Chapter 2 — Putri dan Dewi
“Onee~! Tolong rapihin
rambutku, dong~!”
“Hmm~?”
Suatu hari selama liburan musim
panas, Nonoa sedang bersantai di kamarnya ketika pintu kamarnya dibuka dengan
keras. Seorang gadis cantik yang tampak kuat dengan rambut coklat tua dan mata
sedikit sipit, melompat ke dalam ruangan. Dia adalah salah satu dari kedua adik
kembar Nonoa, Miyamae Rea.
Nonoa yang sedang bermain
smartphone di tempat tidurnya, mengalihkan pandangannya ke arah adik perempuannya
yang masuk tanpa mengetuk.
“Rea ... Ketuk pintu dulu
sebelum—— ”
“Itu sudah tidak penting
sekarang! Nee~ kumohon!”
“... Iya, iya.”
Melihat adiknya memohon sembari
menyatukan kedua tangannya dengan manis, Nonoa dengan lembut mengangkat
tubuhnya dari tempat tidur. Dia kemudian membiarkan adiknya duduk di depan meja
rias dan mencolokkan steker listrik dari alat pengeriting rambut ke stopkontak.
“... Jadi? Mau dibikin gaya apa
hari ini?”
“Hmmm~ Aku ingin gaya rambut
yang dipakai Onee pada pemotretan minggu lalu!”
“Oke~”
Saat dia menyisir rambut
adiknya sembari berusaha mengingat-ingat, seorang bocah laki-laki agak nakal mengintip
dari pintu yang terbuka.
“Oi, cepetan dikit napa. Kita
bakalan terlambat, tau?”
“Cerewet, jangan memaksa
seorang gadis untuk buru-buru. Kamu enggak bakalan populer, tau?”
“Hah? Kata siapa? Aku populer,
kok.”
Bocah laki-laki yang membalas
dengan nada jengkel adalah saudara kembar Rea, Miyamae Leo. Dia adalah cowok
tipe bishounen yang sangat mirip
dengan Rea, dan komentarnya tentang menjadi populer tidak terasa aneh jika Ia
sendiri yang mengatakannya. Faktanya, Ia aktif sebagai model junior kembar
bersama Rea, dan lumayan populer di kalangan gadis-gadis. Namun, hal tersebut
merupakan hal yang wajar bagi ketiga bersaudara ini.
“Hari ini kalian mau bermain
dengan teman sesama model~?”
“Ya, dengan orang-orang yang
kutemui di pemotretan terakhir ~~ Ahh, apa Onee mau ikut gabung juga?”
“Hmm~? Enggak deh, karena aku sudah
punya rencana sendiri hari ini.”
“Gitu ya~ kalau begitu, kurasa
aku lagi yang jadi satu-satunya pemenang hari ini~?”
Rea tersenyum seperti setan kecil
saat Nonoa menata rambutnya. Melihat ekspresinya yang terpantul di cermin meja
rias, Leo yang bersandar di kusen pintu, dengan terang-terangan mengerutkan
kening.
“Dasar lacur.”
“Haa~? Aku tidak ingin diberitahu
sama kamu yang selalu gonta-ganti pasangan melulu~”
“Aku cuma membiarkan mereka
mendekatiku, dan aku tidak merayu siapa saja kayak kamu!?”
Kakak beradik kembar itu saling
melotot melalui pantulan cermin dan berbicara buruk satu sama lain. Melihat
tingkah laku mereka berdua melalui cermin, Nonoa membuka mulutnya seolah-olah
dia tidak terlalu peduli.
“Yah, kalian berdua, asal
jangan terlalu berlebihan saja oke. Mama pernah bilang, ‘kan? Ingat——”
“Iya, iya, aku paham. Jangan terlalu
khawatir, oke? Aku tetap menjaga garis pertahanan terakhirku, kok. Lagian
sedari awal, aku tidak terlalu menyukai cowok ikemen, kok ~? Cowok yang terlalu
percaya diri dan bertingkah sombong, entah kenapa enggak banget, deh ~ “
“Kalau begitu, jangan
sembarangan menggoda orang.”
“Itu ya itu. Rasanya cukup
menyenangkan saat digombalin sama cowok ganteng~”
“Cih”
Leo mendecakkan lidahnya dengan
kesal, tapi ketika Nonoa menatapnya melalui cermin, Ia mengalihkan pandangannya
seolah-olah merasa sedikit bersalah.
“Aku pergi ke pintu depan
dulu.”
Kemudian, Ia menarik tubuhnya
menjauh dari kusen pintu dan berbalik. Saat melihatnya yang hendak pergi, Nonoa
lalu memanggilnya.
“Apa kamu sudah membawa sapu tangan
dan tisu?”
“Bawel banget, aku membawanya,
kok. Jangan perlakukan aku seperti anak kecil, Nee-chan.”
“?? Aku tidak memperlakukanmu
seperti anak kecil. Aku cuma memperlakukanmu seperti adikku, kok?”
“Aku sama sekali tidak paham
maksudmu”
Ketika Ia membalas dengan ketus
atas sanggahan kakak perempuannya, Leo kemudian berjalan pergi dengan cepat.
“... Apa itu yang namanya
periode pemberontakan?”
“Mungkin~? Astaga, Ia memang
kayak bocil banget.”
Ujar Rea sambil mendengus, padahal
dia sendiri seumuran dengan Leo. Nonoa tidak menanggapi komentar itu, dan
kemudian meletakkan alat pengeriting rambut, lalu melangkah mundur untuk
memeriksa ujung rambut Rea.
“Kalau yang begini bagaimana,
cukup?”
“Hmm, makasih banyak! Kalau
gitu, aku pergi dulu~”
“Hmm, hati-hati di jalan~”
Setelah melihat adiknya
meninggalkan ruangan dengan senyum centil, Nonoa melirik jam yang ada di
kamarnya.
“... Kupikir sebaiknya aku
harus segera bersiap-siap juga.”
Nonoa kemudian duduk di kursi
tempat yang tadinya diduduki Rea, meluruskan rambutnya dengan alat pengeriting
rambut, dan mengepangnya hingga menutupi bahunya.
Selanjutnya, dia membuka lemari
selebar tiga meter, dan di sana, ada banyak pakaian bermerek yang digantung
berjajar, dia sendiri tidak bisa membayangkan berapa total seluruh biayanya.
Tanpa memedulikan hal itu sama sekali, Nonoa mengeluarkan blus dan rok polos
dari kotak yang menumpuk di lantai. Kemudian dari lemari lain, dia mengeluarkan
tas polos, topi, dan kacamata berbingkai hitam dan mulai memakai barang-barang
itu.
“... Yah, kurasa penampilan
seperti ini saja sudah cukup?”
Hasilnya adalah tampilan
terkoordinasi menyerupai selebriti yang sedang menyamar. Penampilan berkilauan
yang terlalu mencolok ditekan, dan lebih menonjolkan penampilan yang bersih dan
rapi.
Setelah memeriksanya di depan
cermin dan melatih ekspresi wajahnya dengan ringan, Nonoa akhirnya meninggalkan
rumah. Tempat yang menjadi tujuannya adalah karaoke yang terletak di area
terpencil di belakang stasiun. Sejujurnya, tempat tersebut tidak terlalu bersih
dan banyak bau rokok, tapi tempat karaoke itu sering digunakan anak berandalan
dan pasangan dengan sedikit uang karena tidak ada kamera pengintai dan sangat
sedikit karyawan yang mau berpatroli di dalam toko.
“Ueeh, hiks, hiks ….”
“??”
Saat dia berjalan menyusuri
gang belakang yang rumit menuju toko, dia mendengar isakan kecil, dan Nonoa
mengalihkan pandangannya.
Kemudian seorang bocah
laki-laki yang kelihatannya berusia sekitar lima atau enam tahun berjalan
keluar dari tikungan. Rupanya Ia tampak tersesat, wajahnya kusut karena bekas air
mata, dan berkeliaran tanpa tujuan.
“Fuee, hiks ...”
“.....”
Seorang bocah laki-laki menangis
dan berkeliaran di sekitar tempat yang tidak terlalu aman. Nonoa melirik
sekilas pada bocah itu... dan membiarkannya begitu saja tanpa terlalu khawatir
sama sekali. Bukannya dia sedang terburu-buru, tapi dia merasa kalau dirinya
tidak perlu repot-repot untuk membantu bocah laki-laki itu.
Dia memahami gagasan “seseorang harus bersikap baik kepada anak
kecil” tersebar luas di masyarakat umum, dan jika ada seorang kenalan di
sekitarnya, Nonoa mungkin akan melakukannya sesuai dengan lingkungan sekitar.
Namun sekarang, tidak ada kenalan Nonoa di sekitar sini. Dan yang terpenting,
orang tuanya juga menyuruhnya untuk
[bersikap baik kepada adik laki-laki dan perempuanmu], tetapi tidak untuk [bersikap baik kepada anak kecil]. Oleh
karena itu, Nonoa tidak punya alasan untuk membantu anak yang tersesat itu. Hati
nurani yang tergerak oleh tangisan seorang anak? Hal semacam itu tidak pernah
ada sejak dia lahir.
“Selamat datang ~, mau ada
berapa orang?”
“Ah maaf, aku sudah ada janji
dengan temanku. Umm, nomor kamarnya...”
Setelah sampai di tempat
karaoke yang dia cari dan memberi tahu karyawan yang tidak bersemangat kalau
dirinya akan bergabung dengan teman yang sudah datang duluan, Nonoa mengikuti
nomor kamar yang dikirim melalui smartphone-nya dan naik ke lantai tiga.
“Ah, Nonoa-chan! Aku sudah lama
menunggumu tau~!”
Kemudian, ketika dia memasuki
ruang tempat pertemuan, seorang gadis bergegas lari mendekatinya seolah-olah akan
melompat ke arahnya. Sedangkan di sisi lain, Nonoa menunjukkan senyum yang
sangat ramah dan cerah.
“Maaf, ya? Umm, apa aku yang
datang terakhir?”
Sembari mengatakan itu dengan kata
ganti orang pertama yang berbeda* dan dengan nada suara lembut yang berbeda
dari biasanya, Nonoa melihat ke sekeliling ruangan. Seolah ingin menanggapi
tatapannya, ketiga anak cowok yang sedang duduk di sofa tersenyum ramah. (TN: Kalau dalam
mode cewek gyaru, Nonoa memakai kata “Atashi” buat kata orang pertama,
sedangkan yang sekarang dia memakai kata “Watashi”, kata yang lebih umum,
netral, dan sopan. Kata “Atashi” atau “Watashi” sama-sama mempunyai arti “Aku”)
“Iya sih, tapi yah, jangan
terlalu dipikirin? Karena kami lah yang mengajakmu.”
“Betul, betul. Yang ada justru
maaf ya? Padahal sekarang ini adalah hari liburmu.”
“Karena ada sesuatu yang benar-benar
ingin kuberitahukan padamu secepat mungkin ... yah pokoknya, duduk saja dulu.”
Begitu salah satu anak cowok
menunjuk ke tempat di sebelahnya, tatapan mata dua anak cowok lainnya langsung
memancarkan hawa berbahaya.
“Oi, akal bulus macam apa yang
kamu sembunyikan hingga menyuruhnya buat duduk di sebelahmu?”
“Astaga, aku harus lebih
waspada lagi...”
“Ya, ya, anak cowok, jangan
ribut-ribut di sini. Nonoa-chan, bagaimana kalau kamu duduk di sini bersamaku?”
Gadis yang telah memberikan
tatapan dingin pada ketiga anak cowok itu berbalik dan tersenyum pada Nonoa,
lalu mengajaknya untuk duduk di sebelahnya.
Kali ini, giliran anak cowok
yang memandangnya dengan tataoan dingin, karena memanfaatkan posisinya sebagai
sesama gadis. Namun, dia mengabaikan tatapan mereka. Gadis itu lalu mengambil
tablet daftar lagi di tangannya dan menyerahkannya kepada Nonoa.
“Yaudah, kita karaokean aja dulu,
yuk? Aku ingin mendengar nyanyian Nonoa-chan.”
“Oh ide bagus tuh.”
“Ya, aku juga ingin
mendengarnya.”
“Coba nyanyikan satu lagu saja
dulu, Nonoa”
“Ummm~?... Baiklah. Tapi aku
mau memesan minuman dulu——”
“Oh, kalau begitu biar aku saja
yang memesannya? Kamu mau minum apa?”
Ucapan Nonoa langsung membuat
mereka berempat bergerak serempak, dan ketika dia mulai bernyanyi, semua orang
menjadi bersemangat seolah-olah mereka sedang menghadiri konser idola. Adegan
tersebut tampaknya tidak jauh berbeda dari apa yang selalu terjadi di sekolah,
tapi nyatanya ada sedikit perbedaan.
Yang membedakan adalah perilaku
Nonoa dan reaksi orang-orang di sekitarnya. Jika perilaku Nonoa di sekolah
adalah ratu yang diikuti kroni-kroninya, maka Nonoa yang hari ini mirip seperti
seorang putri yang diasuh oleh para pengikutnya.
“Fyuhh ...”
Akhirnya, Nonoa menyanyikan
sebuah lagu balada, dan mereka berempat bertepuk tangan untuknya. Itu adalah
lagu jadul yang takkan menarik pujian di karaoke, tapi tidak ada yang peduli
tentang itu. Namun, walaupun Nonoa menyanyikan lagu heavy metal atau lagu anime, reaksi mereka akan tetap sama. Bahkan
jika Nonoa buta nada, mereka akan tetap bertepuk tangan sepenuh hati.
“Ka-Kalian semua, sudah cukup
ih…..”
Nonoa mengipasi wajahnya yang
tersipu dengan tangannya pada tepuk tangan berlebihan yang diarahkan padanya.
Kemudian, mereka berempat berhenti bertepuk tangan seperti yang diperintahkan,
dan membuat ekspresi seolah-olah sedang
menyaksikan pemandangan yang menyejukkan hati.
“Ah~ aku gugup banget.
Bernyanyi di depan orang memang bikin gugup, ya ~”
Nonoa tersenyum malu-malu
ketika menerima tatapan mereka berempat, mereka seakan-seakan sedang melihat sesuatu
yang membuat mereka tersenyum lembut. Senyum malu-malu Nonoa yang
dikombinasikan dengan pakaian polos dan berbeda dari biasanya, tampak
membangkitkan keinginan seseorang untuk melindunginya. Pada kenyataanya, hati
mereka berempat sudah terjerat dengan cemerlang, dan mereka semua menatap Nonoa
dengan tatapan penuh gairah. Nonoa sepertinya merasa canggung di bawah tatapan
mereka, dan menggeliatkan tubuhnya.
“….D-Duhh, yang lainnya juga
ikutan nyanyi, dong? Kalau cuma aku saja rasanya malu, tau…”
“O-Ohh, begitu ya, memang benar
juga.”
“Ummm kalau gitu, kurasa aku
perlu mengambil risiko dan menyanyikan rock medley?”
“Oh~, bagus tuh. Kita bertiga
bisa bergantian untuk menyanyikannya.”
“Aku pergi buat mengambil
rebananya dulu, oke ~?”
Nonoa mendorong keempat orang lainnya
untuk bernyanyi dengan gerakan tangan sambil berpaling untuk menghindari tatapan
merekaKemudian mereka berempat memilih lagu dengan terburu-buru dan mulai berpura-pura
memeriahkan suasana. Mereka seolah-olah memperlakukan seorang putri yang
berharga, mereka berempat terlalu sensitif terhadap setiap gerakan Nonoa dan
menunjukkan perhatian yang berlebihan padanya. Namun, wajar saja mereka akan
bertingkah begitu.
Itu karena, di sekitar mereka
berempat, Nonoa bertingkah menjadi, “gadis
pemalu dan penakut yang merasa tercekik oleh desakan orang tuanya karena dia harus
bekerja sebagai model dan termasuk dalam kelompok normies teratas di sekolah, tapi
dalam kenyataannya dia merasa tercekik oleh keadaan seperti itu.”
Hal itu tentu saja bertentangan
dengan kenyataannya.
Persona “gadis pemalu dan penakut” hanyalah sebuah karangan yang dibuat
Nonoa untuk mendapatkan simpati dari keempat orang ini. Faktanya, mereka
berempat inilah yang merasa tercekik oleh penampilan luar dan cara hidup mereka
di akademi, serta terganggu oleh ketidakmampuan mereka untuk menunjukkan jati diri
mereka yang sebenarnya. Nonoa dengan terampil mendekati mereka sembari
membeberkan “Sebenarnya, aku juga sama.”
Dengan cara begini, dia menyatukan
orang-orang yang tersingkirkan dari kasta sekolah menengah ke bawah untuk
membuat grup beranggotakan lima orang ini. Mereka yang biasanya tertekan di
sekolah, dengan cepat tertarik pada
teman sejati pertama mereka, dan di atas segalanya, orang yang paling memahami
mereka ternyata adalah Nonoa. “Cuma kita
yang mengetahui sifat sebenarnya dari Miyamae Nonoa.” “Bagi Nonoa, para normies
di sekolah cuma teman palsunya, dan kami adalah teman sejatinya.” Ilusi
rahasia ini memberi mereka rasa superioritas yang manis, kasih sayang dan
kepercayaan yang ditunjukkan Nonoa memberi mereka perasaan serba bisa dan
kegembiraan layaknya obat narkotik....... dan begitulah cara Nonoa menjadi
sosok dewi di antara mereka berempat.
“Tadi itu sangat luar biasa
sekali~. Kalian jago banget nyanyinya! Yeay~”
Nonoa melakukan tos dengan
anak-anak cowok yang baru saja selesai bernyanyi sambil tertawa dengan suara
yang ceria. Keempat orang tersebut kehilangan rasa suka terhadap perilaku yang
sulit ditunjukkan di sekolah.
Namun, mereka berempat tak
sekadar mengajak Nonoa untuk bermain bersama mereka. Ketika suasana sudah
lumayan santai sampai batasan tertentu, mereka saling memandang dan salah satu
anak cowok berbicara untuk mewakili yang lain.
“Ummm, Nonoa… Alasan sebenarnya
kenapa kami mengajakmu ke karaoke hari ini karena ada yang ingin kami bicarakan…”
“Ada yang ingin kalian
bicarakan?”
“Itu ….. sebelumnya kamu pernah
memperkenalkan kami dengan teman barumu, ‘kan? Itu loh, Kinjou-kun yang dari
kelas 1-F ...”
“Ah, iya. Kinjou-kun, ya? Jadi
bagaimana? Apa kira-kira kalian bisa akrab dengannya? Karena Kinjou-kun
terlihat seperti orang yang kesepian... jadi
aku berharap kalau kalian mau berteman dengannya juga.”
“Umm, itu sih...”
Senyum ramah Nonoa membuat
mereka berempat serempak mengerucutkan bibir dengan sikap canggung. Tapi tak
berselang lama kemudian, gadis yang duduk di sebelah Nonoa mulai membuka mulutnya.
“Sebenarnya, ini mengenai
Kinjou-kun...”
◇◇◇◇
“Cih sialan, baik Suou maupun
Kujou tidak bermain media sosial ...... apa mereka ingin pamer kalau mereka
berniat menjadi ketua OSIS, tapi tidak ingin cari perhatian gitu? Apa mereka
mau bertingkah sok keren, hah! Itu benar-benar membuatku jengkel.”
Di sebuah ruangan gedung
apartemen mewah, ada seorang cowok di depan komputernya, menggumamkan sesuatu yang
penuh dengan emosi negatif. Ia adalah Kinjou dari kelas 1-F Akademi yang sedang
dibicarakan oleh Nonoa dan teman-temannya saat ini.
Penampilannya ...... terus
terang saja, Ia memiliki penampilan yang akan dianggap jelek di mata publik. Ia
mempunyai tubuh pendek untuk golongan usianya, badannya tumbuh besar secara
horizontal, dengan pipi kendur penuh jerawat dan hidung babi dengan lubang
hidung yang menonjol. Hingga titik ini, Ia tampak seperti orang gemuk polos
yang akan menjadi sasaran perundungan di sekolah, tapi …. mata dan mulutnya,
yang mengeluarkan kekejaman tanpa dasar, mengubah kesannya menjadi sesuatu yang
sama sekali berbeda.
Ketimbang menjadi babi kecil
yang tidak berbahaya, Ia justru mirip seperti ular yang kasar dan licik. Faktanya,
Ia merupakan tipe orang yang melampiaskan rasa mindernya dengan mempermalukan
orang lain, dan selalu berusaha untuk memukuli
orang yang “lebih baik” darinya,
baik di Internet maupun di kehidupan nyata, dan memfitnah mereka dengan
menyebarkan gosip atau rumor buruk.
“Hahh!? Apa-apaan orang ini,
jalan-jalan ke Guam? Belakangan ini nih orang kelihatan songong banget ... Coba
menyelam ke akunnya dulu dan cari tahu apa ada komentar yang bisa membuatnya
kebakaran jenggot ... Hmm? Pfftt, apa-apaan dia ini, tebakanku tepat sasaran
dan malah kesal sendiri. Yup, dia cuma
si lacur jelek yang fotonya diedit~”
Hari ini sama seperti biasa, Ia
sibuk berkeliaran di akun jejaring sosial siswa dan selebriti di sekolah yang sama,
mengolok-olok dan membuat kesal mereka.... tapi pada saat itu, smartphone yang
ditaruh di mejanya berdering karena ada panggilan masuk.
“Ah...? Oh..”
Begitu melihat nama yang
terpampang di layar, pipi Kinjou mengendur saat menjawab panggilan.
“Ada apa, hah.. karaoke...?
Astaga, apa boleh buat deh.”
Bertentangan dengan
perkataannya, Kinjou bangkit dari tempat duduknya dengan ekspresi gembira dan
dengan cepat mulai bersiap-siap untuk keluar. Kemudian, dalam waktu lima menit,
Ia meninggalkan rumah dan menuju tempat karaoke yang telah ditentukan.
Tidak mengherankan jika Kinjou
dibenci di sekolah layaknya ular atau kalajengking, karena kepribadiannya yang
buruk, dan tidak ada orang yang bisa disebut sebagai teman. Tidak, Ia dulu
tidak punya teman. Sampai sekitar sebulan yang lalu, ketika Ia didekati oleh
Nonoa di sekolah.
[Kinjou-kun...
Apa benar kamu selalu dibanding-bandingkan dengan adik laki-lakimu yang hebat?
Sebenarnya, aku juga sama…]
Nonoa berbicara dengannya dalam
suasana yang sama sekali berbeda dari yang biasanya dia tunjukkan di sekolah.Dan
kemudian Nonoa menceritakan sesuatu padanya. Dia dipaksa untuk bertingkah ceria
dan glamor demi memenuhi tuntutan orang tuanya. Meski begitu, dia bukan
tandingan adik laki-laki dan adik perempuannya yang benar-benar tipe normies, dan
dia merasa tidak betah di rumah. Bahkan di sekolah, dia merasa tercekik karena
tidak bisa menyingkirkan karakter yang sudah dia mainkan.
[Kupikir
….. kalau Kinjou-kun itu sama sepert denganku…]
Ketika Nonoa mengatakan itu
dengan nada cemas dan mendongak ke arahnya, jantung Kinjou langsung dibuat tak
berdaya. Dan Kinjou sendiri mulai menceritakan tentang keadaannya. Ayah dan ibu
tirinya terlalu menyayangi adik tirinya. Orang-orang sering mengatakan kalau
adiknya itu brilian, tapi itu karena orang tuanya memberinya kesempatan lebih
dalam pendidikan, dan Ia sendiri akan jauh lebih cemerlang jika saja memiliki
kesempatan yang sama. Namun, baik orang tua, guru, maupun semua orang di
sekitarny tidak menyadari keunggulannya.
Nonoa dengan lembut
menganggukkan kepalanya dan menegaskan segalanya kepada Kinjou, yang
mengungkapkan semua ketidakpuasannya yang terpendam di hatinya. Setelah itu,
Nonoa memperkenalkannya kepada 3 cowok dan 1 gadis dengan keadaan serupa, dan Ia langsung merasa cocok
dengan mereka.
[Aku
sudah denger loh, Kinjou. Katanya kamu benar-benar tidak mendukung Kujou pada acara
debat publik tempo hari]
[Aku
paham perasaanmu, kok? Yang jadi perwakilan dari sekolah tradisional memang harus
orang Jepang murni, ‘kan~]
[Aku
merasa senang ada orang yang memiliki pendapat yang sama dengan kita... Karena
murid-murid lain semuanya cuma sekelompok orang bodoh yang hanya melihat wajahnya
dan berpikir bahwa dia adalah seorang “putri” atau semacamnya]
Tidak alasan lain selain karena
mereka semua sama-sama antagonis terhadap Alisa. Berbagi sesuatu yang kamu
benci terkadang bisa menciptakan hubungan yang lebih kuat daripada berbagi
sesuatu yang kamu sukai. Dalam kasus Kinjou, itulah yang terjadi.
(Para
idiot di sekolah sama sekali tidak punya otak. Mereka semua hanyalah sampah
yang cuma bisa menilai orang berdasarkan penampilan luarnya saja.)
Tapi mereka berbeda. Mereka memuji
keberanian Kinjou dalam menghadapi kasta
atas sendirian. Mereka sangat ingin mendengar tentang banyak kisah heroic yang
sudah dicapai Kinjou sejauh ini, dan mata mereka berbinar dengan kekaguman
ketika mendengar ceritanya. Bagi Kinjou, yang biasanya mempertahankan rasa
penegasan diri dengan merendahkan orang lain, pujian yang ditujukan kepadanya disertai
dengan euforia yang mematikan. Ia yang pada dasarnya tidak mempercayai orang
lain sama sekali, mulai membuka hati dan pikirannya kepada mereka.
“Tapi aku belum pernah ke
karaoke atau semacamnya ... yah, karena mereka sudah repot-repot mengajakku,
kurasa aku tinggal menikmatinya saja,”
Meski tidak bisa menyembunyikan
senyum gembiranya sama sekali, Kinjou memasuki tempat karaoke yang ditentukan, dan
berbicara pada dirinya sendiri dengan cara yang angkuh.
Ia kemudian naik lift menuju lantai
tiga dan berdiri di depan ruangan yang sudah dikirim melalui smartphone-nya.
(Hmm?
Entah kenapa rasanya sepi sekali?)
Untuk sesaat, Ia penasaran
kenapa Ia tidak bisa mendengar suara orang yang lagi bernyanyi, tetapi tanpa
terlalu mengkhawatirkan hal itu, Kinjou membuka pintu dan melangkah masuk
dengan gaya sok asyik sendiri.
“Heyy~, apa-apaan sih dengan
kalian, mendadak mengajakku ke karaoke segala? Yah, kebetulan saja aku lagi
senggang, jadi aku datang ke sini~”
Saat mengatakan ini, Kinjou
melihat sekeliling ruangan dan akhirnya menyadari ada sesuatu yang aneh. Ada
suasana berat yang menyelimuti ruangan. Nonoa terlihat sangat sedih sementara
gadis di sebelahnya memeluk bahunya. Suasana gelap yang tak terduga membuat
Kinjou mengernyit sejenak, dan kemudian Ia memaksa sudut mulutnya untuk naik.
“Oi, oi, apa-apaan dengan
suasana aneh ini. Lah, Nonoa lagi nangis? Ehh~~ apa yang sudah kalian
lakukan~?”
“Kinjou, tutup mulutmu
sebentar”
Ketika kata-katanya tiba-tiba
terpotong oleh suara murka, Kinjou berbalik dengan wajah kaku. Kemudian, ketiga
anak cowok itu menyambutnya dengan tatapan bermusuhan, dan membuatnya tanpa
sadar tersentak. Nonoa perlahan-lahan mendongak dan memanggilnya.
“Kinjou-kun...”
“O-Ohh, ada apa, Nonoa?”
Nonoa menatapnya dengan
ekspresi terluka, seolah-olah dia telah dikhianati oleh seseorang yang dia
percayai. Melihat ekspresi Nonoa yang seperti itu membuat Kinjou mundur setengah
langkah.
“Kinjou-kun... Enam bulan lalu,
apa benar kamu yang memfitnah model Mimiko-chan di internet dan memaksanya
untuk pensiun?”
“Eh? A-Ahh... umm, itu sih~...”
Entah bagaimana, Ia bisa
melihat kalau semuanya bakal buruk untuk menegaskannay di sini. Namun, mana
mungkin Ia bisa berbohong ketika empat orang itu memelototinya seakan
menyiratkan, “Kamu pernah mengatakan itu
tempo hari, iya ‘kan?”
“Yah, mungkin hal semacam itu
pernah terjadi kali?”
Akibatnya, Nonoa menggigit bibirnya
dan meringis saat Kinjou memberikan respon singkat.
“O-Oi, ada apa sih? Lagipula,
apa yang sebenarnya kamu bicarakan—”
“Kinjou-kun... tau enggak?
Mimiko-chan adalah temanku yang sangat berharga, tau...?”
“Eh…”
Dengan nada yang pilu karena
menangis, Nonoa memberitahu Kinjou yang tertegun.
“Mimiko-chan adalah gadis yang
sangat baik yang mau menerimaku apa adanya... tapi dia sangat terluka karena
komentar firnahmu di internet sa-sampai dia tidak mau bertemu denganku sama
sekali ...!”
Kemudian, seolah-olah sudah
merasa tidak tahan lagi berada di sana, suaranya bergetar dan mendorong Kinjou
untuk keluar dari ruangan.
“Ah…”
Kinjou mengulurkan tangannya di
udara seraya menatap linglung punggung Nonoa yang semakin menjauh. Lalu ….. ada
sebuah tangan besar mencengkeram bahunya dari belakang. Ketika berbalik, Ia
melihat sekelompok empat orang dengan senyum kejam di wajah mereka.
“Jadi begitulah, Kinjou. Orang
yang kamu hancurkan untuk bersenang-senang sebelumnya adalah seseorang yang
berharga bagi Nonoa.”
“Ah, enggak, aku sama sekali
tidak tahu apa-apa——”
Ia membuat alasan dengan cara
yang menyedihkan dan berjalan mundur, tapi di ruangan karaoke pribadi yang
kecil, Ia segera menemukan kalau tidak ada jalan keluar untuk kabur dari
situasi ini. Mereka berempat segera mengepung Kinjou.
“Jangan berpikir kamu bisa
lolos dengan mengatakan kalau kamu tidak tahu, oke? Lagipula, bukan cuma model
itu saja yang menjadi korbanmu, ‘kan? Bukannya kamu dengan bangga membicarakan
hal itu tempo hari?”
“Oh iya, asal kamu tahu saja,
aku sudah merekam seluruh percakapan pada waktu itu, oke? Dan juga, aku sudah
memeriksanya setelah itu dan menemukan ... Kamu sering memfitnah selebriti dan
murid dari sekolah kita di sana-sini, ‘kan? Kira-kira apa yang akan terjadi
jika aku mengungkapkan identitasmu kepada mereka?”
“Ke-Kenapa... bukannya kemarin,
kalian sangat memujiku...”
Tatapan penuh penghinaan
menembus Kinjou yang tergagap dan tidak bisa memahami keadaan yang sedang
dialaminya.
“Bukannya itu sudah jelas? Kami
semua cuma akting saja. Aku benar-benar meragukan kewarasanmu yang dengan
bangga membicarakan omong kosong semacam itu.”
“Oh iya, biar kuberitahu dulu, jika
kamu benar-benar orang baik hati seperti yang dikatakan Nonoa, kami juga akan
menerimamu, tau? Yah tapi ternyata, kamu sebenarnya adalah cowok busuk dan
brengsek.”
“Itulah sebabnya aku
memberitahu Nonoa-san tentang sifat aslimu yang sebenarnya.”
“Nonoa-chan adalah gadis yang
sangat murni dan baik hati~. Jadi, kami harus melindunginya dari sampah
sepertimu.”
Kemudian, setelah memikirkan
Nonoa dengan tatapan mata yang lembut, mereka berempat berbalik dan kembali
memasang senyum kejam.
Perbedaan ekspresi mereka tadi
terlalu besar. Kilatan berbahaya yang terpancar di pandangan mereka tampak
seperti orang gila, dan menyebabkan Kinjou merosot ke tanah. Secara naluriah, Ia
mengerti. Ia secara naluriah memahami kalau keempat orang di depannya ini bahkan
tidak menganggapnya sebagai manusia.
Mereka bahkan tidak memedulikan
perasaan, martabat, atau bahkan kehidupan manusia yang bernama Kinjou. Mereka
sama sekali tidak ragu untuk menginjak-injaknya jika perlu.
“A-Ahh ...”
Ini adalah kekejaman paling
murni yang tidak pernah ditujukan padanya sepanjang hidupnya. Kehendak murni untuk
melenyapkannya dengan mengesampingkan rasa jijik dan permusuhan, mengguncang tubuh
Kinjou hingga ke intinya, perasaan hangat dan nyeri menyebar ke seluruh tubuh
bagian bawahnya.
“Se-Seseorang, tolong aku ...”
Seakan-akan diperintahkan
instingnya, tenggorokannya mengeluarkan samar. Di sisi lain, tatapan mata
mereka berempat terus berkobar-kobar dan cuma mulut mereka saja yang berkedut
seolah-olah melihat sesuatu yang lucu.
“Ahaha, apa-apaan itu? Rasanya
seperti justru kami yang mencoba membuatmu menghilang.”
“Jangan khawatir. Kami takkan
melakukan itu, kok ...... asalkan kamu secara sukarela menghilang dari hadapan
Nonoa, oke?”
“Kamu boleh saja menolaknya,
tetapi dalam hal ini, aku akan membocorkan identitasmu seperti yang sudah kusebutkan
sebelumnya. Kemudian, bukan cuma kamu saja, tetapi keluargamu juga akan mati
secara sosial, oke? Atau lebih tepatnya, akulah yang akan membuatnya terjadi.”
“Selama ini kamu sudah
mengancam status sosial orang lain. Jadi setidaknya kamu sudah siap kalau hal
yang sama terjadi padamu, iya ‘kan?”
“Uwaaaa——”
Suara ngeri seorang cowok yang
diwarnai ketakutan, bergema di dalam ruangan karaoke. Namun, suara itu tidak
pernah mencapai siapa pun di luar.
◇◇◇◇
“Ahh~ berpura-pura nangis
memang sulit banget, ya.”
Nonoa berkata pada dirinya
sendiri sambil memainkan smartphone-nya di toilet. Wajahnya tidak menunjukkan
sedikit pun rasa sedih atau semacamnya. Wajar saja dia begitu, karena semua itu
hanyalah akting belaka.
Sejak awal, Nonoa tidak
memiliki dendam terhadap Kinjou. Dia tidak begitu dekat dengan sesama model
bernama Mimiko, dan seluruh alasan kenapa dia menyalahkan Kinjou kali ini
adalah untuk membayar kembali hutangnya kepada Masachika dan Alisa.
(Karena
papa pernah bilang kalau aku berhutang budi kepada seseorang, aku harus
membalas budi dengan benar ~)
Nonoa tidak mempunyai rasa
bersalah maupun pencapaian, meski dia telah menanamkan rasa takut ke dalam hati
seseorang karena cuma demi alasan itu saja. Karena ini bukan pertama kalinya,
jadi dia tidak terlalu merasakan apa-apa sekarang. Nonoa sudah memanipulasi
keempat orang itu untuk melenyapkan siapa pun yang mengganggunya sampai
sekarang.
Seorang kakak kelas yang dengan
kasar melecehkan Nonoa karena cemburu. Seorang guru bimbingan hidup yang menjadikan
Nonoa sebagai musuh. Kandidat lawan dalam kampanye yang menggunjing nama Sayaka.
Dalam setiap kasus tersebut, Nonoa tidak memberikan instruksi apapun. Dia hanya
memberi informasi dan bertindak dengan cara yang memicu keinginan untuk
melindunginya. Cuma dengan melakukan itu, mereka berempat secara inisiatif menghilangkan
rintangan yang menganggunya. Bisa dibilang kalau Nonoa memilih dan mengumpulkan
anggota yang memiliki kekuatan dan kualitas untuk melakukannya.
“Upss, kurasa sudah waktunya
untuk keluar?”
Setelah meluangkan waktu untuk
keluar dari kamar toilet, Nonoa mengatur ekspresi wajahnya di depan cermin sebelum
keluar dari kamar kecil.
“Ah, Nonoa-chan!”
Dan kemudian benar saja, mereka
berempat berjalan menuju ke arahnya. Nonoa menoleh ke arah mereka dengan senyum
lemah dan tak berdaya.
“Semuanya... maaf, ya? Aku
sudah sedikit tenang sekarang...”
“Nonoa-chan ..... apa kamu
beneran sudah baik-baik saja?”
“Ya, maafkan aku karena terlalu
terbawa emosi. Aku melompat keluar duluan sebelum bisa mendengarkan seluruh
cerita Kinjou-kun... Aku yakin pasti ada alasannya, ‘kan? Aku harus mendengarkan
apa yang Ia katakan dengan benar...”
Ketika Nonoa mencoba kembali ke
ruangan karaoke setelah mengatakan itu, tiga anak cowok berdiri di depan untuk
menghalanginya masuk. Kemudian, dengan senyum kosong, masing-masing dari mereka
berkata.
“Kalau kamu masu mencari Kinjou,
Ia sudah pulang duluan, tau?”
“Sepertinya Ia benar-benar
menyesali perbuatannya dan ... Ia bilang kalau Ia tidak pantas buat bertemu
dengan Nonoa.”
“Ia mau merenungkan semua
perbuatannya sementara waktu. Jadi, Nonoa-san tidak perlu mengkhawatirkan tentang
itu, oke?”
“... Benarkah? Kalau semuanya
bilang begitu, maka...”
Nonoa mengangguk seolah
meyakinkan dirinya sendiri, dan mereka berempat menatapnya dengan ramah.
Menurut sudut pandang mereka berempat, mereka adalah ksatria yang berusaha melindungi
putri polos dan murni. Tapi dari perspektif Nonoa, mereka semua mirip seperti
pengikut radikal yang memuja Dewi.
(Rasanya
menarik sekali melihat bagaimana orang membuat asumsi mereka sendiri ~)
Nonoa mengamati mereka berempat
dengan kepala dingin sembari memikirkan hal itu tanpa emosi tertentu.
“Kalau gitu, sampai Kinjou-kun
berubah pikiran dan kembali ... aku akan menunggunya, oke?”
Dan kemudian, dia menunjukkan
senyuman paling polos dan tak berdosa di wajahnya.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya