Bab 10 — Bisa Dibilang, Masuknya Kategori Imut
Akhirnya, tibalah saat mereka
memutuskan untuk pergi berenang bersama. Amane berganti pakaian di ruang ganti
dengan perasaan sedikit gugup.
Amane dan Mahiru pergi
mengunjungi fasilitas rekreasi di pinggiran kota dan berpisah untuk berganti
pakaian. Sebelum mereka masuk, ada beberapa pria yang terlihat menatap ke arah
Mahiru. Tidak sulit untuk membayangkan kalau dia pasti memikat sebagian besar
pria setelah mengenakan pakaian renangnya.
Jika Chitose ada di sini
bersama mereka, dia akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan cerdik, tapi
hari ini mereka hanya datang berdua. Saat Mahiru mengangkat kepalanya dan
berkata, “Aku hanya ingin kita pergi
bersama,” Amane tidak bisa menolak permintaannya.
Amane memutuskan untuk
melindunginya dari tatapan mata pria lain. Ia mengenakan baju renang dan
pelindung matahari sebelum berjalan keluar dari ruang ganti.
Amane segera di tempat yang
mereka putuskan untuk berkumpul dan menunggu Mahiru keluar. Dia sepertinya agak
sedikit lama.
Amane sendiri sudah memaklumi
hal itu.
Kaum gadis lebih membutuhkan
banyak wajtu untuk berganti pakaian, dan kemungkinan juga tempat ruang gantinya
sedang ramai.
Amane menghela nafas, berpikir
bahwa hidup yang dilalui para gadis lumayan cukup sulit juga. Ia dengan lembut
menyandarkan tubuhnya pada tiang lampu tebal, tempat mereka memutuskan untuk
bertemu.
Walaupun hari ini merupakan
masa liburan musim panas, tapi hari ini masih terhitung sebagai hari kerja
sehingga pengunjungnya terlihat lebih sedikit dari biasanya, meski begitu
jumlahnya masih lumayan banyak.
Amane tanpa sadar memperhatikan
pria, wanita, dan anak-anak berjalan dengan pakaian renang mereka, tapi
kemudian Ia melihat rambut berwarna rami yang familiar di antara kerumunan
tersebut.
“Amane-kun.”
Seperti yang diharapkan,
kekasih tercintanya telah tiba.
Namun seketika itu juga, Amane
merasa kalau mengajak Mahiru ke sini merupakan kesalahan besar. Semua itu
karena ketika Mahiru berjalan mendekati Amane, ada banyak tatapan yang mengikuti
gerakannya.
Amane tidak terlalu kepikiran
sebera cantiknya Mahiru di luar dunia ini, tapi Ia memang berpikir bahwa
pacanya terlihat jauh lebih manis daripada model di majalah.
Mana mungkin penampilan Mahiru
yang mengenakan baju renang seperti itu takkan menarik perhatian semua orang.
“Maaf sudah membuatmu menunggu, di ruang ganti tadi
terlalu banyak orang.”
“O-Ohh.”
Karena mereka berada di tepian
kolam, Mahiru tidak berlari melainkan berjalan cepat, dan berdiri di depan
Amane dengan senyum tipis.
Memandangnya dari depan membuat
Amane merasa sangat malu dan kebingungan harus melihat kemana.
Mahiru tampaknya rentan
terhadap kemerahan, bengkak, dan nyeri kulit setelah terbakar sinar matahari,
jadi dia lebih memperhatikan penggunaan pelindung matahari. Dia terlihat sangat
berkulit putih ketika cuma mengenakan baju renang. Kulitnya tampak seputih susu
saat terpapar sinar matahari, dan menarik perhatian orang-orang di sekitar
mereka.
Kulitnya yang lembut harus
dilindungi dari sinar matahari.
Amane tahu kalau pacarnya
mempunyai badan yang langsing, dan sekarang bentuk tubuhnya terlihat lebih
menonjol. Baju renang tersebut tidak hanya tampak mengurangi lemak berlebih
tetapi juga memancarkan semacam pesona feminin. Dengan penampilan tubuh fisik
seperti ini, Mahiru seakan ingin menunjukkan kalau dirinya tidak hanya
langsing. Bagian tubuhnya yang perlu menonjol memang terlihat menonjol. Bikini
putihnya yang berhias menangkup dadanya yang curam, menguraikan lekuk tubuhnya
yang lembut.
Amane awalnya mengira bahwa
Mahiru terlihat kurus karena dia mengenakan lebih banyak pakaian, tapi dia
tidak menyangka dia benar-benar memiliki tubuh kurus seperti itu. Pada saat
yang sama, dia memiliki bukit kembar yang cukup besar dibandingkan dengan fisik
mungilnya, tapi Mahiru memiliki proporsi yang seimbang dengan ukuran ideal yang
dapat digenggam dengan satu tangan.
Amane kaget karena Mahiru yang pendiam
memilih bikini, tapi penampilan tersebut tidak terlihat tidak senonoh padanya.
Berkat potongan kain yang lebih besar, belahan dadanya cukup tersembunyi dan
ditambah dengan penampilan Mahiru sendiri, penampilannya memberikan kesan yang
lebih murni dan elegan.
Tatapan Amane langsung beralih
ketika melihat Mahiru dengan pakaian renangnya.
Amane hanya pernah melihat
idola di beberapa majalah. Baginya, tampilan baju renang pacarnya terlalu
mempesona.
“…bagaimana menurutmu?”
Mahiru berdiri pada jarak yang cukup dekat untuk disentuh. Karena merasa sedikit malu, dia meletakkan tangannya di dadanya dan bertanya kepada Amane.
Karena perbedaan tinggi badan mereka,
Amane melihat bayangan yang terbentuk dari dua bukit kembar yang tersembunyi di
bawah bikininya dan menelan ludahnya yang kecut.
“Amane-kun?”
Melihat Amane yang sama seali tidak
merespon, Mahiru dengan lembut menyentuh lengan pacarnya seraya kebingungan,
dan Amane kembali sadar.
“… Ap-Apa ini tidak cocok?”
Mana mungkin itu tidak cocok.
Nyatanya, lebih baik mengatakan bahwa itu terlalu cocok untuknya sehingga Amane
tidak tahu harus melihat ke arah mana.
“Mana mungkinlah. Aku berpikir
akan lebih bagus jika hanya kita berdua di sini karena kamu terlihat sangat
manis.”
“Te-Terima kasih.”
Penampilan wanita harus dipuji.
Selain itu, itu adalah baju renang yang dipilih pacarnya yang cantik demi
Amane. Jika dirinya tidak mengatakan sepatah kata pun, Amane tidak bisa
dianggap sebagai laki-laki. Setelah memikirkan ini, Amane menyatakan pendapatnya,
dan Mahiru menghela nafas lega.
Namun, Mahiru sendiri tampaknya
malu mengungkapkan dirinya dengan cara yang belum pernah dia lakukan
sebelumnya, dan semua itu terlihat jelas karena wajahnya yang memerah.
Meski Amane berpikir jika dia
terlalu malu, mungkin lebih baik memakai baju renang yang tidak terlalu
terbuka. Tapi hal ini mungkin hasil dari hasutan Chitose, jadi mungkin Mahiru
juga tidak bisa berbuat apa-apa.
(Meski
begitu…)
Amane melihat area sekelilingnya,
dan ada banyak pria yang menatap penampilan Mahiru dengan baju renangnya.
Bahkan ada pria yang meskipun
sudah membawa gadis, masih menatap melongo ke arah Mahiru dan segera ditampar
oleh gadis yang kemungkinan besar pacarnya.
Semua hal ini membuktikan bahwa
penampilan Mahiru yang sekarang menggambarkan sosok malaikat di tepi kolam,
tapi Amane merasa sedikit tidak senang sebagai pacarnya. Dirinya bahkan merasa
jengkel tidak karena pacarnya terlalu banyak ditatap orang.
“Tentu saja baju renang itu
terlihat sangat cocok padamu, tapi….”
“Tapi?”
“… Kurasa masih enggak baik.”
Amane kemudian melepas baju
parkanya dan meletakkannya di bahu Mahiru.
Sejak awal Mahiru mempunyai
badan kecil dan ramping, dan karena baju parka Amane dengan mudah menjangkau ke
pahanya, ukurannya cukup untuk menutupi sebagian besar kulitnya.
Tentu saja, lekuk kakinya yang
ramping masih menjadi pusat perhatian, tapi setidaknya Amane berhasil
melindungi sebagian besar area yang terlalu menarik perhatian.
“Cepat pakai ini.”
“Tapi… Amane-kun …”
“… Bagaimana jika aku
mengatakan kalau aku tidak ingin pria lain melihatmu?”
Ucapan tersebut berasal dari
lubuk hatinya.
Meskipun Amane tahu bahwa
Mahiru memiliki bentuk tubuh yang ideal, dia pasti akan mendapatkan terlalu
banyak perhatian dari orang lain. Sebisa mungkin, Amane ingin memonopolinya untuk
dirinya sendiri.
Setelah Amane berbisik begitu,
Mahiru menjawab malu-malu dengan lembut, “...ba-baiklah...”
Pada saat yang sama, wajahnya memerah—— yang pasti bukan karena sengatan cahaya matahari musim
panas.
Setelah ritsleting baju
parkanya ditutup dengan cepat, orang-orang di sekitar mereka menghela nafas
dengan menyesal. Saat Amane berhasil mengusir tatapan tidak senonoh dari pria
lain, Amane menghela nafas lega dan memegang tangan kecil Mahiru yang terlihat
saat dia menggulung lengan pakaiannya yang longgar.
“Kalau begitu, ayo pergi”
“Iya”
Mahiru sedikit mengangguk dan
menggenggam tangan Amane sebagai balasannya, dan Amane berjalan perlahan dengan
berdampingan.
Karena mereka berada di tepian
kolam. Amane awalnya berencana untuk berjalan bergandengan tangan untuk
mencegahnya jatuh, tapi Ia menahan diri.
Amane berjalan dengan ceria di
samping Mahiru, dan menuju ke area perairan dangkal. Pada saat itu Mahiru yang
berada di sebelahnya berbisik “…
Amane-kun” dan menatap ke arahnya.
“Hmm?”
“… Jika cuma ada kita berdua,
apa kamu akan lebih sering melihat baju renangku?”
“Jika cuma ada kita berdua, aku
mungkin akan terlalu sering melihatmu, dan mungkin juga akan sering menyentuhmu.”
Yah, mungkin berbahaya untuk
benar-benar melakukan hal seperti itu, tapi Amane sengaja membesar-besarkannya
dengan bercanda, tapi Mahiru justru menunjukkan ekspresi serius.
Dia merenung selama sekitar
sepuluh detik sebelum dia memegang tangan Amane untuk semakin memperpendek
jarak di antara mereka.
Daripada memperpendek jarak,
Mahiru justru terlihat seperti ingin menempelkan dirinya ke lengan Amane.
Sensai lembut dan kenyal bisa dirasakan di bawah baju parka tersebut, dan kali
ini giliran Amane yang tersipu.
“Mahiru, punyamu menyentuhku, tau.”
“...Dalam keadaan seperti ini,
apa aku perllu mengatakan kalau 'aku
melakukannya dengan sengaja' ?”
“Kelihatannya malaikat di dalam
hati Mahiru sedang tidak bekerja.”
“Di depan orang yang mereka
suka, seorang gadis bisa menjadi malaikat maupun setan kecil.”
Tampaknya perilaku Mahiru hari
ini tampak seperti setan kecil.
Meski demikian, orangnya sendiri
justru sangat pemalu, tubuhnya gemetar dan wajahnya memerah, tapi dia masih tidak
berhenti dan malah terus mendorong dadanya ke lengan Amane.
Karena Mahiru terlalu fokus
pada sikunya, jadi Amane tidak bisa menggerakkan tangan kanannya secara
sembarangan. Jika Ia tak sengaja menekuk lengannya, sikunya akan tenggelam ke
dada Mahiru.
“… Bahkan jika kamu bilang
kalau kamu melakukannya dengan sengaja, aku akan menikmatinya.”
“Ji-Jika kamu mengatakannya
seperti itu aku jadi merasa sangat malu… tapi aku tidak keberatan.”
“…Dasar gadis tengil”
Amane tidak menyangka dia akan
menerimanya secara positif, jadi Ammane menjawab dengan suara rendah. Bertentangan
dengan apa yang dikatakannya, supaya tidak menyadari sentuhan lembut di
lengannya, Amane fokus melafalkan angka pi untuk menenangkan pikirannya.
◇◇◇◇
Bersamaan dengan Mahiru yang
akan menarik perhatian apapun yang dia lakukan, Amane pergi menuju kolam
dangkal. Ia kemudian melambaikan tas kecil kedap air di tangannya dan melihat
ke arah Mahiru di sampingnya.
“Jadi apa yang harus kita
lakukan?”
“Apa maksudmu?”
“Yah, fasilitas rekreasi
seperti ini sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk mengajari orang cara
berenang, kamu mungkin akan menabrak orang.”
Amane sedikit pandai dalam
berenang. Bukannya Ia tidak bisa mengajarinya, tapi tempat ini bukan tempat
dengan jalur khusus seperti kolam renang biasa. Seseorang yang mencoba belajar
berenang pasti akan bertabrakan dengan orang lain.
Dibandingkan dengan renang
sebenarnya, kolam renang seperti ini berfokus pada pengunjung yang bermain air.
Orang yang benar-benar ingin berenang takkan datang ke tempat yang ramai
seperti ini.
“Jika Mahiru ingin belajar berenang
sih tidak apa-apa. Tapi menurutku sih … karena ini kesempatan yang langka, aku
cuma ingin bermain-main dengan Mahiru.”
“It-Itu sih, aku juga sama. Aku
selalu merasa bisa bersama Amane-kun.”
Mahiru menyandarkan tubuhnya,
dan menengadah ke arahnya. Amane menyadari kekuatan destruktif dari setan kecil
ini dan membelai kepala kekasihnya yang cantik, sambil perlahan-lahan
menenangkan dirinya sendiri.
“Kalau begitu mari kita bermain
santai bersama. Nah, jika kamu serius ingin berenang dengan benar, kamu harus
melepas baju parka itu saat berenang.”
Anggota tubuh Mahiru yang
mungil tapi banyak disembunyikan di bawah baju parka Amane. Jika dia ingin
berenang, baju tersebut akan menghalanginya dan harus dilepas.
Akibatnya, orang-orang di
sekitarnya mungkin akan curi-curi pandang ke arah Mahiru, dan Amane mungkin
takkan berani melihatnya secara langsung.
Walaupun itu sudaj menjadi
haknya untuk menikmati penampilan pacarnya dalam pakaian renang, tapi jika
terlalu lama memperhatikannya, Amane akan mengalami kematian yang berbeda, jadi
bukan itu yang dia inginkan.
Dari sudut pandang Amane,
bikini Mahiru menawarkan sedikit pertahanan, tapi kemampuan ofensifnya tinggi.
“… Apa kamu akan terus melindungiku
sepanjang waktu?”
“Bukannya begitu, tapi yah, aku
merasa tidak ingin menunjukkan Mahiru kepada orang lain …”
“…Memangnya Amane-kun tidak
ingin melihat penampilan baju renangku?”
“Tentu saja aku ingin melihatnya,
tapi aku akan mati kalau melihat penampilanmu yang sekarang.”
“Mengapa kamu malah sampai mati
segala…?”
Mahiru merasa tercengang. Dia
mungkin tidak memahami perasaan yang dirasakan Amane.
Tentu saja, Amane memiliki
keinginan untuk melihat penampilannya, tapi dirinya cukup berhati-hati untuk
menjaga kewarasannya.
“… Bahkan Mahiru sendiri juga
merasa malu saat melihatku setengah telanjang, ‘kan?”
“It-Itu sih…”
“Ngomong-ngomong, kupikir akan
sulit bagimu untuk melihat pria setengah telanjang, tapi kamu melakukannya
dengan baik hari ini.”
Karena kepolosan Mahiru, Amane
berpikir dia akan malu saat melihat pria lain memakai pakaian renang, tapi hari
ini Mahiru hanya malu karena perkataan dan perbuatan Amane, bukan karena
pakaian renang pria lain.
Ketika mendengar Amane
mengatakan itu, bahu Mahiru berkedut.
“… Itu sih…ummm, aku hanya
tertarik pada Amane-kun… jadi aku tidak melihat orang lain.”
“Be-Begitu ya…”
“Se-Sebenarnya, hatiku mulai
berdebar saat melihat baju renangmu hari ini. Kamu terlihat jauh lebih kuat
dari sebelumnya, dan ototmu terlihat kencang. Ka-Kamu terlihat sangat menarik,
Amane-kun.”
Mahiru diam-diam melirik tubuh
bagian atas Amane, tapi sekejap kemudian mulai menjauh ke arah lain.
Dibandingkan pada waktu Mahiru
melihat Amane yang sedang mengalami demam, keadaan fisiknya yang sekarang
benar-benar berubah. Saat itu, Amane takkan pernah berpikir untuk memperkuat
dirinya sendiri. Dirinya memiliki tubuh yang kurus dan diejek sebagai cowok krempeng, tapi Aane tidak bisa membantah
ejekan tersebut.
(...
Untuk saat ini, kurasa upayaku sedikit membuahkan hasil)
Tentu saja, dari sudut pandang
orang yang sering berolahraga, hasilnya yang sekarang masih jauh dari kata
cukup; namun jika dibandingkan dengan ukuran tubuh siswa SMA laki-laki biasa,
keadaan fisiknya saat ini mungkin bisa dianggap sebagai bentuk tubuh yang baik.
“Yah, sebenarnnya Amane-kun juga
cukup menarik perhatian, tau? Badanmu
tidak terlalu kurus, dan otot-ototmu terlihat, memberikan perasaan kaku dan
kencang. Perasaan yang menyenangkan.”
“… Meski rasanya sedikit
memalukan, aku merasa senang dipuji oleh Mahiru seperti ini…”
“Ke-Kenapa emangnya?”
“Maksudku, gadis polos dan lugu
seperti Mahiru benar-benar memperhatikan dengan serius…”
“Ap-Apa kamu sedang meledekku?
Bahkan aku akan… memperhatikan orang yang kusukai.”
Ketika mengatakan itu, Mahiru
mengalihkan pandangannya ke tubuh Amane, tapi pandangannya segera mulai menjauh
sekali lagi. Hal itu benar-benar menggambarkan sifat Mahiru.
Mahiru sepertinya menyadari
Amane yang diam-diam tersenyum padanya, pipinya memerah dan alisnya terangkat.
“Am-Amane-kun sendiri juga tidak
berhak untuk mengejekku sekarang! Lihat, jantungmu berdegup sangat kencang!”
Meski begitu, Mahiru hanya
meletakkan tangannya langsung ke dada Amane untuk merasakan detak jantungnya.
Karena tidak ada yang perlu disembunyikan, Amane hanya mengangkat bahu terus
terang.
Karena hari ini merupakan pertama
kalinya Amane melihat pacarnya memakai baju renang, dirinya tidak bisa disebut
cowok jika jantungnya tidak berdetak kencang. Ini adalah reaksi normal. Lebih
baik mengatakan bahwa hanya mengendalikan adik
kecilnya saja sudah layak dipuji sebagai seorang pria.
“…Mana mungkin jantungku tidak
berdetak kencang saat melihat gadis yang kucintai dalam balutan baju renangnya?”
“It-Itu sih memang benar, jadi
tidak masalah kalau aku merasa tersipu, ‘kan.”
“Ya. Aku merasa senang kamu
bereaksi begitu.”
Hal tersebut menunjukkan seberapa
peduli Mahiru kepadanya, meski dirinya merasa sedikit malu, tapi Ia juga
bahagia. Ia berharap kalau Mahiru tidak terlalu peduli dengan kondisi
mentalnya, kalau tidak dia akan kepanasan dan membeku di tempat.
Setelah Amane mengatakan itu,
Mahiru sepertinya memiliki sesuatu untuk dibantah, tapi dia tidak jadi
menyuarakannya. Dia mungkin mengerti bahwa dia tidak bisa menang melawan argument
Amane, jadi dia ingin memaksakan kemenangan dengan caranya sendiri. Jadi Amane
juga menutup mulutnya, membiarkan Mahiru melakukan sesuka hatinya kali ini,
tapi sambil menyembunyikan gejolak batinnya.
“Perkataanmu tidak mempan
karena bukan serangan mendadak.”
“… meski kamu bilang begitu, tapi
sepertinya jantungmu berdetak lebih cepat dari sebelumnya, tau~”
“Bawel.”
Oleh karena itu, Ia membiarkan
Mahiru terus merasakan detak jantungnya. Amane berusaha memalingkan mukanya,
tapi Mahiru hanya tertawa gembira sambil menempelkan wajahnya di lengan Amane.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya