Tonari no Onee-san Bab 13

Bab 13 —  Madoka dan Shirayuki

 

“… Nih anak bener-bener tidur sangat nyenyak.”

Chinatsu sedang tertidur lelap dengan wajah bodohnya yang cengengsan, seolah-olah sedang bermimpi indah. Ryoma hanya bisa menghela nafas saat melihat keadaan Chinatsu, dan memikirkan tentang dua orang yang sengaja Ia tinggalkan di ruang tamu.

“Jadi dia orangnya ya. Dia memang punya payudara yang besar dan berwajah cantik seperti yang kamu katakan.”

Itulah kesan pertama Ryoma terhadap Madoka.

Guru wali kelas mereka memberitahu kalau Chinatsu tidak bisa berangkat karena mengalami demam, dan ketika mereka mengetahuinya, dirinya dan Shirayuki berdiskusi tentang pergi mengunjungi Chinatsu sepulang sekolah. Ketika mereka datang ke kamar Chinatsu, mereka justru dibuat terkejut ketika melihat seorang wanita yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

“Hai. Apa kalian teman sekelasnya Chinatsu-kun?”

Ryoma merasa bahwa suara wanita di depannya terdengar  sangat lembut, dan Ia juga langsung mengenalinya sebagai wanita yang sering disebutkan Chinatsu. Ryoma segera membalas sapaannya, sementara Shirayuki sedikit membeku namun segera memelototinya dengan aura permusuhan.

“…Ryoma, kamu pergilah dulu ke kamar Nacchan. Jika Ia sedang tidur, jangan buat keribuatn supaya tidak membangunkannya.”

“Woke.”

Karena kamar Chinatsu sudah sangat dikenalnya, Ryoma lalu berjalan melewati Madoka dan langsung menuju ke kamar Chinatsu. Meskipun Shirayuki menunjukkan permusuhan, dia juga mengetahui bahwa Madoka adalah Onee-san yang sering dibicarakan Chinatsu dan takkan mengatakan hal yang aneh-aneh. Akan tetapi, Shirayuki masih merasa gelisah.

“Cewek memang menakutkan. Aku juga sering dimarahi oleh Shirayuki… tapi ketika dia benar-benar marah, temperamennya sangat parah.”

Ryoma menghabiskan waktu dengan memainkan ponselnya seraya berdoa supaya semuanya berjalan lancar dan aman.

 

◇◇◇◇

 

Sekarang, ketika Ryoma berada dalam dilema seperti itu…

Dua wanita yang disebutkan sedang saling berhadapan di ruang tamu. Madoka, tetangga yang dikagumi Chinatsu, dan Shirayuki, salah satu temannya.

“……”

“……”

Madoka dan Shirayuki tidak berbicara satu sama lain, tetapi mereka juga tidak mengalihkan pandangan mereka.

Namun, tidak ada niat permusuhan di antara keduanya. Pandangan Shirayuki sebelumnya bukanlah tanda bermusuhan, melainkan sebuah peringatan. Dia tidak bisa lengah untuk menilai bahwa orang yang mendekati Chinatsu merupakan wanita yang berbahaya atau tidak.

“……”

Madoka menyilangkan tangannya untuk mengubah posisi.

Madoka mengangkat kedua payudaranya yang besar dan berat, yang mana hal itu membuatnya memantul dengan mantap, sehingga Shirayuki bisa jelas melihatnya bahkan melalui pakaian Madoka. Ketika Shirayuki melihat hal itu dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah dadanya sendiri, dia langsung merasakan kekalahan yang luar biasa, karena miliknya memang kecil, meskipun tidak datar-datar amat seperti papan cucian.

“… Itu memang sangat besar, seperti yang dikatakan Nacchan.”

“Ya ampun, Chinatsu-kun sampai mengatakan itu segala?”

"Ya. Dia bilang bahwa kamu punya payudara besar, cantik dan baik hati.”

“…Ufufu~♪”

Shirayuki berpikir bahwa jika dia memberitahu Madoka dengan jujur, Madoka mungkin akan merasa sungkan, tapi Madoka justru tersenyum dengan senyum kebahagiaan yang tulus atas apa yang baru saja dikatakan Shirayuki. Dia tersenyum dengan ekspresi yang benar-benar bahagia, seolah-olah merasa bangga setelah diberitahu begitu. Ketika melihat senyuman itu, Shirayuki... benar-benar lengah.

“… Itu sangat mirip dengan Nacchan. Cara dia tertarik pada wanita yang lebih tua dan toleran.”

“Nacchan… Fufu, itu cara yang lucu untuk memanggil Chinatsu-kun.”

“Ya. Meskipun Nacchan tidak menyukainya sih, tapi… panggilan Nacchan memang sangat imut.”

“Ia benar-benar sangat imut. Dan aku sangat ingin memanjakannya, itu membuatku bahagia.”

“…Madoka-san, kamu sungguh orang yang baik hati sekali.”

“Terima kasih, Shirayuki-san. Shirayuki-san juga gadis yang sangat baik.”

Keimutan Chinatsu benar-benar menjadi penghubung di antara mereka berdua.

Tak diragukan lagi bahwa Chinatsu merupakan sosok yang sangat penting bagi Madoka, tetapi hal yang sama juga berlaku untuk Shirayuki. Shirayuki tidak pernah tahu bahwa Madoka sangat peduli dengan Chinatsu, tapi Shirayuki tentu saja memiliki alasannya sendiri untuk peduli dengan Chinatsu.

“Madoka-san, Nacchan adalah teman yang sangat penting bagiku. Mungkin jarang sekali terjadi persahabatan antara pria dan wanita, tetapi dalam arti tertentu, kami bisa dianggap sebagai sahabat.”

“…Kelihatannya begitu. Hanya berbicara begini saja sudah menyampaikan banyak hal.”

“Ya betul sekali!”

Walaupun teman perempuannya yang lain tidak berbagi perasaannya, Shirayuki merasa senang mendapat penegasan dari Madoka.

Shirayuki memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, lalu berbicara. Dia memberi tahu Madoka tentang apa yang terjadi di masa lalu, dan bagaimana Chinatsu membantunya.

“Sekitar enam bulan yang lalu, aku didekati oleh anak berandalan di jalan dan hampir dibawa pergi.”

“…Hal itu pernah terjadi?”

“Ya.”

Shirayuki mulai bercerita.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar enam bulan yang lalu, ketika dirinya dan Ryoma sudah berpacaran untuk sementara waktu. Dia sedang berjalan sendirian di kota ketika dia didekati oleh seorang playboy. Dia ingin melarikan diri tetapi playboy itu meraih lengannya dan dia tidak bisa melarikan diri.

“HENTIKAN!!!”

"Nacchan!"

Chinatsu lah yang membantunya saat itu.

Ia menepis tangan pria itu dan membantu Shirayuki, tapi... Masalahnya adalah apa yang terjadi selanjutnya. Pria itu menjadi marah dan mengayunkan tong sampah ke udara. Berdiri di depan Shirayuki yang terlalu takut untuk bergerak, Chinatsu berdiri dengan punggungnya yang besar dan menerima hantaman dengan kepalanya saat pria itu mengayunkan tong sampah ke arahnya.

Tentu saja hal tersebut menimbulkan keributan setelah kejadian begitu… Pria itu segera diamankan oleh petugas kepolisian.

“… Aduduh, sakit… Apa kamu baik-baik saja, Shirayuki?”

“Y-Ya… Ba-Bagaimana denganmu, Nacchan…!?”

Shirayuki masih mengingat kalau dirinya langsung menjadi pucat saat melihat kepala Chinatsu yang berdarah. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena membuatnya melakukan ini ketika Chinatsu memegangi kepalanya dengan kesakitan.

“… Aku tidak tahu hal itu pernah terjadi.”

“Ya. Dan aku merasa sangat kasihan pada Nacchan… Ryoma menghiburku, tapi aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.”

Ryoma dan Shirayuki, ada juga bagian dari Chinatsu yang menghubungkan kedua orang yang tidak bisa mencapai kesepahaman. Jadi itulah insiden di mana dia merasa sangat berterima kasih, dan Shirayuki benar-benar merasa kasihan pada Chinatsu.

“… Tapi kemudian Nacchan memberitahuku, 'Aku menganggap Shirayuki sahabatku. Kamu adalah gadis yang paling akrab denganku. Aku mencoba membantumu, jadi jangan melihatku seperti itu. Tapi ya, jika kamu merasa sedikit kasihan padaku, jangan biarkan hal ini memengaruhimu dan jadilah teman yang baik. Hanya itu saja yang kuminta…’”

Itu adalah cerita yang agak aneh, tapi bahkan setelah kejadian itu, Shirayuki tetap tidak tertarik pada Chinatsu karena dia sudah memiliki Ryoma sebagai pacarnya. Namun, kejadian itu dan kata-kata Chinatsu berpengaruh padanya, dan terukir di benak Shirayuki bahwa Chinatsu adalah sahabatnya yang akan dia hargai selamanya.

“Jadi aku memutuskan ingin membantu Nacchan dengan cara apa pun semampuku. Ryoma setuju denganku, dan meskipun Ia biasanya menatapku dengan ketidaksetujuan, Ia tetap menerimanya karena itu tentang Nacchan. Itu sebabnya… kalau soal Nacchan, aku sedikit sensitif, meski bukan dalam artian romantis.”

“… Jadi itu sebabnya kamu sangat waspada terhadapku.”

“Ya itu betul. Jika kamu mempermainkan Nacchan, atau jika kamu merencanakan sesuatu, aku akan melakukan segala dayaku untuk menjauhkanmu dari Nacchan.”

Shirayuki memberitahunya dengan jujur, tanpa menyembunyikan apapun. Nah, perasaan semacam simpati membuatnya kurang hati-hati. Sekarang, Shirayuki mempercayai Madoka secara naluriah.

“Madoka-san, aku percaya padamu. Tolong jaga Nacchan untukku.”

“Aku tahu. Aku akan melelehkannya dan memanjakannya, itulah yang sudah kuputuskan.”

“… Ahaha, kurasa itu terlalu berlebihan.”

“Entahlah .... Tapi bukankah seharusnya perasaanku memang sekuat itu?”

Shirayuki menertawakan ekspresi Madoka, tetapi dia yakin bahwa Madoka akan mampu mencakup Chinatsu dengan berbagai cara.

“Madoka-san memang orang yang baik.”

“Shirayuki-san juga gadis yang baik.”

Mereka tertawa satu sama lain setelah percakapan yang baru saja mereka lakukan.

Madoka ingin menyelimuti Chinatsu dengan perasaannya yang sebenarnya, dan Shirayuki ingin melindunginya dengan persahabatan sejati… Beginilah cara mereka bertemu dan rukun.

Segera setelah percakapan seperti itu, Chinatsu akhirnya terbangun.

“… Aku tidak tahu kamu ada di sini, Shirayuki.”

“Ah, Nacchan!”

Chinatsu yang terlihat sudah benar-benar kembali dalam kondisi sempurna, muncul bersama Ryoma.

Shirayuki hendak bergegas mendekati Chinatsu yang sudah sehat, tetapi Madoka lebih cepat bergegas ke arahnya dan memeluknya dengan lembut. Dia mengundang Chinatsu ke dalam senjata kebanggaannya, yang jauh lebih luar biasa daripada milik Shirayuki dan pemikiran untuk membandingkannya saja sudah tidak masuk akal.

“Apa kamu sudah baik-baik saja sekarang, Chinatsu-kun?”

“Ah, ya… Um, Madoka-san… Apa yang—”

“Bukan apa-apa. Aku sudah berteman baik dengan Shirayuki-san.”

“…Apa?”

Apa yang kalian berdua bicarakan, itulah pertanyaan yang muncul di benak Chinatsu.

Beberapa saat setelah itu, Chinatsu merasakan surga sekaligus neraka pada saat yang bersamaan, membenamkan wajahnya di belahan dada Madoka dan mencium aroma wanginya di depan kedua temannya.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama