Chapter 62 — Permintaan
Keesokan harinya.
“Fujisaki.”
Fujisaki yang sedang berbicara
dengan seorang gadis, berbalik saat mendengar suaraku. Dia berhenti mengobrol
dan membalikkan tubuhnya sambil memainkan poninya.
“Ookusu-kun, ada apa?”
“Bukan apa-apa. Aku sudah
memutuskan apa yang kulakukan dengan taruhan kita.”
Jam pelajaran pertama bahkan
belum dimulai, tapi aku berpikir kalau sebaiknya aku mengatakannya dengan
cepat.
“Oh, ternyata cepat juga.
Terima kasih.”
“Kamu tidak perlu berterima kasih
padaku. Akulah yang harus memintamu melakukan sesuatu.”
Gadis yang berbicara dengan
Fujisaki bertanya dengan terkejut, 'Apa?
Apa yang kalian bicarakan? '. Kami menjelaskan secara singkat mengenai apa
yang terjadi. Gadis itu lalu tersenyum kecil.
“Shiori. Semoga beruntung.”
Setelah mengatakan itu, dia
meninggalkan tempat duduknya dan pergi. Kurasa dia pikir kalau keberadaannya
akan mengganggu kita. Setelah memastikan bahwa dia telah meninggalkan kelas,
Fujisaki bertanya padaku dengan gugup.
“Jadi, apa kamu sudah
memutuskan apa yang ingin aku lakukan?”
“Iya, sebenarnya …..”
Aku memberitahunya apa yang
sudah kupikirkan.
“Aku ingin Fujisaki mengajari
Sayaka.”
“Eh?”
Fujisaki tampak bingung,
mungkin karena dia tidak menduganya.
Aku ingat apa yang terjadi
kemarin. Aku meninggalkan Enami-san dan Nishikawa dan pulang ke rumah, bergegas
memasak, mencuci pakaian, dan mandi. Setelah menyelesaikan semuanya, aku
berbaring di sofa karena terlalu capek.
(Kuso
Aniki)
Saat itulah aku mendengar Sayaka
berbicara kepadaku. Di tangan Sayaka ada buku referensi. Dia sedang belajar
untuk ujian akhir meskipun itu sebulan lagi. Aku merasa sedikit terkesan dengan
sifat rajinnya. Aku kemudian duduk dan bertanya padanya.
(Ada
apa?)
(Ada
sesuatu yang tidak kumengerti.)
Kemudian, dia menunjuk
instruksi di buku referensi. Aku mengambil buku referensi dari tangannya dan
membaca bagian yang ditunjukkan. Jadi begitu rupanya. Bagian ini memang sedikit
sulit.
Aku mengajarinya, tetapi dia
tidak langsung paham. Aku tidak punya pilihan selain pergi ke kamarnya dan
mengawasi belajarnya. Tampaknya materi pelajarannya menjadi lebih sulit
akhir-akhir ini dan dia tidak bisa mengimbanginya.
Ini
mungkin buruk. Ketika aku memikirkan itu, aku tiba-tiba
teringat kata-kata Fujisaki.
Seandainya
saja aku bisa membuatnya menjadi guru privat Sayaka.
Itulah yang kupikirkan.
“Kalau merasa tidak bisa, kamu
bisa menolaknya. Sepertinya Sayaka mengalami masalah dengan studinya
akhir-akhir ini. Dia tidak ingin mendapat nilai yang terlalu buruk karena dia juga
orang yang peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain.”
“Jadi begitu rupanya. Adikmu
…….”
Fujisaki dan Sayaka pasti tidak
saling kenal. Isi permintaan itu berat, dan aku siap untuk ditolak.
Namun, Fujisaki segera
mengangguk.
“Oke, baiklah.”
Aku merasa terkejut. Dia
memberitahu kalau aku boleh memerintahkannya untuk melakukan apa pun yang aku
inginkan, tetapi aku tidak benar-benar menyangka kalau dia akan menerimanya.
“Apa kamu yakin ingin
melakukannya? Tapi, itu mungkin akan menghabiskan banyak waktu Fujisaki.”
Fujisaki adalah anggota klub
bulu tangkis. Pasti ada kegiatan klub sekitar empat kali dalalm seminggu.
Permintaanku ini pasti akan memakan waktu yang berharga pada kesehariannya
ketika dia tidak memiliki kegiatan klub atau pada hari liburnya.
“Jangan khawatir. Ketika aku
tidak ada kegiatan klub, aku tidak punya banyak kegiatan laain untuk dilakukan.
Aku cuma pergi ke karaoke dengan teman-temanku sesekali. Jika itu untuk
Ookusu-kun, aku tidak keberatan sama sekali.”
“Terima kasih banyak.”
Namun, aku tidak bisa
memintanya untuk mengurus studi Sayaka selamanya. Fujisaki juga perlu waktu
belajarnya sendiri. Aku tidak mau kalau permintaanku akan menghalangi hal itu.
“Untuk sementara, aku merasa
tertolong jika kamu bisa mengajarinya selama satu atau dua minggu.”
“Baiklah, aku mengerti. Jadi,
kapan kamu ingin aku mulai mengajarinya?”
“Aku tidak peduli kapan. Lebih
cepat lebih baik.”
“…… Aku bisa mulai hari ini.
Mumpung tidak ada kegiatan klub hari ini.”
“Oh. Benarkah?”
Jika memang begitu, aku harus segera
mempertemukan Fujisaki dan Sayaka. Aku lalu mengeluarkan ponselku dan membuka
aplikasi LINE. Kemudian, aku mengirim pesan ke Sayaka.
Pesanku segera dibaca dan
menerima balasan. Sepertinya dia sedang bermain-main dengan ponselnya.
Ookusu
Sayaka: Oke.
Aku memasukkan kembali ponselku
ke dalam saku. Fujisaki lalu bertanya padaku,
“Ada apa?”
“Kurasa lebih baik kalau kalian
bisa bertemu secepat mungkin. Apa kamu punya waktu luang saat makan siang hari
ini? Kita bertiga harus makan siang bersama, termasuk Akuka. Ini adalah
pertemuan tatap muka.”
Aku tidak bisa membayangkan apa
yang akan mereka pikirkan satu sama lain. Sayaka bertingkah seolah-olah dirinya
adalah gadis yang baik-baik, tetapi pada kenyataannya, dia adalah seorang
otaku. Rasanya pasti akan sangat menarik ketika melihat kalau dirinya dan
Fujisaki yang serius ternyata sefrekuensi.
“Jadi begitu ya. Aku tidak
punya masalah dengan itu.”
“Oke.”
Aku mengeluarkan ponselku lagi.
Untuk saat ini, kami memutuskan untuk bertemu di depan mesin penjual otomatis
di dekat kantin. Kami bebas makan apa saja yang kami inginkan di kantin.
“Sampai jumpa lagi.”
Aku berjalan pergi. Saat aku duduk
dan menunggu jm pelajaran pertama dimulai, ponselku bergetar lagi.
Ookusu
Sayaka : Jadi, orang macam apa dia itu?
Sayaka secara mengejutkan
pemalu dalam beberapa hal. Kurasa dia merasa gugup karena bertemu seseorang
untuk pertama kalinya.
Ookusu
Naoya : Senior yang baik hati bernama Fujisaki. Aku pikir kamu akan menyukai
senpai ini.
Aku belum pernah melihat
Fujisaki tidak disukai oleh orang lain. Dalam hal itu, aku bisa merasa yakin.
Akuka
Ookusu: Bagaimanapun juga, orang ini menyetujui untuk mengajariku. Aku tidak suka
kalau orang ini coba-coba merayuku.
Naoya
Ookusu: Kamu tidak perlu mengkhawatirkan tentang itu. Dia adalah seorang gadis.
Kemudian, dia mengirimi stiker
bergambar mata lebar. Kira-kira, apa stiker itu mengekspresikan keterkejutannya.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya