Chapter 03 — Sebenarnya, Aku Terlalu Malas Buat Bersih-Bersih, tau?
Hening. Ruang tamu di sebuah
kamar gedung apartemen dipenuhi dengan suasana hening yang membuatnya sulit dipercaya
bahwa ada tiga anak SMA yang ingin bermain.
Satu-satunya suara yang bisa
didengar hanyalah suara hujan dan AC yang bertiup. Serta suara samar pulpen
yang bergerak di atas kertas. Hanya itu saja.
Suasana tenang di dalam
ruangan, dipadukan dengan kelembapan dan suhu yang dikendalikan oleh AC,
membuat siapa saja merasa ingin tidur siang——
“Masih kurang lembap!!”
... Namun, seorang cowok yang
tiba-tiba berdiri — teriakan Takeshi langsung memecahkan suasana hening
tersebut.
“Mendadak ada apa?”
“Kamu ini lagi kesurupan apa sih
sampai-sampai memukul keras meja rumah orang?”
Masachika dan Hikaru yang duduk
di seberangnya, menatap Takeshi dengan tatapan terheran-heran.
“Apa? Apakah kamu tidak suka
mode dehumidifikasi? Apa perlu aku ganti ke AC?”
“Ini bukan tentang pengaturan
AC, tau! Bukan kelembapan itu yang aku maksud!”
“Lalu, kelembapan mana yang
kamu maksud?”
“Yah, entah bagaimana aku bisa
menebak maksudmu ...”
Takeshi berseru tanpa rasa
takut, meski kedua sahabatnya menatapnya dengan tatapan lembut.
“Bukannya ini terlalu
menyedihkan, kenapa kita bertiga harus belajar bersama di hari libur begini!
Bahkan jika mau melakukannya, acara belajar bersama biasanya diadakan dengan
mengajak gadis-gadis juga, ‘kan!!”
“Oi, oi, jangan bilang sesuatu
seperti itu juga kali.”
“Tidak, maksudku bukan dalam
artian Otaku, oke? Tapi secara umum!”
“Secara umum yang dimaksud
adalah secara umum untuk para riajuu, ‘kan? Kita yang biasanya jarang bergaul
dengan gadis-gadis mana mungkin bisa melakukan itu”
“Hoho~, memangnya kamu berhak
bicara begitu, hah? Kamu yang biasanya dekat dengan dua gadis tercantik di
angkatan kita, masih mau bilang kalau kamu jarang bergaul dengan gadis-gadis?!”
“Tidak, yah ... memang sih”
Dua gadis tercantik seangkatan
yang dimaksud Takeshi adalah Alisa “si Putri
penyendiri” dan Yuki “si Putri
Bangsawan”.
Dari sudut pandang Takeshi, Alisa
adalah gadis yang duduk di sebelah Masachika, dan mereka telah berjanji untuk
mencalonkan diri sebagai pasangan ketua OSIS tahun depan. Sedangkan Yuki, dia
adalah sesama anggota OSIS dan hubungan mereka lumayan dekat karena mereka berdua
merupakan teman masa kecil. Meski sebenarnya Yuki adalah adik kandung Masachika,
tapi dari sudut pandang Takeshi yang tidak mengetahuinya, posisi Masachika pasti
terlihat sangat beruntung.
“Kamu yang jelas-jelas sangat
dekat dengan Suou-san dan sering berinteraksi dengan Putri Alya, masih berani
bilang jarang bergaul dengan gadis-gadis? Cepat minta maaf kepada semua cowok mob yang ada di sekolah!!”
“Maaf banget ya karena aku berteman
baik dengan gadis-gadis cantik. Apa kamu iri? Kamu iri banget ya?”
“Dasar kampret!!”
Takeshi membanting keras kedua
tangannya di atas meja sambil memelototi Masachika, yang menyeringai
menyebalkan, seolah-olah Ia itu musuh bebuyutannya.
“Aku sangat iri padamu! Oleh
karena itu, tolong panggil mereka ke sini!!”
“Sungguh jujur sekali”
Masachika tersenyum pahit pada
Takeshi, yang menundukkan kepalanya.
“Asal kamu tahu saja. Aku juga tidak
bisa sembarangan menelepon mereka di hari libur, tau? Yuki mungkin sedang sibuk
dengan pelajaran lesnya, sedangkan Alya dan aku hampir tidak pernah
berkomunikasi secara pribadi. Lagian juga, kamu pasti terlalu gugup untuk
belajar jika aku mengundang mereka berdua.”
“Yah, memang benar sih ...”
Menyadari hal tersebut, Takeshi
kembali duduk di kursinya. Ia melihat ke buku teksnya dengan kesal sambil
meletakkan pipinya di atas meja, dan kemudian mengangkat wajahnya lagi
seolah-olah baru menyadari sesuatu.
“Lalu, bagaimana dengan gadis
itu?”
“Gadis itu?”
“Itu loh, gadis yang ikut
membantu bersama Suou-san di debat tempo hari.”
“Ahh ...”
Ketika menyadari bahwa Ia mengacu pada Ayano, pelayan
sekaligus pasangan Yuki dalam pemilihan ketua OSIS, Masachika menanggapinya
tanpa sadar.
“Sepintas, dia terlihat tidak
mencolok, tapi saat aku melihatnya baik-baik, dia mempunyai wajah yang benar-benar
imut. Karena aku belum pernah melihatnya, apa mungkin dia itu siswa pindahan
dari luar yang baru masuk saat SMA?”
“Tidak juga? Dia sudah masuk ke
sini dari dulu?”
“Eh? Masa? Lalu, apa itu karena
dia membuat debut SMA-nya?”
“... Tidak juga, dia sudah
seperti itu sejak SMP.”
“Hee~ ... Oi, cara bicaramu! Jangan
bilang kalau kamu sudah kenal dengan gadis itu sejak SMP!?”
“Yah, ketimbang dibilang dari
SMP ... dia dan aku adalah teman masa kecil.”
“Haa~~~!?”
Mendengar pengakuan Masachika,
Takeshi mencondongkan tubuhnya ke depan sambil menghela nafas setengah jengkel
dan menatap Masachika dari jarak dekat.
“Dasar kutu kupret, yang benar
saja coba!? Seberapa banyak gadis cantik yang memiliki hubungan denganmu!?”
“Kamu iri banget ya?”
“Iya, aku iri banget !? apa
kamu puas, hah!!”
Takeshi memukul keras meja
sembari memasang ekspresi seakan-akan menggigit sapu tangannya dengan sebal dan
mengangkat wajahnya.
“Oleh karena itu, kenalin aku
dong?”
“Ogah”
“Kenapa!”
“Memangnya ada orang yang ingin
memperkenalkan teman masa kecilnya yang berharga kepada monyet cabul?”
“Siapa yang kamu panggil monyet
cabul!”
“Maksudnya itu kamu, sana beli
cermin buat ngaca. Lagian, jika kamu tertarik, kenapa tidak berkenalan langsung
dengannya?”
“Eh... Enggak ah, berbicara
dengan gadis yang pertama kali kutemui ... bukannya itu bakalan bikin gugup?”
“Emangnya
kamu ini cowok polos!”
Masachika menatap tajam Takeshi
yang terlihat gelagapan karena malu.
“Padahal kamu bisa berbicara dengan
gadis-gadis di kelas secara normal, tapi mengapa kamu merasa gugup kalau
berbicara dengan gadis lain?”
“Tidak, itu tidak sama ...
dengan berbicara teman sekelas, rasanya benar-benar berbeda ketika berbicara
dengan seorang gadis yang tidak kamu kenal di kelas lain. Selain itu ...”
“Selain itu?”
“... Aku biasanya cuma berbicara
dengan segerombolan gadis-gadis, dan bukan secara empat mata ...”
“... Begitu rupanya? Jadi kamu
tidak ada masalah kalau menyapa “Oi
kalian~” ke grup gadis-gadis, tapi tidak sanggup jika berbicara empat mata
secara individu.”
“Bikin gugup, iya ‘kan~”
“Sudah kubilang, memangnya kamu
ini polos?!”
Masachika dan Hikaru terlihat
setengah geli dan setengah tersenyum kecut pada sikap tak biasa Takeshi yang
biasanya bertingkah sok dekat dengan gadis-gadis.
“Astaga, jika bukan karena
sikap gampang gugupmu yang aneh itu, aku yakin kamu bisa mendapatkan satu atau
dua pacar.”
“Bener banget ~”
“O-Oi, oi, kalian mendadak
ngomong apaan sih ...”
Saat kedua teman akrabnya
mengkritiknya, Takeshi merengut dan tampak sedikit bingung.
“Kalau dipikir-pikir lagi, kamu
punya kepribadian yang ceria dan mudah bergaul, kamu bukan tipe yang gampang
dibenci, dan wajahmu tidak jelek-jelek juga ... yah, meski kadang-kadang kamu
tidak bisa baca suasana, sih. Dan yang lebih penting lagi, kamu memiliki
keinginan yang kuat untuk punya pacar, jadi kupikir jika kamu menghilangkan
sikap gugup anehmu itu dan menjadi cowok karnivora sejati, kamu pasti bisa mendapatkan
pacar”
“Benar sekali. Menurutku, punya
kepribadian lugas dan jujur merupakan poin bagusmu juga. ... tapi yah, kamu
kadang-kadang tidak bisa baca suasana, sih.”
“Aku tidak merasa sedang
dipuji! Apa-apaan sih, kalau kalian mau menghiburku, hibur aku dengan benar!
Kenapa kalian harus menambahkan kata yang tidak penting itu!!”
“Habisnya kamu itu ...”
“Tau sendiri iya ‘kan …”
Saat mereka saling bertukar pandang dengan senyum masam, Takeshi duduk dengan ekspresi kesal di wajahnya. Kemudian, setelah beberapa saat bergumam, “Lagi pula, aku ini memang cowok KY~”[1], Takeshi mengalihkan perhatiannya ke Masachika.
“... Kalau Masachika sendiri
bagaimana? Kamu punya spesifikasi tinggi dan jika kamu mau, kamu mungkin bisa
saja mendapatkan pacar, iya ‘kan?”
“Hmm? Aku?”
“Kalau Hikaru sih ... yah, aku
pernah mendengar ada berbagai kejadian sebelumnya, dan bisa memaklumi kalau Ia
tidak mau punya pacar ... Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu tidak kepikiran
ingin punya pacar?”
“Hmm~ ...”
Mendengar pertanyaan Takeshi,
Masachika menyilangkan tangannya dan berpikir sejenak.
“... Kurasa aku tidak terlalu
ingin punya pacar.”
“Kenapa? Jangan bilang kalau
kamu serius cuma tertarik pada gadis 2D?”
“Tidak, bukan itu masalahnya
... entah kenapa, rasanya terlalu tidak realistis saja kalau aku bisa punya
pacar.”
“Memangnya kenapa? Meski
rasanya memalukan untuk mengatakan ini, tapi jika bukan karena sikap malas dan
tidak seriusmu, kamu itu sudah termasuk manusia
super yang cukup sempurna, loh? Untuk masalah tampang sih, walaupun
tidak setampan Hikaru, wajahmu sudah cukup lumayan …”
“Tidak, masalah tampang sih
tergantung selera orangnya masing-masing ...”
“Apa benar begitu? Menurutku,
Masachika punya wajah ikemen juga, kok.”
“Kamu serius mengatakan itu?
Tapi yah, kurasa gayanya tidak buruk-buruk juga ...”
Adapun masalah penampilan, Ia
serius berpikir kalau itu tergantung selera masing-masing. Bisa dibilang,
Masachika punya banyak hal untuk dikatakan mengenai wajahnya bila ingin
membandingkannya dengan Hikaru, tapi … Ia tidak berani memprotes apa-apa
tentang itu karena Masachika merasa karena itulah yang dipikirkan kebanyakan
orang.
“Tapi tetap saja, kamu tidak
menyangkal dengan bagian manusia super yang cukup sempurna.”
“... Yah, Aku menyadari kalau
aku ini lumayan atletis dan cerdas.”
Masachika hanya bisa mengangkat
bahunya menanggapi tatapan tajam Takeshi. Masachika bukannya tidak menyadari
bakatnya sendiri. Walaupun Ia sering menggunakan ungkapan “lumayan” di depan
teman-temannya, tapi Ia menyadari kalau dirinya mempunyai bakat jauh lebih
hebat daripada “lumayan”.
Adiknya yang otaku, Yuki,
sering bercanda menyebutnya tukang cheat dengan 《10
kali lebih banyak poin pengalaman (tidak termasuk permainan bola) 》, tapi
bakat Masachika di segala bidang memang sangat mumpuni sehingga tidak dapat
disangkal. Berkat itu, para pelayan di keluarga Suou sering memanggilnya ‘anak ajaib’ di masa lalu.
Tapi, itu ...
“Lagipula, ini hanya bakat
alami sejak lahir. Itu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan”
“Tidak, kupikir kamu boleh
membanggakan tentang itu, tau …”
“Takeshi ... aku akan memberitahumu sesuatu yang baik. Tidak ada karakter yang lebih dibenci pembaca selain orang yang tidak berusaha keras dan justru menggunakan cheat bakat yang diberikan oleh orang tuanya untuk menjadikannya ‘aku OP bangetttttt’[2]. Lalu, para heroine yang gampang sekali jatuh cinta dengan karakter bajingan itu semuanya disebut “choroin”[3] dan dipukuli.”
“Yah, entah bagaimana aku bisa
mengerti itu ... lagian kamu ‘kan tidak menunjukkan tingkah ‘aku OP bangettt’."
“Karena aku tahu kalau aku akan
dipukuli jika bertingkah seperti itu, makanya aku menjalani hidup dengan
biasa-biasa saja~”
Saat mengatakan itu dengan
perasaan tidak termotivasi, Masachika bersandar di sandaran kursi.
(Tapi tetap saja, tak bisa dipungkiri
kalau aku menjalani hidup dengan mudah berkat bakat yang kudapatkan dari orang
tuaku)
Memanfaatkan kepintaran dan ketangkasannya
yang luar biasa, Ia bisa memasuki salah satu sekolah paling bergengsi di Jepang
tanpa perlu banyak usaha. Ia memiliki rekam jejak yang baik dalam kegiatan OSIS
dan mempunyai landasan yang baik untuk masa depan.
Itulah namanya hidup mulus
tanpa hambatan. Ia meledek orang yang berusaha serius dan menjalani hidup yang
keras. Jika Ia dengan mudah mendapatkan pacar secantik heroine 2D, Ia akan dikritik habis-habisan karenanya.
“『Dewi
cinta tersenyum pada manusia yang berusaha keras menaklukan pujaan hatinya』 ...”
“Apaan tuh?”
“Apa itu kalimat dari manga?”
“Bukan. Kalau tidak salah itu kutipan
dari kakekku? Atau pepatah? Kalimat itu mempunyai arti ‘Dalam asmara, orang yang pantang menyerah adalah orang yang berhasil.”
Ngomong-ngomong, “Kakek” yang
dimaksud adalah kakek dari pihak keluarga ayah Masachika. Ia adalah kakek tua funky yang sangat menyukai hal berbau
Rusia dan orang yang merekomendasikan sastra dan film Rusia ke Masachika ketika
dirinya masih kecil, dan bahkan sekarang, meski usianya sudah lebih dari 70
tahun, kakeknya masih bermimpi kalau suatu hari nanti bisa minum vodka sambil
ditemani wanita Rusia yang cantik di kedua sisinya. Namun, jika Ia mencoba
minum vodka, Ia akan berakhir menjadi pemabuk dengan keracunan alkohol akut.
“Hmm~, mungkin ada benarnya
juga ... Hm? Tunggu dulu. Lalu bagaimana dengan Hikaru?”
“Kecuali orang yang lahir dan
dicintai oleh Dewi cinta.”
“Padahal aku tidak senang sama
sekali, tau.”
Saat Hikaru menimpali dengan
wajah datar, Takeshi tertawa sembari merasakan sudut mulutnya berkedut.
“Tapi, yah ... dalam kasus
Hikaru, entah kenapa rasanya Dewi cinta yang menyayanginya seperti seorang
Yandere, ya.”
“Banyak pepatah yang bilang
bahwa Dewi mudah cemburu ... apa ini tentang itu? Sebuah pola ketika Hikaru
benar-benar tidak mempercayai wanita lagi, sang Dewi akan turun dan mengatakan,
『Hanya aku yang kamu punya loh』?”
“Bukannya itu iblis?”
“Memang.”
“Aku tidak peduli entah itu Dewi
Yandere atau iblis, aku tidak keberatan sama sekali! Maksudku, cuma sekali saja,
aku ingin merasakan didekati oleh gadis!”
Masachika dan Hikaru tersenyum
pahit pada keinginan Takeshi yang tah tergoyahkan.
“Yah, menurutku tidak baik juga
bersikap pasif dan berharap untuk didekati ... Kakekku juga mengatakan kalau
sikap agresif itu penting, tau?”
“Sikap agresif ya... baiklah, aku
mengerti! Aku akan mencoba menjadi cowok karnivora sejati! Dan aku akan
berusaha mendekati gadis-gadis!”
“Ohh~ yang semangat ya~”
“Asal jangan terlalu berlebihan
saja, oke ...”
Lagi pula, karena itu urusan
orang lain, Masachika memberikan dukungannya kepada Takeshi. ... Ia tidak tahu
bahwa di kemudian hari, komentarnya yang tidak bertanggung jawab tersebut akan
kembali menghantuinya dalam bentuk tanggung jawab.
◇◇◇◇
“... Haa~”
Setelah Takeshi dan Hikaru
pulang, Masachika melanjutkan belajar untuk ujian besok di kamarnya. Tetapi …
“Enggak ada motivasi sama
sekali~ ...”
Masachika bisa melihat dengan
jelas bahwa dirinya tidak bisa konsentrasi. Ia memang sedang belajar. Namun,
isi dari buku pelajarannya tidak bisa masuk ke kepalanya sama sekali. Meski
dirinya mengarahkan pandangannya ke buku teks, dan berusaha untuk menelaahnya,
tapi Ia tidak bisa menyimpannya di kepala dan pengetahuan itu menghilang dari tempat Ia
memasukkannya. Bisa dilihat dengan jela bahwa efisiensi belajarnya menurun.
“Ah… sudah jam 11 malam ya …”
Ia sudah belajar selama sekitar
dua jam sejak keluar dari kamar mandi, tapi Ia membuang-buang banyak waktu
sehingga perkembangan belajarnya tidak ada kemajuan sama sekali.
“Sebentar lagi Blaze Hazard[4] akan dimulai...”
Hati Masachika goyah saat anime
larut malam yang selalu Ia nantikan setiap minggunya akan segera tayang.
(Tidak ada gunanya buat belajar saat
konsentrasiku buyar begini, jadi mengapa tidak istirahat dulu dan belajar lagi
nanti?)
Pikiran seperti itu muncul di
benaknya, tapi Masachika tahu sendiri bahwa begitu dirinya melarikan diri untuk
menonton anime, Ia takkan pernah kembali belajar.
(Tapi yah …tidak bagus juga kalau belajar
terlalu lama. Aku sudah selesai mempelajari materi ujian, dan yang perlu
kulakukan tinggal meninjau ulang besok pagi … maksudku, sudah jelas sekali
kalau aku tidak bisa berkosentrasi saat berpikir seperti ini)
Saat Masachika bersandar ke
belakang kursi dan mencari-cari alasan di kepalanya, anime yang dinantikannya
sudah mulai tayang.
“Sudah dimulai, ya ...”
...... Tapi pada akhirnya,
Masachika tidak pernah menyalakan TV. Setelah menunggu sekitar lima menit, Ia
berbalik ke mejanya seolah-olah sudah menyerah.
“Haa ... sejak kapan aku jadi
orang malas begini ...”
Masachika menghela nafas pada
dirinya sendiri saat Ia menunggu sampai anime dimulai dan akhirnya melangkah
keluar. Di masa lalu, Ia akan berupaya keras demi ibunya atau gadis itu. Tapi setelah beberapa tahun
tidak bertindak, rupanya Ia sudah lupa bagaimana cara untuk berusaha keras.
Ia ... punya keinginan untuk menanggapi
tekad Sayaka dan Alisa. Ada juga rasa misi bahwa demi keduanya, Ia harus
menjadi calon wakil ketua OSIS yang tidak membuat malu siapapun. … Dulu ada.
Setidaknya sampai seminggu yang lalu.
(Tapi ... Bahkan jika nilaiku sedikit
naik, rasanya seperti “Lantas apa?”. Pertama-tama, aku sendiri yang menetapkan
tujuan untuk menaikkan nilaiku, dan aku tidak berjanji dengan siapa pun.)
Namun, perasaan tersebut telah
memudar hingga ke titik di mana pemikiran semacam itu sekarang muncul di
benaknya. Bagaimanapun juga, hanya sebatas itulah tingkat motivasi Masachika
saat ini.
(Pada akhirnya, ini semua tentang
kepuasan diri ... yah, sebagian besar, yang namanya usaha adalah tentang
kemauan dan kepuasan diri sendiri. Seperti kata pepatah … Musuh terbesarmu adalah
dirimu sendiri. Alya memang menakjubkan, bisa sanggup terus melakukan ini tanpa
henti)
Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan
kebanyakan orang, berusaha keras tanpa henti demi meraih tujuan yang telah kamu
tetapkan untuk dirimu sendiri, demi bisa menjadi orang yang kamu inginkan. Secara
singkatnya, itu bisa disebut ambisi, tapi ada kecemerlangan yang mempesona di dalam
diri Alisa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata semacam itu.
“Yah, aku sendiri tidak
mempunyai ambisi apapun, ... malahan, aku justru tidak memiliki keserakahan.”
Ia tidak terlalu menginginkan
status, kehormatan, uang, maupun wanita. Selama hari esok masih sama seperti
hari ini, sebuah kehidupan sehari-hari yang damai dan menyenangkan terus
berlanjut, itu saja sudah lebih dari cukup. Justru, Ia tidak membutuhkan status
atau kehormatan jika kehilangan kedamaian itu, dan Ia juga tidak berniat untuk
menghancurkannya hanya demi mencari uang atau wanita. Itulah sikap dasar
Masachika.
Alasan Masachika memutuskan
untuk mencalonkan diri bersama Alisa ialah karena … Ia merasakan perasaan
mendesak yang samar-samar kalau dirinya tidak bisa terus seperti ini, dan Ia juga
tidak bisa meninggalkan Alisa sendirian.
“Tapi, demi melakukan
itu...setidaknya, aku harus bisa melakukan separuh dari kerja keras Alya ...”
Masachika menggeram saat
menjatuhkan diri di mejanya dan menempelkan dahinya ke buku pelajarannya.
“Berjuanglah diriku ...
setidaknya aku tidak menghambat Alya karena reputasiku ...”
Saat ini, Masachika hanyalah
seorang siswa rendahan dengan sikap dan nilai yang buruk, tapi jika nilainya
meningkat ... terutama jika Ia bisa masuk ke daftar peringkat 30 teratas yang biasa
diposting di koridor sebagai siswa yang berprestasi, evaluasi mengenai dirinya
pasti akan berubah.
(Ya, aku mengincar posisi karakter cowok
yang ada di shoujo manga, orang yang biasanya tidur di kelas tapi mendapat nilai
bagus! Tipe karakter cowok yang dicolek-colek oleh heroine pekerja keras!)
Orang-orang mengagumi bakat
yang luar biasa daripada usaha yang luar biasa. Sayangnya, kebanyakan orang di
dunia ini dunia cenderung menganggap orang yang tampaknya tidak belajar sama
sekali tetapi mendapat nilai bagus sebagai orang yang luar biasa atau jenius,
ketimbang orang yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus.
Dari sudut pandang Masachika, “Haa? Tentu saja orang yang berusaha keras jauh
lebih hebat dan lebih baik daripada mereka yang tidak berusaha.” ... tapi
sayangnya itulah faktanya, jadi mau bagaimana lagi. Dan mengingat dari
karakternya, Ia berpikir akan mengincar posisi itu. Kenyataannya, itulah alasan
kenapa Ia belajar di ruang OSIS yang tidak mencolok.
“Oleh karena itu, aku harus
berjuang ... tinggal sedikit lagi.”
Saat menyemangati dirinya
sendiri dan mengangkat wajahnya, smartphone yang ditaruh di atas mejanya
bergetar.
“Hm? Telepon?”
Dengan serangkaian getaran
berdengung, Masachika buru-buru mengangkat teleponnya … dan terkejut saat
melihat nama yang ditampilkan di layar.
“Eh... Alya!?”
Masachika terkejut sekaligus
heran saat melihat nama ini, karena Ia mengira orang yang menelepon adalah ayahnya
atau Yuki. Lagi pula,Ia jarang menelepon atau bahkan bertukar pesan dengan
Alisa. Apalagi sekarang sudah tengah malam. Bagi siswa teladan seperti Alisa,
menelepon di jam larut malam begini sangat tidak biasa.
“Eh ditutup.”
Namun, saat ingin menjawabnya,
telepon ditutup. Menilai dari panggilan terputus setelah hanya sepuluh detik,
tampaknya Arisa sendiri yang memutuskannya. Jika itu masalahnya, itu mungkin bukan
urusan yang sangat penting, tapi ... Untuk saat ini, Masachika memutuskan untuk
menelepon kembali. Segera setelah melakukan panggilan, telepon tersambung sebelum
nada dering kedua berbunyi.
“Ah, halo?”
『... Selamat malam, Kuze-kun 』
“Oh, selamat malam juga ... ada
apa? Apa ada perlu sesuatu?”
『... Tidak juga, bukan karena ada urusan… 』
Saat mendengar balasan Alisa,
Masachika mulai menyeringai dan langsung menggodanya.
“Terus ada apa? Apa kamu tiba-tiba
ingin mendengar suaraku?”
『...... 』
Ketika Ia mengatakannya dengan
nada meledek, balasan yang didapat Masachika hanyalah keheningan. Keheningan,
di mana Ia bisa membayangkan dengan jelas tatapan dingin Alisa, membuat Masachika
merasa tidak nyaman, dan mencoba mengubah topik pembicaraan dengan berdehem...
【……Enggak boleh? 】
...... Tapi Ia menjatuhkan diri
ke atas meja dengan bunyi gedebuk saat mendengar gumaman bahasa Rusia Alisa.
『...? Tadi itu bunyi apa? 』
“Bukan apa-apa ...
Ngomong-ngomong, barusan kamu tadi bilang apa?”
『Aku tadi hanya bilang ‘Ba—ka’ 』
“Gitu ya ... jadi, ada perlu apa?”
『...Umm, kamu pernah bilang kalau kamu
belajar sendirian pasti akan malas-malasan, ‘kan? Aku cuma ingin memastikan apa
kamu sudah belajar dengan benar 』
“.....”
Masachika kehabisan kata-kata
karena keadaannya sekarang bisa ditebak dengan benar. Kemudian, dari sisi lain
telepon, Ia mendengar suara dengan nada suara beberapa lebih rendah.
『... Jangan bilang... 』
“Tidak, aku tidak
malas-malasan, oke? Aku sempat terguncang karena godaan anime, tapi aku bisa mengatasinya
dengan baik. Seriusan deh, serius.”
『...... 』
Setelah beberapa detik
keheningan yang benar-benar mencurigakan, helaan napas kecil bisa terdengar.
『Ujiannya mulai besok, loh? Sekarang bukan
waktunya untuk berleha-leha 』
“Yah, memang sih ... maaf,
karena tidak punya nyali begini.”
『Aku takkan sampai mengatakan itu, tapi ... 』
“Aku tidak bisa mengerahkan motivasiku
... Sebaliknya, bagaimana caranya kamu bisa mempertahankan motivasimu pada
saat-saat seperti ini?”
『... Aku tidak tahu tentang bagaimana cara mempertahankan
motivasi karena aku tidak pernah kehilangan motivasi. 』
“... Seriusan? Itu hebat
sekali, oi.”
Pipi Masachika berkedut
mendengar komentar luar biasa yang keluar begitu cepat. Kemudian, setelah jeda
singkat untuk berpikir, Alisa perlahan-lahan mulai berbicara.
『Hmm … mungkin karena aku merasa sibuk terus.
Aku tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan motivasi ketika aku selalu
memikirkan apa ada yang kurang atau apa ada yang masih bisa aku lakukan. 』
“... itu sungguh luar biasa”
Bisa dibilang, seperti yang
diharapkan dari seorang perfeksionis? Masachika merasa salut pada sikapnya yang
terus mengejar cita-citanya sendiri. Pada saat yang sama, Ia merasa sedikit
malu pada dirinya sendiri karena berpikir, “Aku
akan akan meninjaunya besok pagi.”
“Kalau begitu sudah dulu ya, tidak
enakan karena sudah membuatmu cemas ... aku akan mencoba meniru Alya dan
berusaha sedikit lebih keras lagi. Terima kasih kasih sudah repot-repot
meneleponku”
『Eh, umm... 』
“Hmm?”
Tepat ketika Ia hendak menutup
telepon, Masachika mendengar suara yang sedikit tidak sabaran dan Ia menempelkan
smartphone ke telinganya.
“Ada apa?”
『...... 』
“Hmm?”
Masachika memiringkan kepalanya
dan merasa penasaran apa yang sedang terjadi, tapi hal yang Ia dengar ialah
bahasa Rusia dengan suara yang menyakitkan.
【…
Masih … belum …. 】
Usai mendengar bisikan itu,
Masachika jatuh ke belakang seolah-olah dahinya ditembak dan ambruk dari kursi.
Suara bisikan yang tiba-tiba memasuki telinganya, membuatnya mati rasa dari
telinga hingga ke otak.
(Ga-Gadis ini !! Apa yang gadis ini
bisikkan di telingaku!! Apa maksdunya dengan, [masih … belum … ]!? Tidak,
kurasa maksudnya [Jangan ditutup dulu] ! Tapi ucapannya terlalu abstrak
dan membuatku berpikiran hal yang
aneh-aneh!?)
Bisikan lembut yang membuat
telinganya bergetar membuat jalan pemikiran otaku Masachika menjadi liar!
Gambaran Alisa yang memalingkan wajahnya dengan ekspresi malu-malu mulai muncul
di otaknya, dan bisikan yang baru saja didengarnya kembali terngiang-ngiang di
benaknya!
(Bukannya kalimat 【…Masih … belum …. 】 itu biasa ada di adegan mau ciuman !?
Adegan dimana si gadis menahan mulut si cowok dengan tangannya saat si cowok
mencoba mendekati wajahnya ?!! Adegan dimana mereka menjalani kencan ketiga,
dan waktu dimana mereka mau pulang! …… Ah, sehabis ini, suasana di antara mereka
berdua menjadi sedikit canggung, dan karakter baru muncul membuat kekacauan
seolah-olah sudah mengincarnya.)
『... Kuze-kun? 』
“Lalu, karakter baru itu
biasanya tahu rahasia masa lalu dari salah satu dari kedua orang itu dan entah
bagaimana membuatnya curiga. Semakin ceria dan akrab kesan pertama, semakin
sedikit kamu harus mempercayainya.”
『... Apa yang sedang kamu bicarakan? 』
“Eh? Bukankah ada lebih banyak
karakter jahat pada murid pindahan manga shojo dibandingkan dengan siswa
pindahan di manga shounen? Itulah yang sedang kubicarakan”
『.... Aku bisa paham kalau kamu belum bisa berkonsentrasi dengan belajarmu
sama sekali』
“Ah, itu sih ... iya”
Ketika Masachika terdiam karena
kecanggungan delusi anehnya, Alisa menghela nafas ringan dan kemudian berkata
untuk mengubah suasana hatinya.
『Yah... Kalau begitu, kalau kamu tidak merasa
termotivasi, bagaimana kalau kita taruhan?
』
“Taruhan?”
『Ngomong-ngomong, apa tujuanmu kali ini? 』
“Tujuan? Maksudmu dalam ujian?”
『Ya』
“... Untuk saat ini, aku
mengincar peringkat 30 besar.”
『.... Ternyata lumayan tinggi juga. Yah, baguslah. Jika kamu bisa mencapai
tujuan itu, aku akan menuruti apapun satu permintaanmu』
“Hmm? Barusan kamu bilang ‘Apapun’, iya ‘kan?”
『.... Tentu saja, dalam batasan akal sehat』
“Ah, tidak, maaf. Sebagai otaku,
kurasa aku harus bereaksi mengenai apa yang kamu bilang tadi.”
Segera setelah Ia bereaksi pada
kata "Apapun", balasan yang
didapatnya ialah suara dingin Alisa, dan Masachika membuat alasan sambil
mengarahkan pandangannya kemana-mana.
『.... Aku tidak tahu apa yang kamu
bicarakan, tapi yah pokoknya, bagaimana dengan usulan itu? 』
“Yah, tentu saja, jika aku
tidak bisa mencapainya ...”
『Tentu saja, kamu harus menuruti satu
permintaanku. 』
“... Aku justru sedikit
tertarik dengan yang itu.”
『Kuze-kun?』
“Ah jangan salah sangka!
Bukannya aku ingin diperintah layaknya orang Masokis atau semacamnya, oke!?
Hanya saja, aku benar-benar tertarik dengan permintaan seperti apa yang kamu
minta padaku!?”
Saat Masachika buru-buru
memperbaiki kesalahpahaman, Alisa bergumam dalam bahasa Rusia setelah jeda keheningan
yang mencurigakan.
【……nama】
“Eh?”
『Petunjuk』
“... Tidak, aku takkan mengerti
meski kamu mengatakannya dalam bahasa Rusia.”
『Aku tahu kok』
Dia mengatakannya sembari
tertawa, tapi Masachika, “Tidak, aku mengerti
bahasa Rusia, kok?” melakukan tsukkomi dalam hatinya. Namun, bahkan jika Ia
mengerti bahasa Rusia, Ia tidak bisa memahami petunjuk tersebut, dan hal itu
membuat Masachika memiringkan kepalanya.
『Kalau begitu, sudah diputuskan, oke? 』
“Yah, baiklah ... jadi
taruhannya, jika aku berhasil mencapai peringkat 30 besar, kamu akan menuruti
permintaanku. Tapi kalau aku tidak bisa, akulah yang akan mendengarkan
permintaanmu. Itu saja, ‘kan?”
『Ya itu betul』
“Oke, siapa takut!? Guhehehe, aku akan membuatmu menyesal karena
berani mengajukan taruhan ini ...”
『Yah, lakukan yang terbaik. 』
“... Ternyata skill cuekmu
sudah naik tingkat, ya. Onii-san merasa sedikit kesepian, tau ...”
『Sejak kapan kamu menjadi Onii-san. Lagipula,
kita ‘kan seumuran. 』
Masachika memiringkan kepalanya
terhadap kata-kata tercengang Alisa.
“Tidak ... memang benar kita
berada di kelas yang sama, tapi aku ini lebih tua darimu, loh.”
『Eh?
』
“Eh?”
Suara terkejut dari sisi lain
smartphone bisa didengar, bersamaan dengan ekspresi bingung di wajahnya.
Setelah membalas dengan tanda tanya yang sama, Masachika bertanya untuk sekedar
memastikan.
“... Ulang tahunmu tanggal 7
November, kan?”
『Ya, benar ... kenapa kamu bisa tahu? 』
“Bukannya kamu pernah membicarkannya
saat pertama kali kamu pindah? Aku pikir di situlah aku mendengarnya ... yah,
tidak apa-apa. Sedangkan aku, ulang tahunku tanggal 9 April”
『....
』
“Jadi, aku sudah berumur 16
tahun, loh ...?”
『....
』
Ada keheningan yang canggung, Masachika
berdeham seolah-olah untuk menutupi kecanggungan, dan memutuskan untuk
mengakhiri panggilan.
“Ah hmm~~, kalau begitu, karena
waktunya sudah larut malam ...”
『... Benar juga』
“Terima kasih sudah
meneleponku, Alya”
『Ini bukan apa-apa … 』
“Baiklah, sampai jumpa besok”
『Ya, sampai jumpa besok』
Kemudian, entah siapa yang
duluan, Masachika menutup telepon dan meregangkan tubuhnya.
“Hmm … baiklah, semangat!”
Memperbarui semangatnya, Ia
kembali menghadap buku pelajaran. Motivasinya yang telah jatuh ke titik terendah
beberapa menit yang lalu, telah pulih sepenuhnya setelah melakukan panggilan
telepon dengan Alisa.
Bukannya Ia tertarik pada
taruhannya dengan Alisa. Hanya saja, Masachika merasa senang bahwa partner-nya
sudah mau repot-repot meluangkan waktu belajarnya untuk menelepon dirinya pada larut
malam seperti ini untuk mengungkapkan kepeduliannya. Ia cuma ingin menanggapi
kekhawatirannya saja.
(Apesnya, aku tidak menyangka kalau dia
bisa menebak dengan tepat kalau aku kurang termotivasi ...)
Ia merasa malu sekaligus
bahagisa bahwa Alisa bisa mengetahui keadaanya sejauh itu. Pepatah “dari hati ke hati” secara alami muncul
di benaknya, dan Masachika merasakan hatinya berdebar.
“Terima kasih banyak, Alya”
Ia tersenyum malu-malu dan
diam-diam mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada partner-nya. Masachika
mulai melakukan dorongan terakhir.
◇◇◇◇
Sementara itu, partner yang
dimaksud, Alisa.
“Baik-baik saja ... semuanya akan baik-baik saja ...”
Dia membuka pintu kamarnya
dengan pelan dan membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri.
Jika ditanya apa yang sedang
sedang terjadi, aslinya tidak terjadi apa-apa. Dia hanya mencoba pergi ke ruang
tamu untuk mengambil minum air.
Alasan mengapa dia sangat
ketakutan begitu, padahal cuma ingin mengambil air minum ... semuanya berawal beberapa
jam yang lalu, waktu dimana dia sedang makan malam.
『Ada banyak makhluk di luar
batas pemahaman manusia yang bersembunyi di dunia ini. Mereka menyebabkan
fenomena metafisika yang menghebohkan … Malam ini, izinkan saya mengajak anda
ke dalam dunia horor…』
Gambar yang menakutkan
bercampur dengan kebisingan mengalir bersama dengan BGM yang menakutkan.
Saat mereka sedang duduk di
meja makan, kebetulan saja dia menyalakan TV, dan karena sekarang sudah
memasuki musim panas, program khusus tentang penampakan hantu pun dimulai.
Maria yang bukan penyuka horor,
buru-buru menghabiskan makan malamnya dan kembali ke kamarnya. Tapi ... sifat
kompetitif Alisa kembali muncul dan berkata, “Ya ampun, Masha memang penakut sekali. ...... Aku? Aku baik-baik saja
dengan itu.” Dia menyantap makan malamnya dengan santai dan kembali ke
kamarnya dengan acuh tak acuh, “Yah, itu
bukan masalah besar”.Dan, seperti yang diharapkan, dia merasa ketakutan di
tengah malam. Sampai-sampai dia tidak sanggup berdiri di depan koridor yang
gelap gulita.
(A-Aku merasa, ada wajah putih yang mengambang ...)
Gambar-gambar penampakan hantu
yang baru saja dia lihat di TV kembali muncul di benaknya, dan Alisa tidak bisa
keluar dari kamarnya.
Namun, mana mungkin Alisa
berani memanggil anggota keluarga lainnnya dengan begitu menyedihkan saat ini.
Karena merasa tertekan, Alisa menelepon Masachika pada saat yang tidak tepat
untuk meredakan ketakutannya. Adapun belajar untuk ujian, itu hanya alasan yang
dia buat saat itu juga.
Tidak seperti seseorang yang merasa
malu-malu karena berpikir itu “dari hati
ke hati”, tapi pada kenyataannya, sama sekali bukan seperti itu. Lagi pula,
memang begitulah cara dunia bekerja.
“Baik-baik saja ... oke, yosh!”
Memberanikan dirinya sendiri,
Alisa menggenggam erat smartphone yang baru saja dia gunakan untuk menelepon
Masachika di dadanya seperti jimat dan mulai jalan berjinjit ke lorong yang
gelap.
Tanpa melihat kegelapan di
sekitarnya, Alisa hanya melihat lurus ke arah depan dan berlari ke ruang tamu, dia
kemudian meneguk segelas air di wastafel, dan dengan cepat kembali ke kamarnya
sendiri.
“Fuu~~~ ...”
Setelah kembali ke ruangan yang
terang benderang, Alisa menghela napas panjang karena merasa lega.
Begitu rasa takutnya memudar,
muncul rasa ketidakpuasan dalam dirinya. Bila ditanya apa yang membuatnya
begitu? itu karena Masachika baru memberitahu Alisa tentang kapan ulang
tahunnya.
“Apa-apaan sih ... Andai saja
Ia memberitahuku, setidaknya aku bisa memberi ucapan selamat padanya.”
Jika Masachika ada di sini, Ia
pasti akan menjawab, “Tidak, jika aku
memberitahumu kapan ulang tahunku, rasanya seperti『 Ayo rayakan. Beri aku
hadiah』”. Namun, apa boleh buat. Karena
ini merupakan bentuk dari perbedaan budaya dan kebiasaan.
Di Jepang, perayaan ulang tahun
umumnya dirayakan oleh teman dekat dan keluarga, sedangkan di Rusia, tempat
Alisa dilahirkan, sangat berbeda. Di Rusia, orang yang berulang tahun biasanya
mengadakan pesta ulang tahunnya sendiri dan mengundang keluarga dan teman untuk
merayakannya. Bisa dibilang rasanya seperti,
“Hari ini adalah hari ulang tahunku! Makan dan minum sepuasnya dan rayakan
ulang tahunku!” begitulah caranya.
Dengan kata lain, di dalam
pikiran Alisa, “Aku tidak diberi tahu hari
ulang tahun nya” = “Aku tidak
diundang ke pesta ulang tahunnya” = “Hanya
sebatas itu saja yang Ia pikirkan tentang aku”.
“Padahal Ia sendiri yang bilang
kalau kami adalah teman.”
Meski dia mengatakan itu,
bahkan Alisa sendiri tidak mengundang Masachika ke hari ulang tahunnya pada tahun
lalu. Tapi itu ya itu. Tidak, sejujurnya, Alisa mempunyai keinginan untuk
mengundangnya, tapi ... jika dia hanya mengundang Masachika, keluarganya akan
meledeknya, dan dia tidak punya teman lain yang bisa diundang, jadi Alisa memutuskan
untuk tidak melakukannya.
...... Dia tidak menangis sama
sekali. Bukannya dia merasa sedih bila dibandingkan dengan pesta ulang tahun Maria
yang meriah dan semarak. Sama sekali tidak
pernah. Tidak mengherankan kalau ulang tahun Maria lebih meriah karena hari
ulang tahunnya bertepatan pada malam natal. Alisa tidak menghibur dirinya
sendiri bahwa di situlah perbedaan dalam kemeriahan pesta ulang tahun Maria!
Sama sekali tidak!
“... Hmmph, aku sudah tidak
peduli lagi.”
Alisa menggerutu dan
melemparkan dirinya ke tempat tidur untuk melampiaskan kekesalannya. Dia
memeluk erat-erat bantal ke dadanya dan membenamkan wajahnya. Kemudian, setelah
melemaskan dirinya, bibirnya cemberut dan menggumamkan …
“... Kuze-kun no baka.”
<<=Sebelumnya |
Daftar isi | Selanjutnya=>>
[2] Kalau di raw-nya sih tulisannya ‘俺 Tueee’ atau ‘Ore Tueeee’, kata Tueeee ini kata gaul buat menggambarkan orang atau suatu karakter yang terlalu kuat/OP
[3] “Choroin” itu gabungan dari dua kata “Choroi”+ “Heroine”. Artinya heroine gampangan atau cewek gampangan.
[4] : Enggak bisa nemu kata yang tepat dari kata ‘ブレハザ atau romajinya dibaca burehaza, mungkin itu singkatan dari nama dua suku kata. Tebakan mimin sih antara Blaze Hazard atau Blade Hazard. Aku benci katakana :(