Tobioriyou JK Vol.1 Chapter 05 Bahasa Indonesia

Chapter 5 – Sedikit Cerita Mengenai Masa Lalu

 

Pada jam istirahat makan siang seperti biasa.

“Haa?! kamu sudah bersusah payah membeli pakaian, tapi kamu dan Hatsushiro-san masih belum memakainya lagi sejak saat itu?”

“Yah, aku dan Hatsushiro tidak bisa tenang saat memakainya. Jadi kami memutuskan untuk memakainya di acara-acara khusus, misalnya seperti saat kami pergi keluar bersama.”

“Padahal aku memilihnya bukan demi sesuatu yang besar … Yah, kurasa hal itu sangat menggambarkan kalian.”

Yuuki sedang membaca buku pelajarannya dan Ootani sedang membaca manga shounen “Capt Tsubasa. Bahkan Yuuki sepenuhnya tahu kalau itu adalah mahakarya yang tak lekang oleh waktu, tapi saat Ia bertanya mengapa Ootani membacanya sekarang, tampaknya manga tersebut menjadi “populer di komunitas BL”… dan Yuuki memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.

Dan kemudian, “SHOUKO-CHUAAAN!!”

Pintu kelas terbuka dengan kekuatan besar dan Fujii merangsek masuk. Hari ini juga, seperti biasa, Ia adalah cowok ikemen dengan tampang seperti model.

Sikapnya yang kalem saat mengusir para mahasiswa yang mencoba merayu Hatsushiro tempo hari menghilang entah kemana, dan Ia segera menuju ke arah Ootani dengan kekuatan yang bahkan membuat Lup kabur tanpa alas kaki.

Intinya, Ia orang yang benar-benar cabul.

“Hari ini kamu juga terlihat luar biasa!! Untuk bulan madu kita, bagaimana kalau kita pergi ke Hawaii atau mungkin Eropa ”

“HMMPH!!”

GABO!?”

Sepatu dalam ruangan Ootani mendarat ke wajah terganteng di sekolah.

“…Hei, barusan sampe mengelurkan suara tumpul yang sangat bagus, tapi apa kamu baik-baik saja?”

Yuuki mengkhawatirkannya. Namun, “…Ya, aku baik-baik saja. Justru, aku pikir hal semacam ini sangat bagus, ”kata Fujii sambil bangkit sedikit gembira, dengan wajahnya yang memiliki bekas dengan bentuk sepatu dalam ruangan. Intinya, orang mesum.

“Jadi, Shouko-chan, bisakah kamu menendangku sekali lagi?”

Ootani kemudian berbicara dengan tatapan mata seolah-olah dia melihat ta* orang lain menempel di toilet.

“Ogah banget. Aku bahkan tidak ingin menyentuhmu, dasar orang mesum sialan”

“Aaah… Dilecehkan seperti ini juga membuat perasaan panas berangsur-angsur muncul di dalam diriku…”

Ia orang yang super cabul.

Ootani menghela nafas panjang dan mengembalikan perhatiannya ke manga, seolah-olah Ia tidak mau berurusan dengannya lagi.

Yuuki kemudian berbicara dengan Fujii.

“Kamu benar-benar hebat, ya. Kamu sampai rela datang ke kelas ini di lantai yang berbeda hanya untuk mengganggu Ootani ”

“Yah, kali ini aku punya pesan untukmu juga, Yuuki”

“Untukku?”

“Ya. Wali kelasmu mungkin akan memberitahumu lagi, tapi aku disuruh memberitahumu untuk datang ke kantor kepala sekolah saat sepulang sekolah.”

 

◇◇◇◇

 

Dan sekarang sepulang sekolah.

“Tapi apa yang diinginkan kepala sekolah sampai memanggilku segala?” pikir Yuuki saat tiba di depan pintu kantor kepala sekolah.

Yuuki memiliki lebih banyak interaksi dengan kepala sekolah ketimbang murid lainnya. Karena Ia adalah murid penerima beasiswa SA, maka setiap semester ada wawancara sekali di mana Ia akan disuruh untuk terus bekerja keras dalam akademisnya.

Namun, Yuuki, yang tidak pernah memiliki masalah khusus, tidak pernah dipanggil karena alasan itu. Terakhir kali dan waktu sebelum nilaiku berada di peringkat pertama seangkatan, jadi tidak mungkin karena alasan itu, pikirnya.

Dengan pemikiran itu, Yuuki membuka pintu dan memasuki kantor kepala sekolah.

“Halo, Yuuki-kun. Bagaimana kabarmu?,” kepala sekolah menyapa dengan suara lembut, dan duduk di meja kayu besar di depannya.

Bapak kepala sekolah merupakan seorang pria paruh baya yang berumur sekitar akhir lima puluhan dengan rambut beruban yang disapu ke belakang dan mengenakan setelan hitam. Melihat pakaian dan gaya rambutnya saja, Ia terlihat sangat menakutkan, tetapi alisnya yang miring, wajahnya yang lembut, dan cara bicaranya yang santai tanpa tergesa-gesa memberi kesan bahwa Ia hanyalah pak tua yang baik hati.

Karena alasan itulah, sudah tak terhitung jumlah murid yang terseret ke alam mimpi saat pidato kepala sekolah di upacara penutupan semester.

“Aku minta maaf karena memanggilmu kemari. Kamu selalu menggunakan waktu sepulang sekolah untuk belajar sendiri, namun aku membuatmu menggunakan waktu itu untuk datang ke sini ”

“Kalau hanya sebentar, saya tidak keberatan. Jadi, apa ada sesuatu yang ingin Anda bicarakan dengan saya, pak? ”

“Aah, mengenai itu. Dia akan memberitahumu lebih banyak tentang detailnya, ” kata kepala sekolah, mengarahkan pandangannya ke sofa untuk menerima tamu.

Dan di sana terdapat dua orang yang duduk sambil mengenakan seragam bisbol.

Salah satu orang yang duduk adalah Fujii. Ketika tatapan matanya bertemu dengan Yuuki, Ia menggerakkan mulutnya untuk membuat salam "hei" dan mengangkat tangannya.

Dan akhirnya, satu laginya adalah pria asing yang lebih muda dari kepala sekolah, usianya sekitar awal 40-an.

“Hei, senang bertemu denganmu, Yuuki Yuusuke-kun. Aku Shimizu Kouji, pelatih klub baseball mulai tahun ini,” ujar Shimizu sembari berdiri dari sofa. Meski Ia tidak setinggi Fujii, tapi badannya cukup tinggi. Wajahnya maskulin dan penuh vitalitas, sangat berkebalikan dari kepala sekolah.

Yuuki meraih tangan kanan yang diulurkan dan melakukan jabat tangan.

“Senang bertemu dengan anda juga.”

“…Yeah, meski sudah jauh dari dunia bisbol selama lebih dari tiga tahun, kamu benar-benar memiliki tangan yang bagus. Seperti yang diharapkan, kamu layak menjadi jagoan klub bisbol kami, Yuuki kun!!,” seru Shimizu dengan suara yang kuat seolah-olah anggota regu yang bersorak dan anggota perusahaan teater telah keluar dari perutnya.

“…Maaf?”

“Ah, tidak perlu khawatir. Bahkan aku memiliki periode di masa-masa SMA di mana aku tidak dapat melakukan lemparan selama hampir satu tahun karena cedera, tetapi sebagian besar periode kosong yang kamu miliki dapat diperoleh kembali dengan kerja hati-hati dalam waktu kurang dari enam bulan. Tentu saja aku juga akan membantumu!!”

Suara itu sendiri bisa terdengar keras dan jelas, tapi maksud kata-katanya tidak jelas bagi Yuuki.

Yuuki menatap Fujii, mencoba bertanya, "Apa artinya ini?" dengan matanya.

Fujii menggelengkan kepalanya, menyampaikan "Begitulah adanya." Ada sedikit kekesalan dalam ekspresinya.

Sebenarnya, entah bagaimana orang ini… aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat…

“Umm, apa kebetulan kita pernah bertemu di suatu tempat?”

Shimizu kemudian sedikit mengernyitkan alisnya, lalu Ia tertawa.

“HAHAHA, meski begitu kupikir itu nama yang cukup terkenal”

Fujii kemudian berbicara dengan Shimizu.

“Bukannya saya sudah memberitahu anda, pelatih, kalau Yuuki itu benar-benar jauh dari dunia bisbol sekarang. Yuuki, pelatih Shimizu adalah mantan pemain bisbol professional.”

“…Aah, Shimizu yang itu!!”

Yuuki akhirnya mulai ingat.

Shimizu Kouji. Dia adalah mantan pemain bisbol yang aktif sebagai pelempar  sejak tahun pertamanya sebagai lulusan SMA, yang juga telah memenangkan gelar seperti strikeout leader. Karena cedera dan semacamnya, Ia lalu pensiun pada usia muda sembilan tahun yang lalu, tetapi Ia adalah eksistensi yang namanya setidaknya agak akrab bagi pemain bisbol muda pada masa itu.

Rasanya cukup mengejutkan kalau Ia menjadi pelatih klub bisbol di sekolah kami.

Yah, kesampingkan itu sejenak.

“Jadi, ada urusan apa yang anda miliki dengan saya?”

“Seperti yang sudah kubilang tadi, sebagai jagoan dari klub kami”

Dan kemudian suara lembut kepala sekolah menyela percakapan intens yang akan keluar dari mulut Shimizu lagi.

“Sudah, sudah, tunggu dulu sebentar, Shimizu-kun. Seperti biasa, ketika kamu terlalu bersemangat rasanya jadi sulit melakukan percakapan yang benar.”

“Eh? Aah, tolong maafkan aku, Senpai. Saat ada talenta muda di depanku, aku hanya… Tolong maafkan aku, Yuuki-kun,” ujar Shimizu sambil menundukkan kepalanya.

Dilihat dari percakapan mereka, sepertinya mereka memiliki hubungan senior junior di klub baseball SMA atau universitas.

“Dengan kata lain, Shimizu-kun mengundangmu untuk bergabung dengan klub bisbol. Aku juga tahu kalau kamu cukup aktif dalam bisbol selama masa SMP-mu. Dan mulai tahun ini, sekolah kami akan lebih berusaha dalam klub bisbol kami. Dan itulah bagian dari alasan mengapa kami mempekerjakannya. Jika murid seperti Yuuki-kun bisa masuk dan berperan aktif, sekolah kami juga akan berterima kasih… Meski begitu, aku juga berpikir bahwa akan sulit untuk mempertahankan nilaimu pada saat yang sama, tapi Shimizu-kun tetap bersikeras ingin mengundangmu. Jadi setidaknya aku membiarkannya berbicara denganmu tentang hal itu. ”

....Begitu, jadi mengenai itu, ya.

“Maaf, tapi saya ingin menolaknya. Dan jika tidak ada urusan lagi, saya permisi dulu ”

Yuuki berbalik dan membuka pintu kantor kepala sekolah.

“Ah, tunggu, Yuuki-kun!?”

“Pelatih, bukannya sudah saya bilang kalau itu tidak ada gunanya~”

Yuuki berjalan keluar dari kantor kepala sekolah sambil mendengarkan percakapan antara Shimizu dan Fujii.

 

◇◇◇◇

 

Setelah meninggalkan kantor kepala sekolah, Yuuki dengan penuh konsentrasi, kembali belajar di ruang belajar sekolah.

Usai melihat matahari mulai terbenam, Yuuki mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan ruang belajar.

Dan secara kebetulan, Ia bertemu Fujii di gerbang sekolah.

“Hei, apa kamu akan pulang?”

“Ya, dan tumben sekali kamu bisa selesai pada jam segini, Fujii.”

“Sepertinya ada yang harus diurus oleh pelatih, dan akhir-akhir ini kami juga sering menyelesaikannya lebih awal. Ayo pulang bareng sampai setengah jalan”

“Ya, ayo”

Dan kemudian Yuuki dan Fujii berjalan berdampingan.

“Tapi rasanya sudah cukup lama, bukan? Pulang bersama seperti ini,” gumam Yuuki.

Sebelum bertemu Hatushiro, Yuuki akan tinggal dan belajar sendiri di ruang belajar bila tidak ada jadwal kerja sambilan, yang sering berakhir pada saat yang sama ketika latihan klub bisbol berakhir. Jadi, Yuuki dan Fujii yang menuju ke arah yang sama dalam perjalanan pulang sampai setengah jalan, secara alami mulai berbicara satu sama lain saat mereka berjalan pulang.

Yah, sejak kedatangan Hatsushiro, Yuuki mulai berlari pulang dengan kecepatan penuh pada hari Ia tidak punya jadwal kerja sambilan, jadi belakangan ini mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbicara lagi.

“…Apa ini yang dinamakan kamu berhenti bergaul dengan teman-temanmu lagi setelah kamu sudah menikah?” gumam Yuuki.

“Hm? Apa yang kamu gumamkan?”

“Aah, bukan apa-apa. Jangan terlalu dipikirkan, ”kata Yuuki, menggelengkan kepalanya dengan panik.

“…Pertama-tama, kita belum menikah, tidak, apa maksudku dengan ‘belum’… Yah, tentu saja, akhirnya…”

“Kamu masih sering melakukan gumaman yang cukup sulit dipahami, ya, Yuuki,” kata Fujii, tersenyum kecut.

“Aku minta maaf tentang hari ini” lanjutnya.

“Hmm? Aah, jangan terlalu dipikirkan. Bahkan Shimizu-san mungkin juga berusaha keras untuk membuat klub yang dipercayakannya menjadi lebih kuat. Selain itu, terima kasih karena sudah membantu Hatsushiro tempo hari”

“Yah, tentu saja, karena dia adalah pacar temanku, wajar-wajar saja aku memberikan bantuan,” kata Fujii dengan wajah seolah-olah mengatakan kalau itu merupakan hal normal.

Ia memang cowok tampan sampai ke kepribadiannya. Dikatakan bahwa gadis-gadis, yang berbicara dengan Fujii secara langsung, akan sering menjadi penggemar yang lebih bersemangat daripada mereka yang hanya mengawasinya dari kejauhan. Dan kemudian ada urutan kejadian yang biasa di mana mereka akan melihat kemesumannya terhadap Ootani, sampai dia diperlakukan sebagai cowok tampan yang mengecewakan.

Sungguh, hal itu masih menjadi sebuah misteri bagaimana Ia bisa menjadi seperti itu di depan Ootani…

“Dan Hatsushiro juga bilang dia ingin berterima kasih lain kali… Ah, aku akan mampir ke supermarket dulu”

Ia ingat, kebutuhan sehari-hari seperti tisu toilet dan pasta gigi di rumah hampir habis. Dan sejak mulai tinggal bersama Hatsushiro, jumlah itu berkurang dua kali lebih cepat.

“Aah, kalau begitu kurasa aku akan membeli es krim untuk diriku sendiri. Aku entah bagaimana merasa ingin makan Super Cp2

Dan kemudian Fujii juga berjalan masuk ke supermarket bersama Yuuki.

Fujii kemudian berbicara kepada Yuuki yang mengambil keranjang belanja.

“Kamu tahu, pacarmu, aku hanya berbicara dengannya sebentar tapi dia gadis yang baik, ya”

“YA!! Hatsushiro adalah gadis terbaik yang pernah ada. Tidak diragukan lagi”

“Dan kamu juga sepertinya memiliki chemistry yang baik dengannya, Yuuki”

“Me-Menurutmu begitu? Ayo~, bahkan sampai sejauh itu~. Ah, ngomong-ngomong, biar aku mentraktirmu es krim. Aku takkan pelit dan memberimu sesuatu seperti Super Cp. Aku akan mentraktirmu es krim Hagen,” usul Yuuki dengan wajah yang cengengesan.

“Betapa mudahnya memahamimu, sahabatku…,” kata Fujii sambil tersenyum masam.

Saat itulah, “Hmm? Yuuki. Bukannya itu Hatsushiro-chan?”

Fujii menunjuk Hatsushiro yang agak bermasalah di depn rak kubis.

 

◇◇◇◇

 

“Hei, Hatsushiro-cha”

“Aah, tunggu sebentar”

Yuuki menghentikan Fuuji yang mencoba memanggil Hatsushiro.

Ia sendiri kemudian memanggil Hatsushiro saat mendekatinya.

“…Ah, Yuuki-san”

Hatsushiro menundukkan kepalanya sambil masih memegang keranjang belanjaan.

Yuuki bertanya pada Hatsushiro dengan suara yang sedikit kecil.

“Uuh… Hei, Hatsushiro, apa kamu baik-baik saja di sini?”

Faktanya, Yuuki tidak tahu bahwa Hatsushiro pergi seperti ini untuk berbelanja. Meski tempat ini cukup dekat dengan apartemennya, Ia sedikit terkejut melihat Hatsushiro pergi sendirian.

“Iya. Kita kehabisan bahan di dalam kulkas, jadi aku memutuskan untuk datang ke sini untuk mencobanya. Kupikir aku baik-baik saja jika itu hanya untuk sedikit ”

Bahkan dari sudut pandang Yuuki, dia jelas-jelas tidak terlihat takut.

“…Ooh, begitukah”

“Iya. Dengan ini, sekarang aku bisa berbelanja sendiri tanpa bergantung pada Yuuki-san.”

Hatsushiro mengepalkan tangan kanannya, yang tidak memegang keranjang belanjaan, dengan wajah penuh kemenangan.

Aksinya itu sedikit menggemaskan, jadi Yuuki memutuskan untuk membelai kepalanya.

“Terima kasih, Hatsushiro”

“Yu-Yuuki-san. Ada apa, tiba-tiba…”

“Yah, aku hanya berpikir kamu itu imut jadi aku tidak bisa menahan diri”

“…Be-Begitukah. Fua”

Hatushiro merasa tersipu dan tampak bahagia, saat dia membiarkan dirinya dielus oleh Yuuki.

“…Dengan ini, Yuuki-san bisa lebih menikmatinya”

“Hm? Lebih menikmatinya?”

“Iya. Karena sampai sekarang, aku menyuruh Yuuki-san membeli bahan-bahan makanan, jadi aku pikir kamu akan tahu apa yang akan aku buat ”

“Yah, kurasa begitu”

Yuuki tidak memiliki pengetahuan tentang memasak, tetapi seperti yang diduga, jika dia diminta untuk membeli ikan, Yuuki bisa menebak itu ikan bakar hari ini atau besok. Setidaknya Ia tahu sebanyak itu.

“Itu sebabnya, aku pikir akan menyenangkan melihatmu menantikan mengenai menu makan malam nanti”

“Yah, kurasa begitu”

Pastinya, jauh lebih menyenangkan saat tiba di apartemen dan menemukan kalau makam malam hari ini adalah makanan favoritnya.

“Apa kamu masih ingat saat pertama kali kamu memakan masakanku, Yuuki-san?,” tanya Hatsushiro.

“Tentu saja,” Yuuki mengangguk antusias. Jika harus dibilang, Ia tidak akan pernah melupakan rasa mie rebus yang Ia makan saat itu.

“Saat itu, kamu terkejut dan terlihat senang dengan makanan yang aku masak untukmu, ‘kan? Bahkan sekarang, aku masih ingat betapa bahagianya perasaanku saat itu… Karena itulah, jika aku bisa membuatmu bahagia seperti itu lagi, maka….”

“…Be-Begitu ya”

Yuuki sangat senang saat mengetahui kalau Hatsushiro merasa bahagia pada waktu itu, jadi dia bingung bagaimana harus menanggapi perkataannya dan cuma bisa menggaruk pipinya sendiri.

Ia kemudian merasakan sensasi hangat di kepalanya. Ternyata itu berasal dari Hatsushiro, yang mengulurkan tangannya dan membelai kepala Yuuki.

“Se-Sekarang apa lagi….”

“Kamu sangat imut, jadi aku ... Umm, apa kamu tidak menyukainya?”

“…Tidak sama sekali, kok,” jawab Yuuki, dan kemudian ekspresi Hatsushiro tampak bahagia.

Uh huh. Rasanya memalukan. Wajahku juga semakin panas.

Tapi ya, rasanya sangat menenangkan sekali kepalaku dibelai oleh Hatsushiro. Ini agak melegakan…

“Oi oi, pasangan mesra di sana. Bisa tidak jangan menyebarkan suasana manis yang memuakkan itu di depan umum, dan memasukkanku ke dalam percakapan juga?, ”sindir Fujii, membuat senyum masam yang mirip dengan yang pernah Ootani tunjukkan.

 

◇◇◇◇

 

Untuk saat ini, mereka memutuskan untuk melakukan belanja bersama.

“Hatsushiro, biar aku saja yang membawa keranjang belanjanya”

“Terima kasih banyak”

“Hm? Tidak beli telur?”

“Iya. Ada obral khusus pada hari Senin, jadi aku berpikir untuk membelinya saat hari itu.”

“Begitu ya. Ah, terakhir kali kamu mengatakan kalau stok mie instan hampir habis, bukan. Apa kita perlu membelinya?”

“Iya. Tolong beli yang ukuran lebih besar. ”

“Tentu.”

“…….”

“Ada apa, Fujii?”

“Apa ada yang salah, Fujii-san?”

Melihat Yuuki dan Hatsushiro yang memasukkan barang ke keranjang belanja mereka dengan serasi, ekspresi Fujii tampak agak rumit.

“Tidak, aku cuma berpikir kalau ketimbang pacaran, hubungan kalian berdua justru lebih terlihat seperti pasangan yang sudah menikah. Maksudku, Yuuki, kamu juga mengerti keadaan kulkas dan dapur Hatsushiro-chan”

“Eh, aah, ya, lagipula aku sering mampir untuk makan”

Bukannya Ia tidak mempercayai Fujii, tapi fakta bahwa mereka tinggal bersama mungkin bukan sesuatu yang bisa Yuuki ceritakan dengan enteng.

“Hmm, baiklah. Selain itu, apa kamu ingin mampir ke restoran keluarga di sana jika kamu masih ada waktu setelah ini? Aku juga ingin mengobrol sedikit dengan Hatsushiro-chan”

Usai mendengar apa yang dikatakan Fujii, Yuuki menatap Hatsushiro.

Hatsushiro lalu mengangguk kecil.

“…Memang. Aku juga ingin berterima kasih dengan benar atas bantuan yang kamu lakukan tempo hari ”

 

◇◇◇◇

 

Kemudian, mereka bertiga tiba di restoran keluarga terdekat.

Mereka membuka menu, dan kemudian memilih hidangan.

“Baiklah, aku pikir aku akan memesan spageti napolitan. Bagaimana dengan kalian berdua?”

“Hmm, aku akan memesan set ikan bakar ini”

“Aku belum pernah melihat seseorang memesan itu di restoran keluarga sebelumnya ...”

“Benarkah? Hmm, kurasa ada benarnya juga”

Tentu saja, Yuuki yang dulu mungkin akan memilih sesuatu yang berbeda. Hanya saja, Yuuki yang sekarang sudah terbiasa dengan masakan Hatsushiro jadi sekarang Ia adalah orang penyuka makanan Jepang.

“Kamu mau memesan apa, Hatsushiro?”

“… umm”

Jari-jemari ramping Hatsushiro menunjuk ke halaman terakhir menu.

“Yang ini”

“Panekuk? Kamu yakin? Ini biasanya menu untuk anak kecil, jadi porsinya tidak banyak. Jika kamu ingin mencicipi makanan yang lebih enak, halaman yang sebelumnya jauh lebih baik ”

Hatsushiro sedikit menggelengkan kepalanya.

“Tidak, aku mau memesan ini saja”

“…Begitu ya”

“Oke, kalau begitu aku akan memanggil pelayannya”

Fujii memanggil pelayan yang lewat, dan kemudian memberitahu pesanan kita.

Pelayan wanita muda itu tampak sedikit gugup saat melihat wajah tampan Fujii.

Setelah memberikan pesanan mereka, Yuuki melihat pelayan telah pergi ke dapur, “Tapi kamu benar-benar luar biasa, ya,” dan memuji Fujii.

“Hm? Tentang apa?"

“Yah, mengenai kamu yang banyak disukai orang. Maksudku, bahkan pelayan sebelumnya tersipu ketika dia melihatmu.”

“Hmm, tapi kamu tahu, kurasa itu bukan sesuatu yang luar biasa. Tidak terlalu, serius.”

Sikap merendah itu terlihat menjengkelkan, tahu, pikir Yuuki. Sejauh yang Ia tahu, tidak ada orang yang bisa melakukan apapun sebaik Fujii.

“Aku juga berpikir kalau Fujii-san merupakan orang yang luar biasa. Beberapa hari yang lalu, kamu juga dengan cepat menyelesaikan situasi tanpa menimbulkan konflik sama sekali. Terima kasih banyak sudah menolongku saat itu, ”kata Hatushiro sambil menundukkan kepalanya.

Fujii kemudian menanggapi sambil tersenyum.

“Kamu adalah pacar dari penyelamat dan sahabatku. Sudah sepantasnya aku akan membantumu.”

“Penyelamat ... ?”

Hatsushiro memiringkan kepalanya. Dia tahu kalau mereka adalah teman dekat, tapi ini baru pertama kalinya dia mendengar kalau Yuuki adalah penyelamatnya.

“Aku juga penasaran tentang itu dari dulu. Aku merasa kalau aku tidak pernah membantumu, dan kamu juga tidak mau membicarakannya meski sudah kutanya. ”

“Kaarena kupikir hal itu bukan sesuatu yang perlu dibicarakan. Hmm, tapi ya… apa kamu mau mendengarnya, Hatsushiro-chan?”

“Eh, i-iya…”

Hatsushiro menanggapi dengan wajah yang terlihat sedikit malu.

“Kalau itu tentang Yuuki-san, aku ingin tahu…”

“Begitu? Kamu benar-benar dicintai, ya, Yuuki. Aku iri padamu, dasar keparat. Yah, kurasa aku akan menceritakannya kalau begitu.”

Fujii meneguk air putih yang disediakan dan mulai berbicara.

“Pertama kali aku bertemu Yuuki ialah di turnamen musim semi kelas 2 SMP. Pada saat itu, aku adalah pemain andalan dan pemukul keempat, yah, aku sudah menempati posisi itu sejak kelas 1 SMP.”

“Sejak kelas 1? Seperti yang kuduga, kamu memang luar biasa”

“Yah, kurasa memang benar… aku tidak bermaksud sombong, tapi sejak kecil, aku selalu bisa melakukan apapun bahkan tanpa berusaha”

“Itu memang hal sangat sombong untuk dikatakan,” kata Yuuki dengan wajah masam.

Tapi tentu saja, meskipun nilai Fujii selalu bertengger dalam peringkat sepuluh besar di angkatan mereka, Yuuki tidak pernah melihat Fujii belajar dengan serius.

“Itu sebabnya, kamu tahu, aku merasa kalau ini agak membosankan. Bahkan menjadi pemain andalan dan pemukul keempat, itu bukan karena aku ingin menjadi spesial, aku hanya biasa melakukan latihan klub, dan tanpa kusadari, aku sudah menempati posisi tersebut. Aku bukannya merasa senang atau bangga atau semacamnya. Pokoknya, aku  jadi…….merasa apatis. ”

Namun, di ronde pertama turnamen regional, seorang pelempar yang belum pernah dilihat Fujii muncul di hadapannya.

“…Dan orang itu adalah Yuuki-san?”

“Betul sekali. Dan aku cukup yakin kalau Ia tidak pernah muncul saat aku masih di kelas 1 juga”

“...Itu karena aku melakukannya cuma sebagai hobi. Aku juga tidak pernah bergabung klub bisbol. Cuma di kelas 2 itu saja aku disuruh penasihat klub bisbol, yang mana adalah guru wali kelasku, ingin menambahkan sedikit warna pada nilaiku, jadi aku cuma duduk dan hanya membantu dalam permainan ”

Dengan ekspresi yang sedikit canggung, Yuuki meletakkan dagunya di tangannya dan menoleh ke arah jendela.

“Menambahkan sedikit warna pada nilaimu?”

“Dulu aku tidak bisa melakukan apa-apa selain baseball sampai kelas 2 SMP. Nilaiku juga cuma pas-pasan.” Jelas Yuuki.

Hatsushiro mengedipkan matanya terkejut karena hal itu sangat berbeda dari Yuuki yang sekarang.

Fujii tertawa simpul saat mendengarnya.

“Jadi, yah, kami melakukan pertandingan ...” lanjutnya

 

*****

 

Bahkan sekarang Fujii masih mengingat jelas mengenai firasatnya buruk saat Yuuki mengambil alih posisi pitcher di babak pertama.

Tatapan matanya tidak biasa. Tentu saja, semua pemain bermain dengan serius. Namun, keseriusan Yuuki sama sekali tidak setingkat anak SMP biasa.

Dan kemudian, hasilnya...tidak berbeda dengan firasat buruk yang Fujii rasakan. Timnya kalah telak.

Fujii dan rekan satu timnya bahkan tidak bisa memukul bola yang dilemparkan oleh Yuuki sama sekali dan benar-benar dimatikan. Fujii, yang saat itu tingginya lebih dari 180cm, memiliki kecepatan bola yang lebih cepat. Namun, baik itu teknik atau akurasi, lemparan Yuuki berada di level yang berbeda.

Di sisi lain, saat Fujii benar-benar bertahan dalam bunting dan fouling untuk mencapai base pertama, dia memberikan tiga pukulan kepada Yuuki, yang memukul tiga hit tiga base.

Pemain bernama Yuuki menunjukkan bagaimana dia benar-benar berada di level yang berbeda.

Setelah pertandingan selesai, Fujii dan teman-temannya pergi ke restoran keluarga untuk makan dalam perjalanan pulang, dan Ia kebetulan melewati tempat kosong di mana Ia melihat Yuuki.

Hal yang membuat Fujii lebih terkejut, Yuuki sedang berlatih dengan seseorang yang mungkin adalah ayah Yuuki. Bahkan setelah melemparnya dengan sempurna, Ia melempar bola dengan tatapan putus asa sementara ayahnya menunjukkan poin refleksi hari ini. Apalagi bola yang dilemparnya jelas lebih kuat dan lebih cepat dari yang Ia tunjukkan saat pertandingan.

Jadi bagi Yuuki, pertandingan beberapa waktu lalu mungkin semacam latihan untuk menahan peringkat bawah tanpa menggunakan kekuatan dan bahunya sebanyak mungkin.

Bagaimana bilangnya ya, dasar-dasarnya saja sudah berbeda, pikirnya. Dibandingkan dengan Yuuki, Fujii hanyalah seorang amatir dengan keterampilan motorik yang sedikit lebih baik.

Bola yang gagal ditangkap Yuuki bergulir ke kaki Fujii, saat Ia melihat Yuuki dengan takjub. Fujii mengambil bolanya.

Saat dia menyerahkan bola kepada Yuuki yang datang untuk mengambilnya, “Kamu benar-benar luar biasa, Yuuki-kun,” Pujinya kepada Yuuki.

Dan kata yang keluar dari mulutnya adalah, 'Haa, kamu siapa?,' jawab Yuuki.

Tampaknya Fujii tidak lebih dari objek sepele bagi orang di depannya. Baru pertama kalinya Ia diperlakukan begitu. Karena sampai sekarang, orang-orang di sekitar Fujii akan memujanya, dan memuji betapa jenius dirinya dan mempunyai wajah bak pangeran, meski Ia sendiri tidak menginginkannya.

Yuuki melipat tangannya dan berpikir sejenak, lalu berbicara.

'Aah, kamu cowok yang melakukan lemparan yang membosankan itu, ya. Kamu sebaiknya mulai melempar sedikit lagi. Saat Kamu lelah, terlihat jelas dari ayunan lenganmu, kamu akan melemparkan bola melengkukng. Dan terima kasih telah mengambil bolanya'

Tanpa sedikitpun niat buruk, Yuuki meninggalkan kata-kata tersebut dan kembali melakukan latihannya sendiri.

Fujii tertegun beberapa saat, yang bisa Ia lakukan hanyalah menonton latihan Yuuki.

 

*****

 

“Jadi, Yuuki-san waktu SMP punya sikap berbicara yang cukup kasar, ya.”

Hatsushiro tampak terkejut.

“…Itu benar-benar memberiku perasaan yang sangat campur aduk saat kamu membicarakanku saat aku  masih songong dulu”

Dengan wajah yang tak terlukiskan, Yuuki menyantap pesanannya, yang dibawakan kepadanya saat Fujii berbicara.

“Yah, Yuuki di waktu itu memang memberikan kesan sebagai monster bisbol. Lagipula, apa yang Ia katakan padaku ada benarnya juga.”

“Jadi, sejak itu Fujii-san menjadi termotivasi, dan kemudian mulai bekerja keras dalam bisbol… Benar, ‘kan?”

Karena alasan itu, Yuuki kemudian adalah seorang penyelamat yang telah menyelamatkan Fujii dari kurangnya gairah, tamat.

Namun, Fujii menggelengkan kepalanya.

“Nuh-eh. Keesokan harinya, aku mencoba melakukan latihan mandiri yang keras seperti Yuuki, Kamu tahu. Tapi aku bahkan tidak bisa bertahan selama tiga hari”

Fujii terkekeh dan mengangkat bahu.

“Bahkan sekarang kamu takkan berlatih sampai larut malam, ‘kan, Fujii”

“Haa? Jadi alasan untuk menjadi penyelamat adalah…”

“Yuuki membuatku menyadarinya. Aku menyadari ... kalau 'Aku bukan orang yang spesial',” kata Fujii sambil dengan terampil memutar-mutar Napolitan-nya di sekitar garpunya.

“Dan asal kamu tahu, sampai saat itu lingkunganku terus mengatakan seberapa jeniusnya aku, seolah-olah aku adalah yang terhebat yang pernah ada. Itu sebabnya aku juga berpikir kalau aku mungkin orang yang seperti itu. Dan itulah sebabnya, aku merasa kalau aku harus melakukan sesuatu yang benar-benar luar biasa untuk menjadi bahagia tentang hal itu. Aku secara sepihak diyakini begitu. Aku pikir aku harus hidup seperti protagonist dalam cerita, yang bersinar lebih terang dari siapa pun di panggung terbaik, di mana aku bisa menjadi yang paling bersemangat seperti di manga. Akan tetapi, aku mengerti kalau aku yang sebenarnya hanyalah seorang pecundang yang cuma sedikit terampil ”

“Tapi aku tidak berpikir kalau kamu bukan seorang pecundang, Fujii-san.”

“Misalnya, dalam ujian, aku selalu masuk sepuluh besar… tapi peringkat pertama selalu diraih Yuuki. Aku tak berpikir bisa belajar serajin Yuuki. Yah, itu sebabnya Ia hanya cowok yang membosankan. Ketika aku melihatnya seperti itu, itu menjadi jauh lebih mudah. Sepertinya aku menyadari, kalau aku tidak perlu hidup sedramatis itu, dan aku hanya bisa cekatan dan bersenang-senang sejauh yang aku bisa.”

Fujii mengunyah spageti Napolitan-nya.

“Ya, ini enak. Tidak ada yang bisa membuatku bersemangat, tetapi sejak itu, kehidupan sehari-hariku terada jadi jauh lebih menyenangkan. Aku datang untuk bisa menikmati kehidupan sehari-hariku, seperti sekarang ketika makan enak di restoran keluarga Napolitan. Dan itulah sebabnya Yuuki adalah penyelamatku”

Yuuki yang terdiam beberapa saat kemudian berbicara.

“Bagaimana kalau berusaha keras dalam bisbol sekarang?”

“Tidak mau, itu sangat menyebalkan,” balas Fujii sambil menaburkan keju di Napolitan-nya.

 

◇◇◇◇

 

Setelah berpisah dengan Fujii di restoran keluarga, Yuuki dan Hatsushiro kembali ke apartemen.

“Fiuh. Untuk saat ini aku akan meletakkan barang-barang yang kita beli di depan kulkas, oke”

“Ya, aku akan mengurus sisanya, jadi silahkan beristirahat dulu, Yuuki-san”

Yuuki mengangguk, dan menuju ke ruang tamu terlebih dahulu.

Karena Hatsushiro bertanggung jawab atas urusan dapur, mungkin akan merepotkan jika Yuuki ikut campur.

Yuuki meletakkan barang-barangnya, dan menarik napas saat duduk di kursi.

Hari ini aku tidak ada jadwal kerja, jadi dalam perjalanan pulang, aku berjalan-jalan sebentar bersama Fujii, tetapi waktunya masih sore. Ujian juga semakin dekat, jadi mari luangkan waktu untuk belajar.

Saat Yuuki membuka buku pelajaran di atas meja, 'Jangan lari hanya karena kamu merasa tidak bisa melakukan sesuatu!! Yuusuke!!,’ sebuah suara yang sangat nostalgia bergema di dalam kepalanya.

Fokus, fokus, pikirnya, menatap buku pelajarn sembari mencoba berkonsentrasi.

Namun, “... Aa,” pikirannya terus terganggu. Yuuki menggaruk kepalanya.

“…Fokus, diriku, fokus,” gumamnya saat Ia mulai menjawab soal di buku pelajarannya.

 

◇◇◇◇

 

“…Fiuh, kurasa cukup segini saja dulu”

Setelah sekitar lima jam belajar, dengan waktu istirahat untuk mandi, sekarang sudah waktunya untuk tidur.

“Kerja bagus, Yuuki-san”

Hatsushiro membawakannya secangkir teh hangat.

“Aah, makasih”

Yuuki merapikan buku pelajaran di meja, dan membuat persiapan untuk sekolah besok, sambil meminum teh yang dibuat Hatsushiro.

Setelah selesai semua dan menghabiskan tehnya, saatnya untuk kegiatan rutin mereka.

Yuuki duduk di depan tempat tidur. Dan kemudian Hatushiro duduk di sebelah kanannya.

Hatsushiro bersandar pada tubuh Yuuki. Tangan kanan Yuuki dan tangan kiri Hatsushiro saling tumpang tindih.

“…”

“…”

Itulah rutinitas mereka sebelum tidur yang sudah berlangsung sejak malam mereka bermain game bersama untuk kedua kalinya.

Suhu tubuh hangat Hatsushiro dengan senang hati menenangkan kepala Yuuki, yang memanas karena belajar.

“…Tangan Yuuki-san”

Hatsushiro meletakkan tangan Yuuki yang dia pegang di pangkuannya sendiri.

“Alasan kenapa kulitnya keras di tempat seperti ini adalah karena kamu biasa bermain bisbol, kan,” ujar Hatsushiro, menyentuh ujung jari tengah tangan kanan Yuuki dan pangkal jari kelingking. Area itu dulunya melepuh saat Ia bermain baseball. Sebuah perasaan yang tak terlukiskan, di mana Yuuki tahu itu disentuh oleh Hatsushiro tetapi Ia tidak merasa geli karena beberapa bagian kulitnya mengeras, menjadikannya tempat yang kurang sensitif.

“Meski begitu, dulunya tangan ini cukup normal, kau tahu. Dulu saat aku berlatih melempar, tanganku akan lecet atau kulitku akan robek di suatu tempat. ”

Sambil bermain-main dan membelai bagian yang mengeras, Hatsushiro berbicara.

“…Fufu, ini keras, ya”

…Ah, barusan, ada sesuatu yang membuatku sedikit merasa aneh.

Yuuki benar-benar anak remaja yang normal.

Yuuki menggelengkan kepalanya dan mengusir pikiran duniawi, dan kali ini, Ia meraih tangan Hatsushiro dan menatapnya.

“Tangan Hatsushiro sangat indah, tidak kasar seperti milikku”

“Apakah begitu?”

“Ya, tapi kupikir ini tangan luar biasa yang tidak hanya cantik, tapi juga bekerja keras dengan serius.”

Beberapa tempat pada tangan Hatsushiro terasa kasar. Mungkin karena dia biasanya memasak dan mencuci. Yuuki pernah mendengar kalau cowok jarang mengalami kulit kering setelah bekerja dengan sedikit air, tetapi kulit gadis sering kali langsung menjadi kasar. Itulah sebabnya, bagian kasar di tangan Hatsushiro adalah bukti bahwa Hatsushiro biasanya bekerja keras untuk Yuuki.

“Terima kasih untuk semuanya,” tutur Yuuki sambil mengelus bagian kasar di tangan Hatsushiro selembut mungkin.

“…~!!”

Dan kemudian Hatsushiro menyandarkan kepalanya di bahu Yuuki dan mengusapnya.

“Ka-Kamu kenapa?”

“Ini salah Yuuki-san tau… Apa-apaan tadi, mouuu…”

Dan mereka berdua menikmati waktu yang damai dan tenang, tapi kemudian, “...Nee, Yuuki-san. Bolehkah aku menanyakan alasan mengapa kamu berhenti bermain bisbol?” tiba-tiba Hatsushiro bertanya.

“Hm? Apa kamu penasaran?”

“Eh, y-ya. Kamu sepertinya menganggapnya cukup serius, jadi aku penasaran. Tapi… yang lebih penting…”

Hatsushiro menundukkan kepalanya sedikit, dan memilin-milin rambutnya dengan tangan kanannya yang bebas.

Aah, sepertinya dia agak ragu untuk mengatakannya atau tidak.

Yuuki meremas tangannya yang Ia pegang, “Tidak apa-apa, lanjutkan dan katakana saja," dan menyampaikan perasaan seperti itu.

Sepertinya Hatsushiro menerima perasaan itu dengan benar.

“…Kamu tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar hari ini, ‘kan?”

“Aah, jadi kamu menyadarinya, ya”

Yuuki memang kurang berkonsentrasi hari ini. Apalagi di awal dimana pikirannya sedang mengembara kemana-mana, dan Ia tidak mampu menyelesaikan bahkan sepertiga dari soal yang biasa Ia kerjakan.

“Ya, itu karena aku selalu menonton. Aku suka melihatmu saat kamu belajar… Yuuki-san”

“O-ooh…”

Kata-katanya membuat wajah Yuuki memanas.

“Jadi, kupikir mungkin alasan kenapa kamu tidak bisa berkonsentrasi hari ini, adalah karena pembicaraan dengan Fujii-san tentang waktu kamu dulu bermain bisbol. Umm… dan aku ingin tahu apa itu ada kaitannya dengan alasan mengapa kamu berhenti bermain bisbol”

Hatsushiro menatap mata Yuuki dan terus melanjutkan.

“Jika berbicara denganku bisa membuatmu merasa lebih baik… aku akan dengan senang hati mendengarkannya”

“…Ya, tebakanmu benar sekali”

Semuanya sudah terlihat jelas, ya. Kurasa aku takkan bisa membohongi pacarku mulai sekarang, pikirnya.

“Hmmm… Yah, ini bukan cerita yang special atau semacamnya. Aku pikir itu cerita yang relatif biasa, tau.”

Yuuki kemudian bertanya pada Hatsushiro.

“Katakan, Hatsushiro. Apa kamu tahu 'Hoshi Ittetsu'?"

“Eh? Ya-ya. Dia ayah dari protagonis di 'Star of the Giants', ‘kan?”

Yuuki pikir kalau Hatsushiro tidak akan tahu karena dia kurang berpengalaman mengenai banyak hal di dunia, tapi diluar ekspetasinya, sepertinya dia tahu.

“Ya, aku sudah memberitahumu sebelumnya kalau Ayahku meninggal saat aku masih SMP, ‘kan?”

“Iya”

“Ayahku itu, kamu tahu, dia mirip seperti ‘Hoshi Ittetsu’

 

*****

 

“Jangan lari hanya karena kamu merasa tidak bisa melakukan sesuatu!! Yuusuke!!”

Itu adalah ungkapan favorit Yuuki Yuujirou, ayah dari Yuuki Yuusuke.

Sepertinya pria ini, yang mengelola pertanian di pedesaan, sering membual "Aku akan menjadikan anak ini pemain bisbol profesional" sejak Yuuki berada di perut ibunya, dan begitu Yuuki tumbuh lebih besar, Ia segera melatih Yuuki, dengan pelatihan spartan yang sudah ketinggalan zaman. Meski tidak ada hukuman fisik yang berlebihan, pelatihan keras dan tak mau mendengar keluhan membuat orang-orang di sekitarnya mengatakan kalau dia itu seperti ayah dari protagonis dalam manga bisbol “Star of the Giants,” “Hoshi Ittetsu.”

Jika dilihat dari sudut pandang lain, Yuuki akan terlihat seperti anak malang yang memiliki masa kecil menyakitkan karena ego ayahnya sendiri. Namun, “Diam kau dasar pak tua sialan!! Coba lempar sendiri kalau begitu!!,” sebagai seorang anak, Yuuki memiliki semangat bersaing untuk melempar bola sambil meneriaki ayahnya yang keras kepala.

Yuuki menghabiskan hari-harinya diwarnai dengan latihan bisbol di bawah bimbingan ketat ayahnya, tetapi Yuuki tidak terlalu ingat kalau itu berat. Lagi pula, latihan tersebut adalah sesuatu yang telah Ia lakukan sejak Ia bisa memahami apa yang terjadi di sekitarnya, dan dirinya juga tidak membenci hal itu. Yuuki akan bangun pagi-pagi dan berlatih dengan ayahnya, kemudian sepulang sekolah, Ia akan berlatih dengan klub baseball, setelah itu dia akan berlatih dengan ayahnya lagi. Pada hari libur, mereka berlatih sambil berteriak satu sama lain sepanjang hari. Yuuki melanjutkan keseharian itu tanpa merasa bosan.

Hal itu sudah menjadi hal normal bagi Yuuki Yuusuke.

Namun, kehidupan sehari-hari seperti itu mendadak menemui titik akhir.

Peristiwa tersebut terjadi saat Yuuki menginjak kelas 2 SMP. Ayahnya, Yuuki Yuujirou, meninggal dunia.

Penyebab kematiannya sudah dijelaskan kepadanya, tetapi Yuuki tidak terlalu mengingatnya. Ia yakin kalau itu ada hubungannya dengan kondisi jantung atau sesuatu.

 

*****

 

“...Satu-satunya yang bisa kuingat ialah aku tidak menangis di pemakaman Ayahku. Adik perempuan dan ibuku menangis, dan aku mengingatnya dengan baik karena aku pikir aku juga harus menangis”

“…”

Hatsushiro mendengarkannya tanpa mengucapkan sepatah kata.

Yuuki kemudian melihat jam.

“Ya, sepertinya ini sudah lewat dari waktu biasanya. Hatsushiro, apa kamu lelah?”

Hatsushiro menggelengkan kepalanya perlahan.

“…Tolong biarkan aku mendengar lebih banyak tentang itu. Dengan kata lain, kamu berhenti bermain bisbol karena syok, apa itu yang terjadi, Yuuki-san?”

“Hm, entahlah. Daripada syok, bagaimana bilangnya ya”

Yuuki mengalihkan pandangannya ke atas seolah-olah sedang menatap pemandangan lama di kejauhan.

“Ketika Ayahku meninggal, aku tidak perlu melakukan latihan keras di pagi dan malam hari seperti orang bodoh lagi, dan ketika aku bermalas-malasan dan tidak melakukan apa-apa, aku tidak dimarahi dengan kalimat seperti 'Lakukan latihan lemparan !!' lagi. Dan kebetulan klub bisbol SMP-ku mendapat masalah dan dibubarkan untuk waktu yang lama. Dalam periode waktu sampai pemakaman Ayahku selesai, Ayah dan bisbol benar-benar menghilang dari kehidupan sehari-hariku ”

Mungkin juga tidak memahaminya dengan baik, Yuuki kemudian berbicara dengan nada kurang percaya diri.

“Terus, jadi… aku bingung bagaimana aku harus mengatakannya. Rasanya seperti panasnya telah mendingin. Dan aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa aku bermain bisbol. Aku tidak pernah memikirkan mengapa aku bermain bisbol sebelumnya, tapi aku tidak dapat menemukan alasannya. Dan tanpa kusadari, sudah berbulan-bulan berlalu tanpa aku menyentuh bola, sarung tangan, atau pemukul... Tapi bukan berarti aku juga tidak menyukainya. Yang kemudian membawaku ke sini, kurasa. Aah kalau dipikir-pikir, aku kira belum pernah menyentuh peralatan bisbol bahkan sejak Ayahku meninggal ”

Yuuki menatap tajam ke tangan kirinya, yang tidak memegang tangan Hatsushiro, melakukan gerakan mengepal dan membukanya.

Tangan itu adalah tangan yang biasa memakai sarung tangan sepanjang hari pada hari libur, tapi sekarang Yuuki tidak bisa lagi mengingat sensasinya.

“Sungguh… aku sendiri tidak mengerti, alasan kenapa aku berhenti dari bisbol. Tetapi aku sendiri bingung mengapa aku mengingat kalimat favorit Ayahku sekarang. Ia mungkin menyuruhku bermain bisbol sampai aku mati, dasar pak tua keras kepala itu”

Kemudian Yuuki tertawa kecil.

“Kurasa cuma itu saja. Maaf, Hatsushiro, aku tidak bisa menceritakannya padamu dengan baik”

“…”

Hatsushiro menatap tajam ke wajah Yuuki, tapi tak lama kemudian, dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbicara,

“Yuuki-san”

“Y-ya?”

Untuk Yuuki, yang sedikit terguncang karena wajahnya yang cantik tiba-tiba mendekat pada jarak di mana hidung mereka sepertinya bisa bersentuhan, Hatsushiro berbicara.

“Maukah kamu bermain lempar tangkap denganku?”

 

◇◇◇◇

 

Keesokan harinya, pada hari sabtu.

Setelah jam pelajaran di hari Sabtu berakhir di pagi hari, Yuuki pergi ke ruang klub klub bisbol dan meminjam dua sarung tangan dan bola dari Fujii, yang baru saja menyelesaikan kegiatan klub.

Dan kemudian Yuuki dan Hatsushiro makan siang bersama, yang dibuat oleh Hatsushiro, dan menuju ke tepi sungai terdekat.

Buk, buk, sudah lama Ia tidak memukul tangan kirinya yang memakai sarung tangan dengan tangan kanannya. Oh ya, rasanya seperti ini.

“Tapi apa yang terjadi denganmu, Hatsushiro? Tiba-tiba ingin main lempar tangkap”

“Setelah mendengarkan cerita Yuuki-san, aku merasa ingin mencoba bisbol juga”

Hatushiro mengenakan jersey dan memegang bola di tangannya dengan sarung tangan yang sedikit kebesaran.

“Apa kamu pernah bermain bisbol sebelumnya?”

“Belum pernah. Aku memang pernah menontonnya. Kalau begitu aku akan melempar sekarang, Yuuki-san… Ini!!,” teriak Hatsushiro sambil melempar bola.

“Ups”

Meskipun jarak mereka dekat, bola berbelok ke arah yang sama sekali tidak terduga. Yuuki melompat ke sana, dan entah bagaimana berhasil menangkapnya dengan sarung tangannya.

“Maafkan aku!!”

“Aah, jangan khawatir. Memang begitulah kalau baru mencoba bermain”

Jelas sekali bukan teknik melempar dari orang yang berpengalaman, namun, lemparannya cukup bagus untuk pemula.

“Kalau begitu….”

Yuuki memutar lengannya, dan dengan ringan melempar bola.

“Wah!!”

Bola yang Yuuki lempar mendarat pas ke sarung tangan Hatsushiro, dan mengeluarkan suara gedebuk.

“…Hebat sekali. Berbeda dari lemparan aku, itu langsung ke sasaran ”

“Ya, karena sudah terlalu lama lengan dan tubuhku tidak berlatih. Rotasinya lemah, dan porosnya juga mati.”

“Hah, begitukah… Ini!!”

Sekali lagi, Hatsushiro melemparkan bola kembali padanya. Kali ini bola itu berbelok ke atas, bukan ke kiri atau ke kanan.

Yuuki juga dengan ringan melemparkan kembali bola sambil mengingat sensasi lama.

Dan sekali lagi, lemparannya mendarat sempurna di sarung tangan Hatsushiro. Kontrolnya akurat, tapi seperti yang diharapkan, Yuuki sama sekali tidak bisa melempar seperti dulu.

“...Sebenarnya, tangkapanmu sangat bagus, Hatsushiro. Seorang pemula bahkan tidak bisa menangkapnya kalau ada bola datang langsung di depan mereka,  tahu? ”

“Masa?,” kata Hatsushiro sambil melemparkan kembali bolanya.

Kali ini, Yuuki hanya sedikit melenceng dari posisi set up.

Aku menjadi lebih akurat dengan sedikit pemanasan, kurasa persepsiku baik-baik saja? Dalam hal ini, mungkin lebih baik menambah jarak.

“Apa tidak masalah kalau aku melempar dari jarak yang sedikit lebih jauh?"

“Y-ya, silahkan”

“Baiklah”

Yuuki mundur satu langkah, lalu melempar bolanya.

Itu adalah lemparan yang lebih kuat dari yang sebelumnya, tapi Hatsushiro bisa menangkapnya dengan benar.

Dia sangat pandai dalam hal ini. Meskipun yang barusan itu sedikit meleset.

“Apa tidak apa-apa jika dari jauh?”

“Iya”

Yuuki menangkap bola yang dilempar Hatsushiro, dan mundur selangkah lagi.

Meski begitu, sejak tadi, lemparannya sendiri sangat buruk. Hatsushiro memujinya, tapi menurut Yuuki, lemparannya sangat payah sekali.

“…Jika si tua itu melihat ini, aku pasti akan dimarahi,” gumamnya sambil melempar bola.

Hatsushiro melempar bola kembali.

Sedikit demi sedikit, Yuuki meningkatkan jarak di antara mereka.

Dan sementara itu, Yuuki juga mencoba mengingat sensasi lama, tapi Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya secara konsisten, dan Ia tidak bisa mengerahkan tenaga dengan baik. Masa kosong memang hal yang sangat menakutkan.

Yuuki merasa kalau Ia sepertinya bisa mendengar suara marah ayahnya.

'Jangan melempar dengan tanganmu!! Lempar lah dengan tubuh bagian bawahmu!!’

Berisik. Kamu memegangnya di tanganmu sehingga kamu melemparkannya dengan tanganmu. Sebut saja membuat langkah dengan tubuh bagian bawah dan membuat gerakan besar dengan tubuh bagian atas. Apa yang Kamu katakan sulit untuk dipahami.

Yuuki melempar bola kembali.

'Ingat-ingat sensasinya di ujung jarimu!! Pada akhirnya kamu harus melempar bola dengan ujung jarimu!!’

Itu tergantung pada orangnya. Dalam kasusku, aku harus berpikir untuk mendorongnya agar berputar.

Yuuki melempar bola kembali.

'Lihat baik-baik ke mana kamu akan melemparkannya!! Masukkan pikiranmu ke dalamnya!! Pikiranmu!!'

Aku sedang mencoba, bodoh. Aku tidak akan berjuang jika aku bisa mendapatkan serangan dengan pikiranku ... ya ampun, jujur.

Mulut Yuuki mengendur saat membuat ayunan.

Sungguh pria tua idiot yang berisik ... keparat

Woosh, ujung jari Yuuki mengeluarkan suara tajam dari bola yang didorong.

“Ah”

Sial. Aku melemparkannya tanpa menahan tenagaku.

Bola yang dilempar dengan penggunaan tubuh yang sempurna memotong udara dengan backspin yang kuat dan cantik saat membuat lintasan garis lurus ke sarung tangan Hatsushiro seolah-olah sedang tersedot.

PANG!!

Bola tersebut mendarat dan membuat suara keras.

Tubuh Hatsushiro tersentak ke belakang dan dia jatuh terlentang di tempat.

“Ap-Apa kamu baik-baik saja?”

Tidak peduli seberapa lembut bola lunak dibandingkan dengan bola keras yang digunakan dalam pertandingan, tidak baik melempar sekeras yang bisa dilakukan pada pemula. Jika seseorang seperti Yuuki melempar bola, bahkan pemain berpengalaman pun akan merasa sakit saat menangkapnya.

“Maaf, itu salahku”

Namun, Hatsushiro berbicara dengan gembira.

“Aku baik-baik saja. Aku juga bisa menangkapnya dengan benar… apalagi…”

Ketika Hatsushiro meletakkan tangan kirinya di dadanya setelah melepas sarung tangan, dia berbicara sambil sedikit tersipu.

“Saat aku menangkap bola, ada rasa geli di tangan kiriku dan… kupikir, itu mungkin terasa sedikit enak.”

“Itu memang mengerikan. Mungkin saja sifat mesum Fujii telah menginfeksimu”

“…?”

Pada saat itu, Hatsushiro menatap Yuuki dengan tatapan penasaran.

“Ada apa, Hatsushiro?”

“Yuuki-san… Apa kamu menangis?”

“Eh?”

Yuuki menyentuh area di bawah matanya sendiri.

“… Aah, kamu benar”

Area tersebut memang sedikit basah.

“Yah ya… aku baru ingat sedikit”

Yuuki berbicara sambil menyeka air mata dengan lengan bajunya.

“Aku baru mengingat tentang Ayahku, saat kami sedang bermain lempar tangkap. Suaranya masih sekeras biasanya, dan memberi nasihat yang tidak salah, tapi sulit dimengerti… Dan kemudian, Ia terlihat bahagia”

Ya itu benar. Ketika lelaki tua itu bermain bisbol denganku, meski Ia selalu meneriakiku, Ia selalu tampak bahagia.

Aku tidak membencinya ketika Ia seperti itu. Meskipun latihannya sulit, bukan berarti aku benci bermain bisbol. Sebaliknya, seperti itulah rasanya menghabiskan waktu bersama ayah bagiku.

“…Kupikir mungkin, aku bermain bisbol untuk membuat Ayahku bahagia. Dan itulah sebabnya aku tidak melakukannya lagi setelah kematiannya. Haha, aku juga bukan orang yang berhak mengkritik Fujii”

Fiuh.

Dan dia menarik napas.

“Hatsushiro. Maukah kamu bermain tangkap denganku lebih lama lagi?, ”pinta Yuuki sambil tersenyum. Melihat senyumnya itu, Hatsushiro pun membalas dengan senyuman juga.

“Tentu saja. Dan tolong buat tanganku tergelitik lagi!!,” kata Hatsushiro, memukul sarung tangannya.

“Tidak, seperti yang diduga, aku takkan bisa melempar kenang lagi. Akan berbahaya jika aku membuat kesalahan dalam kendaliku saat bermain dengan pemula.”

“…Begitu ya”

Bahu Hatsushiro terkulai, dia terlihat sedikit kecewa.

Maksudku, jika seorang gadis dengan memar di tubuhnya mengatakan itu padaku, aku akan kesulitan menanggapinya.

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, mereka berdua saling melempar bola di tepi sungai untuk sementara waktu.

Hatsushiro berbicara sambil melempar bola.

“Yuuki-san!!”

“Hn, ada apa?”

“Setelah kamu berhenti bermain bisbol, kenapa kamu mulai bekerja keras dalam belajar, sesuatu yang tidak kamu kuasai?”

“Aah…”

Yuuki menangkap bola, dan kemudian membuatnya berputar di tangan kanannya.

“Aku dulu tinggal di tempat pedesaan yang cantik. Ketika Ayahku pingsan, ternyata satu-satunya rumah sakit di lingkungan itu penuh. Jadi, mereka membawanya ke rumah sakit yang jauh, tapi tampaknya beliau meninggal dalam perjalanan. Itu sebabnya…”

Yuuki berbicara, terlihat sedikit malu, sambil melempar bola.

“Aku ingin menjadi dokter. Seorang dokter yang bekerja di daerah yang kekurangan dokter”

Itu adalah mimpi yang tidak pernah Ia ceritakan kepada siapa pun. Alasan dibalik mimpinya itu terlalu sederhana sehingga Ia merasa sedikit malu.

Namun, Hatsushio yang menangkap bola yang dilempar Yuuki, tersenyum manis.

“Aku pikir itu mimpi yang indah, sangat sesui seperti Yuuki-san”

“……”

Senyum riang itu meringankan hati Yuuki.

Sungguh, saat mengenai  pacarku ... dia gampang sekali membuatku bahagia.

“Hei, Hatsushiro”

“Iya ada apa?”

“Aku sangat mencintaimu. Terima kasih untuk semuanya.”

“…Eh?”

Tubuh Hatsushiro melompat dengan terkejut saat dia hendak melempar bola, dan bola itu terbang ke arah yang salah.

“Hei, kamu melempar ke arah mana”

“It-Itu karena kamu tiba-tiba mengatakan sesuatu seperti itu, Yuuki-san…”

Di belakang Yuuki, saat Ia pergi untuk mengambil bola, wajah Hatsushiro berubah merah padam dan menggembungkan pipinya.

“Ma-maaf, maaf”

Dan kemudian wajah Yuuki ikut menjadi merah padam, Ia baru merasa malu setelah mengatakannya.

Ya, itu bagus, pikirnya jujur.

Bermain bisbol seperti ini, itu berbeda dari ketika aku melakukannya dengan Ayahku.

“…Apa kamu melihatnya, yah? Putra yang kamu coba ubah menjadi pemain bisbol profesional sekarang dengan senang hati mengobrol dengan pacarnya sambil bermain lempar tangkap. ”gumam Yuuki.

[Gawat, kami bermain lempar tangkap selama berjam-jam sebelum aku menyadarinya]

“Ayo sudahi dulu. Maaf, aku membuatmu menemaniku selama ini”

“Kenapa kamu minta maaf segala?”

“Eh?”

“Aku juga ikut bersenang-senang, kau tahu. Ayo lakukan ini lagi”

[Iya, menikahlah denganku]




 

<<=Sebelumnya  |  Daftar isi Selanjutnya=>>

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama