Bab 14 — Aku Ingin Dimanjakan Lagi
Di sore hari saat Shirayuki dan
Ryoma datang menjengukku.
Keadaanku mulai kembali normal
setelah beristirahat seharian. Sebelum pulang, Shirayuki masih sempat-sempatnya
memberitahuku untuk tidak terlalu kegirangan dan terkena demam lagi.
“Fufu, jangan terlalu
kegirangan, katanya.”
“……”
Aku tidak bisa berkata apa-apa
untuk membantahnya.
Pada akhirnya, saat itu, aku
merasakan volume dan kelembutan Madoka-san yang luar biasa di wajahku, alhasil
wajahku jadi memerah.
“Ngomong-ngomong, aku sudah mendengarnya
dari Shirayuki-san.”
“Mendengar apa?”
Saat aku menanyakan itu
padanya, Madoka-san mendekatkan tubuhnya padaku.
Rambut hitamnya yang indah berkibar
dan sedikit menggelitik pipinya, tapi aku lebih mengkhawatirkan aroma wangi
yang tercium dari Madoka-san.
“Katanya kamu bilang kalau aku adalah
Onee-san yang baik hati, cantik, dan punya payudara besar.”
“~~~!!!!!”
Dasar Shirayuki si mulut ember!
Kalau cuma memberitahu sampai bagian
Onee-san yang cantik dan baik hati sih tidak masalah, tapi dia tidak perlu
mengatakan mengenai Madoka-san yang punya oppai yang gede juga kali! Apalagi
aku pernah keceplosan bilang kalau punyanya itu sangat besar dan dia menyebutku
cabul!
“Aku merasa sangat malu saat
Shirayuki-san memberitahuku begitu…”
“Ak-Aku minta maaf…”
Aku hanya bisa menunduk ke bawah.
Melihat keadaanku yang seperti
itu, Madoka-san tertawa dan memberitahu kalau dia sama sekali tidak marah
padaku. Pokoknya, aku senang dia tidak tersinggung. Lagi pula, setelah mereka
pergi, waktunya sudah cukup malam. Aku harus segera bersiap-siap untuk mandi
juga.
“Terima kasih banyak untuk hari
ini, Madoka-san.”
“Hmm? Tidak masalah, tapi…”
……?
Kenapa Madoka-san memiringkan
kepalanya? Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh, ‘kan? Aku sedikit gugup,
tapi aku yakin aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh.
“Madoka-san, aku akan
menyiapkan bak mandi sekarang.”
“Apa kamu butuh bantuan?”
“Aku baik-baik saja! Aku sudah
pulih sepenuhnya!”
Aku melakukan pose otot untuk
menunjukkan energiku. Dia membalas kalau dia senang mendengarnya dan kembali ke
kamarnya sebentar. Dari keadaannya, sepertinya dia akan kembali lagi kemari…
tapi utuk saat ini, ayo bersiap-siap untuk mandi.
“…Yosh, semuanya sudah beres.”
Saat aku baru saja selesai menyiapkan
bak mandi, Madoka-san kembali.
“Ah, aku kembali,
Chinatsu-kun.”
“…Selamat datang kembali.”
Oh, ini adalah pertukaran salam
terbaik yang pernah kumiliki.
“Kalau begitu, Chinatsu-kun,
ayo kita mandi~♥”
“Ah iya, baiklah … Ehh?”
Aku secara refleks mengangguk,
tapi apa yang baru saja Madoka katakan tadi? Aku seharusnya mendengarkan lebih
hati-hati. Seolah dipaksa oleh Madoka-san yang tersenyum, aku menuju kamar
mandi…bersama dengannya.
“Ummm ... Madoka-san?”
“Apa ada yang salah…? Jangan
bilang kalau Chinatsu-kun memintaku untuk pulang sekarang? Aku sudah memutuskan
untuk mengurus Chinatsu-kun selama sisa hari ini~♪”
“… Dan itu termasuk mandi
juga?”
“Tentu saja! Fufu, sekarang kamu
tidak bisa kabur, oke~♥?”
Madoka-san mulai melepas
pakaiannya di hadapanku.
Tentu saja aku segera membelakanginya.
Aku bisa mendengar suara pakaian yang dilepas, dan kemudian aku mendengar
sesuatu jatuh dengan bunyi gedebuk.
“Jangan khawatir, Chinatsu-kun,
serahkan semuanya padaku. Biarkan Onee-san ini yang menjagamu. Ayo… lepaskan semua pakaianmu.”
Aku menuruti apa yang dimintanya
dan menanggalkan semua pakaianku. Kurasa aku juga mulai putus asa, setelah
semua yang terjadi. Selain itu… Aku sangat senang dan bersemangat karena bisa
mandi bersama Madoka-san yang selalu aku impikan.
“…Ah, aku harus meletakkan ini
dengan benar.”
“Hmm?”
Sembari mengenakan pakaian
dalam berrenda hitam, Madoka-san meletakkan jarinya di belahan dadanya dan mengeluarkan
sesuatu. Benda tersebut ternyata kunci perak. ... Itu pasti kunci duplikat yang
kuberikan padanya.
“Aku sengaja taruh di sini
supaya aku takkan kehilangannya.”
“……”
Aku sungguh minta maaf karena sudah
menatapnya.
Madoka-san yang melilitkan
handuk di sekitar tubuhnya, mendorongku ke kamar mandi… rasanya sungguh konyol
sekali, seharusnya ini adalah kamarku, tapi Madoka-san tetap melakukan
semuanya.
“Aku membawakanmu sampo dan
barang-barang yang bisa kugunakan. Aromanya enak dan jika kamu menyukainya, aku
akan merekomendasikannya ke Chinatsu-kun.”
“Ah…”
Aku hampir tidak bisa membalas
kembali.
Ketika aku memasuki kamar
mandi, aku disuruh duduk pada dudukan bak mandi, dan Madoka-san mengeluarkan
shower untuk memeriksa suhunya. Dia kemudian membilas kepalaku dan punggungku.
“Bagaimana suhu airnya?”
“Rasanya cukup nikmat.”
“Syukurlah♪”
… gawat, kepalaku mulai linglung.
Aku sangat gugup sampai-sampai tidak bisa memikirkan apa pun. Aku tidak
menyangka Madoka-san akan bertindak sejauh itu, dan aku setengah senang dan
setengah bingung.
…Aku menyangkal bahwa
Madoka-san takkan pernah melakukan hal seperti ini. Saat aku sedang merasakan dilema
di dalam batinku, Madoka-san tiba-tiba menghentikan tangannya.
“…Jadi, ini punggung yang sudah
melindungi Shirayuki-san. Ini punggung yang sangat besar.”
“Ah… Apa kamu kebetulan sudah mendengarnya?”
"Ya. Shirayuki-san berkata
kalau dia benar-benar tidak memaafkan dirinya sendiri saat itu.”
Apa Shirayuki memberitahunya
sebanyak itu?
Memang, selama beberapa hari
setelah kejadian itu, Shirayuki benar-benar murung. Bagiku, aku memintanya
untuk memperlakukanku dengan cara yang sama seperti sebelumnya ketimbang
mengasihaniku. Semua itu terjadi karena aku sendiri yang ikut campur.
“Dia bilang kalau dia
diselamatkan oleh Chinatsu-kun.”
“Dia bilang menyelamatkan?…
padahal aku tidak melakukan itu–”
“Selalu merendah bukanlah hal
yang baik loh, Chinatsu-kun.”
Madoka-san tiba-tiba memelukku
dari belakang. Tangan Madoka-san melewati bagian bawah ketiakku dan melingkari perutku.
Aku bisa merasakan sesuatu yang lembut di punggungku. Meskipun aku memakai
handuk, sensasi kenyal itu sangat terasa jelas.
“Chinatsu-kun, kamu sudah
menyelamatkanku dan juga Shirayuki-san. Dengan tangan serta punggungmu ini,
kamu sudah menyelamatkan kami. Kamulah yang menyelamatkan kami…jadi jangan
bilang kamu tidak melakukan sesuatu yang besar.”
“…Madoka-san.”
“Hmm~, Chinatsu-kun, mungkin
kamu harus menyadari apa yang sudah kamu lakukan sekali. Di sini ada satu wanita
yang kehidupannya sudah banyak berubah karena kamu menyelamatkannya–Eh?”
“Apa ada yang salah?”
Tiba-tiba, tangan Madoka-san
terulur dan sedikit menyentuh hidungku. Ketika aku penasaran apa yang terjadi, aku
melihat cairan merah cerah di depanku.
"Chinatsu-kun, hidungmu
mimisan.”
“…Ehh!?”
Aku memang berpikir bagian atas
hidungku terasa panas sebelumnya... Tapi inilah yang biasanya terjadi dalam
situasi seperti ini! Bagaimanapun juga, aku segera meninggalkan kamar mandi
sesudahnya. Tiba-tiba mimisan… apa boleh buat, oke? Tapi tetap saja, aku merasa
sedikit kecewa karena aku masih dalam masa puber.
Kemudian, sambil merasa sangat
terangsang saat melihat Madoka-san keluar dari bak mandi, dia memintaku untuk
mampir ke tempatnya untuk makan malam dan kami melanjutkan perjalanan. Sama seperti
kemarin, aku disuguhi makanan yang dimasak Madoka-san dan merasa sangat puas.
“… Aku ingin memakan ini
selamanya.”
“Ara~ara~♪”
Aku begitu terpesona oleh
senyumnya sehingga aku tidak bisa tidak mendengar gumamannya. Setelah kami
selesai mencuci piring bersama, aku mengangguk pada saran Madoka-san agar kami
berbicara lebih banyak dan kami pun duduk bersebelahan di sofa.
"Chinatsu-kun, apa demammu
sudah mendingan sekarang?”
“Ya… aku yakin kalau aku
baik-baik saja. Tapi aku khawatir kalau demamku menular ke Madoka-san.”
“Fufu, kita pasti cukup dekat,
iya ‘kan?”
Kami bahkan mandi bersama…
Hanya mengingatnya membuat
tubuhku jadi memanas dan terganggu, tapi aku akan mengingatnya saat sendirian
dan tersenyum lebar.
“Baiklah, kalau begitu sudah
waktunya aku pulang …”
“Ya… Mari kita melanjutkannya
di lain waktu.”
“Melanjutkan?”
“Ufufu~♥”
Setelah itu, aku pergi ke pintu
depan dan berbalik menoleh ke arah Madoka-san lagi.
“Terima kasih banyak untuk hari
ini, Madoka-san.”
“Tidak masalah. Lagipula, ini
adalah hal yang ingin kulakukan.”
“……”
Aku hampir berteriak atas
kebaikan Madoka-san, dan pada saat yang sama, aku menyadari sekali lagi bahwa aku
sangat mencintai orang ini. Aku hampir saja keceplosan kalau aku mencintainya
dengan sekuat tenaga, tapi… aku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan tentangku.
“Chinatsu-kun.”
“Ya?”
Tepat sebelum aku meninggalkan
ruangan, Madoka-san mendekatkan wajahnya di samping telingaku.
“Ingat apa yang kukatakan padamu
hari ini, oke? Kamu harus mengingatnya baik-baik kalau kamu memiliki seseorang
yang bisa kamu andalkan, seseorang yang akan memanjakanmu.”
“Ah…”
“Kamu bisa dimanjakan olehku
kapan saja, oke? Kapanpun kamu mau, aku akan segera mendatangimu, Chinatsu-kun.
Aku akan melakukan ini demi dirimu kapan
saja dandi mana saja.”
Usai mengatakan itu, Madoka-san
langsung memelukku.
…Setiap kali aku dipeluk
seperti ini, aku mulai berpikir. Terlepas dari kebahagiaan yang meluap di dalam
dadaku, perasaan tidak ingin meninggalkan Madoka-san berangsur-angsur menjadi
tak terbendung…
“…Aku ingin dimanjakan lagi.”
Madoka-san terkekeh ketika
mendengar kata-kata yang keluar secara alami dari mulutku.
Aku merasa sedikit tidak nyaman
dengan senyumnya, tapi aku bisa merasakan kehangatan dan kelembutan Madoka-san
sedikit lebih lama.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya