Chapter 1 — Mawar dan Yuri
“Pokoknya, aku tidak keberatan
pakai pola mana saja saat adegan pertemuan kembali antara saudara kandung! Akan
lebih baik jika ada reuni yang mengharukan saat mereka selalu memikirkan
perasaan satu sama lain, tapi rasanya cukup menegangkan juga ketika mereka
reunian dan menemukan kalau mereka berdua ternyata sudah menjadi musuh!”
“Benar sekali. Fakta bahwa
mereka berdua adalah saudara kandung sudah menambahkan banyak bumbu drama untuk
hubungan mereka.”
Setelah hubungan Masachika dan
Yuki sebagai saudara kandung terbongkar, Sayaka berbicara penuh semangat dengan
Yuki di kedai makanan taman hiburan tentang [Sisi
bagus dari saudara kandung yang hidup terpisah]. Ayano diam-diam memakan
churros di samping mereka, tapi tak satu pun dari mereka memedulikan hal itu
dan asyik dengan pembicaraan otaku mereka. Namun, setelah sepuluh menit, Sayaka
berangsur-angsur menjadi tenang.
“Ah, maafkan aku …... dari
tadi, cuma aku saja yang terus berbicara. Aku tidak punya orang di sekitarku
yang bisa kuajak mengobrol hal semacam ini...”
Sayaka merasa malu karena sudah
mengeluarkan semua perasaannya yang terpendam sekaligus, akibat diam-diam
menjadi otaku setelah waktu yang begitu lama. Dia tampak gelisah saat
mendorong kacamatanya, menggerakkan bibir dan bahunya. Yuki belum pernah
melihat tingkah laku Sayaka seperti ini sebelumnya, karena dia biasanya
bersikap selalu serius dan tegas.
(Kuhh~ Bukannya ini
seru banget?)
Yuki tersenyum lembut sambil
berusaha untuk tidak menunjukkan perasaan batinnya, meski di dalam hati dia
memberikan kesan semacam itu.
“Tidak apa-apa, jangan
khawatir. Aku juga memahami perasaanmu, kok.”
“...Benarkah? Terima kasih
banyak.”
Sayaka mengucapkan terima kasih
dengan senyum yang sedikit canggung, tapi di dalam hati dia masih merasa kalau
dirinya sudah membuat kekacauan.
Banyak otaku tersembunyi di
dunia sangat waspada dalam memamerkan hobi otaku mereka sendiri. Prinsip tersebut
tidak gampang berubah bahkan jika pihak lain ternyata sesama otaku tersembunyi.
Ya, karena otaku tersembunyi memiliki perasaan kuat kalau “hobi otaku mereka” = “sesuatu yang membuat mereka tertarik”, yang
menyebabkan mereka menyimpan obsesi misterius kalau “mereka tidak boleh menjadi lebih otaku daripada lawan bicaranya”, walaupun
mereka berbicara dengan orang yang memiliki hobi sesama otaku. Dan lebih repotnya
lagi, ada juga kesadaran bahwa “pihak
lain tidak boleh menyadari apa yang mereka sembunyikan”. Jangan membiarkan
pihak lain merasakan kalau kamu merasa tidak nyaman dengan hobimu sendiri.
Karena itu sama saja dengan menyangkal hobi pihak lain.
Bagi Sayaka dan Yuki yang telah
menyembunyikan hobinya sampai sekarang, hal tersebut sudah menjadi pemikiran
umum. Lantas, apa yang akan terjadi jika dua orang semacam itu bertemu?
“.....”
“.....”
Alhasil, mereka berdua
sama-sama berusaha menentukan tingkat keotakuan
pihak lain. Sayaka dan Yuki diam-diam saling memandang sembari sama-sama
tersenyum tipis. Sedangkan Ayano, dia masih menikmati cemilan churros dalam diam.
Saat ketegangan di antara
mereka semakin meningkat...... Sayaka duluan yang mulai angkat bicara.
“......Ngomong-ngomong,
Suou-san. Anime apa saja yang kamu tonton di musim ini?”
Itu adalah serangan percobaan
yang dilepaskan dengan mulus. Sebuah langkah jahat yang mendesak pihak lain
untuk secara sepihak mengungkapkan tingkat keotakuannya dengan menyamarkan itu
sebagai topik percakapan biasa. Jumlah anime yang ditonton pihak lain akan
digunakan sebagai tolak ukur tingkat keotakuannya, dan konten animenya
digunakan untuk menganalisis seleranya. Apa pihak lain menyukai genre fantasi,
komedi romantis, penggalan kehidupan sehari-hari. ... atau tipe orang yang
kemungkinan menyukai genre erotis?
Dengan satu pertanyaan santai
ini saja Sayaka bisa memperoleh banyak informasi tanpa risiko. Taniyama Sayaka,
seorang gadis muda berbakat yang sudah mengalahkan banyak saingan dengan
pidatonya yang terampil dalam debat.
Sayaka menyunggingkan sudut
mulutnya. Yuki dengan senyum tak terbaca. Dan Ayano melipat kertas bekas
pembungkus cemilan Churros.
“Ummmm, benar juga. Untuk musim
ini….”
Yuki membuka mulutnya untuk
menanggapi serangan pertama Sayaka. Tentu saja, bahkan Sayaka tidak merasa
kalau pertanyaan itu saja lebih dari cukup untuk menentukan permainan. Jika
Yuki menyebutkan beberapa judul aman dan balik bertanya “Sayaka-san sendiri bagaimana?” Sayaka sudah mengantisipasi hal
tersebut.
Tapi, tidak ada masalah. Karena
Sayaka sudah menyiapkan jawaban ampuh dengan mengatakan, “Kurasa kita sama.
Karena aku juga menonton anime itu.”
(Strategi paling aman dalam percakapan ini
adalah menempatkan diriku tepat di belakang lawan dan melacak jawabannya.
Setelah aku mengambil inisiatif untuk bertanya duluan, mana mungkin aku bisa
kalah)
Merasa yakin dengan
keunggulannya yang luar biasa, Sayaka dengan santai menunggu jawaban Yuki. Tapi……
“Pertama-tama, anime “Blade hazard” dan “Ano Yume” sih wajib ditonton. Dalam ulasan sebelumnya, anime Blade hazard” dikatakan bisa menjadi anime terbaik di musim
ini, tapi episode pertama dari “Ano Yume”
sangat sempurna sehingga dengan cepat menjadi
kandidat untuk peringkat anime terbaik. Lalu, anime “Rens” dan “Isekai Tunnel”
mempunyai alur stabil dan sudah tamat. Secara pribadi, aku berpikir kalau yang
jadi kuda hitam musim ini adalah anime “Hamezon”.
Aku awalnya penasaran bagaimana ekspresi ekstrem dalam cerita aslinya akan
diadaptasi di anime, tapi ternyata adaptasinya jauh lebih bagus dari yang diharapkan.
Selain itu, tampaknya momentum “Gambaruon”
belum berkurang bahkan di musim kedua......”
“!?”
Dalam situasi tersebut, tak
disangka-sangka Yuki menerapkan taktik tanpa penjaga. Jawaban Yuki benar-benar
mengumbarkan semuanya, tanpa ada rahasia apapun. Dari gene fantasi ke komedi romantis,
dari anime yang mengharukan hingga anime robot, dan akhirnya ke fantasi gelap
erotis. Pandangan mata Sayaka melebar di belakang kacamatanya saat informasi
itu diungkapkan dengan sangat cepat.
Sayaka tampak kebingungan. Yuki
diam-diam terkekeh. Sedangkan Ayano, dia pergi membeli cemilan churros untuk
ketiga kalinya.
“Jadi, Sayaka-san sendiri
bagaimana?”
“Eh, umm, itu...”
Pertanyaan yang diajukan,
seperti yang sudah diantisipasinya. Namun, perkembangan sebelumnya sangat tidak
terduga sehingga Sayaka tidak bisa langsung menjawabnya. Dalam situasi ini,
jawaban ampuh “Kurasa kita sama. Karena
aku juga menonton anime itu” tidak bisa digunakan juga. Karena ada beberapa
anime yang disebutkan Yuki tadi belum pernah dilihat Sayaka. Tapi, apakah
dirinya bisa jujur mengakui itu? Sebab secara tidak langsung hal itu sama saja
dengan menyangkal hobi pihak lain.
Di hadapan Sayaka yang terlihat
kesal dan tertekan ... Yuki yang masih tersenyum mulai menggumamkan sesuatu.
“Awal dari permulaan ...”
Pada awalnya, dia berpikir apa
yang ingin Yuki sampaikan. Bahu Sayaka bergetar ketika mendengar kalimat yang
tidak memiliki konteks dan tidak masuk akal ......, tapi menggelitik batinnya.
Yuki kemudian melanjutkan serangannya.
“Kegelapan putih ...”
“!”
“Tebusan atas kekuatan besar
...”
“!!!”
Tubuh Sayaka secara alami
bereaksi terhadap kata-kata indah yang diucapkan secara beruntun. Melihat
reaksinya yang lucu begitu, Yuki tertawa kecil dan berkata dengan nada
bercanda.
“Sepertinya tahap awal chuunibyo,
ya. Aku merekomendasikan kalau kamu perlu pengobatan secepat mungkin.”
“Apa……!”
Sayaka secara refleks mencoba
menyanggah nama penyakit “Chuunibyo”,
yang sering dihindari oleh kebanyakan otaku. Namun, memang benar kalau dirinya
sedikit bersemangat dengan kata-kata yang diucapkan Yuki... dan saat Sayaka
tergagap, senyuman Yuki semakin melebar sembari berbicara padanya.
“Bagaimana kalau kita berhenti
menebak-nebak satu sama lain, oke? Aku yakin kalau kamu sudah menyadari kalau
pengetahuanku sebagai otaku lebih baik ketimbang Sayaka-san. Jadi, Sayaka-san
juga tidak perlu menyembunyikannya, oke?”
“!”
Setelah mengungkapkan seberapa
otakunya dia tanpa menyembunyikannya sama sekali, Yuki lalu meminta Sayaka
untuk membuang rasa malu dan rasa enggannya. Itu adalah usulan yang tidak
pernah diduga Sayaka. Atau seharusnya begitu ... tapi Sayaka merasa kalau
usulan itu bukanlah kelegaan, melainkan memicu persaingan.
“Fufufu...Begitu ya? Tentu saja,
aku mungkin kalah jika dilihat dari jumlah karya yang pernah kusentuh ..... Tapi
perasaan cintaku dalam setiap karya takkan pernah kalah, oke?”
Sayaka tersenyum berani sambil
perlahan-lahan mendorong kacamatanya. Di sisi lain, Yuki menanggapinya dengan
senyum tenang. Dan kemudian perdebatan pun dimulai.
“Pada episode “Blaze hazard” minggu lalu, penampilan
seiyuu di adegan terakhir itu sangat luar biasa. Seiyuu itu juga memberikan
penampilan mengagumkan di Gandero….”
“Jika kamu bilang begitu, aku sendiri
lebih suka Seiyuu yang memainkan peran antagonis…”
“Oh iya, apa kamu memperhatikan
akhir yang spesial dari episode ‘Ano Yume’
minggu lalu? Ada potongan adegan bermakna yang belum pernah kulihat
sebelumnya…..”
“Bukannya itu sudah jelas? Aku
takkan pernah melakukan sesuatu seperti melewatkan lagu pembukaan dan lagu akhir. Aku berpikir
itu...”
Komposisinya benar-benar
kebalikan dari yang sebelumnya, dan kali ini mereka berdua bersaing untuk melihat siapa yang lebih otaku
ketimbang pihak lain. Kemana perginya sosok yang tenang dan serius di sekolah?
Yang ada di sana cuma ada dua otaku yang saling berdebat dan memamerkan
pengetahuan mereka. Setelah sekitar 20 menit saling bedebat, Yuki tiba-tiba
menutup mulutnya.
“Upss, permisi.”
Dia kemudian mengeluarkan
smartphone-nya dari kantong seraya meminta waktu sebentar. Ketika melihat layar
smartphone yang bergetar, alis Yuki tanpak berkedut.
“Maaf, aku mau melakukan
panggilan dulu sebentar.”
Setelah mengatakan itu, Yuki
bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi sembari menempelkan smartphone
di telinganya. Rupanya, dia menerima panggilan telepon yang mendesak.
“…...”
“…...”
Kemudian, Sayaka dan Ayano
ditinggalkan begitu saja. Sayaka lalu menatap Ayano dalam diam. Ayano yang
menerima tatapan itu segera menghabiskan cemilan churros yang keempat ke
mulutnya sekaligus.
“Umm, kamu tidak perlu
terburu-buru untuk memakannya, tau?”
Sayaka mengatakan itu dengan
nada khawatir, tetapi Ayano mengambil semua churros ke dalam mulutnya
seolah-olah dia berada di bawah kutukan kematian jika menjauhkan mulutnya dari
churros. Setelah menambahkan lebih banyak teh susu ke dalam mulutnya, dia
menelan semua churros yang ada di mulutnya dalam satu tegukan.
“Hmgh! ...”
Dia kemudian menegakkan posturnya
seolah-olah tidak terjadi apa-apa, dan menatap lurus ke arah Sayaka. Sedikit
tersentak di bawah tatapannya, Sayaka dengan ringan berdeham dan menegakkan
dirinya.
“Sekali lagi, Kimishima-san.
Meski rasanya agak terlambat, izinkan aku untuk memperkenalkan diri lagi,
namaku Taniyama Sayaka. Walaupun kita sekelas, tapi kita belum pernah berbicara
banyak sebelumnya, ‘kan?”
“Ya, itu benar. Saya rasa ini
baru pertama kalinya kita bertemu tatap muka dan bertukar kata seperti ini.”
“Betul sekali ... lalu, ummm
aku pernah mendengar kalau Kimishima-san adalah pelayan pribadi Suou-san, apa
itu benar ...?”
“Pelayan pribadi ... Itu benar.
Ahh…”
Kemudian, seolah tiba-tiba
teringat sesuatu, Ayano mendongak dan perlahan berdiri. Dia lalu mendadak
menutupi separuh wajahnya dengan tangan kanannya, menyilangkan lengannya dan
mengambil semacam pose, dan kemudian memberi tahu Sayaka yang berkedip berulang
kali, dengan ekspresi keren (tanpa
ekspresi).
“Ditulis dengan huruf ‘teman masa kecil’ dan dibaca sebagai ‘pembantu’. Kimishima Ayano.”
Jelas sudah, itu adalah cara
memperkenalkan diri yang sangat nyentrik.
Cara Ayano yang memperkenalkan
dirinya begitu nyentrik sampai-sampai membuat Sayaka tertegun dengan mulut
menganga. Di hadapan Sayaka yang juga memperlihatkan ekspresi sangat langka,
Ayano kemudian mengubah posenya lebih jauh tanpa menunjukkan ekspresi apapun
dan melanjutkan dengan nada monoton.
“Status teman masa kecil dan heroine kalah hanya bentuk sementara
demi mengelabui mata dunia. Masachika-sama akan dilindungi oleh kami, sub-heroine yang sebenarnya!?”
Setelah berpose menakjubkan
dengan latar belakang matahari musim panas, Ayano kembali duduk di kursi dengan
rasa pencapaian di matanya. Kemudian, dia menundukkan kepalanya ke arah Sayaka.
“.....Saya sungguh minta maaf.
Seharusnya, Yuki-sama duluan lah yang pertama mengatakan [Ditulis dengan huruf ‘teman masa kecil’ dan dibaca sebagai ‘adik
perempuan’! Suou Yuki!].”
“... Eh? Eh, dia mau melakukan
itu? Suou-san sendiri? Dengan pose yang baru saja kamu lakukan tadi!?”
“…? Ya, karena katanya
beginilah cara formal untuk mengungkapkan identitas asli.”
“.....”
Sayaka diam-diam bergidik ngeri
pada Ayano, yang sama sekali tidak merasa curiga maupun malu. Dia tidak bisa
melihat kesempatan maupun celah di mana dia bisa bersaing, karena dia cuma dalam
tahap awal Chuunibyou.
(Su-Sungguh serangan yang menakutkan...
untuk mengguncang mentalitas lawan dan mengambil inisiatif dalam percakapan
sekaligus)
Sambil menekan dadanya yang
sakit karena serangan tak terlihat, Sayaka menggigit bibirnya dan mengepalkan
tangannya erat-erat. Dia kemudian bertanya kepada Ayano, yang (tampaknya) dengan santai memandangnya,
sebuah pertanyaan seolah sedang menantangnya.
“Jadi, dari sudut pandang
pelayan pribadi Suou-san ... atau pembantu? Menurut Kimishima-san sendiri,
hubungan seperti apa yang biasa dilakukan antara Suou-san dan Kuze-san?”
“…..”
Menanggapi pertanyaannya, Ayano
balas menatap Sayaka seolah-olah mencari tahu niat dia yang sebenarnya.
Dia mungkin sedang memikirkan
bagaimana harus menjawabnya, karena dia menganggap Sayaka sebagai calon lawan
dalam pemilihan ketua OSIS yang baru.
Namun pada kenyataannya,
pertanyaan tersebut tidak mempunyai maksud apa-apa.
Karena pertanyaan itu tidak ada
hubungannya dengan kampanye pemilihan ..... tapi cuma sekedar kepentingan
pribadi Sayaka.
Di masa lalu, Masachika dan
Yuki adalah rival terbaik bagi Sayaka. Tidak ada perasaan benci maupun dendam,
yang ada justru rasa kepercayaan dan saling mengakui satu sama lain. Dan
kekalahannya dalam kampanye pemilihan mengubahnya menjadi rasa hormat yang
murni.
Atau kalau boleh bicara terus
terang, dia adalah penggemar dari mereka berdua.
Dia berpikir kalau mereka
berdua adalah pasangan yang ideal, dan bahkan sempat berpikir, “Cepatlah menikah. Tidak, pelan-pelan saja
tidak masalah, dan semoga kalian mendapat pernikahan yang bahagia.” Jika ada
seseorang yang mengganggu hubungan mereka, dia akan melakukan sekuat tenaga untuk
melenyapkannya sebagai perwakilan dari para penggemar.
Lalu, bagaimana tanggapan
Sayaka saat mengetahui bahwa “Mereka berdua
adalah kakak beradik dan tidak bisa menikah” ? ...
(Tidak masalah. Justru sebaliknya, yang
begitu akan lebih gurih!!)
......Begitulah tanggapannya.
Jika begitu, maka…
(Aku ingin mendengar ... tentang episode
kedekatan mereka sebagai kakak beradik!)
Sebagai penggemar mereka, mana
mungkin dia melewatkan kesempatan emas ini. Namun, Ayano takkan semudah itu
dalam membocorkan informasi.
“... Saya hanya seorang pelayan.
Saya tidak dapat mengungkapkan informasi mengenai Tuan saya tanpa seizinnya.”
Tak peduli apa niat Sayaka,
tentu saja balasan itulah yang ditermanya. Tapi itu masih dalam ekspektasi
Sayaka
“Ara, begitu ya. Kalau gitu, aku
akan bertanya pada orang lain, ya?”
“……Orang lain?”
Melihat Ayano memiringkan
kepalanya dengan bingung, Sayaka melanjutkan dengan sikap acuh tak acuh sambil
menyesap minumannya.
“Jika Kimishima-san tidak mau
membicarakannya padaku, aku tinggal bertanya kepada orang lain saja, iya ‘kan?
Jika aku bisa menemukan seseorang yang dekat dengan Suou-san atau Kuze-san,
pasti setidaknya ada satu orang yang tahu kalau mereka berdua adalah kakak
beradik. Benar juga, misalnya saja ….. Kujou Alisa-san?”
Itu adalah ancaman yang dibuat-buat
dan bertele-tele seolah menyiratkan “Jika
kamu tidak mau berbicara, aku akan membeberkan ke orang lain kalau mereka
berdua adalah kakak beradik.” Namun, Ayano yang polos tidak
menyadari hal ini.
“Itu ... akan sedikit
bermasalah.”
Itu sebabnya dia mengatakannya
dengan jujur. Tanpa berpikir kalau ucapannya yang terlalu jujur tersebut
akan
memberikan informasi kepada pihak lain.
(Begitu rupanya, mereka bahkan
merahasiakannya dari orang-orang di sekitar mereka kalau mereka berdua adalah
kakak beradik. Kujou-san bahkan tidak mengetahui hal ini juga.)
Seandainya dia berhadapan
dengan Yuki atau Masachika, mereka takkan menunjukkan celah dengan begitu
mudahnya.
Pernyataan “itu akan sedikit bermasalah” sama saja dengan memberitahu pihak
lain kalau itu adalah titik lemahnya. Jika Sayaka berusaha mengorek informasi
dari Yuki atau Masachika, mereka berdua setidaknya akan mencoba menghindari dengan terampil, atau sebaliknya, mereka
berdua akan mengancam balik dan mengendalikan situasi.
(Awalnya aku sedikit terkejut, tapi ...
selama aku tidak terbawa temponya, dia
adalah lawan yang gampang dihadapi)
Sambil mengevaluasi situasi
dalam hati, Sayaka tanpa henti mendorong masalah tersebut.
Biar diperjelas sekali lagi,
dia hanya ingin mendapat kepuasan batin yang berharga sebagai penggemar mereka.
Sayaka memiliki bakat sebagai otaku idola.
“Kalau begitu, apa kamu tidak
keberatan untuk memberitahuku? Jangan khawatir, aku tidak berniat mengungkapkan
kehidupan pribadi Suou-san dan Kuze-san. Aku hanya penasaran bagaimana mereka berdua
biasanya menghabiskan waktu.”
“......”
Dari penampilan luar, Sayaka
mengajukan pertanyaan dengan sikap acuh tak acuh, sementara dalam batinnya
dipenuhi rasa kegirangan dan mengayunkan kedua tangannya sambil memegangi kipas
idola. Kemudian, ketika Ayano tetap diam, dia sedikit melembutkan nada suaranya.
“Kalau gitu kita bisa
membicarakan kejadian hari ini. Apa yang mereka berdua lakukan sebelum bertemu
kami?”
“.....”
Pada sikap kompromi yang
ditunjukkan oleh Sayaka, Ayano melihat sekeliling dan ...... dia membuka dan
menutup mulutnya beberapa kali, lalu menurunkan pandangannya seolah sedang
merenung. Merasa yakin dengan kemenangannya, Sayaka tersenyum, dan di dalam
hati dia bersiap-siap mengambil posisi untuk mengayunkan kipas idola sekeras
yang dia bisa....
“Masachika-sama sedang menarik Yuki-sama
yang tidak bisa keluar dari kolong tempat tidur.”
“Hah, kamu tadi bilang apa?”
Ekspresinya langsung melongo.
Mini Sayaka di dalam batinnya juga memiliki ekspresi yang sama saat memegangi
kipas di tangannya. Dia bertanya balik setengah refleks, dan dengan ekspresi
yang sama, dia menelaan kata-kata Ayano dengan kepalanya yang kebingungan.
(Di bawah tempat tidur? Situasi macam apa
sampai bisa menjadi begitu? Lagian, bukan itu yang ingin kutanyakan ... Oh, disinformasi? Untuk membingungkanku?)
Ketika menyadari hal ini, Sayaka
mendapatkan kembali ketenangannya. Pada saat yang sama, dia mengesampingkan
penilaian sebelumnya mengenai Ayano yang “mudah
dikendalikan” dan berbalik menghadap Ayano sekali lagi. .........
“Kami hampir kesulitan
menariknya karena Yuki-sama seperti ulat kantong.”
“Dibilangin, dari tadi kamu
ngomong apaan ??”
Yuki dalam bentuk ulat kantong
muncul di otak Sayaka dan langsung dipenuhi dengan tanda ?? dalam pikirannya.
“Ayano? Bercandanya jangan
sampai keterlaluan, oke? Sayaka-san juga, tolong jangan terlalu menggoda Ayano,
ya?”
Pada saat itulah Yuki kembali
ke sana.
Dia seharusnya tidak mendengar
alur pembicaraan sampai saat itu, tapi dia dengan acuh memperingati Sayaka
seolah-olah dia telah mendengar semuanya. Sayaka segera menanggapi dengan
senyum yang jelas.
“Ara, aku cuma mengobrol
sedikit dengannya kok? Mungkin pertanyaanku sedikit blak-blakan”
“Apa begitu? Tumben-tumbennya
bagi Sayaka-san yang selalu bersikap tenang sampai blak-blakan begitu.
Memangnya apa yang kalian bicarakan?”
“Aku cuma ingin memastikan
kalau Suou-san dan Kuze-san benar-benar saudara kandung. Karena aku masih belum
merasa yakin kalau kalian berda beneran kakak beradik.”
“Ohh, jadi itu yang kalian
bicarakan. Yah, kalau kamu tidak mempercayainya juga tidak apa-apa, sih? Karena
secara teknis, kami benar-benar teman masa kecil.”
Apa karena awalnya merupakan
saingan dalam pemilihan, atau cuma karena masalah kecocokan saja?
Ketika mereka membuka mulut,
mereka secara alami mulai menyelidiki niat pihak lain. Mereka mencoba untuk
menggali informasi satu sama lain sambil mengaburkan niat mereka yang sebenarnya
secara tidak langsung.
Namun, pertukaran semacam itu
berakhir sekali lagi dengan satu pertanyaan dari Yuki.
“Ngomong-ngomong, apa
Sayaka-san tipe orang yang menyukai BL?”
Menanggapi perubahan topik yang
begitu mendadak, Sayaka menaikkan satu alisnya dan perlahan-lahan menaikkan
kacamatanya saat dia duduk lebih dalam di kursinya.
“Suou-san..... cuma ada dua
jenis wanita di dunia ini.”
“…? Dan itu adalah….?”
Kemudian, dengan lensa
kacamatanya yang bersinar secara misterius, Sayaka dengan tenang menegaskan.
“Wanita yang menyukai BL dan
wanita yang tidak tahu BL.”
“Jadi begitu ya. Sungguh ucapan
yang bijak sekali.”
Mereka berdua saling bertukar
pandang satu sama lain dan menyeringai dengan senyum busuk. Ayano, seorang
wanita yang Sayaka sebut sebagai wanita yang tidak tahu BL, mengedipkan matanya pada suasana busuk
yang tiba-tiba mulai menyebar di udara, tapi dia nyelonong pergi untuk membeli churros
yang kelima kalinya tanpa terlalu memedulikannya. Sayaka juga tidak memedulikan
hal itu dan meletakkan tangannya di dagu dengan serius.
“Oh iya, ngomong-ngomong,
bukannya Kaito menolak pengakuan Nakusha di episode Blaze hazard minggu lalu?”
“Ahh, memang ada.”
“Itu pasti karena Ia berpacaran
dengan Geruga, iya ‘kan?”
“Begitu rupanya.”
Sebagian besar penonton Blaze Hazard pasti akan berkata, “Tentu saja tidak!”, tapi entah
bagaimana mereka berdua berkomunikasi satu sama lain. Mungkin merasa tersanjung
dengan persetujuan itu, Sayaka terus berbicara tentang alasan mengapa dia
berpikir begitu.
“Aku merasa diyakini mengenai
hal ini ketika melihat tatapan lembut Geruga di awal episode kedua saat
memandang Kaito berbicara tentang mimpinya.”
Itu cuma asumsi yang tidak
berdasar.
“Dan itu semakin terlihat jelas
ketika senjata yang mereka gunakan terbuat dari naga yang sama.”
Tak diragukan lagi kalau itu
cuma tebakan yang tak berdasar.
“Ketika Ia berkata dalam
pertempuran di padang pasir, 'Aku akan
menyerahkan bagian belakangku padamu!’' bukannya itu jelas-jelas cara
melamar yang tidak langsung, iya ‘kan!?”
Kekuatan delusinya juga lumayan
kuat.
“… Jadi begitu ya!”
Bahkan Yuki tidak bisa berbuat
apa-apa selain mengangguk setuju.
Walaupun Yuki selalu menikmati
karya BL, tapi dia tidak pernah sekali pun berfantasi tentang BL, jadi dia
hampir tidak dapat mengikuti apa yang dikatakan Sayaka.
Lagian sedari awal, Yuki cuma
bercanda saat berpura-pura menjadi fujoshi, dan pada kenyataannya dia lebih
menyukai yuri daripada BL, tapi hal tersebut tidak menghentikan Sayaka.
“Tapi kupikir situasi yang
paling seru dan menegangkan adalah situasi di mana teman masa kecil menjadi
cemburu dan mengamuk. Bagian di mana teman masa kecil yang sudah lama memegang
posisi sahabat dengan paksa menyerang karakter utama karena cemburu adalah
bagian yang paling mengharukan.”
Pandangan mata Yuki jadi
sedikit jauh saat mendengar ucapannya yang sepertinya bukan dari anggota komite
kedisiplinan. Saat pandangan matanya melihat kejauhan ... dia segera dibawa
kembali pada kenyataan saat melihat sosok Masachika dan Nonoa yang berjalan
menuju tempatnya.
(Waduh, gawat nih~~~~!!)
Di depan matanya terdapat sosok
Sayaka yang menyebarkan virus otakunya. Itu bukanlah sosok yang bisa
ditunjukkan kepada orang yang dia kenal. Pada awalnya, dia tampak waspada kalau
dirinya adalah seorang otaku, tapi sekarang dia malah membeberkannya
terang-terangan.
“Dan kemudian, setelah menemui
momentumnya, Ia akan membuka diri dan membiarkan obsesinya menjadi liar ......,
apa-apaan perasaan itu ya, bahkan jika itu tidak dimaafkan antara pria dan wanita,
tapi itu bisa dimaafkan jika di antara sesama pria.”
“Be-Benar sekali. Kalau di
manga shoujo, tidak peduli seberapa baik teman masa kecilnya, jika Ia
sampai menyerang protagonis tuh sedikit ......…”
Ketika Sayaka berbicara dengan
ekspresi agak gembira di wajahnya, Yuki dengan cepat mencoba untuk memperbaiki
alur pembicaraan. Kemudian, ekspresi Sayaka berubah muram.
“Yahh memang sih... Apalagi ada
banyak pola di mana saat Ia mendorong protagonis ke bawah, mereka kembali
tersadar saat melihat wajah ketakutan si protagonis dan kemudian menjauhkan
diri ..... mereka semua tuh terlalu
baik! Walaupun Ia selalu menyukai protagonis, dan selalu mengedepankan
kebahagiaan si protagonis …... Kalau begitu Ia sendiri gimana? Bagaimana dengan
kebahagiaan si teman masa kecil!”
“... Yah, karena kebanyakan
dari mereka sampai pada kesimpulan bahwa ‘kebahagiaan
XX-chan adalah kebahagiaanku juga, .......'”
“Itu sih cuma bentuk kepasrahan
saja! Ia cuma membohongi dirinya sendiri! Apalagi, si protagonisnya juga sama
saja. Ketimbang berurusan dengan cowok ganteng yang menyebalkan, dia pasti akan
lebih bahagia dengan teman masa kecil yang selalu peduli padanya!”
Sayaka mengepalkan kedua tangannya
di atas meja dan berteriak seolah-olah melampiaskan rasa kesal yang terpendam.
“Seriusan, pasangan favoritku
gagal berlayar lagi dan lagi sama pihak resmi ... Apa kamu memahami
perasaanku!?”
“Y-Ya ... yah, jika kamu
mendukung ship percintaan dengan
teman masa kecil, itulah yang akan terjadi ...”
“Kenapa semua orang lebih
tertarik pada murid pindahan atau teman sekelas yang baru saja mereka temui!
Ketimbang orang-orang semacam itu yang tidak jelas sifatnya, mendingan pilih
teman masa kecil!! Teman masa kecil yang terus menerus mengawasi si protagonis!
Aku ingin dia diberi kebahagiannnnnn!!”
“A, Ahaha...”
Dengan senyum masam, Yuki
melirik Masachika, yang sedang menatap Sayaka dengan ekspresi tak terlukiskan
di wajahnya, dan keringat bercucuran di punggungnya.
(Fyuh tadi itu hampir
saja~~~~!!)
Yuki diam-diam lega karena dia
berhasil mengubah topik pembicaraan tepat pada waktunya. Kemudian, untuk memberi
tahu Sayaka kalau mereka berdua sudah kembali, dia menoleh ke arah kakaknya
yang menatapnya dari jauh.
“Mulut mana yang berhak bilang
begitu? Onii-sama.”
“Jangan membaca pikiranku!!”
Itu hanya percakapan yang
biasa. Namun, bagian kata [Onii-sama] masih
terngiang-ngiang di benak Sayaka.
『Onii-sama!
』
Di ladang yang dipenuhi bunga
semanggi putih, Yuki kecil memanggil Masachika sambil membawa mahkota bunga di
tangannya.
『Onii-samaa!
』
Ketakutan karena suara guntur,
Yuki kecil memanggil Masachika dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk boneka
binatangnya.
『Mouu~,
Onii-samaa! 』
Dengan ekspresi sedikit
menyalahkan, Yuki yang sudah dewasa memperbaiki dasi Masachika.
Semua pemandangan indah yang
kemungkinan terjadi di antara kakak beradik itu langsung diputar ulang di
otaknya berkat imajinasi Sayaka yang terlatih!
“Fumu”
Sayaka kemudian buru-buru memegang
hidungnya dengan tangan untuk mencegah keluarnya otakunium yang berharga.
“Pakai panggilan O-Onii-sama
... sangat berharga ...”
Lalu dia keceplosan mengatakan
kalimat itu. Percakapan santai kakak beradik yang tak terduga tampaknya
benar-benar melewati batas toleransinya.
“... Kamu ini beneran otaku
tulen, ya.”
Sayaka tiba-tiba kembali
tersadar saat mendengar suara Masachika yang dipenuhi kecemasan. Menyadari
kalau dia mengacaukannya lagi, dia berhasil memasang ekspresi tenang dan
meninggalkan tempat duduknya, meskipun hal itu agak terlambat.
“Aku minta maaf, sepertinya aku
sudah banyak menyita waktumu.”
“Tidak, aku juga lumayan
menikmatinya, kok.”
“Benarkah? Kalau begitu jika
kamu tidak keberatan .... Kuze-san juga, aku sungguh minta maaf karena mendadak
menuduhmu.”
“Oh tidak juga, kamu membuatku
tersadar kalau kewaspadaanku agak longgar
... tapi perihal ini ...”
Saat Masachika melontarkan
kata-katanya dengan ekspresi yang tak terlukiskan di wajahnya, Sayaka menanggapinya
dengan menganggukkan kepalanya seakan memahami apa yang Ia maksud.
“Ya, aku akan merahasiakannya
di dalam hati kalau kalian berdua adalah kakak beradik. Nonoa juga tidak
masalah dengan itu, ‘kan?”
“Hmm? Yah, kalau aku sih tidak
masalah?”
“Jadi begitulah adanya. Yah, terima
kasih banyak atas waktunya. Kalau begitu, kamu mau pamit undur diri dulu.”
“Hmm, baiklah. Sampai jumpa
lagi."
“Rasanya sangat menyenangkan.
Selamat menikmati liburan musim panasmu.”
“Sampai jumpa lagi di semester
baru.”
“Okeee~~ sampai jumpa lagi,
ya~~~”
Setelah bertukar salam, Sayaka
dan Nonoa dengan cepat meninggalkan tempat itu. Kemudian, ketika dia
benar-benar hilang dari pandangan Masachika dan Yuki, dia segera berjongkok dan
menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
“Haaa, aku benar-benar
mengacaukannya...”
“Oh, ada apa Sayacchi? Apa kamu
baik-baik saja?”
“Aku mungkin tidak terlalu
baik-baik saja ... Ahhhh, aku terlalu senang kalau Suou-san ternyata adalah
seorang kawan, jadi aku melakukannya dengan terlalu berlebihan ...”
Sambil mengeluarkan suara yang
dipenuhi dengan penyesalan, dia kembali tersenyum saat mengingat percakapan
antara Yuki dan Masachika.
“Tapi tadi itu sangat berharga
.....”
“Ahh~~ gitu ya.”
“Terima kasih banyak... dengan
begini aku bisa berusaha keras untuk satu bulan lagi ...”
“Logika macam apa itu?”
Ketika Nonoa mengajukan
pertanyaan yang membuatnya kebingungan, Sayaka yang sedang berjongkok dan
menyatukan kedua tangannya, segera menanggapi dengan membuka lebar matanya
“Moe membawa warna pada
kehidupan sehari-hari, dan keberhargaan memberi semangat pada kehidupan!”
“... Aku paham banget ~”
Sayaka menatap ke suatu tempat
dengan pandangan mata yang jauh, tanpa memedulikan reaksi Nonoa yang
terang-terangan sangat monoton.
“Ada sesuatu yang berharga yang
hanya bisa dicerna dengan melihat kedekatan
kakak beradik yang memiliki hubungan darah. ......”
“Sulit dipahami~”
Setelah mengatakan itu sambil
bermain-main dengan smartphone-nya, Nonoa tiba-tiba mengangkat wajahnya.
“... Apa jangan-jangan, itulah
yang jadi alasan kenapa kamu sering mampir ke rumahku?”
“Ugh ...”
Sayaka dengan cepat mengalihkan
pandangannya. Nonoa mengalihkan pandangannya ke bagian belakang kepalanya.
Setelah beberapa saat keheningan, Sayaka menggumamkan sesuatu dengan nada suara
yang agak canggung.
“... Rea-chan dan Leo-kun juga
terlihat sangat dekat, saat melihat mereka berdua selalu membuatku tersenyum.”
“Hmm? Apa mereka memang sedekat
itu?”
“Karena mereka adalah anak
kembar, itu saja sudah berharga!”
Pada saat Nonoa memiringkan
kepalanya, Sayaka berbalik seraya berseru keras. Mendengar tanggapan sahabatnya
itu, Nonoa cuma bisa berkata “Begitu ya”
sambil sedikit mengangkat bahunya.
“Meskipun mereka sering
bertengkar, perasaan kasih sayang yang mereka miliki satu sama lain dapat
dirasakan di balik pertengkaran tersebut. Rasa kepercayaan yang begitu kuat.
Itulah yang membuatnya sangat berharga. .........”
“Begitu ya ... yah kesampingkan
itu dulu, kurasa sudah saatnya bagimu untuk berdiri, bukan? Karena entah
kenapa, kita jadi objek tontonan orang lain.”
“Ah... iya.”
Akhirnya, Sayaka menyadari
kalau dia menarik perhatian orang-orang di sekitarnya saat berjongkok di taman,
dan dia berdiri sambil berdeham. Dia lalu berkata dengan ekspresi canggung.
“Umm, aku tidak ingin kamu
salah paham dulu, tapi …. Alasanku pergi mengunjungi rumah Nono-chan bukan cuma
untuk bertemu Rea-chan dan Leo-kun saja, oke?”
“Aku paham kok~ ... Kamu ingin
melihat kedekatanku dengan Rea-chan, ‘kan?
“D-Duh, bukan begitu tau ...
Kamu memahami apa yang kubicarakan, ‘kan?”
Nonoa menyeringai pada Sayaka,
yang sedang menatapnya seolah-olah menyalahkan kejahilannya.
“Hmm~? Entahlah~? Aku ingin
mendengar langsung dari mulut Sayacchi~”
“Duh, masa bodo ah!”
Usai mengatakan itu, Sayaka berbalik
dengan cemberut dan mulai berjalan pergi meninggalkan Nonoa di belakang. Namun,
setelah berjalan beberapa langkah, dia lalu berbalik untuk melihat Nonoa yang
tidak bergerak dari tempatnya dengan wajah menyeringai, dan Sayaka meninggikan
suarakan seolah-olah habis dijahili.
“Moo~ Nono-chan! Jangan nakal,
ih!”
“Ahaha, maaf, maaf~”
Seketika, Nonoa berlari ke arahnya
sambil tersenyum dan dengan mudah memeluk lengan Sayaka. Dia lalu bertanya
kepada Sayaka yang memalingkan wajahnya seolah-olah sedang merajuk, dengan
suara yang sedikit serius.
“Tapi~ apa kamu tidak keberatan
buat meninggalkan Kuzecchi dan yang lainnya? Padahal kamu juga punya pilihan
untuk bermain dengan mereka, ‘kan?”
Menanggapi pertanyaan Nonoa,
Sayaka meliriknya sebelum melihat ke depan dan berbicara dengan tenang.
“Kalau itu sih benar-benar akan
menghalangi mereka. Lagipula, hubungan kita tidak sedekat itu dengan mereka
bertiga.”
“Ahh gitu ya~... tapi bukannya
kamu bisa menggunakan ini sebagai kesempatan untuk saling mengenal satu sama
lain? Lagian juga, kita bukan kandidat dalam pemilihan ketua OSIS, ‘kan?”
“... Kurasa lebih baik jangan
melakukan itu juga. Karena kita tidak berada di posisi yang setara, walaupun
sudah bukan kandidat lawan lagi.”
“Hmmm, begitu ya.”
Sayaka berbicara dengan tenang
dan jelas, berbanding terbalik dengan keadaan girang mode otakunya. Sayaka
tampaknya kembali ke dirinya yang biasa. Selama bukan karena hobi otaku dan
amukannya, Sayaka sebenarnya gadis yang sangat cerdas.
“Lagipula sedari awal, aku tidak
ada niatan ingin berteman dekat dengan mereka berdua.”
“Eh, apa iya?”
“Ya, aku hanya ingin menghargai
interaksi berharga mereka berdua sebagai penonton.”
...... Dia sungguh gadis yang
cerdas. Tidak, seriusan. Nonoa menyipitkan mata di sampingnya seakan-akan
menyiratkan “Apa yang kamu bicarakan
dengan muka serius begitu?”, tapi memang begitu yang dia rasakan.
“Selain itu, aku datang ke sini
karena ingin bermain bersama Nono-chan. Tidak ada yang lebih penting dari itu.”
Sayaka mengatakan itu dengan
santai sambil mengangkat bahunya. Begitu mendengar perkataannya, Nonoa membuka lebar
matanya ... dan tertawa riang.
“Sayacchi juga ternyata sangat
menyukaiku, ya~~”
“Duh ... sudah jelas sekali,
‘kan? Karena kamu adalah sahabatku.”
“Ehehe gitu ya~ aku juga sangat
menyukai Sayacchi, loh~?”
Nonoa mendekatkan tubuhnya pada
Sayaka sambil tersenyum. Sayaka tidak menolak, walaupun dia sedikit menurunkan
alisnya. Setelah berjalan beberapa saat, Sayaka menghela napas seolah-olah
untuk untuk mendapatkan kembali ketenangannya dan melihat sekelilingnya.
“Sekarang, ke mana
selanjutnya—— ”
Pada saat itulah…
“Fufufu, tadi itu nyeremin
banget, ya ~ Onii-sama?”
“Serem sebelah mananya?!
Jelas-jelas kamu tadi sangat menikmatinya.”
“Tidak, tidak, mana ada yang
begitu. Justru itu semua berkat lengan Onii-sama yang bisa diandalkan, tau~?”
Masachika menatapnya dengan
tatapan mencemooh, sedangkan Yuki berbicara dalam gaya Ojou-sama yang
mencurigakan sambil memeluk lengannya. Dan kemudian ada Ayano juga.
Sayaka dan Nonoa berpapasan
lagi dengan mereka bertiga yang baru saja keluar dari wahana rumah hantu. Ini
adalah pertemuan tak terduga yang kedua.
Kali ini mereka menyadari
keberadaan satu sama lain pada waktu yang sama dan berhenti pada waktu yang
sama.
Suasana yang tak bisa
dijabarkan menyelimuti mereka.
Di tengah-tengah semua itu, Sayaka
perlahan mendorong bingkai kacamatanya dan mengucapkan sepatah kata sambil
mempertahankan ekspresi cerdas….
“Silakan dilanjutkan.”
…. sambil berusaha menahan mimisan
yang keluar dari hidungnya.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya