu geser kertas.

“Itu karena Senpai-ku memberitahu kalau aku bisa istirahat ketika aku mau”

Dia membuatku tegang. Dan aku duduk dekat dinding, menjaga jarak.

“Err, apa artinya ini….”

“Maksudku, mereka itu merepotkan, bukan? Dan aku ingin membicarakan Luna hanya dengan kita berdua "

“Eh? Ja-Jangan bilang kalau kamu sampai tega berbuat itu karena alasan ini…. ”

“Bukankah itu baik-baik saja. Dan bukannya mereka berdua tidur dengan nyaman? Ya, kita semua pernah membuat kesalahan.”

“Ke-Kesalahan….?”

Apa dia ingin memberitahuku .. kalau minuman itu salah dibuat dan ada sesuatu yang ekstra tercampur di mug mereka….?

Tidak, mana mungkin…. begitu, atau tidak, tapi aku pasti yakin itu yang terjadi dari tingkahnya sekarang.

“Ta-Tapi, meski itu kesalahan, bukannya akan menimbulkan masalah besar bagi Yamana-san jika manajemen toko mengetahui kalau kamu membiarkan anak SMA minum sesuatu seperti itu…”

“Kamu mungkin benar. Tapi jangan khawatir, aku tahu rahasia manajer”

Saat dia bilang begitu, Yamana-san membuat isyarat dimana dia mengepalkannya, dan hanya mengangkat jari kelingkingnya. Di masa lalu, aku melihat paman seorang kerabat melakukan gerakan itu saat merujuk pada "wanita".

Manajer, apa kamu berselingkuh….? Dan mungkin, apa kamu akan menggunakannya sebagai bahan pemerasan?

“Ka-Kamu luar biasa sekali, Yamana-san….”

“Kamu pikir begitu? Meski begitu, yang ini jauh lebih jinak daripada yang pernah kulakukan, loh. Di lingkungan sini, bahkan biji para berandalan akan menyusut jika mereka mendengar 'Nikoru dari utara', tahu ”

Ap-Apa yang sudah kamu lakukan selama ini, Yamana-san!?

“Ja…. Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?”

Aku sedikit merasa takut dan ingin langsung ke intinya. Dan saat aku bertanya padanya, tatapan mata Yamana-san berubah serius.

“Sudah sebulan kamu berpacaran dengn Luna, jadi bagaimana rasanya?”

“Eh…”

Saat aku kebingungan mengenai maksud dibalik perkataannya, dia meletakkan satu siku di atas meja dan meletakkan dagunya di atasnya.

“Luna .. kebalikan dari penampilannya, dia itu baperan, ‘kan.”

Saat dia mengatakan itu, mata Yamana-san terlihat seperti sedang menatap ke kejauhan.

“….Pertama kali aku berbicara dengan Luna, kalau tidak salah….. pada hari upacara penerimaan. Aku berdiri melamun dalam barisan pada upacara itu, dan dia memanggilku dari arah yang berlawanan. 'Kukumu sangat imut', katanya”

Aku tahu mereka dekat sejak kelas 1, tapi awalnya seperti itu, ya.

“Keesokan harinya, Luna mendatangiku, dan menunjukkan anting-anting barunya. Dia kemudian berkata 'Aku pikir ini akan terlihat bagus untukmu, jadi aku membeli yang sepasang'. Dia memberikannya kepadaku, lalu berkata 'Maukah kamu menjadi sahabatku?'”

Mungkin mengingat hari-hari itu, Yamana-san tiba-tiba tersenyum dan menatapku.

“‘Apa-apaan..’, kamu akan merasa begitu, ‘kan? Bukannya menurutmu itu terlalu baperan? Biasanya kamu akan mundur dari itu.”

Aku ingat saat Shirakawa-san memberiku casing ponsel yang sepasang untuk merayakan satu minggu hari jadian kami, dan merasa kalau tingkah laku tersebut sangat menggambarkan Shirakawa-san.

“Tapi, Luna sangat imut, kan? Dia juga perinag. Itu sebabnya aku .. berpikir sendiri. Aku senang, dan berpikir bahwa aku juga ingin menjadi sahabat dengan gadis ini.”

Sembari tersenyum malu-malu, Yamana-san berhenti mengistirahatkan dagunya di tangannya.

“Banyak orang bilang kalau 'baperan' yang seperti itu merupakan hal yang buruk, ‘kan. Kamu meninggalkan beban emosionalmu pada seseorang, dan mereka juga akan meninggalkan beban yang sama padamu…. Dan jika berat timbangan benar-benar seimbang, tak satu pun dari kamu akan merasa 'baperan'. Itu semua tentang memiliki hubungan yang baik, bukan? Dan begitulah 'saling mengandalkan' dan 'saling mencintai'. Apa kamu mengerti?"

“Y-ya…”

Sangat mengejutkan sekali. Aku tidak pernah berpikir kalau Yamana-san menjadi tipe orang yang membicarakan hal seperti itu.

“Itu hal yang keren untuk dikatakan, bukan ….”

“Bahkan 'Nikoru dari utara' bisa puitis, tahu”

Sambil menyeringai, ekspresi Yamana-san berubah serius lagi.

 “Tapi asal kamu tahu, tidak peduli seberapa besar rasa saling mencintai di antara kita, dia menyukai cowok, dan begitu juga aku. Itu sebabnya, Luna dan aku tidak bisa lebih dari 'sahabat'. Rasanya sangat menjengkelkan… dan itulah mengapa aku berharap dia akan segera menemukannya. Satu-satunya cowok yang bisa dengan tulus dia percayai dan membuatnya nyaman… satu-satunya cowok yang selalu bisa bersamanya. 'Pacar' yang diinginkan Runa adalah.. bukan cowok yang bisa dia banggakan ke teman-temannya, melainkan cowok yang….saling terhubung dengan hatinya.”

Dan sebelum aku menyadarinya, aku memiliki perasaan kagum padanya dan dengan tulus mendengarkan kata-kata Yamana-san.

“Kenapa dia menginginkan pasangan seperti itu mungkin, karena keadaan keluarganya”

Setelah menggumamkan kata-kata itu, Yamana-san mengangkat alisnya.

“Namun, cowok yang dia pacari sampai sekarang kebanyakan cowok keparat, yang hanya ceria dan terlihat baik di luar. Setiap pagi dan malam, Luna selalu mengirimkan LINE tanpa henti, kan?”

“Ya”

“Kamu tidak terlalu membencinya, kan?”

“Ya. Fakta bahwa dia memikirkanku, itu sudah membuatku bahagia”

Mendengar jawabanku, Yamana-san menganggukkan kepalanya, tampak puas.

“Itulah gunanya berpacaran dengan seseorang, kan?”

Begitu rupanya. Karena aku cuma memiliki pengalaman menjalin hubungan selama sebulan jadi aku tidak tahu, tapi jika Yamana-san mengatakan demikian, mungkin memang seperti itu.

“Tapi, karena mantan pacarnya semuanya orang brengsek, tentu ada malam dan pagi ketika dia tidak bisa menghubungi mereka. Dan setiap kali dia mengungkapkan kekhawatirannya tentang hal itu, mereka akan memberitahunya 'menyebalkan' atau 'mengganggu', kamu tahu. Aku sangaaaaaat berharap kalau mereka mending mati saja ”

Yamana-san berkata seolah meludahkan dan dengan momentum itu, dia meraih segunung kentang di atas meja dan membawanya ke mulutnya. Bukannya Kamu kamu bilang kalau makanan itu untukku.

“Tapi, Luna juga tidak menjelek-jelekkan mantan pacarnya, ‘kan. Bukan hanya mantan pacarnya, aku juga tidak pernah mendengar dia berbicara buruk tentang siapa pun ”

“Ya…”

Aku menjadi lapar, jadi aku juga mulai makan kentang yang disediakan.

“Dan  Luna menyukai orang. Dia berpikir kalau setiap orang adalah orang baik, dan tidak ada manusia yang jahat hatinya. Itu sebabnya, tentang mantan pacarnya juga, dia langsung mempercayai ketika mereka mengatakan 'Aku menyukaimu' di permukaan. Dia kemudian berkencan dengan mereka, dikhianati, dan terluka ”

Dan kemudian Yamana-san menghentikan tangannya yang meraih kentang.

“Luna mempunyai trauma yang disebut 'batas dua bulan'"

“Batas …..Dua bulan?”

“Sejumlah pacar yang dia pacari sampai sekarang ketahuan selingkuh sebelum dua bulan berlalu. Bahkan jika itu tidak terjadi, mereka secara bertahap mengacuhkannya kemudian putus setelah tiga bulan”

Begitu… Itulah sebabnya disebut “batas dua bulan”, ya.

“Bahkan jika dia percaya padamu, kupikir Luna merasa khawatir sekarang. Sampai dua bulan berlalu dengan aman.”

Kemudian, Yamana-san menatapku.

“Bisakah kamu berjanji padaku bahwa kamu benar-benar takkan melakukan apa pun yang akan membuat Luna khawatir?”

Aku dihadapi oleh tatapan tajam itu… dan aku mengangguk dalam-dalam, meskipun, belum tentu karena itu.

“Aku berjanji. Aku tidak akan melakukan apapun yang akan membuat Shirakawa-san khawatir”

Bagiku, yang berjanji padanya dan dengan tegas balas menatapnya, Yamana-san menatapku tanpa bergerak sejenak.

“…Begitu. Aku merasa lega”

Lalu dia tersenyum lebar. Aku melihat senyum riang Yamana-san, dan merasa bahwa ini adalah pertama kalinya aku melihat wajah tersenyum orang ini.

Jadi, “pembicaraan”-ku dengan Yamana-san sudah berakhir.

“Tentang mereka, apa yang akan kita lakukan?”

Yamana-san turun dari tempat duduknya, lalu menunjuk Ichi dan Nishi di depannya, yang dengan tenang menjatuhkan diri di atas meja.

“Bahkan jika kamu menanyakan itu padaku ...”

Aku ingin bertanya padanya. Ini ulah kamu sendiri yang membuat mereka mabuk begini, jadi bertanggung jawablah… Tapi karena aku takut, jadi aku tidak mengatakannya…

“Yah, kelihatannya, mereka mungkin tidak akan bangun sampai besok, kan”

“Itu sih bakal masalah!”

“Yah, menjadi seperti ini juga karena ‘Aku membuat kesalahan saat membuat minuman’, jadi aku akan mencari tahu nanti. Jika kita membiarkan mereka tidur selama dua atau tiga jam, mereka mungkin akan bangun sendiri lalu pulang”

“Kamu yakin …? Kalau begitu, aku akan menyerahkannya padamu”

Makan sendirian di depan teman-teman mabukku sama sekali tidak menyenangkan, jadi aku memutuskan untuk menyerahkan mereka berdua pada Yamana-san dan kemudian meninggalkan izakaya. Akhirnya, aku Cuma menyantap kentang dan cola.

Aku khawatir tentang mereka, tetapi keduanya tidak sendirian, tapi bersama. Mereka juga hanya tidur dan Yamana-san adalah teman sekelas kita, jadi dia mungkin akan menjaga mereka jika ada apa-apa.

Saat itulah, saat aku menuruni tangga dan menuju ke bawah sambil berpikir seperti itu.

“… !?”

Kakiku goyah, dan aku segera meraih pegangannya.

Bidang penglihatanku lebih sempit dari biasanya, dan aku merasa dunia tiba-tiba menjadi jauh.

Ada perasaan sekilas di dadaku. Aku tidak terlalu memahaminya, tapi ini perasaan bahagia.

… Mungkin… itu karena aku meminum mug Nishi, tapi aku cuma mencicipinya sedikit?

“…Sial”

Sebaliknya, seberapa konyolnya "Aku membuat kesalahan", Yamana-san…

Jika ini karena hanya seteguk, aku tidak bisa dengan pasti mengatakan bahwa Ichi dan Nishi sangat lemah dengan alkohol. Namun, ada kemungkinan aku sangat lemah…

Baiklah, aku akan pulang, mandi, lalu tidur. Dan selama orang tuaku tidak mengetahuinya, kurasa itu tidak akan menjadi masalah… Saat aku sedang berpikir begitu, ponsel di kantongku bergetar. Aku mengelurkan dari kantongku dan melihat ke layar bahwa itu panggilan LINE dari Kurose-san.

“Kenapa dia meneleponku…?”

Aku ingin tahu apa itu karena balasanku tertunda. Tapi, apa yang harus aku balas padanya… Meski hal itu terlintas dalam pikiranku, aku merasa lebih kesal dari biasanya, jadi aku menekan tombol terima panggilan tanpa banyak berpikir.

“Ya, halo”

“Ah, halo, Ryuuto !?”

Ketika aku mendengar suara itu, aku mengambil ponsel dari telingaku, dan melihat ke layar lagi.

“Shirakawa-san !?”

“Ahaha, kamu terkejut? Aku sedang di rumah ibu sekarang, tetapi baterai ponselku habis. Jadi aku meminjam telepon Maria.”

(Dia pasti Shirakawa-san. Tapi aku tidak pernah mendengar dia punya rencana seperti itu hari ini.)

“Ah… Setelah kamu menyebutkannya, kemarin kita telah menghabiskan power-bank punyamu, bukan. Aku juga minta maaf karena telah meminjamnya. Kamu tidak punya waktu untuk mengisi daya?”

“Nn? Ah, ya ya. Yah, itu baik-baik saja. Maksudku, dengan cara ini aku juga bisa menghubungi Kamu "

“Apa kamu .. berbicara dengan Kurose-san?”

“Ya. Sekarang sudah tidak apa-apa, terima kasih.”

Dia pergi ke rumahnya dan meminjam teleponnya, bukan. Aku kira mereka sekarang menuju ke arah untuk kembali ke keadaan semula.

“Dan Ryuuto…”

Lalu aku bisa merasakan suara Shirakawa-san menjadi sedikit gugup.

“Aku ingin berbicara dengan Ryuuto sebentar. Aku ingin… bertemu denganmu berduaan.”

“Berbicara?”

Aku penasaran mengenai apa lagi yang ingin dia bicarakan… Dan kemudian aku teringat apa yang Yamana-san katakan padaku sebelumnya.

── Bahkan jika dia percaya padamu, kupikir Luna merasa khawatir sekarang. Sampai dua bulan berlalu dengan aman

(Kalau dipikir-pikir lagi, bahkan saat kita berada di Enoshima, Shirakawa-san juga sedikit berbeda dari biasanya.)

──Untuk perayaan dua bulan kita, kita juga bisa bersama seperti ini, bukan?

(Aku heran kenapa dia mengatakan hal seperti itu. Apa dia mungkin .. ingin membicarakan hal itu?)

“…Baiklah, aku mengerti. Shirakawa-san, apa kamu sudah pulang? Aku sedang di stasiun A sekarang, jadi apa perlu aku pergi ke rumahmu?”

“Eh? Tidak… Umm, aku .. belum siap pulang. Jadi, aku ingin kita bertemu di sekolah ”

“Sekolah?”

“Itu karena aku ingin bertemu denganmu berduaan ...”

“Tapi di sekolah… Pertama-tama, memangnya kita diperbolehkan masuk pada hari Minggu di jam segini? Lagian aku sedang memakai baju santaiku…? ”

Aku melihat ponselku sebelum meninggalkan izakaya dan sekarang sudah lewat jam 7 malam. Area sekitar juga menjadi gelap, dan periode saat seorang siswa SMA harus mengkhawatirkan perhatian orang lain.

“Tidak apa-apa, aku akan memikirkan sesuatu ……. Apa kamu tidak mau? ”

Tanpa kusadari, suara Shirakawa-san menjadi lemah dan lirih seperti seakan-akan dia berubah jadi orang lain. Itu membuatku khawatir, dan membuatku merasa harus bertemu dengannya secepat mungkin.

“Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu aku akan pergi ke sekolah sekarang.”

“Baik. Jika ada sesuatu, hubungi telepon ini… hubungi LINE Maria, oke ”

“Aku mengerti”

Nn ?, Aku merasakan perasaan tidak nyaman di sana sejenak, tapi kepalaku masih sedikit linglung, jadi aku menutup telepon tanpa berpikir dalam-dalam.

“… Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi, Shirakawa-san”

Entah bagaimana, aku merasa tidak nyaman.

──Apa kamu bisa berjanji kepadaku kalau kamu takkan melakukan apapun yang akan membuat Luna khawatir?

──Aku janji. Aku takkan melakukan apapun yang akan membuat Shirakawa-san khawatir

Sambil mengingat percakapan dengan Yamana-san, aku berjalan melalui keramaian orang di depan stasiun, dan menuju ke gerbang tiket dengan cepat.

 

◇◇◇◇

 

Sesampainya di sekolah, kunci pintu samping dibuka. Ada cahaya yang menyala dari ruang guru di dalam gedung sekolah, jadi aku pensaran apa itu karena ada guru, atau Shirakawa-san datang lebih awal dan entah bagaimana membukanya, seperti bagaimana dia berkata "Aku akan memikirkan sesuatu".

________________________________________

Ryuuto : Aku sudah sampai di sekolah

________________________________________

________________________________________

Maria : Datanglah ke ruang penyimpanan gedung olahraga

________________________________________

“Ruang penyimpanan gedung olahraga?”

Aku pikir itu adalah ruangan tempat menyimpan tikar dan peralatan olahraga. Tapi, mengapa di tempat seperti itu ... Meski hal itu terlintas dalam benakku, setelah sampai sejauh ini, aku tidak punya pilihan selain pergi, dan menuruti apa yang dia katakan.

Suasana gelap menyelimuti dalam gedung olahraga, tapi pintunya terbuka dan pintu geser berat ruang penyimpanan juga terbuka dengan mudah.

“… Shirakawa-san?”

Cuma ada satu jendela di dalam ruang penyimpanan, namun tampaknya jauh dari cahaya luar, jadi hanya ada sedikit cahaya yang masuk. Saat aku melihat sekeliling di dalam ruang penyimpanan yang gelap dengan mata tidak terbiasa dengan kegelapan, Aku melihat seseorang sedang duduk.

“Ryuuto”

Aku mendengar suara Shirakawa-san.

“Ryuuto, kemarilah”

Aku mendekati kea rah suara itu, menuruti seperti yang diperintahkan.

“Apa yang ingin kamu bicarakan, di tempat yang ...”

Pada saat aku mencoba untuk bertanya, Shirakawa-san melompat dengan kuat ke dadaku.

“… Shi-Shirakawa-san?”

“Nee, Ryuuto”

Shirakawa-san melingkarkan tangannya di leherku dan berbisik ke telingaku.

“Aku .. ingin berhubungan seks dengan Ryuuto …….”

“Eh !?”

Dia bilang apa tadi!?

──Aku akan lebih menyukai Ryuuto mulai sekarang dan aku ingin lebih dan lebih lagi menyentuh Ryuuto, itulah yang kurasakan…. Jika aku berhubungan seks ketika aku benar-benar menginginkannya, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku penasaran pakaha rasanya benar-benar akan membuat tubuh dan pikiranku merasa nyaman.

Meskipun tadi malam dia mengatakan itu padaku, tapi, apakah dia memberitahuku bahwa perasaannya berubah dalam sehari?

Jika memang begitu, maka ... tapi tunggu, di tempat seperti ini !?

Meski pemikiran semacam itu terlintas di benak ku, tapi tubuhku sudah bereaksi duluan. Fakta bahwa aku menahan perasaan terangsang dari tadi malam juga tidak membantu, dan justru menyulut nafsuku.

Aku merasa baik dan kepalaku jernih, jadi meskipun aku merasakan semacam ketidaknyamanan, aku memeluk tubuh ramping Shirakawa-san.

“… Shirakawa-san, apa kamu yakin?”

Saat aku membenamkan hidungku di lehernya, aku bisa mencium aroma seperti vanila yang manis dan feminin.

“…Iya”

Desahan bercampur dengan nafas panjang yang penuh gairah bertiup ke telingaku.

“… Shirakawa-san”

Aku memeluk tubuhnya lagi, dengan kuat melacaknya seolah-olah untuk memeriksa lekuk tubuhnya. Rambut ikalnya yang berwarna terang menggelitik hidungku seolah-olah membujukku.

“Ahn….”

Seakan tidak bisa menahannya lagi, Shirakawa-san mendesah erotis. Suaranya sangat cabul dan menggairahkan sehingga membuatku merinding.

Ini pengalaman pertamaku, jadi jika aku benar-benar mengambil langkah untuk melakukan sesuatu seperti ini, aku tahu kalau wajahku merah padam sekarang. Ditambah, otakku dalam keadaan kabur, pusing, dan itu merampas kesadaranku tentang detail yang mencurigakan, jadi aku bisa bertindak berdasarkan naluri.

Aku mengulurkan tanganku ke bagian bawah blus seragamnya dan mengusapkan jari-jariku ke kulitnya yang sedikit berkeringat dan halus.

“Ahn…!”

Shirakawa-san membungkukkan badannya ke belakang, dan reaksinya membuatnya melekat erat padaku. Melihat reaksinya yang menggemaskan, aku memeluknya lebih erat dan mencoba merasakannya.

“…?”

Dan kemudian, aku tiba-tiba merasakan ketidaknyamanan yang kuat.

──Bisakah kamu, peluk aku?

Bahkan sampai sekarang, seluruh tubuhku masih teringat dengan jelas sensasi saat aku memeluk Shirakawa-san tadi malam. Dan sensasi elastisitas tonjolan besar dan lembut yang aku rasakan saat itu, aku tidak dapat merasakannya sekeras apapun aku memeluknya.

… Apa payudara Shirakawa-san .. selalu sekecil ini?

Pada saat yang sama, banyak keraguan muncul dalam diriku.

Apa Shirakawa-san, selalu sekecil ini? Dia memang kecil dan langsing, tapi sekarang, aku merasa gadis di pelukanku berukuran lebih kecil dari yang kuingat.

Terlebih lagi, aroma badannya tidak seperti Shirakawa-san yang biasa.

Perasaan kecil ketidaknyamanan yang telah menumpuk sejak beberapa waktu lalu, akhirnya berubah menjadi sesuatu yang tidak bisa aku abaikan.

Dan kemudian, sifat sebenarnya dari perasaan tidak nyaman yang aku rasakan pada awalnya, sedikit demi sedikit, mulai mengambil bentuknya yang berbeda dalam pikiranku yang kabur.

Shirakawa-san pergi dan mengunjungi rumah Kurose-san, tapi mengapa dia meminjam ponsel Kurose-san saat baterainya habis? Jika dia ada di dalam rumah, bukannya lebih cepat meminjam charger-nya? Selain itu, pergi keluar sendirian sambil membawa ponsel Kurose-san… memangnya pemiliknya akan mengizinkan hal seperti itu?

Saat aku memikirkan semua itu, payudara Shirakawa-san, yang berada dalam remasanku, bergetar secara tidak wajar.

Saat aku memisahkan tubuh kami, dengan "Ah", Shirakawa-san menarik ponselnya dari saku dadanya seolah-olah sedang terburu-buru. “Saitou-kun” ditampilkan di layar. Dengan tangan yang meraba-raba, dia mengetuk tombol terima panggilan.

“Kurose-san? Aku telah mengunci ruang penyimpanan seperti yang Kamu katakan! Kurose-sa… ”

Suara yang keluar dari ujung telepon terputus di sana. Sepertinya dia terlalu terburu-buru sehingga tidak bisa mengetuk tombol akhiri panggilan dengan akurat.

Kupikir suara yang barusan kudengar adalah suara Saitou dari kelas kami, tak perlu diragukan agi. Dia adalah cowok yang sebelumnya membawa file kertas untuk Kurose-san sampai ruang guru ketika aku dan Kurose-san sedang bertugas piket.

Shirakawa-san sedang memegang ponsel Kurose-san, jadi tidak terlalu aneh jika ada panggilan yang ditujukan ke Kurose-san.

Namun… aku melihatnya.

Wajah yang diterangi oleh cahaya yang datang dari layar sedikit berbeda dari wajah Shirakawa-san yang kukenal.

“Kurose-, san… !?”

Aku sangat terkejut suaraku menjadi serak.

Apa artinya ini?

Kurose-san sepertinya memakai riasan yang berbeda dari biasanya. Dan dia, memang, terlihat sedikit mirip Shirakawa-san. Rambut panjang bergelombang berwarna terangnya sangat mirip dengannya.

“Kenapa Kurose-san…?”

Kepalaku sangat panik dengan apa yang sedang terjadi.

Di depanku, Kurose-san membeku sesaat ketika dia melihat kondisiku.

“Di mana Shirakawa-san?”

Ketika aku bertanya padanya, dia menghela nafas kecil dan melepas wig di kepalanya. Dia kemudian melepaskan rambutnya yang diikat dan rambut hitam Kurose-san yang biasa tergerai indah.

“Wntah, aku tidak tahu di mana Luna berada. Bukannya dia ada di rumah dan sedang makan malam yang dibuat nenek bila di jam segini? ”

“…..”

Dengan kata lain, Shirakawa-san sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini, huh. Memahami kalau Kurose-san tidak melakukan apa pun padaku, aku merasa sedikit lega.

“Bagaimana kamu….”

Melihat wajah tercengangku, Kurose-san tersenyum ramah. Mataku sudah terbiasa dengan kegelapan di dalam ruang penyimpanan, dan sekarang aku bisa melihat sedikit detail.

“Luna dan aku sama sekali tidak mirip dari luar, tapi suara kita sama persis. Sejak kita masih kecil, bahkan orang tua kita juga salah mengira saat bertelepon. … Hei, Ryuuto! ”

Untuk sesaat, aku merasa seperti benar-benar dipanggil oleh suara Shirakawa-san. Meski aku tahu asal muasal suara itu, aku akhirnya melihat ke belakang.

Kenapa aku tidak segera menyadarinya. Tidak, ini bukan hanya aku, bahkan tidak ada seorang pun di kelas yang menyebutkannya sebelumnya. Mungkin, itu karena nada dan susunan kata yang dia gunakan saat berbicara berbeda, kurasa.

Aku tidak tahu, jadi aku akhirnya datang jauh-jauh ke sini berpikir bahwa itu adalah panggilan dari Shirakawa-san, tanpa meragukannya.

“… Kenapa kamu melakukan hal seperti ini?”

“Aku sudah bilang padamu. ‘Aku .. ingin berhubungan seks dengan Ryuuto’ …… .. ”

Kurose-san tersenyum saat meniru suara Shirakawa-san lagi,

Aku ingat apa yang terjadi sebelumnya, dan tubuhku gemetar.

Begitu ya, aku… melakukan hal seperti itu dengan Kurose-san….

Jantung berdebar dan keringat dingin ini, bahkan aku sendiri tidak yakin emosi apa yang sedang kurasakan ini.

Tapi bagaimanapun juga, setidaknya aku tahu akan buruk jika aku tetap di sini.

“... Ka-kalau begitu, aku akan pergi sekarang”

Aku berbalik dan kembali menuju ke pintu masuk, tapi pintu geser tersebt tidak bergeming.

“Aku mengunci pintu dari luar. Kamu sudah mendengarnya, ‘kan? ”

“… ..”

Ulah Saitou, ya.

“Mengapa…”

Karena taka da yang bisa kulakukan, aku menyandarkan punggungku di pintu dan duduk.

“Saitou-kun berada di klub judo, jadi dia sering menggunakan kunci gudang. Aku memanfaatkannya, dan memintanya untuk melakukannya malam ini”

Aku mengerti kalau Saitou dengan gampang menuruti apa yang Kurose-san katakan karena motif tersembunyi. Kurose-san adalah gadis cantik idola kelas jadi itu bukan hal yang mustahil.

Tapi…

“… Aku akan keluar melalui jendela itu. Atau menelepon ruang guru karena sepertinya gurunya masih di sana… ”

“Apa kamu yakin? Bahkan jika Luna mengetahuinya? "

“Eh?”

“Aku akan memberi tahu Runa. Apa yang dilakukan Kashima-kun sebelumnya ”

“Itu…!”

Saat aku mencoba membuat bantahan, Kurose-san berlutut di hadapanku, dan memelukku.

“…!”

“Tapi….”

Kurose-san berbisik ke telingaku saat aku masih terkejut.

“Jika kita terus melakukannya sampai akhir, aku janji takkan memberi tahu siapa-siapa”

Apa yang dia katakan barusan…?

Pada saat itu, aku jadi teringat perkataan Yamana-san.

──Apa kamu bisa berjanji padaku kalau kamu takkan melakukan apapun yang akan membuat Luna khawatir?

Tadi, aku memeluk Kurose-san dan sempat meraba-rabanya karena kupikir dia itu Shirakawa-san.

Tapi, ternyata dia sebenarnya Kurose-san…… Dan tak peduli seberapa banyak alasan yang kuucapkan, seperti bagaimana suaranya terdengar sangat mirip seperti Shirakawa-san atau kepalaku sedang pusing, ini sudah menjadi kebenaran tak terbantahkan kalau aku di sini, berduaan dengan Kurose- san dan kami berpelukan.

Jika Shirakawa-san mengetahui apa yang terjadi di sini…

Bahkan saat aku sedang panik memikirkan hal seperti itu, Kurose-san masih memelukku erat. Terpaku pada tubuh yang lembut, perasaan yang sebelumnya aku rasakan kembali. Bahkan pada saat ini, aku mencintai Shirakawa-san, tetapi tubuhku perlahan menjadi panas, sangat berkebalikan dengan hatiku.

“… kamu bersedia .. tutup mulut jika kita melakukannya sampai akhir?”

Aku dengan gugup bertanya padanya, dan Kurose-san mengangguk.

“Ya. Aku takkan memberi tahu siapa-siapa. Maksudku, Saitou-kun juga tidak mengira kalau aku ada di dalam, jadi kita takkan pernah ketahuan ”

Kurose-san berbisik di dekat telingaku, dan tangan yang dia letakkan di punggungku naik turun seolah-olah sedang membelaiku.

“Jika kamu sangat mencintai Luna, maka aku akan berpura-pura menjadi Luna-mu. … Oke, Ryuuto? ”

Meski aku sadar betul di kepalaku, tapi rasanya seakan-akan aku berada di bawah ilusi.

Aku memiliki kilas balik dari perasaan terangsangku dari tadi malam, dan sebelum aku menyadarinya, aku mendorong Kurose-san ke atas lantai.

“Shirakawa-san…”

“Ryuuto .. kemarilah…”

Tangan Kurose-san memasuki bajuku.

Kepalaku linglung dan panas.

Selama Kurose-san tutup mulut ...

Tapi, itu tidak mengubah fakta bahwa kamu akan mengkhianati Shirakawa-san.

Pemikiran tersebut melintas lagi di benakku, perasaan tenang kembali padaku sedikit.

Tapi, hal yang lebih baik daripada membukanya dengan usaha yang gagal dan membuatnya khawatir adalah…

Tapi tetap saja, yang namanya pengkhianatan tetaplah pengkhianatan.

Di dalam kepalaku, malaikat dan iblis berbisik dengan kecepatan yang memusingkan.

“Ryuuto…”

Aku menghentikan napasku saat suaranya berbisik di dekat telingaku

──Ryuuto, sangat hangat…. Aku merasa nyaman

Tadi malam, suara Shirakawa-san bergema dengan kebahagiaan di telingaku.

Suaranya, dan juga kehangatannya ... semuanya memang sama.

Tapi yang di sini .. bukan Shirakawa-san.

“Kurose-san”

Aku kembali sadar. Lalu memisahkan diriku darinya dan berdiri.

“… Satu hal, apa kamu keberatan jika aku mengkonfirmasi satu hal denganmu?”

Aku merasa ada yang sedikit aneh sejak beberapa waktu lalu. Tapi isi kepalaku linglung, jadi aku tidak bisa memastikannya. Dan akhirnya, aku tersadar.

“Kupikir alasan Kurose-san berpura-pura menjadi Shirakawa-san dan memanggilku ke sini, adalah untuk membalas dendam pada Shirakawa-san…”

Kurose-san membencinya karena, ketika orang tua mereka bercerai, ayah tercintanya mengambil hak asuh Shirakawa-san ketimbang Kurose-san. Itulah sebabnya, dia sebelumnya menyebarkan rumor buruk tentang Shirakawa-san, mencoba mengganggunya. Kali ini juga, aku pikir kali ini juga salah satu upayanya untuk membalas dendam.

“Jika itu masalahnya, jika aku dan Kurose-san ... umm, jika kita memasuki hubungan fisik dan tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang hal itu, bukannya itu akan menjadi tidak berarti dari sudut pandang Kurose-san?”

Kurose-san juga bangun, duduk di lantai, dan menatapku dengan mata menengadah.

“… Kenapa menurutmu begitu? Apa kamu memberitahuku bahwa aku akan memberitahu Runa dengan cara lain? ”

"Maksudku, jika tidak ada... apa untungnya Kurose-san melakukan ini? Apa gunanya…”

Merayu cowok yang bahkan tidak kamu sukai?

Saat ini aku berpikir demikian.

“… Aku memang mencintaimu”

Kurose-san berbicara dengan berbisik.

“Itu karena aku mencintaimu… aku hanya, ingin melakukannya dengan Kashima-kun”

“Eeeeh!?!”

Mana mungkin dia… dan ketika aku melihat ke arah Kurose-san sambil memikirkan itu, dia menundukkan kepalanya dan gemetar. Bahkan dalam sauasana gelap, aku bisa melihat pipinya tampak kemerahan, dan dia menggigit bibirnya begitu kuat hingga berubah menjadi putih.

Aku tak berpikir kalau semua itu hanyalah akting.

“Aku mencintaimu… sejak kamu memarahiku yang menyebarkan rumor buruk tentang Luna”

“Ke-kenapa…?”

“…Kenapa ya. Mungkin karena aku merasa kamu begitu baik kepadaku. Saat aku membicarakan tentang ceritaku, kamu juga mendengarkannya dengan sungguh-sungguh… ”

Kurose-san menjawab dengan malu-malu, lalu menegang ekspresinya dan menatapku.

“Selama kamu tidak memberitahu Luna, semuanya akan baik-baik saja”

“Tidak”

Aku menggelengkan kepalaku, saat aku benar-benar sadar kembali dan pikiranku menjadi jernih.

“Meski begitu, aku tidak bisa melakukan ini lagi. Ini akan menjadi pengkhianatan terhadap Shirakawa-san, selain itu… ”

Aku berbicara kepada Kurose-san yang terus menatapku.

“Aku juga merasa kasihan pada Kurose-san.”

Ketika Kurose-san mendengar ini, dia membuka matanya lebar-lebar seakan-akan terkejut.

Lalu….

“Apa ada orang di sana!? Aku bisa mendengarmu berbicara “

Aku mendengar suara seseorang datang dari gedung olahraga. Dan dengan sekali klik, kuncinya dibuka, dan pintu geser terbuka.

Di sana berdiri seorang satpam sambil membawa senter, sepertinya sedang berpatroli.

“Apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini? Dari kelas mana? Aku harus memberitahu guru… ”

Saat kami mendengarnya, Kurose-san mulai berlari.

“Hei! Jangan lari! ”

Melihat satpam itu bimbang apa akan mengejarnya atau tidak, aku pun mulai kabur.

“Hei kalian, jangan lari!”

Jika guru diberitahu, tidak hanya Shirakawa-san, tapi seluruh sekolah akan tahu bahwa aku berduaan dengan Kurose-san di ruang penyimpanan.

Ketika aku meninggalkan gedung olahraga, Kurose-san sedang menungguku dan kemudian berbicara.

“Aku akan pergi melalui gerbang belakang, jadi Kashima-kun kabur melalui gerbang samping”

“Bai-baiklah"

“Bye…”

Dan saat Kurose-san hendak pergi, dia berbalik dan menatapku.

“… Bagaimanapun, aku mencintaimu”

Dia memberitahuku sambil tersenyum, dan mulai berlari.

“……”

Aku ditinggalkan sendirian, dan mulai tertegun sejenak.

“…Sial”

Mengingat kita masih dikejar satpam, aku segera mulai berlari ke gerbang samping.

 

◇◇◇◇

 

Hari ini adalah hari yang panjang.

Saat mengingat kembali kejadian tadi malam, ketika aku menghabiskan malam sambil bergandengan tangan dengan Shirakawa-san hampir tidak bisa tidur, sulit untuk percaya bahwa semuanya terjadi pada hari yang sama.

Sesampainya di rumah, aku berbaring di tempat tidurku dan rasa lelah mulai menghampiri badanku.

Aku menatap langit-langit sambil berpikir. Hal yang terlintas di pikiranku ialah, seperti yang diharapkan, apa yang Kurose-san katakan sebelumnya.

──Bagaimanapun juga, aku mencintaimu

Apa dia ….. menembakku?

Jika memang begitu .. haruskah aku memberikan jawaban?

Di ruang penyimpanan, aku memberitahu Kurose-san kalau aku tidak bisa melakukannya sampai akhir, tapi kami segera dikejar oleh satpam sekolah dan akhirnya kami berpisah. Aku merasa seperti kalau aku tidak menanggapinya dengan jelas dan hal itu menggangguku.

Kurose-san…

Ketika aku mengingat rangkaian peristiwa yang terjadi di dalam ruang penyimpanan, jantungku mulai berdebar kencang.

Kurose-san .. benar-benar imut. Aku pikir dia bisa memilih cowok mana saja yang dia inginkan, namun, kenapa dia memilihku?

Yah, aku memang pernah menyukainya saat masih kelas 1 SMP, dan bahkan sekarang, jika aku tidak berpacaran dengan Shirakawa-san… tidak, tidak ada gunanya memikirkan tentang "perumpamaan" ini.

Itu karena saat ini .. Aku tidak bisa memikirkan orang lain selain Shirakawa-san.

Aku akan menjelaskannya pada Kurose-san.

Dengan pemikiran itu, aku membuka aplikasi LINE.

Entah bagaimana karena tidak bisa tetap berbaring, aku duduk tegak di tempat tidur dan mengetuk simbol panggilan suara. Aku merasa tidak sopan menolaknya hanya dengan mengirim pesan.

"…Halo"

Kurose-san segera menjawab panggilan.

“Halo, Kurose-san? Apa kamu sampai di rumah dengan selamat? ”

“Iya”

“Syukurlah. … Umm, mengenai apa yang kamu katakan tadi…”

“Kashima-kun”

Dipanggil dengan nada yang kuat, aku berhenti berbicara.

“Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Tapi, aku ingin mendengarnya secara langsung”

“Eh…”

“Jika kamu mengatakannya lewat telepon, aku tidak bisa menyerah. Aku tidak akan mengganggu Kashima-kun lagi dan ini akan menjadi yang terakhir kalinya, jadi ... bisakah aku bertemu denganmu sekali lagi? ”

Cara berbicara barusan adalah cara Kurose-san, tapi suaranya sangat mirip dengan Shirakawa-san. Ketika aku memikirkannya, aku sulit untuk mengabaikan permintaannya.

“…Aku mengerti. Tapi, kita akan bertemu di luar, oke? ”

Ketika aku mengatakan itu padanya, karena aku khawatir itu akan berakhir seperti hari ini lagi, Kurose-san tertawa kecil dari sisi lain telepon.

“Aku tahu. Kita bisa bertemu di taman atau sesuatu.”

“Karena sekarang sudah malam, jadi bisakah kita bertemu besok?”

“Ya. Kalau begitu, besok saat hari cerah.”

Jadi, kami memutuskan waktu dan tempat untuk bertemu, lalu mengakhiri panggilan.

 

◇◇◇◇

 

Keesokan harinya merupakan hari dengan cuaca mendung yang pengap.

Bahkan setelah menjelang tengah hari, Ichi dan Nishi masih belum online di Discord. Hal itu membuatku khawatir, jadi aku menelepon Ichi.

Karena kemarin aku terlalu kelelahan, jadi aku akhirnya tertidur meski aku mengkhawatirkan keduanya.

“Halo? Ichi? Apa kamu baik-baik saja?”

Karena aku tidak mendengar suara apa pun meski panggilan tersambung, aku mencoba bertanya. Dan di saat berikutnya, pertanyaanku dibalas dengan suara yang sangat keras sehingga kupikir ponselku akan retak.

“AKU TIDAK BAIK-BAIK SAJAAAAAA!”

“… Ap-Apa yang terjadi?”

Sepertinya ada sesuatu yang terjadi, tapi aku lega Ia baik-baik saja untuk saat ini.

“Cewek lonte itu! Calpi● Soda dengkulmu!! Mana mungkin ada Ca●pis yang akan membuat kepalaku sakit seolah-olah ingin pecah !!! ”

“Itu benar, candaannya tidak lucu tau!! Beraninya dia bermain-main dengan hati polos orang suram !!! ”

Dari dekat, aku juga bisa mendengar suara Nishi.

“Apa Nishi juga ada di sana?”

“Ini rumahku! Tentu saja aku akan berada di sini! "

“Nishi membiarkanku bermalam di sini ... 'Kamu berani pulang jam segini dengan wajahmu yang memerah seperti orang mabok', aku diberitahu begitu dan dipukul keras oleh orang tuaku, tahu ... dan aku diusir dari rumah.”

Ichi menjelaskannya dengan suara sedih hingga membuatku tercengang.

“Orang tuaku juga sempat marah, tapi aku menjelaskan kalau karyawan yang ceroboh membuat kesalahan dalam pesanan. Dan aku berhasil masuk ke rumah dengan Ichi, entah bagaimana "

Tentu saja, terlepas disengaja atau tidak, setiap karyawan yang melayani anak SMA minuman semacam itu akan dicap jelek, ‘kan ...

“Jadi aku pergi tidur, tapi sejak pagi aku muntah atau terjatuh, dan kepalaku sakit” (Nishi)

“Aku telah memutuskan bahwa aku takkan pernah minum lagi!” (Ichi)

“Gadis iblis menyebalkan itu!” (Nishi)

“Dan Kashi sudah lenyah entah kapan!” (Ichi)

“Ah, ya, tentang itu .. Aku benar-benar minta maaf…”

Kebencian mereka ditujukan kepadaku, jadi aku segera meminta maaf.

“Setelah kalian berdua tertidur, tidak ada yang bisa dilakukan. Dan Yamana-san memberitahuku bahwa dia akan menjaga kalian berdua setelahnya, jadi itu sebabnya…”

“Gadis iblis menyebalkan itu! Menjaga seseorang, gundulmu !! Dia punya nyali mengatakan 'Aku akan pergi sekarang, jadi pulanglah sendiri sana', melemparkan dua botol air ke arah kami dan mengusir kami !!!”

“Orang itu bukan gadis iblis! Dia cuma iblis !!! ”

“Aku akan memotongnya dengan katana mataku !!”

“….”

Aku punya firasat tentang itu, tapi aku rasa mereka tidak diperlakukan dengan hangat.

Itu juga berlaku untukku, tapi aku minta maaf karena ini pertama kalinya sangat buruk di izakaya bagi mereka berdua… Dan saat aku memikirkan itu.

“Seperti yang diharapkan, pergi ke izakaya adalah ide yang buruk”

“Sepertinya begitu. Jika ingin menjadi seorang normie, kita harus pergi ke laut dengan seorang gadis seperti Kashi.”

“Tapi kita tidak punya cewek. Untuk saat ini, kurasa itu akan berhasil jika aku pergi ke laut.”

“Ya, pergi ke laut untuk saat ini”

“Tahun depan akan menjadi musim panas yang kelam untuk belajar untuk ujian, jadi aku harus melihat cewek-cewek yang memakai pakaian renang tahun ini”

Seolah ingin lari dari kenyataan, Ichi dan Nishi sedang membicarakan rencana masa depan mereka.

“… Tapi Yamana-san mengkhawatirkan kalian berdua, tahu?”

Aku mengatakan ini kepada mereka karena aku pikir kesan mereka terhadap Yamana-san akan berubah menjadi yang terburuk jika aku tidak memberitahunya, tapi itu tidak sepenuhnya bohong.

Tadi malam, aku mendapat SMS dari Yamana-san yang mengatakan "Mereka berhasil pulang dengan selamat, dan memberi mereka kunyit jika terlihat buruk".

“Eh, serius?”

Kemudian nada suara Ichi berubah.

“Bahkan gadis iblis masih memiliki hati manusia, ya ...”

“Kadang judes, kadang juga baik, bukannya dia terlalu ahli dalam bidang gap moe begini?”

“Kurasa ini benar-benar era gadis iblis”

“Lingkaran hukuman dan hadiah ini tidak bisa dihindari!”

Dengan Nishi, Ia bertukar kata-kata frustasi. Aku senang mereka adalah teman yang kuat.

Jadi, aku bernafas lega mengetahui kalau mereka aman, dan kemudian kami bertiga membicarakan hal-hal sepele untuk sementara waktu, lalu mengakhiri panggilan.

Setelah itu, aku mulai berganti baju untuk bersiap-siap bertemu Kurose-san.

 

◇◇◇◇

 

Tempat pertemuan yang aku putuskan bersama Kurose-san adalah taman besar di dekat Stasiun K. Pertama-tama, Kurose-san pergi ke sekolah yang sama denganku, jadi rumahnya dekat. Dan juga, rumah kakeknya, tempat dia kembali, berada di tempat yang sama seperti sebelumnya.

Saat aku sampai di taman yang jaraknya 10 menit jalan kaki dari rumahku, ternyata Kurose-san sudah datang meski masih beberapa menit sebelum waktu yang dijanjikan.

“Kashima-kun”

Saat dia menyadariku, Kurose-san tersenyum bahagia. Wajahnya sangat imut, dan rasanya menyakitkan memikirkan apa yang akan aku katakan padanya.

Pada awalnya aku menyukainya dan penampilannya adalah tipeku, jadi itu membuatnya semakin menyakitkan bagiku.

Tapi, aku harus memberitahunya dengan tegas. Agar Shirakawa-san tidak khawatir, aku harus memberitahu Kurose-san dengan jelas.

“Terima kasih sudah datang, Kashima-kun”

Kurose-san .. memiliki senyum yang lembut.

Senyuman tersebut bukanlah senyuman sanjungan yang dia tunjukkan kepada anak laki-laki di kelas, atau senyuman jahat yang dia tunjukkan ketika dia menyebarkan rumor buruk tentang Shirakawa-san, tapi itu adalah senyuman alami yang dia buat di depan teman-temannya atau seseorang yang dia cintai.

Seseorang yang dia cintai ... seperti yang diharapkan, dia serius saat memberitahuku kalau dia mencintaiku, ya ...

“Bisakah kita berbicara sambil berjalan?”

Menanggapi usulan Kurose-san, kami memutuskan untuk berjalan di sepanjang kawasan pejalan kaki di dalam taman. Di bawah cuaca cerah, sinar matahari yang melewati dedaunan pepohonan akan membuat tempat ini indah, tetapi di bawah cuaca mendung seperti hari ini, rasanya jadi sangat suram. Mengingat tempat di mana kamu bisa menghabiskan waktu di luar ruangan dengan menyenangkan di pertengahan musim panas ini hanya sedikit, tempat ini adalah tempat yang bagus dan sejuk dengan selokan air buatan yang mengalir di dekatnya.

“Kashima-kun, kupikir kamu bakal ditangkap oleh satpam”

“Aku baik-baik saja. Sepertinya Ia cuma memperingati saja dan tidak pernah mengejarku”

“Begitu ya. Aku ingin tahu apakah itu karena beliau sudah kakek-kakek”

Taman ini terletak di dataran tinggi di sepanjang rel kereta api, dan percakapan kami sesekali terputus karena suara kereta dan pesawat yang lewat di langit.

Setelah interupsi untuk kesekian kalinya, aku menguatkan diri dan mulai berbicara.

“Kurose-san”

Dan kemudian Kurose-san berhenti berjalan.

“Kashima-kun, kamu tahu”

Kurose-san, yang berbicara dan menatap ke depan, mengalihkan pandangannya ke arah kakinya dan tersenyum lembut.

“Sampai aku datang ke sini, aku cukup bersenang-senang. … Aku merasa seperti akan berkencan, dan bingung baju seperti apa yang harus aku pakai, menata rambutku… ”

Aku agak terkejut dan kemudian ke seluruh tubuh Kurose-san. Kurose-san mengenakan gaun kotak-kotak hitam dan merah muda. Tas tangan dan sepatunya berwarna hitam, dan meski belum sampai ke gaya gothic lolita, secara keseluruhan itu adalah kombinasi barang-barang dengan cita rasa feminin.

“Tapi, aku akan ditolak. Aku tahu itu, tapi itu menyakitkan, bukan ... "

Tetesan air jatuh di kaki Kurose-san. Saat aku hendak melihat ke langit sambil bertanya-tanya apa akhirnya akan turun hujan, aku tertangkap oleh matanya.

Kurose-san menangis. Mengerutkan bibirnya, dia menyipitkan matanya seolah menahannya. Dan dari mata itu, tetesan air mata mengalir satu demi satu.

“Orang-orang yang sudah menembakku sejauh ini… dan Kashima-kun, juga, aku ingin tahu apa ini yang kamu rasakan? Maaf, telah membuatmu merasakan hal yang semenyakitkan ini, Kashima-kun… ”

“Maaf, Kurose-san ...”

Saat aku mengucapkan kata-kata yang sama yang Kurose-san ucapkan, bahunya naik turun dengan gerakan yang luar biasa.

Aku datang ke sini untuk menolaknya.

Namun, aku merasa hal itu terlalu kasar padanya sekarang jika aku mengatakan lebih dari yang sudah kukatakan. Meski cuma dengan kalimat itu, seharusnya sudah lebih dari cukup untuk menyampaikan perasaanku.

Aku selalu berpikir bahwa aku tidak populer dan ditolak oleh gadis yang aku suka karena aku adalah cowok yang suram dengan wajah kayak karakter sampingan. Tapi, cinta adalah tentang hubungan antara orang dan waktu. Itu sebabnya, gadis cantik seperti Kurose juga bisa ditolak oleh cowok tidak keren sepertiku. Bahkan ada kasus di mana seorang gadis yang sangat manis dan baik seperti Shirakawa-san terus menerus dibuat menangis oleh cowok. Dan cowok sepertiku juga bisa berkencan dengan gadis cantik seperti Shirakawa-san.

‘Kamu tidak populer karena kamu murung, Kamu adalah gadis yang manis jadi kamu mempunyai kehidupan yang mudah,’ aku menyadari bahwa hal yang seperti itu hanyalah kesan subjektif semata.

“Dengan ini, aku bisa membalas dendam karena ditolak di masa lalu”, hal seperti itu, bahkan tidak ada satu atom pun yang terlintas dalam pikiranku.

──Maaf. Aku .. hanya menganggap Kashima-kun sebagai teman ...

Aku merasa seperti beban berat yang telah aku pikul di hatiku sejak saat itu tiba-tiba terangkat.

“Kurose-san… apa kamu ingin duduk dan istirahat sebentar?”

Ada banyak bangku di sepanjang kawasan pejalan kaki di berbagai tempat. Bagiku, yang membuat usulan demi tidak menarik perhatian dari mata publik, Kurose-san melompat ke arahku begitu tiba-tiba dan cepat.

“… !?”

Tubuhku langsung membeku. Dan saat aku mencoba untuk menjauh darinya.

“… Hic… uuu…. hic

Layaknya anak kecil, dia menangis tepat di depanku. Hal itu membuat hatiku sakit jadi aku tidak tega menjauhkan badannya.

Hic… Kashima-ku… n”

Di sela-sela tangisan, Kurose-san mengeluarkan kata-kata dari tenggorokannya dengan usaha yang maksimal.

“Aku akan menjadi akan segera pulang, jadi… hik, sebentar saja… biarkan aku tetap seperti ini ”

“…Aku mengerti”

Kurose-san membenamkan wajahnya di dadaku dan melingkarkan tangannya di punggungku, memelukku dan menangis seolah-olah dia menempel padaku.

Namun, aku tidak bisa memeluk punggung yang lembutnya itu.

Hanya pada saat ini, aku merasa ingin berada di sana demi menenangkan perasaannya.

 

 

<<=Sebelumnya  |   |  Selanjutnya=>>


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama