Ore no Onna Tomodachi ga Saikou ni Kawaii Vol.2 Chapter 3 Bahasa Indonesia

Chapter 03 — Miyakawa yang Sangat Dermawan

 

“Dan inilah rumahku,” ujar Kai sambil menunjuk ke serambi rumahnya. Itu hanyalan bangunan dua lantai yang biasa-biasa saja di pinggiran kota yang biasa-biasa saja, tetapi bagi Kotobuki...

“Ru-Rumah yang cukup megah, ya.” Kai hampir mengasihani betapa gugupnya Kotobuki sampai harus memberi sanjungan yang tidak perlu. Dengan gerakan yang bahkan lebih tidak perlu, dia menyerahkan kantong kertas berisi cemilan dengan gemetar sambil berkata, “Me-Meski ini tidak seberapa, tolong terima buah tangan ini ...”

“Tidak, buat apa kamu memberikan ini padaku? Ibuku ada di dalam, kamu bisa langsung memberikan ini padanya.” Kai tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya pada kecemasan sosial khas Kotobuki. Nada sopannya tidak bisa mengikuti.

“I-I-I-I-Ibumu? Ba-Ba-Ba-Ba-Ba-Bagaimana jika dia mengira kalau aku ti-ti-ti-tidak pantas untukmu ?! ”

“Santai aja, kamu tidak mencoba memperkenalkan diri sebagai calon menantu.” Ibu Kai bukanlah tipe orang yang menilai seseorang dengan kasar. “Yang ada justru keluargaku akan bertingkah ekstrim dalam artian lain dan menjadi terlalu sok akrab. Mohon maaf sebelumnya untuk itu.”

“Ka-Ka-Kalau itu sih, sedikit mengintimidasi dengan caranya tersendiri,” Kotobuki tersedak saat matanya mulai berkaca-kaca.

Junior di tempat kerjanya ini kurang dalam setiap bidang komunikasi manusia. Namun, dia akan mulai bertingkah seperti anak songong saat sudah terbiasa dengan seseorang. Ya, dia memang gadis yang manis.

 

◆◆◆◆

 

Semuanya bermula di hari setelah Kotobuki menyarankan mereka bertiga untuk kumpul-kumpul. Kai mulai menjadwalkannya dengan Jun melalui LINE saat Ia pulang kerja malam sebelumnya.

“Hei, Kotobuki bilang kalau dia ingin kita bertiga segera berkumpul bersama.”

“Ciyus?”

“Seriusan lah.”

Jun menanggapi konfirmasi singkat Kai dengan stiker Fumino Furuhashi yang mendongak dan berkata, “Jangan bohong!” Hari sudah larut  malam dan Kai sudah kelelahan karena bekerja, jadi Ia memberikan balasan acak dengan stiker Popuko yang melambaikan tangannya dan berteriak, “FOO~!”

“Ngomong-ngomong, Jun, kapan kamu ada waktu luang?”

“Besok!”

“Secepat itu?!”

Pernyataan keterkejutan instan Kai diikuti oleh stiker pesan khusus Gan Ning (nama hormat Xingba) menyerang benteng sambil berteriak, “Akulah yang pertama mencium!”

Ayolah, pikir Kai, jangan membuat para pejuang dari tokoh sejarah mengatakan hal-hal seperti itu...

“Bisa enggak kamu menganggap ini dengan serius?”

“Maaf, maaf, aku tidak bisa menghentikan kegembiraanku yang meluap-luap.”

“Aku mulai mengkhawatirkan keselamatan Kotobuki jadi anggap saja aku tidak pernah bertanya.”

Kai mengirim pesannya dengan emoji batu dan mendapat stiker Umaru yang sedang mengamuk dan berteriak “Aku tidak mau!” sebagai balasannnya.

“Bisa enggak kamu bersikap lebih serius?”

“Memangnya kamu enggak bisa diajak bercanda?”

Bercanda, katanya. Kai penasaran apakah dia bisa menangani panggilan video. Kamu tahu, untuk membuktikan kalau dia tidak terkekeh dengan ekspresi menjijikan.

“Oke, kesampingkan candaan tadi, kalau besok sih terlalu cepat. Memangnya kamu tidak bisa menunggu sampai akhir pekan? ”

“Aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok , aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok, aku mau besok. ”

“Jangan mendadak berubah jadi yandere!”

“Aku cuma mengungkapkan kedalaman cintaku melalui media teks.”

“Yah, teks yang kamu tulis terlihat seperti novel horor, jadi kamu mungkin menyatakannya terlalu dalam.”

“Pokoknya, aku maunya besok! Aku tidak bisa menunggu lama!”

Kai merasa tercengang melihat dia terobsesi dengan gadis-gadis manis. Ia menghela nafas, lalu menjawab, “Baiklah. Itupun kalau Kotobuki setuju, sih.”

Jun menanggapi dengan stiker pesan khusus Zhang Fei (nama baik Yide) yang mengatakan, “Tentu, aku sangat berterima kasih! Selalu bersyukur!” dengan senyum sinis. Sekali lagi, Kai berpikir prajurit kuno pantas mendapatkan sedikit lebih banyak rasa hormat, tapi dia tetap mengirim jawaban Jun ke Kotobuki. Ia tidak berharap kalau Kotobuki juga setuju untuk bertemu besok, tapi tak disangka-sangka, dia memberikan balasan oke.

“Hooraaaaaay!!!!!”

Kai bisa membayangkan tarian bahagia yang dilakukan Jun saat dia mengirim pesan itu.

Kai mengakhiri malamnya dengan menyelesaikan PR-nya, mandi, menggosok gigi, dan membaca LN jilid keenam dari series 29 to JK yang baru diterbitkan, tetapi Jun membombardirnya dengan pesan sepanjang waktu. Selama sisa malam itu, pertanyaan baru muncul seperti “Baju apa yang harus aku pakai?” atau “Apakah Hotey suka es krim? Apa dia akan menyukainya jika aku membawakannya? ” atau “Merek apa yang harus aku beli untuknya?”

Dan pesan semacam itu terus menyerbunya! Bukan berarti Kai bahkan punya jawaban untuk diberikan padanya!

“Tingkahmu mirip seperti malam sebelum kencan,” ketik Kai di smartphone-nya. Saat kelopak matanya mulai terasa berat, Ia menjauhkan smartphone dari tangannya sembari menggumamkan “Yah, tidak salah juga sih.”

Tentu saja, Kai meninggalkan setiap pesan yang dikirim Jun untuk dibaca.

 

◆◆◆◆

 

Pokoknya, itulah asal muasal terjadinya kejadian hari ini. Kai bertemu Kotobuki sepulang sekolah di stasiun terdekat dengan rumahnya, Watarai, dan memandu Kotobuki ke rumahnya. Mereka berdua datang langsung dari sekolah, jadi Kai masih berseragam SMA Asagi sedangkan Kotobuki masih berseragam SMA Ginga.

“Jangan khawatir, Kotobuki,” ucap Kai sambil membawanya ke ruang depan. “Kamu tidak perlu merasa gugup begitu. Anggap saja rumahku ini sama seperti  rumahmu sendiri.”

Sejujurnya, bahkan oleh-oleh yang dibawa Kotobuki terlalu berlebihan. Dia tidak perlu terlalu memikirkannya dan melangkah sejauh itu. Mungkin keluarganya benar-benar punya kedisiplinan yang ketat, atau mungkin kotak hadiah itulah yang menurut Kotobuki dia butuhkan untuk menenangkan pikirannya, untuk sedikit mengurangi rintangan memasuki pintu depan rumah seorang teman. Kai tidak menekan masalah ini.

“Aku pulang!” Kai mengumumkan kedatangannya kepada keluarganya. “Dan aku membawa temanku untuk bermain!”

“Astaga,” Ibunya tersentak saat mengintip dari dapur. “Kamu membawa pulang teman imut lainnya?”

“Bukannya aku sudah memberitahu ibu pagi ini, kalau aku akan membawa seorang gadis dari tempat kerja!”

“Tapi, tapi, Ibu tidak menyangka kalau dia akan semanis ini! Bisa berteman dengan Jun saja sudah menjadi keajaiban yang terbuang sia-sia untukmu! ”

“Aku cukup yakin itu penghinaan untukku dan Kotobuki. Memangnya gadis macam apa yang Ibu bayangkan?”

“Kupikir itu pasti seorang gadis yang mirip denganmu...”

“Bagaimana semua orang selalu membayangkan hal yang sama sih? Apa itu serius penggambaran Ibu saat membayangkan teman-temanku ?! ”

“Setidaknya, aku tidak bisa membayangkan ada seorang gadis seimut ini akan menjadi temanmu!”

“Mungkin ada beberapa hal yang tidak boleh Ibu katakan  langsung di depan wajah anakmu sendiri!”

Dia setidaknya bisa berhenti mengulangi kata “imut” begitu sering. Hal tersebut membuat Kotobuki menjadi pucat dan bergumam, “Aku harus berusaha untuk tetap imut .... Aku harus memenuhi harapan ibunya...” pada dirinya sendiri seakan-akan itu semacam mantra.

“Ayo kita langsung pergi ke kamarku saja,” saran Kai. Ia membujuk Kotobuki yang pemalu menaiki tangga untuk melindunginya dari pengaruh ibunya yang eksentrik. Begitu mereka memasuki kamar tidur seluas 3 meter persegi dan menutup pintu, Kotobuki meletakkan tangan di dadanya dan menarik napas lega. Bagi Kai, ini terlihat seperti reaksi berlawanan yang biasanya dimiliki seorang gadis ketika memasuki kamar laki-laki untuk pertama kalinya.

Kurasa itu menunjukkan betapa nyamannya dia di dekatku, pikirnya. Kai menggaruk ujung hidungnya dengan gugup. Ia dan Kotobuki akhirnya mulai bisa sedikit santai, ketika tiba-tiba...

 

“Hei Ashie, kamu beneran membawa pulang gadis super imut lainnya?!

“Gaaaaaah Kak ayolah, tolong belajar caranya mengetuk!”

 

Kai melawan balik kakaknya, Serena, yang tiba-tiba muncul sembari mengayunkan pintu yang terbuka.

“Kyaaaa, dia benar-benar imut! Apa hubungannya dia denganmu?”

“Kak... Sudah kubilang kalau dia tidak seperti Jun, Kotobuki adalah gadis yang sensitif, kan? Sudah kubilang jangan terlalu bersikap menyebalkan, kan?!” Kai mendorong kakaknya keluar dari kamar untuk melindungi temannya yang pemalu darinya.

“Apaan sih? Apa kamu menyebutku pengganggu? ”

“Emang, aku benar-benar mengatakan dengan tegas kalau kamu itu cuma pengganggu.”

“Oh? Kamu tidak keberatan untuk memberitahuku mengenai apa yang ingin kamu lakukan saat berduaan dengan rekan kerjamu? Dasar mesum.”

“Dengar, Jun juga akan segera datang, jadi bukannya aku ingin berduaan.”

“Entahlah, tapi kelihatannya sangat mencurigakan bagiku. Apa yang ingin kamu lakukan tidak hanya dengan Jun, tapi juga mengajak gadis semanis ini bersama? Aku tidak membayangkan apa jadinya nanti…”

“Yah, kamu ‘kan jurusan sosiologi, jadi bagaimana kalau kamu belajar saja? Di kampus.”

“Apakah ini yang disebut legenda sebagai 'periode populer'? Apa ini seriusan? Lalu kenapa aku tidak pernah mengalaminya?!”

“Ya, ya, semoga sukses di kopdarmu selanjutnya, Kak, aku yakin kamu akan menemukan seseorang yang luar biasa.”

“Astaga, melihatmu mengasihaniku membuatku merasa kesal. Ayo ngaku saja. Trik macam apa yang sudah kamu lakukan? Apa itu hipnosis?”

“Ya, ya, betul sekali, ini hipnosis.” Kai tidak punya tenaga lagi untuk meladeninya, jadi Kai pun kembali ke kamarnya setelah selesai mendorong kakaknya ke kamarnya. Ia melihat kalau Kotobuki tampak tercengang, seolah-olah dia mendengar semua yang dikatakan keduanya. Kai mendecakkan lidah.

“Aku minta maaf karena kakak perempuanku membuatmu menyaksikan sesuatu yang sangat memalukan.”

“T-Tidak, tidak sama sekali, kok! Jangan risau. Dia benar-benar kakak yang luar biasa.”

Rasanya sedikit menggemaskan betapa tidak meyakinkannya bantuannya.

“Ja-Jadi, 'Kai' benar-benar bukan nama depanmu, ya?”

Dan Kai harus menyukai betapa putus asanya Kotobuki untuk mengubah topik pembicaraan.

“Memang, nama asliku adalah ‘Ash.’ Semua keluargaku memanggilku ‘Ashie.’”

Kali ini, Kai harus tertawa dengan penjelasannya sendiri.

Kai sudah berterus terang dengan Kotobuki tentang namanya. Mereka berkencan dengan potensi untuk menjalin hubungan, jadi Ia merasa tidak enak ​​untuk menyembunyikan kebenaran selamanya. Sayangnya, Kotobuki menganggapnya sebagai lelucon dan tidak mempercayainya sama sekali! Yang mana itu jauh lebih menyakitkan karena itu berarti namanya sangat konyol!

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Karena ketika Ia meminta Kotobuki untuk memanggilnya “Kai,” dia tergagap, “Ra-Rasanya sangat memalukan untuk tiba-tiba mengganti nama panggilan dengan nama depan, jadi aku lebih suka terus menggunakan 'Nakamura.'”

Wajah Kotobuki menjadi merah padam dan tidak bisa menatap matanya saat dia melanjutkan, “Ta-Tapi suatu hari, aku berjanji ... aku akan memanggilmu 'Kai.'”

Sifat malu-malunya sangatlah menggemaskan.

“Yah, jangan berdiri terus, jadi silakan duduk,” saran Kai kepada Kotobuki. “Oh, aku biasanya menggunakan tempat tidurku sebagai tempat duduk, tapi kurasa kamu akan keberatan jika duduk di tempat tidur cowok, ‘kan? Jangan khawatir, aku punya bantal yang bisa kamu gunakan.”

Hari ini akhirnya akan menjadi hari dimana Kai bisa menebus kesalahan fatal yang pernah Ia lakukan setahun yang lalu di mana Ia tidak siap dan membuat Jun duduk di tempat tidurnya! Kai merasa bangga pada dirinya sendiri, sampai ...

“Kalau Miyakawa biasanya duduk di mana?”

“Yah, uh, seperti yang kukatakan, di tempat tidurku.”

“Kalau begitu aku akan merasa puas dengan melakukan hal yang sama. Karena ini tempat tidurmu, jadi aku tidak keberatan sama sekali.”

Ekspresi Kotobuki dengan cepat berubah menjadi senyum puas diri saat duduk di tempat tidur Kai tanpa ragu-ragu. Mungkin itu hanyalah imajinasi Kai, tapi Ia pikir Ia melihat sesuatu yang berkelap-kelip jauh di dalam mata Kotobuki. Apa yang membuatnya begitu bersemangat?

“Kamu juga jangan berdiri terus, Nakamura, ayo duduklah.”

“Oh, benar. Jangan keberatan jika aku melakukannya. ”

Aneh, Kai merasa seolah-olah kalimat mereka—jika bukan posisi mereka—telah dibalik. Pokoknya, Kai dengan lembut mengistirahatkan punggungnya di tempat tidur di sebelahnya. Begitu duduk, Kotobuki mulai gelisah dan berlari mendekat ke arahnya dengan kecepatan siput.

Ah, apa aku harus duduk lebih dekat dengannya? Haruskah aku tidak bersikap rendah hati tentang hal itu?

Saat Kai merenungkan arti dari gerakannya, Kotobuki membuat jarak di antara mereka sambil terus menggeliat.

Yo, dia lagi kenapa sih?

Setelah itu, Kotobuki terlihat seperti menguatkan tekadnya dan bergerak mundur ke arah Kai. Kemudian pipinya memerah saat berlari menjauh darinya lagi. Mengingat berapa lama siklus ini berulang, dia tampaknya berjuang untuk mengukur jarak yang tepat dari ruang pribadi mereka.

“Hmm, apa gerakan bolak-balikmu adalah teknik pernapasan kuda-kuda pertama? Itu pasti berasal dari Teknik Pernapasan Air, bukan?”

“J-Jangan mengguruiku! Ini bukan teknik konsentrasi penuh.”

Kotobuki balas membentak, tapi dia memaksakan dirinya untuk mendapatkan kembali ekspresi puas dirinya sebelum melanjutkan.

“Ngomong-ngomong, Miyakawa sedang ada di mana? Apa kamu tidak pulang sekolah bersama?”

“Benar. Aku bermaksud melakukannya, tetapi Jun meminta kalau dia mau pulang dulu untuk berganti pakaian.”

“Jadi, dia memang melihatku sebagai ancaman?”

“Hah?” Kai melihat kedipan di mata Kotobuki itu lagi, tapi dirinya sangat kebingungan dengan apa yang dikatakan Kotobuki sehingga Kai langsung terdiam.

“At-Atau tidak?”

“Sepertinya dia ingin berpenampilan terbaik untuk memastikan kalau dirinya meninggalkan kesan pertama yang baik.”

“Be-Begitukah? Aku merasa malu telah membuat asumsi yang salah seperti itu.” Kotobuki mati-matian berusaha menyembunyikan rasa malu itu dengan menutupi wajahnya dan berbalik.

Melihatnya sebagai ancaman? Bagaimana? Kai merasa kalimat itu sangat aneh sehingga Ia ingin menanyakannya pada Kotobuki, tapi dia menanyakan pertanyaannya sendiri sebelum Kai bisa membuka mulutnya.

“...Nakamura, ada satu hal yang inign kutanyakan.”

“Tentu, apa itu?”

“Karena kamu bilang kalau Miyakawa berdandan untukku ... apa jangan-jangan dia itu tipe yuri hardcore?”

“Maksudnya?”

“Yah, itu akan menjelaskan beberapa hal tentang dirinya.”

“Umm? Menjelaskan apa?”

“Oh, maafkan aku. Kamu tidak perlu mencemaskan itu, jawaban sederhana untuk pertanyaan itu sudah cukup. ”

“Aku bisa menjaminnya kalau dia itu bukan gadis seperti itu, meskipun aku tidak bisa menyalahkanmu karena merasa seolah-olah hidupmu bisa dalam bahaya, sih.” Sejujurnya, bahkan Kai memiliki sedikit keraguan. Hanya sedikit.

“Menurut penuturan Jun, gadis-gadis menyukai segala hal yang imut,” lanjut Kai sambil menjelaskan apa yang Jun katakan padanya sehari sebelumnya, kecuali bagian di mana Jun mengatakan bahwa dia memiliki perasaan yang sama terhadap Kotobuki seperti yang dia lakukan terhadap boneka binatang. Bagaimanapun juga, itulah permintaan darinya.

“Begitu rupanya, emosi tersebut merupakan sesuatu yang sangat kupahami,” kata Kotobuki. Bertentangan dengan harapan Kai, wajahnya langsung bersinar ketika dia menemukan jawaban itu dapat diterima, melegakan, atau bahkan mungkin berkaitan.

“Kamu bisa memahaminya?”

“Tentu saja! Aku punya keponakan perempuan empat tahun lebih muda dariku dan dia sangat menggemaskan. Ketika adik laki-lakiku bertingkah nakal, aku menganggapnya ngeselin, tapi ketika dia yang melakukannya, aku hanya ingin tersenyum dan memeluknya.”

Kotobuki tentu saja membuat argumen yang persuasif.

“Pokoknya, terima kasih atas jawabanmu. Aku bersyukur karena aku saja yang cuma terlalu kepikiran. ”

“Dengan segala cara, bertemanlah dengannya. Aku akan berada di sini untuk menghentikannya jika tindakan skinship-nya menjadi terlalu berlebihan. ”

“Bagus sekali! Nasibku ada di tanganmu, Nakamura.”

“Ha ha ha, pasti kamu melebih-lebihkan."

“Tidak, nasibku benar-benar ada di tanganmu..”

“...Ha ha ha.”

Kai mendengar kekhawatiran yang jujur ​​dalam permohonan itu dan membalasnya dengan tertawa tegang.

Tunggu, apa ini berarti dia masih tidak bisa meladeni Jun? Lalu untuk apa dia mencoba berteman dengannya?! Di sisi lain, mengapa lagi Kotobuki ingin nongrong bareng dengannya?

Pemikiran-pemikiran tersebut tidak menemui titik terang. Ia bukanlah orang yang tidak peka, tetapi Kai masih belum dewasa untuk melihat setiap trik dalam hubungan antar lawan jenis.

 

◆◆◆◆

 

Jika awan gelap terbentuk di hati Kai, maka badai besar sedang mengamuk di hati Kotobuki. Insting pertama Kai tepat sasaran—Kotobuki masih belum siap menghadapi Jun. Bagi seseorang yang pemalu seperti Kotobuki, seorang gadis yang langsung memeluk erat  wajahnya pada pandangan pertama seperti predator alami. Aura "normies" yang dipancarkan Jun dari setiap pori-pori kulitnya mempertegas kalau dia merupakan penghuni dari dunia yang sangat berbeda dengannya.

Sekarang, mengapa Kotobuki meminta untuk bergaul dengan musuh yang begitu tangguh? Kai tidak dapat mencapai jawabannya sendiri, tetapi kebenarannya sangat gampang sekali. Kotobuki pertama kali melihat “Teman gadis” Nakamura selama kencan mereka dua hari lalu dan dia dibuat terkejut. Tentu saja, Kotobuki telah mendengar banyak cerita tentangnya—Kai cukup sering menceritakan Jun kepada dirinya. Kotobuki bahkan cukup mengenal tentang teman ini untuk memberikan saran kepada Kai tentang serangkaian kesulitan yang mereka alami belum lama ini. Namun, saat mengetahui kalau teman gadis ini adalah kejutan besar, justru menjadi kejutan besar tersendiri bagi Kotobuki.

Bila ditilik kembali, Kotobuki menyadari kalau dirinya membuat asumsi liar. Dia membayangkan Jun adalah gadis tomboy pembuat onar, atau mungkin cuma orang yang gampang akrab, tetapi umumnya bukan tipe yang memancarkan nuansa feminin. Tapi dengan cara yang baik, tentu saja; Kotobuki memiliki seorang gadis seperti itu di kelasnya sendiri yang sangat dia hargai.

Tapi kenyataannya begitu kejam. Ketika Kotobuki bertemu langsung dengan Miyakawa Jun, alias sahabat Kai, merupakan gadis cantik yang modis, dia hampir pingsan. Mau tak mau pemikirannya mulai membayangkan hal yang tidak-tidak: Jika Nakamura menghabiskan lima hari dalam seminggu dengan gadis yang imut dan suka dekat-dekat, bukannya Ia akhirnya akan jatuh cinta padanya? Apa mereka seriusan tidak pacaran?!

Bahkan setelah pulang dari kencan, Kotobuki berguling-guling dengan sedih di tempat tidurnya ... sampai akhirnya dia memikirkan sebuah ide.

Aku harus memastikannya. Aku perlu memeriksanya dengan kepala mataku sendiri.

Seperti apa hubungan Kai dan Jun yang sebenarnya? Tentu saja, Kotobuki tidak berpikir bahwa Kai menyembunyikan fakta bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Itu tindakan yang pengecut, yang mana merupakan bukan tindakan yang akan dilakukan Kai. Kotobuki sudah menghabiskan hidupnya mengamati orang, jadi dia yakin dengan penilaiannya.

Tapi aku tidak bisa menyangkal kemungkinan kalau Nakamura akan jatuh cinta pada orang itu, pikir Kotobuki sebelum membenamkan wajahnya di bantalnya dan menggigit selimutnya dengan sedih. Hanya memikirkan kemungkinan itu menarik hati sanubarinya, tapi dia tidak bisa lari dari kebenaran.

Meski begtu, Kotobuki membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyadari bahwa rasa hormat yang dia rasakan kepada Kai sejak awal sebenarnya adalah cinta pertama dalam hidupnya. Kai adalah seorang mentor yang dapat diandalkan, tetapi juga sedikit naif (dengan cara yang bias!), jadi sangat masuk akal jika Kai tidak tahu bagaimana membedakan antara suka dan cinta dengan teman ceweknya ini.

Terlebih lagi, bagaimana perasaan gadis itu tentang Nakamura? Yang ada justru, inilah masalah terbesar yang dicemaskan Kotobuki. Sekarang dia sangat menyadari, betapa tidak dapat diandalkannya kata-kata Kai tentang masalah ini, dia hampir tidak tahu siapa gadis Jun Miyakawa ini.

Maksudku, di alam semesta mana ada gadis yang pergi main ke rumah seorang cowok selama lima hari dalam seminggu tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda perasaan suka?! Dia jelas-jelas sudah seperti terkunci padanya! Tidak, aku yakin dia bertingkah seolah-olah sudah menjadi pacar Nakamura! Sebenarnya, lupakan itu, aku juga ingin pergi main ke rumahnya selama lima hari dalam seminggu! Kotobuki memukul-mukul selimutnya dengan marah saat berbaring di tempat tidur.

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, hukum alam semesta mungkin tidak berlaku untuk seseorang seperti Jun. Bukan hanya wajahnya yang proporsional itu tampak dari bukan penduduk dunia ini (karena Kotobuki yakin bahwa dua orang bisa bermain di game itu). Aura khusus Jun membuat orang merasa bahwa dia berasal dari alam kehidupan yang berbeda. Kotobuki tidak pernah membayangkan apa yang terlintas di kepala orang-orang yang menguasai jalan kehidupan normies, jadi tidak ada kepribadian yang terlalu aneh untuk menjadi sebuah kemungkinan. Mungkin Jun adalah pemakan manusia yang sudah terbiasa dengan sekumpulan anak kuliahan dan orang dewasa yang bekerja dengan panggilan cepat sehingga dia memperlakukan bocah SMA cuma sebagai hamster peliharaan. Atau mungkin dia berkomitmen pada jalan yuri, dalam hal ini dia takkan memiliki ketertarikan romantis pada lawan jenis sejak awal.

Oooooh, semakin aku memikirkannya, aku semakin tidak mengerti!! Kotobuki, masih tertelungkup di tempat tidurnya, diam seperti mayat.

Tetapi karena dia tidak mengerti, dia harus memastikannya dengan kedua matanya sendiri. Dia ingin Kai mengizinkannya masuk ke tempat nongkrong kecil mereka. Dia telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengamati orang; jika dia bisa melihat bagaimana mereka selalu bertindak, Kotobuki yakin kalau dia akan segera mengungkap kebenaran tentang perasaan mereka. Dan tak peduli masa depan seperti apa yang akan dilihatnya ...

Aku tidak akan kalah darinya! Kotobuki menyalakan api semangat perjuangan di bawah jantungnya yang lemah dan bergetar.

Jadi, singkatnya, Kotobuki datang berkunjung ke rumah Kai untuk mencari gara-gara.

 

◆◆◆◆

 

Kai dan Kotobuki terlibat dalam pembahasan anime saat menunggu kedatangan Jun. Karena Kai tadi habis bercanda tentang teknik Pernapasan Air, mereka langsung memikirkan episode tujuh Kimetsu no Yaiba. Animenya baru mulai tayang bulan sebelumnya, tapi Kai sudah membaca sampai volume terbaru dari sumber langsungnya. Namun, Kotobuki adalah penggemar anime saja, jadi Kai harus berhati-hati supaya tidak  memberikan spoiler.

“Kurasa keunggulan seperti itu wajar untuk seukuran studio Ufotable, tapi aura jahat Muzan tidak semengerikan dari yang dibayangkan bukan, Kotobuki?”

“Cukup mengerikan, memang. Namun, mau tak mau aku merasa bahwa Kibutsuji hanyalah batu loncatan menuju penjahat sejati.”

“Oh? Dan alasanmu?”

“Materi sumbernya adalah manga Jump. Jika dibandingkan dengan plot manga lainnya, kemunculan Kibutsuji terlalu dini. Jika Ia adalah bos terakhir, bukannya terlalu sulit bagi manga untuk mencapai tiga puluh atau empat puluh volume?”

“Mungkin ada benarnya, aku tidak kepikiran mengenai tiu.”

“Jika aku membuat prediksi, aku akan mengatakan kalau penjahat sebenarnya adalah tipe api, yang bisa dibuktikan oleh Tanjiro sebagai kartu truf setelah dia menguasai Pernapasan Air.”

“Begitu, itu perkembangan cerita yang cukup dramatis. Aku ingin melihatnya sendiri.”

Kai merasa kalau prediksi Kotobuki mungkin takkan terjadi karena Ia sudah membaca manga sumbernya dan tahu bagaimana plotnya dimainkan dari sana, tapi Ia tidak membiarkan penilaiannya muncul. Bagi otaku yang cerewet seperti Kai, kepekaan semacam ini sudah mendarah daging. Tapi alasan sebenarnya adalah Kai benar-benar menikmati mendengarkan teori Kotobuki, dan Ia tidak berbohong ketika mengatakan kalau Ia ingin melihat plot twist semacam itu jika memang benar-benar terjadi.

Mengingat selera Kotobuki, dia pasti akan benar-benar menyukai Shinobu. Aku harap dia segera muncul di anime; Aku ingin berbicara tentang karakter favorit kami.

Kai melanjutkan diskusi mereka sambil cukup bersemangat untuk minggu-minggu mendatang.

 

◆◆◆◆

 

Lalu beberapa saat kemudian, bel pintu berbunyi.

“Itu mungkin Jun” bisik Kai. Dia tahu bahwa Kotobuki langsung tegang karena berita itu, membuatnya khawatir tentang berapa lama dia bisa bertahan jika sudah gelisah. Mereka mendengar suara Jun menyapa ibu Kai di pintu depan ...dan saat berikutnya, mereka mendengar langkah Jun berlari menaiki tangga.

“Aku sudah di sini!”

“Memangnya orang-orang di sekitarku tidak ada yang tahu cara mengetuk pintu?!”

Namun, langkah kakinya itu memberitahu Kai apa yang harus dipersiapkan.

“Izinkan aku untuk memperkenalkan kembali diriku! Namaku Miyakawa Jun! Panggil saja aku Jun!”

Jun duduk tepat di sebelah Kotobuki (berlawanan dengan Kai) tanpa penyesalan dan dengan agresif memperkenalkan dirinya. Pakaian yang dia pilih adalah sweter musim semi dengan garis-garis vertikal, rok berwarna terang, dan stoking hitam; dia terlihat seperti Onee-san seksi yang akan disukai otaku. Ya, dia sangat ingin mendapatkan sisi baik Kotobuki.

Sejujurnya, Kai khawatir ketika Jun mengatakan kalau dirinya akan “berdandan.” Apakah dia akan berlebihan? Apa dia akan muncul dengan modis  memakai mode mutakhir yang jauh melampaui pemahaman otaku mana pun? Kai mengkhawatirkan kalau dia akan benar-benar menakuti Kotobuki.

Untungnya, ketakutannya terbukti tidak berdasar. Ini adalah Jun, gadis yang berjalan di atas permukaan bumi dengan kekuatan normies dan anime di sisinya. Tembakannya selalu mengenai sasaran mereka. Mengingat bahwa Kotobuki tidak terlihat terlalu gugup, Kai akan mengatakan bahwa kerja kerasnya terbayar.

“Namaku Kotobuki Hotei. Senang bertemu denganmu.” Pipi Kotobuki sedikit berkedut, tapi dia masih bisa membalas perkenalan dengan tepat.

“Baiklah, Hotey! Senang bisa bertemu denganmu juga!”

“T-Tolong jangan panggil aku dengan nama belakangku!”

“Apa aku terlalu kasar? Apa aku enggak boleh memanggilmu begitu?”

“Memanggilku dengan nama 'Hotei' membuat orang berpikir tentang Buddha, dan citra gendut itu tidak cocok denganku.”

“Tapi bukannya lebih manis jika aku menambahkan 'y' di akhir? Aku pikir itu akan berhasil!”

“Be-Benarkah?”

“Ketika aku masih kecil, aku benci ketika orang memanggilku 'Miyakawa' karena sangat sulit untuk diucapkan. Tetapi ketika teman-temanku memikirkan versi lucunya dan mulai memanggilku 'Myaakawa,' aku mulai menyukainya.”

“Be-Begitu ya, itu bagus untukmu, jadi ...”

“Kalau begitu, kupanggi 'Hotey' saja, ya!”teriak Jun sambil berusaha menutup jarak emosional dan fisik di antara mereka. Kotobuki mundur dari invasi ruang pribadinya. “Ngomong-ngomong, untuk merayakan persahabatan baru kita, aku membelikanmu es krim!”

Dia benar-benar membawa itu, ya...

“Aku tidak yakin merek apa yang Kamu suka, jadi aku memilih Dazs!”

Dan dia sampai habis-habisan segala, ya?

“Ini punyamu, Kai! Rasa vanila! Kalau aku yang rasa biskuit dan krim! ”

“Oh terima kasih.”

Jun mengeluarkan beberapa cangkir es krim dari tas supermarket yang dia bawa. Kai dengan senang hati menerimanya, sementara Jun meletakkan miliknya di pangkuannya.

“Dan untuk Hotey, aku beri stroberi yang kaya susu, teh hijau dan kacang macadamia, double Belgian chocolate chip, dan bahkan teh latte assam-ceylon!”

Jun menyerahkan lebih banyak es krim daripada yang bisa ditangani Kotobuki.

“Tunggu, kenapa Kotobuki bisa mendapat sebanyak itu?!” tanya Kai. Kejutan hadiahnya membuat Kotobuki membeku sehingga dia tidak bisa memegangnya sendiri.

“Maksudku, aku tidak tahu rasa apa yang dia suka, jadi kupikir tidak ada salahnya kalau aku membeli semuanya!”

“Jangan bertindak seolah-olah itu adalah pilihan logis...”

“Pokoknya, Hotey, silakan makan sebanyak mungkin es krim mana pun yang kamu suka!”

Jun memaksa Kotobuki untuk makan, makan, makan, makan, makan, dan makan. Itu adalah permainan kekuasaan  mewah yang didanai oleh tunjangan murah hati kakak-kakaknya. Jun berkunjung dengan persiapan penuh untuk membeli kasih sayang Kotobuki. Namun, Kotobuki takkan menyerah begitu saja.

“Miyakawa, akal bulus macam apa yang kamu sembunyikan untuk memaksaku memakan semua ini?” ada sesuatu berkobar di dalam diri Kotobuki, dan itu cukup kuat untuk menghilangkan keraguannya.

“O-Oh astaga. 'Akal bulus,' kamu bilang. Jangan konyol, ih!”

Jun memberikan respon yang ambigu, seolah-olah dia tidak pernah bermimpi untuk membeli kasih sayang seseorang. Kai takkan membantunyanya; dia hanya mendapatkan makanan penutupnya. Tapi titik pertikaian Kotobuki yang sebenarnya mengambil sudut yang sama sekali berbeda...yang agak tumpul, pada saat itu.

“Rencanamu ialah memberiku semua ini dan membuatku gemuk, iya ‘kan?”

“Hah?” Kai dan Jun berseru serempak. Ekspresi mereka adalah bayangan cermin dari kebingungan satu sama lain.

“A-Apa aku salah?” kata Kotobuki, mengira asumsinya mungkin salah setelah melihat reaksi mereka. Tapi dia tampaknya sudah menguatkan tekad dan tidak mundur segampang itu, jadi Kotobuki si korban emosional berlanjut dengan suara gemetar yang menyedihkan.

“Bu-Bukannya kamu memperhitungkan bahwa dengan membuatku menambah berat badan akan menjadi jalan tercepat untuk melenyapkanku sebagai saingan? Kamu menyembunyikan niat jahat di balik sifat periangmu, jadi apa ini bukan salah satu taktik licik yang kamu peroleh bertahun-tahun selama bertahan hidup di dunia anjing-makan-anjing?”

“K-Kai?! Hotey punya bias terhadap normies! Apalagi, itu sangat mendalam!”

“Uhh...Maksudku, itu tidak terlalu jauh dari apa yang selalu kupikirkan mereka seperti...”

“Jangan salah paham, Hotey-chan! Es krim ini berasal dari kebaikan hatiku! Ini seratus persen ketulusanku!”

“Omong kosong, aku tahu apa yang kamu incar...”

“Selain itu, ini cuma lima atau enam es krim! Kamu takkan langsung jadi gemuk karena itu, jadi jangan khawatir dan makanlah sepuas hatimu!”

“...Miyakawa, atas dasar apa kamu berbicara omong kosong seperti itu?”

“Maksudku, lihat, aku tidak pernah gemuk, jadi aku adalah bukti hidup!” Pertahanan putus asa Jun membuat Kotobuki menatap tak percaya.

“Dan selain itu, bagian yang ingin kamu kembangkan membutuhkan nutrisi!” Jun menopang payudaranya yang besar dan menonjol dengan tangannya serta memamerkannya dengan sedikit goyangan. Mata Kotobuki semakin melotot tidak percaya.

“Mana mungkin,” balas Kotobuki dengan suara gemetar. “Kamu ingin mengatakan kalau semua nutrisi yang seharusnya masuk ke perut atau kepalamu, jusrtu masuk ke payudaramu? Aku tidak percaya stereotip anime ... tapi ternyata itu bisa terjadi di kehidupan nyata ...”

“K-Kai?! Hotey sangat lucu! Ini tidak adil, kenapa dia bisa sangat imut dan lucu, sih ?! ”

“Justru kamulah yang jadi orang dengan kekuatan curang padanya.”

“Aww Hotey, kamu pasti tidak berpikir begitu, ‘kan?”

“Miyakawa adalah musuh semua wanita. Musuh dunia, musuh semua gadis…”

“Tidaaaaaaak! Aku tidak bisa terus hidup jika Hotey membenciku!” Mata Jun berkaca-kaca saat dia berpegangan pada Kotobuki. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa memantulkan payudaranya di hadapan Kotobuki dari jarak dekat memiliki efek sebaliknya.

“Hei sekarang, situasi ini harus dijaga secara kondusif. Jangan menyentuh Kotobuki.”

“... Aww.”

“Jangan bilang 'aww' padaku. Kamulah yang harus menahan diri, jadi kita juga perlu bertukar tempat duduk.”

Kai menyuruh Jun untuk menjauhkan tangannya dari Kotobuki dan mulai duduk di antara mereka. Kotobuki tampak lega memiliki benteng yang melindunginya. Namun Jun, mengerucutkan bibirnya karena terpisah dari Hotey yang imut dan menggemaskan.

“Oh, aku paham yang kamu inginkan, Kai. Kamu ingin merasakan punya gadis-gadis imut di setiap sisimu, ya? Mau nyoba rasanya punya harem, ya? Aku yakin kalau kamu pasti akan mengambil foto selfie dan menyebarkannya ke seluruh internet.”

“Bisa tidak kamu jangan merajuk kayak anak kecil?” Kai menyipitkan mata dan memelototi Jun. Karena gertakannya tidak mempan, Jun menempel pada Kai dan mencoba mengambil selfie-nya sendiri. Kai lebih suka dia tidak melakukannya—itu buruk untuk jantungnya.

“Ide yang bagus. Kalau bisa, tolong ambil foto kita bertiga sebagai tanda persahabatan kita. Meskipun aku lebih suka itu tidak disebarkan secara online.” Mata Kotobuki tiba-tiba berkobar. Karena merasa ditantang, dia juga merangkul lengan Kai. Kai lebih suka dia tidak melakukannya—itu buruk untuk jantungnya.

“Uwaaahhhh, seriusan nih? Aku boleh berfoto dengan Hotey?! Aku takkan disuruh membayarnya nanti, kan?”

“Ini bukan kafe maid ...”

“Jangan khawatir, aku takkan menuntut pembayaran.”

“Yahooooooooo!” teriak Jun kegirangan. "Aku akan menghargainya selama sisa hidupku!”

Dengan tanggapan yang terlalu dramatis, Jun mulai mengambil banyak foto dari mereka bertiga. Kameranya leboh difokuskan pada Kotobuki, yang bergerak ke satu sisi membuat tanda hati dengan tangannya. Dan ada yang berada di tengah, terlihat tidak pada tempatnya.

Dia mungkin benar, pikir Kai sambil meringis melihat foto-foto yang dikirimkan kepadanya melalui LINE. Kebenaran sangat jelas terlihat dari sudut pandang objektif. Ini adalah foto selfie seorang pria dengan dua gadis cantik dan imut di setiap lengannya. Selain itu, hal yang lebih membuatnya berdampak tidak bermoral adalah sesuatu yang sampai sekarang diterima begitu saja: ini adalah foto gadis-gadis yang duduk di atas kasurnya. Jika ini adalah foto orang asing, Kai pasti akan mencela dan mencemooh pria yang ada di tengah seraya berharap kalau pria itu mati saja di makan hiu.

“Hotey, bisakah kamu berteman denganku supaya aku bisa mengirimkannya padamu?”

“Baiklah.”

“Kotobuki?! Apa kamu yakin keberadaan mengancam ini boleh memiliki informasi kontakmu?! Apa kamu takkan menyesali keputusan ini ?! ”

“Tidak masalah. Jika perlu, aku akan menjual jiwaku kepada iblis demi mendapatkan foto ini.”

Dengan tekadnya yang menguat, Kotobuki mengeluarkan smartphone-nya dan menawarkannya kepada Jun.

“Memangnya itu perkara besar?”

“Aku bisa menangis! Hotey, mari kita pasang di layar kunci sebagai simbol persahabatan kita!”

“Ide yang brilian. Mari kita gunakan itu sebagai layar kunci kita sebagai simbol persahabatan kita, Miyakawa.”

Kotobuki dengan acuh tak acuh menanggapi saat membuka foto yang dia terima di aplikasi pengeditan gambar dan dengan cueknya memotong sisi kiri gambar yang berisi Jun. Untuk beberapa saat setelah itu, mereka berdua melihat dengan gembira pada foto-foto yang sekarang ditampilkan di layar smartphone mereka —ya, bahkan Kotobuki pun tersenyum.

Kai tidak berani memasangnya sebagai wallpaper layar kunci, tetapi Ia meletakkannya di dalam folder untuk diamankan.

Pada akhirnya, mereka bertiga memutuskan untuk memakan satu cangkir es krim masing-masing dan kemudian menawarkan sisanya kepada keluarga Nakamura.

“Aku akan membawa ini ke dapur dan sekalian mengambil beberapa sendok.”

Setelah merenung cukup lama, Kotobuki meraih cangkir teh hijau. Kai memasukkan sisanya ke dalam tas plastik dan membawanya ke bawah. Rasa es krim tersebut tidak menjadi buruk meski disimpan dalam freezer, jadi Ia tidak perlu mengkhawatirkannya.

Selama aku memastikan untuk memberitahu Ibu dan Kakak untuk tidak memakannya. Kai memberi tahu ibunya dengan tegas ketika mencapai lantai pertama dan melihatnya sedang menyiapkan makan malam.

Sembari membawa tiga sendok logam di tangan, Kai bergegas kembali ke kamarnya. Ia merasa tidak enakan meninggalkan seseorang yang pemalu seperti Kotobuki sendirian dengan Jun.

Mereka tampaknya lebih akrab dari yang kukira. Jun tidak pernah pernah menjauh dari orang-orang, bahkan jika aku berharap dia melakukannya sekali saja. Kai tertawa kecil saat dia mengira mereka akan melewati malam tanpa hambatan besar di jalan.

Nah, Kamu tahu apa yang mereka katakan tentang asumsi.

Kai kembali ke lantai dua dan membuka pintu kamarnya tanpa berpikir dua kali, tapi…...

“... Apa-apaan ini?”

...Ia melihat penampilan Jun yang benar-benar telanjang dada sedang tersenyum saat dia menutupi payudaranya dengan tangannya (sesuatu yang bisa disebut “handbra”) sementara Kotobuki menatap kedua gunung kembar itu dengan tatapan melotot dari jarak dekat.

 “Apa ini surga? Atau penampakan dari neraka?”

Kai tidak yakin dengan reaksi apa yang seharusnya Ia berikan, jadi dirinya memutuskan untuk berbalik dan meninggalkan ruangan. Setelah menunggu sebentar sampai Jun mengenakan bra sebenarnya dan bajunya lagi...

“Kami sudah selesaiiiiiiiiiii,” terdengar suara pelaku. Jun membuka pintu dari dalam dan tertawa terbahak-bahak.

“Setidaknya, berpura-pura merasa malu, kek,” kata Kai putus asa saat memasuki kamarnya sendiri.

“Hei, apa boleh buat. Lagipula itu semua demi Hotey.”

“Aku bisa memikirkan banyak hal yang sudah kamu lakukan...”

Itu memang menimbulkan pertanyaan tentang urutan peristiwa apa yang menyebabkan Jun memamerkan oppai-nya untuk Kotobuki.

"Yah, begitu, Hotey bilang dia ingin belajar apa yang sudah Reina ajarkan padaku tentang cara membuat payudaramu menjadi lebih besar!”

“Aaaaaaah! Gaaaaa! Aaaaah!”

Tumben-tumbennya Kotobuki meninggikan suaranya, dia mulai berteriak untuk memotong penjelasan Jun. Dia tampaknya tidak ingin Kai menerima informasi ini, tetapi sayangnya, Kai mendengar semuanya.

“...Huh, aku selalu menganggap pekerjaan seperti itu di bawah Reina-san.”

“Hampir tidak. Dia tidak berusaha keras dalam hal kecantikan. Dia bertujuan untuk menjadi model pro.”

“Yah, masuk akal.” Kai bisa setuju dengan bagian itu. Adapun yang lain? “Tapi, ayolah. Menampilkan payudaramu di kamar anak cowok itu…sedikit…. Kamu tau sendiri. ”

“Aku rela melakukan apa saja demi Hotey!”

“Merasa bangga dengan itu takkan membuatnya baik-baik saja …”

Melibatkan Kotobuki ke dalamnya juga kurang tepat.

“Maksudku, ayolah, itu bukan masalah besar. Setelah semua yang telah kita lalui, tidak ada salahnya sedikit buka-bukaan dengan sesama sohib, ‘kan?”

“Kamu yakin itu bukan masalah besar?” Kai hendak bertanya apa Jun beneran tidak keberatan jika Kai berkunjung ke rumahnya dan mendadak bugil dengan kondisi joni kecilnya menegang keras saat Jun meninggalkannya sendirian, tetapi lebih baik memikirkannya. Itu adalah pembalasan yang tidak masuk akal sehingga Ia menyerah begitu saja.

“Selain itu, Kai, kamu harusnya mengetuk pintu dulu sebelum menerobos masuk! Bukannya kamu sendiri yang selalu mengeluh kalau tidak ada yang mengetuk pintumu sebelum masuk?”

“Baik, aku benar-benar minta maaf, secara harfiah semuanya memang salahku!”

Jun mengerucutkan bibirnya, jadi Kai membungkuk dengan tangan dan lututnya untuk menenangkannya. Namun, Kotobuki tampak meminta maaf kepada Kai.

“Aku hanya menanyakan pertanyaan itu dengan iseng, tapi aku tidak menyangka kalau Miyakawa melakukannya sampai sejauh ini untuk melepas pakaiannya sendiri …”

Tapi kamu masih memelototinya dari jarak yang cukup dekat, bukan? Kamu tampak sangat tertarik pada hal itu!

Kai adalah seorang pria dengan sejumlah kebijaksanaan, jadi Ia menyimpan pemikiran tersebut untuk dirinya sendiri.

“Yah tapi, hal itu membuat saranku jadi lebih jelas jika aku mendemonstrasikannya dengan alat bantu visual!”

Jun terus membela diri, tapi dia benar-benar hanya berusaha menyembunyikan rasa malunya sekarang karena dia berada di depan Kai. Pipinya terlihat sedikit memerah.

Lihat, aku juga merasa malu, tau. Bagaimana aku harus bereaksi setelah melihat temanku melakukan pose bra tangan?

Kai berdeham dengan “Ahem.”

“Pokoknya, ayo makan es krim ini sebelum meleleh!”

“Se-Setuju, lagipula, J-Jun sudah repot-repot membelinya!”

“D-Dan habis itu, kita bisa memainkan beberapa game!”

Dengan mereka bertiga menjadi komplotan dari kejahatan yang sama, mereka semua memutuskan untuk berpura-pura tidak melihat apa-apa.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama