Chapter 11 — Memasak dan Penalaran
“Bagaimana liburan musim panasmu,
Kuze? Apa kamu cukup bersenang-senang dan menikmatinya?”
“Yah lumayanlah. Ketua sendiri
bagaimana?”
“Yah, kurasa aku juga mirip.
Aku yakin kalau aku menghabiskan waktu yang cukup berarti.”
Di dalam kamar kaum pria di
lantai dua vila. Ada percakapan sepele yang terjadi di antara dua pria yang
duduk saling berhadapan di dua tempat tidur berdampingan. Cuma ada dua pria di
sini, dan meskipun seharusnya ada banyak hal yang bisa dibicarakan, tapi saat
ini mereka tidak terlalu tertarik untuk melakukan percakapan. Begitulah seharusnya.
Karena 80% dari kesadaran mereka berdua … terutama Touya, sedang diarahkan ke dapur
yang ada di lantai bawah.
Di dalam area dapur yang luas
di vila keluarga Kenzaki. Di sana sekarang terjadi pertempuran khusus di antara
lima gadis. Meski terdengar berlebihan, tapi yang terjadi pada dasarnya adalah
pertarungan kuliner. Semuanya bermula ketika mereka sedang di dalam kereta yang
menuju tempat tujuan. Atas saran Yuki, para gadis memutuskan untuk menyiapkan
masing-masing satu hidangan untuk makan malam hari ini. Dan karena cuma melakukan
itu saja akan terasa membosankan, jadi mereka memutuskan untuk merahasiakan siapa
yang membuat hidangan tersebut dan meminta kedua pria itu memilih hidangan mana
yang terbaik ..... Saran tersebut segera disetujui, terutama oleh Chisaki, yang
terlihat sangat antusias, dan begitulah yang sebenarnya terjadi.
Itu sebabnya, supaya adil,
kedua anak cowok terpaksa menunggu di dalam kamar mereka sementara kelima gadis
itu sibuk memasak di dapur. Namun, karena dapurnya tidak cukup besar dimana
lima orang bisa memasak sekaligus, sehingga mereka harus dibagi menjadi dua
atau tiga kelompok dan memasak secara bergantian.
“Ahh~ ... ya.”
“...”
Touya melihat-lihat ke pintu
kamar seraya mengeluarkan suara yang tidak berarti. Perhatiannya benar-benar
terganggu dan gelisah. Tapi, wajar saja Ia bereaksi begitu. Lagi pula, tidak
seperti Masachika yang bisa dengan nyaman mengevaluasi hidangan ... Dalam kasus
Touya, salah satu hidangan yang disajikan dibuat oleh kekasih tercintanya, Chisaki.
Ya, bagi Touya, yang terpenting bukanlah hidangan mana yang paling enak.
Melainkan hidangan mana yang dibuat Chisaki!
“Umm, ngomong-ngomong, Ketua.”
“Hmm?”
“Apa kamu pernah memakan
masakan yang dibuat Sarashina-senpai...?”
“……tidak pernah.”
“Ohh ...”
Untuk saat ini, mereka
setidaknya disuruh untuk memilih hidangan mana yang paling enak, tapi masih ada
kemungkinan kalau mereka akan ditanya “Lalu
hidangan paling enak yang kedua?” Atau lebih tepatnya, jika Touya salah
menebak hidangan Chisaki pada giliran awal, ada kemungkinan besar Ia akan
ditanyai pertanyaan itu. Jika Ia salah menebaknya lagi ... Membayangkannya saja
sudah cukup menakutkan. Masachika sendiri bahakan tidak ingin mereka berdua
terlibat dalam hubungan yang sengit. Tidak ada seorang pun yang ingin melihat
laut biru yang indah berubah menjadi merah cerah, ‘kan?
“Umm, maaf kalau perkataanku
sedikit menyinggung, tapi apa Sarashina-senpai …. tidak pandai memasak?”
“Entahlah? Tetapi fakta bahwa
kami belum pernah membicarakan hal itu sebelumnya, ada kemungkinan memang
begitu ...”
“Tapi ketika Yuki menyarankan
kompetisi memasak, dia terlihat sangat antusias....”
“... Chisaki selalu refleks
antusias saat berhubungan dengan kompetisi atau pertandingan.”
“Ahh....”
Masachika menganggukkan kepalanya
ketika mengingat rekannya Alisa, yang juga menunjukkan semangat kompetitifnya
dalam hal pertandingan. Kemudian, untuk mendapatkan kembali ketenangannya, Ia
berkata dengan semangat.
“Tapi jika itu masalahnya, ini
kesempatanmu. Ketua! Meski ini kedengarannya tidak sopan, tapi kamu bisa
memilih hidangan dari orang yang jelas-jelas tidak biasa memasak!”
“Hmm ... kedengarannya rumit
ketika kamu mengatakan itu, tapi apa iya?”
Ketika Touya mendongak sambil
melihat ke langit-langit, Masachika menganggukkan kepalanya dengan penuh
semangat.
“Pertama-tama, Ayano bisa memasak
dengan normal. Dan menurut Alya, Masha-san rupanya jago memasak. Alya bukan
juru masak yang buruk, dan Yuki juga ...... yah, kadang-kadang dia gagal, tapi
dia tidak membuat makanan yang enggak enak. Mungkin aku bisa mengenali masakan
Yuki dan Ayano ketika memakannya. Masakan Alya juga. .... dia punya kebiasaan
memotong sayuran dengan teliti dan semacamnya, jadi mungkin aku bisa
mengenalinya saat melihatnya.”
“O-Ohhh, begitu ya... maksudku,
apa kamu pernah mencoba masakan dari mereka bertiga?”
“Y-Yah, karena Yuki dan Ayano
adalah teman masa kecilku. Sedangkan Alya, aku cuma pernah mencicipinya sekali
...”
Setelah sedikit canggung
mengacaukan kata-katanya, Masachika berdeham sekali dan melanjutkan.
“Oleh karena itu … Adapun masakan
mereka bertiga, Aku akan memberi aba-aba kepada Ketua setelah sudah
mengetahuinya. Setelah masakan mereka bertiga diketahui, pilihan yang tersisa
tinggal milik Sarashina-senpai dan Masha-san. Seandainya Ketua salah menebak
yang pertama kali, Ketua masih bisa menindaklanjuti pada masakan lainnya.
‘kan?”
“Oh, ohhh, kamu bisa sangat
diandalkan ya, Kuze.”
“...Yah, masalahnya adalah ketika
Yuki atau Ayano memasak sesuatu yang aneh.”
Touya tersenyum seolah-olah
melihat secercah harapan, tapi Masachika menurunkan nada suaranya dan
mengungkapkan kecemasannya. Ya, lagipula, orang yang mengusulkan kompetisi
memasak ini adalah Yuki. Dia mungkin memutuskan kalau dia membuat masakan yang
seperti biasa, Masachika mungkin bisa langsung mengenalinya, jadi ada
kemungkinan kalau dia akan menyajikan hidangan yang belum pernah dia buat
sebelumnya. Dan ada kemungkinan kalau Ayano akan mengikuti perintah Yuki.
“... Bukannya kamu terlalu
memikirkannya? Mana mungkin dia membuat hidangan yang aneh-aneh dalam kompetisi
yang dia usulkan sendiri, iya ‘kan?”
“Semoga saja begitu ...”
Pendapat Touya cukup beralasan.
Namun, Masachika tahu betul perangai adiknya. Adik tengilnya itu tipe orang yang
lebih peduli untuk membuat kompetisi semakin menarik daripada kemenangannya
sendiri.
“Omong-omong ... Aku pernah
mendengar di TV kalau orang Rusia sangat menyukai mayones, loh.”
“Hm? Apa-apaan itu?”
Masachika memiringkan kepalanya
terhadap ucapan Touya, yang mengatakannya sambil melihat ke atas seolah-olah
menelusuri ingatannya.
“Katanya, orang Rusia akan
menambahkan mayones ke dalam hidangan apa pun. Jika demikian, kupikir itu
mungkin bisa menjadi petunjuk untuk membedakan hidangan Kujou Bersaudari.”
“Menambahkna mayones ke dalam
hidangan apa pun ... bukan krim asam atau semacamnya? Tidak, aku belum pernah
mendengarnya, dan kakekku yang pernah ke Rusia juga tidak pernah menyebutkan
itu ...”
“Kalaupun makanan untuk turis
tidak seperti itu, mungkin saja itu masakan rumahan?”
“Hmmm~~ seberapa jauh kita bisa
mempercayai informasi dari TV .... selain itu, Rusia merupakan negara besar,
iya ‘kan. Bahkan di Jepang, budaya makanannya sangat berbeda antara Kanto dan
Kansai. Terutama dengan negara yang sebesar itu, pasti budaya makanannya lebih
beragam, ‘kan?”
“Hmm …. Benar juga. Kalau
dipikir-pikir lagi, aku tidak bisa menyangkal bahwa “orang Jepang menyukai kecap asin”, tapi jika ada yang bertanya
apakah orang Jepang akan menambahkan kecap asin ke dalam hidangan apapun, aku
pasti akan menjawab tidak..... .”
“Benar sekali. Yah, menurutku
informasi tersebut tidak terlalu bisa diandalkan, tau? ... Tapi, jika hidangan
yang disajikan dipenuhi dengan mayones, beda lagi ceritanya, sih”
“Kalau cuma ditutupi dengan
mayones saja sih aku takkan menyukainya.”
Masachika juga tersenyum kecil
pada Touya yang tersenyum getir. Setelah itu, Masachika menatap pintu kamar dan
melirik wajah Touya.
“... Bagaimana kalau kita memeriksa
keadaan mereka sebentar?”
“Memeriksa keadaan? Tapi kita
tidak diperbolehkan untuk memasuki dapur….”
“Kita cuma pergi kamar mandi
saja, kok. Mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk setelah mendengar bunyi dan
suara yang keluar dari sana, ‘kan?”
“Jadi begitu rupanya, ya.”
Mereka saling mengangguk, dan
bersama-sama meninggalkan ruangan, dengan badan yang sedikit membungkuk. Kemudian,
sambil menuruni tangga dengan sangat hati-hati, mereka memusatkan pendengaran
mereka di balik pintu yang menuju ke dapur dan ruang tamu. Kemudian, mereka
samar-samar bisa mendengar suara memasak.
Apa itu bunyi pisau yang
memotong sesuatu dengan ritme stabil? Shuwaaaaaa...
Ada juga bunyi sesuatu yang dimasak di penggorengan. Kemudian tiba-tiba terdengar
suara Maria, dan mereka berhenti untuk mendengarkannya dengan teliti.
“Aromanya harum sekali~ ...
Semakin banyak kamu menumis sayuran, rasanya jadi semakin enak ,’kan~.”
“Benar sekali.”
“Semakin menyakitkan ...?
Begitu ya.”
Suara Maria dijawab olrh suara
Ayano dan Chisaki, dan kemudian diiringi dengan suara ‘gosugosu’ yang terus berlanjut. Saat Masachika dan Touya
memiringkan kepala mereka pada suara yang tidak bisa dijelaskan, semua suara
yang datang dari dapur tiba-tiba menghilang. Dan, seketika kemudian...
Shukiiiiiiiiin
……………
Suara metalik parau bergema
dari dapur. Keheningan yang berlanjut seolah-olah menyisihkan suara yang
tersisa. Setelah beberapa detik, suara memasak secara bertahap kembali,
seolah-olah suara BGM telah memudar.
“(...Chisaki, benda apa yang
habis kamu potong?)”
“(... Emangnya memasak tuh
harus seperti pertunjukan dari gerakan khusus?)”
Touya dan Masachika saling
memandang di kejauhan saat berada di tengah tangga. Kemudian mereka mendengar
suara Ayano lagi.
“Sebenarnya, akan lebih baik
untuk mengaduknya dengan sedikit lebih keras lagi.”
“Mengaduk ......? ......
Bukannya ini terlalu lunak karena gampang sekali dipotong begini? Ini bisa
lebih gigih lagi. Ayo, ayo dasar kroco~ dasar kroco~”
“Chisaki-chan...? Kenapa kamu berbicara
buruk tentang sayuran?”
…….. entah kenapa, dari suaranya saja sudah
terdengar kacau balau. Terutama, masakan Chisaki. Ketika berbalik, Touya sudah
benar-benar berpaling darinya. Masachika juga sangat memahami perasaan itu.
(……Tidak usah dipikirkan)
Masachika tetap diam dan dengan
ringan meletakkan tangannya di bahu Touya untuk menyampaikan simpatinya. Kemudian
Touya berbalik untuk menaiki tangga dengan tatapan jauh di matanya dan berjalan
kembali ke kamarnya dengan tubuh besar membungkuk.
Setelah melihat punggungnya,
Masachika benar-benar pergi ke toilet meski Ia tadi mencoba membuat alasan, “Aku cuma pergi ke toilet saja, kok”
….. Saat berdiri, Masachika melihat Alisa sedang menatapnya dengan mata dingin
dari sisi tangga.
“...”
“...”
Mereka saling menatap dalam
diam. Setelah bertukar pandang selama beberapa detik, Masachika perlahan-lahan
berjalan menuruni tangga, mendekati Alisa, dan meraih kedua tangannya.
“Tunggu, tunggu, tunggu,
tunggu, tunggu ...”
Kemudian, sembari berbisik
untuk menenangkannya, Ia membawa Alisa pergi dari ruang tamu dan berkata,
dengan wajah yang kaku.
“Jangan salah sangka dulu,
oke?”
“Apanya, itu tidak ada bedanya,
‘kan. Lagian, jangan seenaknya menyentuhku.”
Alisa menarik lengannya dan
menampar pergelangan tangan Masachika dengan ekspresi jijik di wajahnya.
“Upss, maaf.”
Di sudut kepalanya, Masachika
tiba-tiba berpikir, “Bukannya tempo hari
kamu pernah mengatakan 【kamu
dapat menyentuhnya, loh】 dalam
bahasa Rusia tempo hari ...?” saat melepaskan tangannya. Kemudian
Alisa menggosok lengan yang telah dicengkeram dan bergumam dengan suasana hati
yang buruk.
【Jangan memegangnya terlalu kasar juga kali】
“Maaf ya?”
Masachika tidak punya pilihan
lain selain meminta maaf dengan jujur mmengenai perihal ini. Pada saat yang
sama, jika Ia menundukkan kepala sambil bertanya, “Jika aku memintanya dengan tulus, apakah aku diizinkan untuk
menyentuhnya?” ….. Gunung megah Alisa
secara alami memasuki bidang penglihatannya.
(Tidak, yah, aku baru saja menyentuh
tempat yang lebih menakjubkan secara kasar, ‘kan?)
Mau tak mau pemikiran semacam
itu terlintas di kepalanya. Pada saat yang sama, pikiran “Ohh, kali ini kamu mengenakan pakaian dalam dengan benar” kembali muncul di benaknya.
“Dasar kurang ajar...”
Seolah-olah bisa membaca
pikiran Masachika, pipi Alisa berkedut jijik dan melirik Masachika dengan
tatapan menghina. Dia mundur sedikit sembari menutui dadanya dengan kedua
tangannya, dan melontarkan sumpah serapah yang menjijikkan.
“Selain mesum, tapi juga suka
menguping pula, sudah enggak bisa diselamatkan lagi...”
“Tidak, tidak, tidak, dituduh
cabul itu terlalu berlebihan, tau.”
“Hmm, tapi kamu tidak
menyangkal menguping, ya.”
“Yah, itu sih ...”
Setelah sedikit bimbang,
Masachika menghela nafas ringan dan memutuskan untuk berbicara dengan jujur.
“Kesampingkan aku, Ketua akan
mendapat masalah jika tidak bisa menebak dengan benar masakan Sarashina-senpai,
‘kan? Jadi aku cuma berpikir untuk melakukan sedikit pengintaian demi
membantunya ...”
“Hmm?”
Mungkin agak yakin dengan
argumen Masachika, Alisa melepaskan tangannya dari dadanya dan mengangkat satu
alisnya.
“Yah, aku mengerti maksudmu …..
tapi kupikir, bahkan Sarashina-senpai takkan merasa senang jika masakannya
sudah diketahui dulu oleh juri dalam kompetisi serius, loh?”
“Uh, hmmm. Itu sih, yah ….
memang sih...”
“Lagipula, bahkan jika dia
kalah, dia bisa berusaha lebih keras lagi lain kali supaya bisa dipilih berdasarkan
kemampuannya sendiri, bukan?. Jika dia tidak dinilai berdasarkan kemampuannya,
dia akan kehilangan kesempatan untuk berkembang.”
“Uuhmmm~, perkataanmu ada
benarnya juga...”
Argumen Alisa sangat masuk akal
sampai-sampai membuat Masachika cuma bisa mengerang. Tapi kali ini kasusnya
cukup berbeda. Masachika lalu tersenyum lebar tanpa mengatakan niatnya kalau
lebih baik untuk menghindari situasi yang akan merusak suasana perjalanan yang
sudah lama ditunggu-tunggu.
“Yah, jangan khawatir. Aku akan
memberimu penilaian jujur tanpa prasangka. Bahkan jika aku mengetahui yang mana
masakanmu, aku takkan mengubah penilaianku.”
Alisa juga tersenyum provokatif
pada senyum Masachika.
“Ara, memangnya kamu bisa
menebak yang mana masakanku? Padahal kamu baru memakannya dua kali?”
“Mungkin saja bisa, loh? Karena
aku sudah memahami beberapa kebiasaan dari dua kali memakan masakanmu.”
“Hmm~?”
Alisa mengangkat alisnya dan
tersenyum seakan-akan menyiratkan “Jika
kamu bisa melakukannya, coba saja.” Masachika juga menanggapinya dengan
senyum yang arogan.
Tanpa disadari, Masachika merasa
kalau dirinya dalam aliran untuk mencari tahu masakan rekannya juga Namun,
Ia awalnya ditugaskan dengan misi untuk mencari tahu masakan Chisaki. Meskipun
ditambah menjadi dua orang, itu sama sekali tidak banyak berubah.
(Tapi, rasanya jadi semakin seru, nih ...
kalau begitu ayo kita tebak hidangan mana saja dan siapa yang memasaknya, sekalian
menunjukkan poin bagusku padanya)
Motivasi Masachika semakin
membara, padahal bukan itu tujuan dari kompetisi memasak. Melihat reaksinya
itu, Alisa mengangkat bahunya dengan ringan.
“Yah baiklah, tanpa diberitahu
sekali pun, meski kamu bisa mengetahui yang mana hidanganku, kamu tidak perlu
mencari tahunya segala, ‘kan?”
“Okelah~. Kalau begitu, aku akan
menantikannya.”
Setelah mengatakan itu,
Masachika memunggungi Alisa dan mencoba kembali ke lantai dua…..
【Karena aku akan membuatmu memilihku】
(Hmm, hmm~! Maksudnya “masakanku”, ‘kan?)
...lalu Ia mendengar kejutan
tak terduga dari belakang dalam kalimat bahasa Rusia yang mirip seperti “pernyataan cinta” dari seorang gadis
agresif, dan langkahnya sedikit terhuyung.
◇◇◇◇
“Kalau begitu, Ketua, Masachika-kun,
silakan dinikmati makanannya.”
Satu jam kemudian, Touya dan
Masachika duduk di sekitar meja makan, dan Yuki berbicara untuk mewakili yang
lainnya. Dan setelah itu, para gadis, termasuk Yuki, segera terdiam. Rupanya,
mereka berniat untuk tidak berkomentar atau bereaksi saat para cowok itu memakannya
agar tidak memberi mereka petunjuk tentang hidangan mana milik siapa.
““......Itadakimasu ””
Touya dan Masachika menempelkan
kedua tangan mereka masing-masing dalam suasana aneh sembari ditatap diam-diam
oleh lima gadis dari seberang ruangan. Sambil melakukannya, Masachika melihat
piring-piring yang berjejer di atas meja.
(Untuk saat ini ... tidak ada masakan
yang ditambahkan dengan mayones, ya)
Sebaliknya, tidak ada hidangan
yang tampaknya tidak berhasil. Padahal Masachika bisa mendengar suara kekacauan
mereka saat memasak.
(Syukurlah ... aku tidak melihat adanya
hidangan dimosaik yang biasanya muncul di dalam manga)
Di sisi lain, tidak ada
hidangan yang bisa langsung diketahui siapa yang membuatnya hanya dengan
melihatnya saja.... Bila dilihat secara sekilas, nama-nama hidangan yang
disajikan dari kiri ke kanan ialah nasi goreng, ayam goreng, gyoza rebus, steak
hamburger, dan ... Sup misterius.
(Itu apaan, ya)
Tidak hanya Masachika, tapi
juga Touya ikut terpaku pada makanan yang berada di paling kanan.
Mangkuk besar diisi sampai penuh
dengan sup hitam kemerahan. Roti Prancis yang dipotong disajikan bersama
hidangan, dan ternyata roti tersebut perlu dicelupkan ke dalamnya. Ada irisan
tomat kecil di dalamnya, jadi mungkin warna merahnya berasal dari sana... tapi
entahlah. Ada juga semacam irisan lemon yang mengambang di dalam sup tersebut.
(Karena ada irisan lemon, apa itu berarti
sup dingin? Tidak, sup itu mengepul ... yah, sup dengan irisan lemon dan tomat pasti
rasanya cukup asam ... yup, aku tidak punya keberanian untuk mencicipi itu
dulu)
Masachika sampai pada
kesimpulan itu, lalu bertukar pandang dengan Touya, dan dengan ringan
berkomunikasi dengannya. Touya menarik sepiring ayam goreng dan meletakkannya
di piring kecil untuk mereka masing-masing.
(Hidangannya tampak biasa saja...
hiasannya ada selada dan bawang, ya. Yah, ayam goreng biasanya tidak punya
tambahan aneh-aneh.)
Kelihatannya enak, tapi untuk
membedakan yang mana masakan Chisaki... atau masakan Alisa, kekurangan hiasan
jadi poin negatifnya.
(Yah, untuk saat ini, lebih baik dicoba
dulu ...)
Pertama-tama, Masachika mencoba
ayam gorengnya dulu. Saat Ia menggigit adonan yang renyah, rasa kecap dan
bawang putih, serta kelezatan daging ayam, menyebar di mulutnya.
“Hmm ... rasanya enak”
“Ya, ini lezat.”
Mereka berdua secara alami memberikan
kesan mereka. Pada saat yang sama, Masachika dengan cepat melirik reaksi para
gadis, tapi sayangnya …. mereka tidak bereaksi sama sekali.
(Yah, mana mungkin mereka membocorkannya
dengan gampang... Tidak, tapi ini benar-benar enak)
Lain kali, jika membungkusnya
dengan selada dan bawang, rasanya pasti akan enak juga. Karena ayam gorengnya memiliki
rasa yang kuat, sehingga cocok dipadukan dengan sayuran.
(Yah, rasa ini sendiri mungkin dibuat
dengan semacam kaldu ayam goreng yang sudah jadi...tapi lumayan sulit juga
untuk menggoreng makanan yang renyah. Kurasa orang yang membuat ini pasti
pandai memasak, ‘kan?)
Ia hampir mencicipinya lagi,
tetapi Ia menahan diri dan melanjutkan ke hidangan berikutnya. Touya kemudian
mengambil piring nasi goreng yang terletak di paling kiri.
(Bahan-bahannya terdiri dari ...telur,
daun bawang, kol, pempek... enggak ada dagingnya, ya? Rupanya ini nasi goreng
yang cukup sederhana.)
Namun, berani menyajikan nasi
goreng sederhana seperti itu di kompetisi memasak, itu berarti orang yang
memasak hidangan ini mungkin cukup percaya diri dengan keahliannya.
(Ini mungkin sedikit menyenangkan)
Dengan sedikit antisipasi,
Masachika membawa sepiring kecil nasi goreng ke mulutnya. Dan hasilnya ......
(Hmm, yah rasanya enak sih... tapi kurang
berasa ...)
Sejujurnya, itu sedikit mengecewakan.
Mungkin karena Ia memakan ayam goreng dulu yang rasanya lumayan kuat, tapi meski
begitu, rasa dari nasi goreng ini masih agak ringan. Paling banter, rasanya
elegan, tapi
dari sudut pandang Masachika yang biasanya lebih suka nasi goreng dengan
tambahan bawang putih di rumah, rasanya kurang memuaskan.
(Yah, mungkin rasanya enak karena bisa
memakannya tanpa merasa bosan, tapi ... aku ingin ditambahkan dengan acar lobak
atau semacamnya)
Sambil memikirkan itu di dalam
hatinya, nasi gorengnya sendiri tidak buruk hanya karena itu bukan favoritnya,
jadi Masachika cuma mengatakan “Rasanya
lezat” untuk pujian formal. Gadis-gadis yang berdiri di sanau masih tidak
bereaksi.
Selanjutnya, Touya mengambil sepiring
gyoza rebus. Tidak ada hidangan pendamping khusus, cuma ada sepiring pangsit
dan kaldu yang cukup untuk merendam sekitar 70% dari mereka. Ciri khasnya
adalah tidak ada lipatan di bagian pinggir pangsit.
(Saat menguping tadi, aku merasa kalau Sarashina-senpai
menggunakan sayuran dalam masakannya. Berdasarkan informasi itu, sepertinya yang
ini bukan masakan Sarashina-senpai.)
Sambil berpikir seperti itu, Masachika
membawa pangsit ke dalam mulutnya ...
“Hmm……!?”
Ia sangat terkejut dengan isian
yang tidak terduga.
(In-Ini sih bukan daging giling ... tapi kentang
tumbuk!)
Supnya terasa seperti consommé, yang mengejutkan dengan caranya
sendiri, tetapi rasa gyoza rebusnya sendiri
benar-benar tidak terduga. Rasanya tidak seperti daging yang diharapkan, dan
samar-samar manis dari kentang tumbuh yang menyerap kaldu membelai lidahnya.
(Seriusan ... Tidak, tapi yang begini
rasanya nikmat juga)
Seraya berbagi keterkejutannya
dengan Touya, Masachika dengan tulurs berkata “Rasanya lezat”. Namun, ini mengguncang teorinya kalau hidangan ini
bukan dari Chisaki. Tidak, justru sebaliknya, jika kentang dipotong dan
dihaluskan, itu akan menjelaskan suara aneh yang tidak dapat dijelaskan selama
proses memasak.
(Waduhhh ... kurasa ini lebih sulit dari
yang kuduga? Seandainya saja Alya dan Masha-san memasak makanan Rusia yang
mudah dipahami ...)
Seketika itu juga, kilatan inspirasi
seperti wahyu ilahi terlintas di benak Masachika.
(Ja-Jangan-jangan ini ... benar juga!)
Ia tidak langsung menyadarinya
karena terlihat seperti gyoza rebus biasa. Tapi mungkin, tidak diragukan lagi.
Ini bukan gyoza rebus, melainkan...
(Makanan Rusia ... Pelmeni!)
Ini adalah salah satu hidangan
Rusia yang terkenal di Jepang. Masachika sendiri hanya mengetahuinya sebagai
pengetahuan dan belum pernah benar-benar memakannya. Namun, Ia menyadari ada
kemungkinan kalau hidangan ini adalah masakan Rusia.
(Kalau tidak salah, Jii-chan pernah
bilang kalau pelmeni bisa diisi berbagai macam bahan ... begitu ya, jadi ini
...)
Jadi ada kemungkinan besar
bahwa ini hidangan Alisa atau Maria. Rasanya sendiri adalah sesuatu yang belum
pernah Masachika rasakan, jadi seharusnya mana mungkin itu buatan Yuki atau
Ayano.
(Mungkin saja tebakanku ini benar, iya
‘kan?)
Seperti yang dinyatakan,
Masachika sangat senang dengan harapan bahwa Ia mungkin bisa mengenali makanan
Alisa dan bisa mencicipi hidangan pelmeni untuk pertama kalinya. Namun, ketika melihat
makanan selanjutnya yang disodorkan Touya, Ia merasa kegembiraannya telah
berkurang.
(Oh... akhirnya giliran ini, ya)
Touya menarik sup misterius yang
terletak di paling kanan. Bahan-bahannya terdiri dari tomat, bacon, dan suwiran
sayur sana sini...
(Apa nenda hijau yang mengambang di
permukaan itu ... kemangi? Tidak, aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya
...)
Ia menatap lekat-lekat sup yang
ada di mangkuk, mengesampingkan roti Prancis yang menyertainya untuk saat ini,
dan mencicipinya dengan sendok.
“!?”
Pada saat itu, Masachika dibuat
kaget. Touya, yang di sebelahnya, juga melebarkan matanya karena terkejut. Hal
itu menunjukkan betapa tak terduga rasa dari sup tersebut. Singkatnya, rasanya
...
“Bukannya ini pizza...”
“Benar banget ...”
Masachika lanjut untuk
mencicipinya sekali lagi. Rasa yang menyebar di mulutnya masih rasa pizza ... rasa
dari Margherita.
(Sup rasa pizza... Tidak, ini benar-benar
sup yang misterius)
Tapi rasanya lezat. Hidangan
ini benar-benar enak. Kali ini, Ia mengambil sepotong roti Prancis,
mencelupkannya ke dalam sup, dan memakannya.
“Di tambah ini juga tetap enak
...”
Dengan setiap gigitan roti,
kaldu yang meresap ke dalam adonan kasar roti Prancis merembes keluar. Keasaman
sup yang sedikit lebih kuat dipadukan dengan manisnya roti menciptakan sinergi
kelezatan.
(Ini luar biasa sekali ... Eh? Apa
jangan-jangan yang ini juga ...?)
Tiba-tiba, sekeping pengetahuan
muncul di benak Masachika. Orang Rusia biasanya memakan sup dan roti untuk
makan siang. Lagipula, Ia mendengar bahwa ada begitu banyak jenis sup dalam makanan
Rusia. Ketika berpikir kalau sup ini merupakam salah satunya, maka itu masuk
akal. Tapi……
(Sekarang waktunya makan malam dan ...
roti Rusia biasanya memakai roti hitam ...)
Bahkan jika sup ini adalah
makanan Rusia, apakah orang rusia asli, Alisa dan Maria, akan menyajikan
kombinasi ini untuk makan malam? Sebaliknya, jauh lebih wajar untuk
menganggapnya sebagai sesuatu yang dibuat oleh orang yang punya pengetahuan
setengah-setengah yang memeriksa resepnya melalui internet dan membuatnya demi
gangguan ...
(Yah ... pokoknya, lebih baik memikirkan
itu setelah memakan hidangan terakhir)
Setelah menyimpulkan sebanyak
itu, Masachika menunda penilaian dan beralih ke hidangan berikutnya.
Hal terakhir yang tersisa
adalah steak hamburger ala Jepang dengan parutan lobak dan pasta kacang merah
di atasnya. Hiasannya terdiri dari jamur, brokoli, dan paprika. Salah satunya
cukup besar, jadi Ia memutuskan untuk memotongnya menjadi dua dan membaginya
dengan Touya.
(Hidangan ini mirip seperti ayam goreng
tadi, tampilannya tidak terlalu khas, tapi.....)
Itu adalah hidangan steak
hamburger biasa tanpa keju di dalamnya. Saat mencoba memakannya, rasanya juga
biasa-biasa saja, tapi tetap enak.
“Aku biasanya memakannya dengan
saus demi-glace atau tomat, tapi ala
hamburger ala Jepang juga terasa lezat.”
Lobak parut yang telah menyerap
banyak pasta kacang terasa manis dan sangat cocok dengan steak hamburger. Rasa
dari hamburger itu sendiri tampak biasa-biasa saja, tapi kombinasi bahannya
terasa sedar dan enak untuk Masachika.
(Tapi, jika ditanya ini masakan siapa
...)
Masachika tidak bisa merasa
yakin karena belum pernah memakannya. Seraya merasa bimbang, Masachika menghabiskan
porsinya dan meletakkan sumpitnya.
“Baiklah, bagaimana kalau kita
mulai penilaiannya?”
Dan ketika Touya selesai makan,
Yuki berteriak gembira. Akhirnya, sudah waktunya untuk momen yang menentukan,
tapi …... Masachika belum bisa mengidentifikasi masakan Chisaki.
(Kupikir satu-satunya hal yang membedakan
adalah pelmeni itu ... aku yakin kalau Alya atau Masha-san yang membuatnya. Dan
sup misterius itu sepertinya juga sama ...
tapi aku tidak bisa menyingkirkan kemungkinan bahwa Yuki yang membuatnya ......)
Yang jelas, kedua hidangan itu
mana mungkin dibuat oleh Chisaki. Informasi tersebut lalu disampaikan kepada
Toya dengan memberi isyarat padanya di bawah meja..
Namun yang tersisa hanyalah
ayam goreng, steak hamburger, dan nasi goreng, tiga hidangan yang paling
disukai anak cowok di dunia. Dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
kesempurnaan dari ketiga masakan ini. Menurut selera Masachika, hidangan nasi
goreng berada satu tingkat di bawah ...
(Apa tak sengaja membuatnya rasanya ringan,
atau memang sengaja dibuat lebih ringan? Tergantung yang mana, ceritanya bisa
berbeda ...)
Jika itu yang pertama, ada
kemungkinan besar kalau itu masakan Chisaki. Tapi jika yang terakhir .. ...
“... Oke, aku sudah
memutuskannya.”
Sementara Masachika masih
memikirkannya, Touya yang ada di sebelahnya berkata begitu, dan Masachika
menatapnya dengan terkejut. Masachika belum mempersempit daftar kandidatnya.
Namun, Touya menatap lurus ke depan dengan tegas dan mengucapkan jawabannya
dengan jelas.
“Menurutku, hidangan ayam
goreng adalah yang paling lezat.”
Suasananya langsung hening
seketika. Momen ketegangan yang sepertinya bukan momen. Lalu….
“Horeeeee!”
Pada saat berikutnya, suara
Chisaki dipenuhi dengan kegembiraan. Dia melompat dari kursinya dan mengacungkan
tinjunya ke langit-langit.
Sebelum Masachika bisa
memberikan jawabannya, Chisaki sudah mengungkapkan hidangannya sendiri, dan
gadis-gadis lain sedikit menurunkan alis mereka dengan wajah bermasalah, tapi
masih mengucapkan selamat kepadanya.
“Selamat ya, Chisaki-chan.”
“Selamat, sudah kuduga, sebagai
sepasang kekasih , kalian berdua sangat cocok satu sama lain.”
“Selamat atas keberhasilannya.”
“Syukurlah. Selamat.”
Sambil bertepuk tangan dengan
para gadis, Masachika tersenyum dengan cara yang berbeda.
(Apaan, ternyata Ketua tidak membutuhkan
saran dariku ... haha, aku bentar-benar tidak tahan dengan ini~)
Entah kenapa ... dalam artian
yang berbeda dari makanan, Ia sudah merasa kenyang.
“Duhh~ duhhh~ dasar Touya...
Apa rasanye memang seenak itu?”
“Ya, rasanya beneran sangat
enak, kok?”
“Begitu ya ... kurasa itu
sepadan untuk berlatih keras cuma demi memasak ayam goreng.”
“Hmm? Cuma?”
“Fufufu, jika rasanya memang
seenak itu ... aku akan terus membuatnya untukmu, oke?”
“O-Ohh, aku sangat menantikan
itu?”
Chisaki menampar punggung Touya
dengan rona kegembiraan, dan Touya berbicara sambil dengan putus asa menelan sesuatu
yang muncul dengan keterkejutannya. Pandangan mata Masachika menjadi lembut di
hadapan pasangan yang sangat bahagia itu....... Omong-omong, dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Touya akan diberikan semacam kotak makan siang ayam goreng
pamungkas oleh Chisaki setiap hari, yang isinya hanya terdiri dari nasi putih,
ayam goreng, dan sayuran segar ...... tapi itu cerita di lain waktu.
“Kalau begitu, kembali ke topik
penilaian, menurut Masachika-kun sendiri bagaimana?”
“Hm? Ahh ...”
Diminta oleh Yuki, Masachika
berbalik menghadap ke depan. Ia bisa melihat Yuki tersenyum bahagia dan anggun,
lalu Ayano dengan wajah tanpa ekspresi,
kemudian Maria dengan senyum mengembangnya, sedangkan Alisa memasang
ekspresi biasa, tetapi dengan tatapan serius seolah menyiratkan “Aku tidak tertarik, kok?”
Masachika membuka mulutnya di
hadapan tatapan empat orang yang melihatnya….
“Menurutku, sup yang itu terasa
enak.”
Ia mengatakan kepada mereka
dengan jujur tentang penilaiannya. Kemudian ….
“Ara, benarkah? Horee aku
berhasil.”
Setelah terlihat sedikit
terkejut, Maria menyatukan kedua tangannya dan berseru gembira. Pada saat yang
sama, Ia bisa melihat Alisa mengerutkan alisnya, tapi... mau bagiamana lagi. Seperti
yang pernah dikatakan Alisa, ini adalah kompetisi memasak yang serius.
“Ternyata itu masakannya Masha-san,
ya? Tidak, rasanya benar-benar enak, kok. Aku belum pernah mencicipi masakan
yang seperti ini sebelumnya ... Apa ini makanan Rusia?”
“Betul~ hidangan ini disebut
Solyanka, tau~.”
“Solyanka, ya ..... maaf, aku
belum pernah mendengarnya.”
“Hmm~ ...”
Mendengar kata-kata Masachika,
Maria meletakkan jari telunjuk di dagunya seolah-olah sedang berpikir sedikit, dia
lalu memiringkan kepalanya dan berkata.
“Jika borscht mirip seperti sup
misonya orang Rusia, maka solyanka mirip seperti hidangan sup babi Rusia?”
“Eh, seriusan? Sup babi?
Hidangan ini?”
“Habisnya memang mirip seperti
itu sih~.”
Maria mengatakan itu dengan
putus asa sambil mengayunkan tangannya ke atas dan ke bawah. Saat Masachika
tersenyum kecut melihat pemandangan yang menggemaskan itu, Yuki kembali
memanggilnya lagi.
“Ngomong-ngomong, apa kamu tahu
hidangan yang lainnya milik siapa saja?”
Itu pertanyaan yang agak kejam,
tapi Masachika balas menyeringai dengan percaya diri. Karena awalnya Ia memang berniat
untuk mengidentifikasi hidangan semua orang, Masachika merasa yakin ketika dua
hidangan lainnya sudah diidentifikasi.
“Pertama-tama, nasi goreng ini
masakan dari Ayano, iya ‘kan?”
Masachika menunjuk nasi goreng
dan berkata begitu sambil menatap Ayano, kemudian Ayano membalasnya dengan mengangguk
dan menunduk sedikit.
“Ya, betul sekali.”
“Sudah kuduga. Kamu sengaja
membuat rasanya jadi lebih ringan karena yang lain membuat lauk pauk yang cukup
beraroma kuat, ‘kan?”
“Ya ... saya pikir lebih baik
memasak hidangan yang bisa dimakan dengan hidangan lain.”
“Hahaha, padahal ini kompetisi
memasak, tapi kamu masih tetap mengutamakan orang lain, memang mirip sifat
Ayano banget.”
Saat Ia mengatakan ini dan
tersenyum lembut, Ayano menggoyangkan bahunya sedikit malu-malu. Dengan senyum
yang semakin melebar, Masachika kemudian menunjuk ke steak hamburger.
“Selanjutnya, ini punya Yuki.”
“... Tepat sekali. Hebat sekali
kamu bisa mengetahuinya.”
“Yah, kupikir kamu berusaha
untuk menang kali ini. Sepertinya kamu sengaja menyamarkan itu dengan ringan,
‘kan?”
Hidangan itu sendiri dilakukan
dengan benar, tapi bumbunya diubah sehingga tidak dikenali siapa yang
memasaknya, hal itulah yang membuat Masachika kebingungan untuk mengenalinya.
Namun, Yuki berkata dengan wajah yang acuh tak acuh, “Mumpung sudah musim panas. Kali ini aku mencoba membumbuinya dengan rasa
yang menyegarkan dan ringan.”
“Lalu selanjutnya ... hidangan
ini milik Alya.”
Dengan senyum penuh kepuasan,
Masachika tertawa bangga dan menunjuk ke arah hidangan gyoza rebus yang
tersisa.
“……jawaban yang benar.”
Kemudian Alisa mengangguk dengan
ekspresi ketidakpuasan, tapi sedikit senang. Dia mungkin merasa senang karena
Masachika bisa mengenali masakannya, tapi dia juga memiliki perasaan campur
aduk karena bisa dikenali dengan sangat baik.
(Tapi, yah, berkat sup misterius itu ...
apa namanya tadi … Solyanka? Aku bisa mengidentifikasinya karena tahu kalau itu
masakannya Masha-san, sih?)
Masachika tersenyum masam dalam
hati, tapi karena tidak menyadari keadaan seperti itu, Ayano yang polos
memberinya pujian tulus.
“Menakjubkan sekali, Masachika-sama.
Anda memiliki bakat yang luar biasa dalam hal rasa juga.”
“Hmm? Yah, karena masakan Alya
gampang dikenali, sih.”
Sambil merasa sedikit lebih
baik berkat tatapan mata Ayano yang berkilauan, Masachika menatap Alisa dengan
senyum bangga.
“Pada awalnya, aku pikir kalau
itu cuma gyoza rebus biasa, tapi ... setelah memakannya, aku langsung
mengenalinya. Ini hidangan pelmeni, iya ‘kan?”
Masachika tersenyum dengan
seringai puas dan memamerkan diri sebagai pria yang bisa membedakannya sebanyak
itu. Akan tetapi, Alisa mengangkat sedikit alisnya dan berkata dengan ketus.
“Namanya varenyky, tau.”
“Hidangan apa itu?”
Seketika itu juga, suasana
canggung yang mengejutkan terjadi di ruang tamu.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya