Bab 19 — Mereka Sudah Tidak Bisa Dipisahkan Lagi
“Um ... Madoka-san?”
“……”
Setelah kebetulan berpapasan
dengan mantannya, tanagnku terus dirangkul Madoka-san, yang tidak mengatakan
sepatah kata pun.
Aku takkan pernah
melepaskannya, tanganku didekap erat dan begitu kuat sehingga aku bisa
merasakan niat semacam itu, dan aku bisa merasakan sesuatu yang berlendir, yang
mungkin karena keringat.
Yah, tidak apa-apa.
Dampak dari apa yang baru saja
terjadi terlalu banyak… Tapi serius, apa yang baru saja terjadi beneran nyata?
Tidak, aku tahu ini nyata, tapi… Serius!!!
“… Fuh~… Fuh~!”
“……”
Napas Madoka-san sangat tidak
beraturan … Awalnya, kupikir dia kelelahan, tapi ternyata tidak… Ah, fakta
bahwa Madoka-san memegang tanganku seperti ini berarti aku menyentuhnya. Dengan
kata lain… Yah, itu benar-benar bukan apa-apa, tapi adegan ciuman tadi kembali
teringat olehku.
“Nnn…!”
“!?”
… Benar, kami berciuman.
encium Madoka merupakan
pengalaman pertama dalam hidupku dalam mencium seseorang dari lawan jenis. Sentuhan
bibirnya begitu lembut dan aroma badannya begitu wangi. Tapi tidak hanya itu
saja, aku bisa mengingat dengan jelas sensasi lidahnya yang menggeliat liar di dalam
mulutku.
“……”
Aku tidak bisa membayangkan apa
niatnya di balik itu.
Seharusnya tidak menjadi
masalah untuk memikirkan hal seperti itu karena dia menciumku dalam-dalam
seperti itu, bukan hanya kecupan di bibir kami.
“…Madoka-san.”
“Kita hampir sampai,
Chinatsu-kun, mari kita bicara panjang lebar saat kita sudah kembali.”
“Ah iya…”
… Baiklah, untuk saat ini, ayo
pulang dengan selamat dulu!
Aku kembali menuju apartemen
bersama Madoka-san, yang masih tidak banyak bicara. Secara alami, kami menuju
kamar Madoka-san, dan ketika aku masuk lebih dulu, Madoka-san kemudian masuk
dan menutup pintu dengan suara gemerincing.
“Chinatsu-kun!”
“Uwaahh!?”
Madoka-san memelukku dengan
penuh semangat dari belakang.
Aku terkejut ketika Madoka-san
mendekatiku, menempel di punggungku dan memeluk perutku, tapi aku segera
meletakkan tanganku sendiri di atas tangan Madoka-san.
“…Pertama-tama, bagaimana kalau
kita duduk dulu?”
"…Oke. Ayo lakukan itu.”
Dia terus memelukku dari
belakang untuk beberapa saat, tapi saat aku mengatakan begitu, dia akhirnya
menjauh. Ketika aku pergi ke ruang tamu dan duduk di sofa, Madoka-san berbalik
menghadapku dengan seluruh tubuhnya.
“…Fufu, Chinatsu-kun♪”
“Ah…”
Sambil tersenyum, dia meraih
tanganku.
Kehangatan dari tangannya dan
senyum di wajahnya membuat jantungku berdegup kencang. Aku ingin melindungi
senyumnya yang indah ini dan menyimpannya untuk diriku sendiri.
“Madoka-san, aku menyukaimu.”
“Ya. Aku menyukaimu juga.”
Ketika dia mengatakan bahwa dia
menyukaiku, aku secara refleks memeluk tubuhnya. Madoka-san memekik lucu, tapi
dia tidak pernah mencoba menjauh dariku. Sebaliknya, dia bahkan memberitahu
kalau dia ingin aku memeluknya lebih kuat.
Aku memberikan lebih banyak
tenaga ke lengan aku, tetapi aku berhati-hati untuk tidak menyakitinya.
“Ah~… Akhirnya… Chinatsu-kun
akhirnya… bersamaku… Fufu♪”
“Madoka-san?”
“Oh maafkan aku. Aku hanya
dipenuhi dengan kebahagiaan.”
Aku juga penuh sukacita dan
kebahagiaan.
Hanya dengan melihat Madoka-san
seperti ini sudah membuatku senang. Onee-san yang selalu kuidam-idamkan sejak aku
bertemu dengannya, sekarang berada dalam pelukanku. Dan dia bilang dia juga
menyukaiku.
“Aku selalu menyukaimu,
Madoka-san. Tapi… Madoka-san punya pacar dan kupikir aku tidak punya
kesempatan.”
“Ya…”
“… Sejujurnya, aku masih merasa
seperti sedang bermimpi. Aku tidak tahu apakah orang seluar biasa Madoka-san
benar-benar mengatakan kalau dia mencintaiku, atau Madoka-san yang aku pegang
sekarang, bahkan nyata–”
Aku mengatakan itu dan
Madoka-san menciumku.
Itu adalah ciuman memutar lidah
yang memaksaku untuk mengingat apa yang baru saja terjadi. Pertukaran air liur
di antara kami memang memalukan dan sangat menegangkan, tapi juga terasa sangat
memuaskan.
“… Bagaimana? Kamu masih
menganggap kalau ini tidak nyata?”
“… Tidak, ini beneran nyata…”
"Ya. Aku disini. Aku
seorang wanita yang mencintai Chinatsu-kun dan hanya ingin dicintai oleh
Chinatsu-kun.”
Madoka-san terus menatapku dan
terus berbicara.
“Hari-hari yang kuhabiskan
bersama Chinatsu sangat membahagiakan sehingga aku hampir melupakannya. Hal
tersebut merupakan peristiwa yang sangat besar bagiku sehingga aku hampir melupakannya,
dan satu-satunya yang dapat kupikirkan hanyalah Chinatsu-kun.”
“……”
Apa itu berarti Madoka-san sudah
memiliki perasaan padaku sejak awal? Tentu saja, setelah kupikir-pikir,
meskipun kami hanya kenalan, kami sering melakukan kontak fisik. Namun aku
telah memutuskan bahwa bahkan setelah apa yang terjadi, orang baik seperti
Madoka-san takkan pernah memandangku sebagai lawan jenis.
“Nee, Chinatsu-kun.”
Dengan tangannya yang memegangi
pipiku, Madoka-san mengatakan ini padaku. Itu pasti bisikan dari iblis yang
menjahitku ke arah Madoka-san.
“Apa ... yang kamu ingin aku
lakukan?”
“……”
“Chinatsu-kun… Apa yang kamu
inginkan dariku?”
Apa yang aku inginkan dari
Madoka-san? …Aku menginginkan dirinya.
Aku ingin memonopoli Madoka-san
… aku ingin Madoka-san menjadi milikku saja. Aku ingin dia hanya menatapku
sepanjang waktu, aku ingin dia hanya memanjakanku… Ah, begitu rupanya. Apa ini
maksud dari tenggelam di dalam Madoka-san?
“Aku ingin Madoka-san.”
“Kamu bisa memilikiku.”
“Aku ingin kamu hanya
melihatku. Aku ingin Madoka-san menjadi milikku saja.”
“Ya. Aku akan tinggal. Aku
hanya akan menjadi milikmu, Chinatsu-kun.”
Madoka-san membalas kata-kataku
tanpa ragu sedikit pun. Setiap kali aku mendengar perkataannya tersebut,
kehadiran Madoka-san tumbuh semakin besar.
“Dan…”
“Ya. Jangan malu-malu untuk
mengatakannya. Apa yang ingin kamu katakan padaku? Apa yang kamu inginkan
dariku, Chinatsu-kun?”
Aku mengangguk dan
memberitahunya.
“Aku … Boleh aku membenamkan
diri di dalam Madoka-san? Bisakah aku terbungkus dalam dirimu?”
Saat aku mengatakan itu
padanya, kupikir warna mata Madoka-san berubah.
Hanya akulah satu-satunya yang
terpantul di matanya yang gelap, dan ekspresiku terlihat sedikit… ketakutan.
Sepertinya aku kewalahan dengan suasana yang diberikan Madoka-san, namun, aku
merasa senang dia menatapku.
“Oke, aku akan membungkusmu,
Chinatsu-kun. Selamanya, sedemikian rupa sampai-sampai kamu takkan bisa pergi
lagi.”
“…Madoka-san.”
“Chinatsu-kun, aku tidak akan membiarkanmu
pergi, oke? Apa kamu masih baik-baik saja dengan itu? Aku akan memilikimu di
sisiku selama sisa hidupku, oke? Aku akan membuatmu mencintaiku selama sisa
hidupku dan aku akan mencintaimu selama sisa hidupku, oke?”
Madoka-san mengucapkan itu satu
demi satu tanpa berhenti sedikit pun.
Aku mengangguk pada banyak kata
yang dia katakan kepadaku saat dia menatap lurus ke arahku. Sekarang aku tidak
bisa lari dari Madoka-san lagi… Tidak, aku tidak punya niat untuk melarikan
diri darinya.
Itu adalah anggukan pada
kesepakatan bahwa kami akan menenggelamkan diri ke mana pun kami pergi.
Dengan bunyi gedebuk, aku
mendorong tubuh Madoka-san dan menindihnya dengan tubuhku. Aku jatuh ke atas
tubuh Madoka-san yang tidak melawan, dan aku jatuh ke dalam kelembutan
tertinggi yang menyelimuti wajahku.
“Fufu … Ayo kemarilah, kamu
boleh melakukan apapun yang kamu suka. Chinatsu-kun, kenapa kamu tidak
melakukan apapun yang ingin kamu lakukan? Ah~ … Menakjubkan~♥”
Gumaman menggairahkan seperti itu sampai ke daun telingaku, dan aku menikmati kehangatan dan kelembutan tubuh Madoka-san seolah dia sedang memanjakanku.
◇◇◇◇
…
Ah, bagus sekali, Chinatsu-kun. Aku merasa jadi orang yang paling bahagia di
dunia ini~♥
Sampai saat ini, Madoka
berusaha mati-matian untuk mempertahankan Chinatsu.
Alih-alih memaksakan cintanya
yang terlalu berat, dia justru membuatnya ingin menenggelamkan diri di dalamnya.
Perasaannya itu bukan karena kedengkian, tetapi karena cinta untuknya.
“Madoka-san... Ahh,
Madoka-san!”
“…Ufufu~♪”
Madoka tidak bisa menghentikan
bibirnya yang tersenyum senang, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Keinginan putus asa Chinatsu
untuk Madoka sangat menggemaskan sekaligus kuat pada saat yang sama ketika dia
meletakkan tangannya di atasnya.
Pemandangan Chinatsu yang
terpikat dengan payudaranya, yang tumbuh lebih besar dari yang dia duga,
memenuhi dirinya dengan cinta yang luar biasa. Madoka sering menghibur dirinya
dengan memikirkan Chinatsu, dan hanya melihatnya melakukan apa yang dia inginkan
membuat tubuhnya memanas.
“Chinatsu-kun, aku menyukaimu.”
Lagi dan lagi, dia ingin
semakin memanjakannya… Madoka ingin Chinatsu semakin terukir di dalam tubuhnya.
Madoka terus memanjakan Chinatsu seraya mengharapkan ini.
Mereka berbagi perasaan mereka.
Madoka menganggukkan kepalanya
ketika Chinatsu berkata kalau Ia menginginkan dirinya.
Chinatsu mengangguk ketika
Madoka memberitahu kalau dia takkan membiarkannya pergi.
Tidak ada lagi yang menahan
Madoka.
Satu-satunya yang tersisa
hanyalah mereka berdua tenggelam bersama ke dalam rawa cinta yang takkan pernah
membuat mereka lolos.
Mereka berdua sudah tidak bisa
dipisahkan lagi.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya