Tonari no Onee-san Bab 12

Bab 12 —  Langkah Awal Menuju Keabadian

 

 “Ahn… Ahnn~

“… Ughh.”

Aku mengalami demam dan tidak masuk sekolah, tapi sepertinya Madoka-san benar-benar bersamaku sepanjang waktu. Ketika aku tertidur dan bangun di siang hari, pemandangan Madoka-san yang sedang belajar dengan buku referensi terbuka di atas meja meyakinkanku kalau dia terus merawatku sepanjang waktu.

…Yah, aku terbangun di siang hari dan merasa lapar, jadi aku memakan bento yang dibuat Madoka-san untukku.

“Madoka-san.”

“Ya?”

“… Aku… aku merasa senang mengambil cuti hari ini.”

“Ara ara~, kamu memabg anak nakal ya, Chinatsu-kun. Tapi aku juga sama, aku senang kamu beristirahat hari ini~♪”

Aku sudah merasa pusing, tapi mungkin karena efek demam. Kesadaranku masih agak kabur tapi aku pastinya merasa lebih baik. Aku harap itu tidak kembali. Kurasa aku beruntung bahwa itu hanyalah demam yang relatif ringan.

“Kamu terlihat seperti anak kecil, Chinatsu-kun. Sangat imut sekali.”

“...Um...Ada alasan untuk itu.”

“Alasan?”

Aku mengangguk.

“…Aku merasa ingin memanjakan diriku sendiri di depan Madoka-san. Aku sendiri tidak terlalu paham, tapi itulah yang aku rasakan.”

Kata-kata tersebut keluar satu demi satu.

Dia adalah wanita yang lebih tua dariku, penyabar, sangat baik, dan wanita luar biasa yang merawatku seperti ini. Jika dia memberiku makan seperti ini, tubuhku yang lemah akan semakin dimanjakan olehnya.

Ketika Madoka-san mendengar apa yang kukatakan, dia hanya tersenyum dan berkata,

“Tidak apa-apa, aku bisa lebih memanjakanmu. Aku akan melakukan apa pun yang kamu inginkan.”

“……”

Begitu mendengar penyataannya membuat suhu tubuhku naik karena alasan lain. Saat aku buru-buru mengalihkan pandanganku dari Madoka-san, dia sepertinya mengerti dan menjauh sedikit.

“Reaksi yang bagus… Ya, ya bagus…”

“Madoka-san?”

“Bukan apa-apa. Nee, Chinatsu-kun, ayo makan malam dan tidur lagi. Keadaanmu terlihat jauh lebih baik, tetapi kami perlu memastikan supaya sembuh dengan sempurna. ”

“Aku mengerti.”

Baiklah! Aku akan segera kembali merasa lebih baik dan meyakinkan Madoka-san.

Aku mengucapkan terima kasih lagi karena sudah membuatkanku makan siang dan berbaring di tempat tidur. Kemudian, Madoka-san duduk di dekatku, meletakkan tangannya di dahiku, dan mengelusnya.

“… Aku suka merawat Chinatsu-kun seperti ini. Nee, Chinatsu-kun, apa kamu merasa senang aku ada di sini?”

“Tentu saja. Meski begitu, aku masih tidak enakan karena harus merawatku seperti ini.”

“Ufufu~♪ Yah… Inilah yang aku inginkan, jadi kamu benar-benar tidak perlu mengkhawatirkan itu.”

“Ya.”

Madoka-san kembali mengelus-ngelus kepalaku seraya berkata, “Anak baik, anak baik”

…Apa ini? Dia membuatku merasa seperti menjadi anak kecil lagi. Sesuatu dari lubuk hatiku berbisik kalau tidak apa-apa untuk bersikap manja seperti yang aku inginkan dengan wanita di depanku. Tentu saja, aku ingin melakukannya, tetapi seperti yang kukatakan sebelumnya, aku juga merasa tidak enakan karena sudah membuat Madoka-san tidak bisa menghadiri perkuliahannya.

“Oh iya, apa kamar Chinatsu-kun ada kunci duplikatnya?”

“Ya, ada kok.”

“… Ini cuma sekedar saran.”

Saran? Aku dengan sabar menunggu kata-kata Madoka-san.

“Jika hal seperti ini terjadi lagi, apa kamu tidak keberatan kalau kamu memberiku kunci duplikatnya kepadaku supaya kamu tidak perlu repot-repot berjalan ke pintu depan? Tentu saja aku tidak berharap kalau hal semacam ini sering terjadi, tapi untuk jaga-jaga … Bagaimana menurutmu?”

“Begitu ya…”

…Sejujurnya, aku sama sekali tidak merasa ragu. Aku justru merasa senang dengan gagasan meninggalkan kunci duplikat kamarku kepada Madoka-san. Aku sendiri juga merasa kalau aku terlalu mempercayainya, tapi bagaimana mungkin aku tidak mempercayai orang sebaik dirinya? Aku mengangguk dan menunjuk jariku ke arah laci.

“Kuncinya ada di sana.”

“……!!!”

Mengajar juga merupakan penerimaan amanah. Tubuh Madoka-san terlihat mengigil, tapi aku tidak memperhatikannya. Dia segera memunggungiku dan menuju laci, di mana dia dengan cepat menemukan kuncinya.

“Kuncinya sudah ketemu. Biar aku konfirmasi lagi untuk terakhir kalinya, kamu beneran yakin tentang ini?”

“Iya, yidak masalah. Yah… Ahaha, entah kenapa, aku justru merasa senang.”

Ketika aku mengatakan ini dengan tawa kecil, Madoka-san mendekatiku dengan pandangan mata menunduk.

Meskipun sedikit menakutkan karena rambutnya disisir ke belakang dan aku tidak bisa melihat matanya, suasana yang dipancarkannya terasa hangat dan ramah.

“Aku akan merawatnya dengan baik. Terima kasih banyak, Chinatsu-kun.”

“…Um… Memangnya ada yang salah?”

“Tidak, bukan apa-apa, kok.”

Saat dia mendongak, Madoka-san tersenyum ramah seperti biasanya.

Setelah itu, kami mengobrol tentang berbagai hal untuk sementara waktu, dan  memejamkan kelopak mataku saat aku merasa mengantuk sambil dielus-elus Madoka-san lagi.

Sampai aku benar-benar tertidur, Madoka-san selalu berada di sisiku.

 

◇◇◇◇

[Sudut Pandang Madoka]

 

 “…Ahh~♪ Chinatsu-kun menerimaku… Chinatsu-kun mau menerimaku~♪”

Madoka bergumam dengan nada penuh memikat seraya berusaha untuk tidak membangunkan Chinatsu yang tertidur lelap, tapi dia tidak mampu menyembunyikan kebahagiaan yang meluap-luap dari tubuhnya.

Ketika melihat kunci duplikat yang dia terima dari Chinatsu, wajah Madoka langsung dipenuhi kegembiraan yang tiada tara. Diberi izin untuk memasuki kamar Chinatsu kapan saja membuat Madoka lebih bahagia daripada yang pernah dia rasakan sepanjang hidupnya.

“Chinatsu-kun~♪ Chinatsu-kun~♪ Chinatsu-kun~♪ Chinatsu-kun~♪… Ah indahnya, kenapa jantungku berdegup kencang hanya dengan membisikkan namamu seperti ini. Apakah ini yang membuatku bahagia? …Tentu saja begitu. Karena itu nama Chinatsu-kun~♪”

Ya, Madoka menyadari bahwa dirinya merasa bahagia karena itu adalah Chinatsu.

Pada hari ini juga, dia membuatkan bekal makan siang untuk Chinatsu dan menunggunya di luar, tapi dia merasa aneh karena Chinatsu tidak kunjung keluar sama sekali. Kemudian, begitu melihat keadaan Chinatsu yang terlihat seperti mengalami demam, Madoka langsung mengambil tindakan.

Dia ingin mengabdikan dirinya pada Chinatsu, jadi wajar saja jika dia harus merawat Chinatsu ketika Ia jatuh sakit. Pada awalnya, dia berencana mengambil cuti sehari dari universitas untuk menjaganya, tapi dia pikir itu akan mengganggunya… Namun, sorot kesepian di tatapan mata Chinatsu membuat gagasan itu berantakan dalam sekejap.

“Chinatsu-kun, cepat sembuh ya? Chinatsu-kun yang lemah seperti ini pun masih terlihat menggemaskan, tapi aku masih menyukai penampilanmu yang sehat.”

Melihat wajah tidurnya yang begitu nyenyak sangat menggemaskan… Dan Madoka menatap kunci yang dia terima dari Chinatsu. Walaupun dia seharusnya menatap kunci itu, Madoka tertawa ketika menyadari bahwa kunci itu entah bagaimana tertutupi cairan yang licin.

Dengan niat takkan pernah melepaskan kunci yang diterimanya, Madoka menyelipkan kunci tersebut ke belahan dadanya.

“Chinatsu-kun, aku juga akan memberimu kunci duplikatku. Ini adalah langkah pertama untuk benar-benar bersama satu sama lain~♪”

Bukan hanya Chinatsu saja yang memberi Madoka kunci duplikat, tapi wajar saja jika Madoka melakukan hal yang sama. Tentu saja, Chinatsu tidak bisa datang dan pergi sesuka hatinya, tapi perbedaan antara memiliki kunci duplikat dan tidak masih terlalu besar.

“Selain itu…”

Dia sedang berada di dalam kamar Chinatsu, yang mana artinya ruangan itu dipenuhi dengan aroma Chinatsu.

Sejujurnya, sedari tadi Madoka sudah gelisah dengan selangkangannya sambil berpura-pura menatap buku referensinya. Bertentangan dengan keinginannya, tubuhnya mencari Chinatsu, dan dia hanya duduk diam untuk menekannya entah bagaimana.

“Luar biasa … Sungguh luar biasa sekali …”

Dia duduk di samping Chinatsu yang tertidur, berbisik dengan suara manis, dan memainkan tubuhnya sendiri yang sudah sangat panas. Itu bukanlah tanda kalau dia ketularan demam, tapi itu cuma karena dia sedang terangsang saja.

“…Ahn…Ahn~

Chinatsu memutar tubuhnya sedikit, mungkin karena desahan suara Madoka. Setelah memastikan sekali lagi bahwa Ia tidak bangun, Madoka hendak melihat wajah Chinatsu yang tertidur lagi, tapi dia tiba-tiba mendengar suara dering intercom pintu depan untuk memberitahunya bahwa ada tamu yang berkunjung.

“……? …Hmph…”

“…Hnn… kira-kira siapa ya?”

Rasanya sangat kasihan kalau dia membangunkan Chinatsu yang sudah tertidur dengan sangat nyaman. Madoka kemudian pergi ke pintu depan seolah-olah dia sedang tinggal bersama Chinatsu. Sebagai pasangan Chinatsu dan seorang wanita yang mengawasinya, ini adalah hasil dari asumsi tersebut.

[… Mungkin dia sedang tidur.]

[Mungkin sih. Atau mungkin saja keadaannya sudah membaik dan sedang bermain gim.]

[Ahaha, kurasa itu juga mungkin.]

Madoka berpikir bahwa dua orang tamu yang berada di balik pintu adalah teman Chinatsu. Ada pilihan untuk tidak membuka pintu, tetapi Madoka berpikir bahwa menolak teman Chinatsu yang datang mengunjunginya adalah salah, jadi dia pun membuka pintu.

“Ah, Nacchan…?”

"…Siapa?"

Yah, wajar saja mereka bereaksi kebingungan.

Dan dengan demikian, dua orang yang Chinatsu pikir lebih baik untuk tidak bertemu Madoka, akhirnya malah bertemu dengannya.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama