Bab 29 — Hitungan Mundur Sebelum Pernikahan
“…Dia memiliki damage yang tinggi untuk seorang ibu.”
“Benar, ‘kan? Dia cuma punya
dua gunung kembar besar dan sangat mungil!”
Madoka-san berkata dengan sebal
saat berbaring di tempat tidur.
Setelah itu, Mafuyu-san
meninggalkan rumah dengan ekspresi menyesal di wajahnya. Dia memintaku untuk
mandi bersamanya dan tidur dengannya di malam hari. Bahkan dengan Madoka-san di
sisiku, aku hampir dibutakan oleh aroma s*ksi yang melayang di udara.
Aku berhasil menahan
Mafuyu-san, dan aku bisa bertahan sampai dia pergi.
“… Jika Madoka tidak berada di
sisiku, aku mungkin akan mendapat masalah.”
“Yah, aku tahu bagaimana
perasaanmu. Aku mendengar bahwa Ayah juga sangat menyayangi Ibu dan dia sudah
mendekatinya seperti itu sejak mereka pertama kali bertemu.”
“Begitu ya... Mafuyu-san
benar-benar ibu Madoka-san.”
Pertemuanku dengan Mafuyu-san
tidak buruk sama sekali, dan aku merasa senang bisa mengenalnya karena dia
adalah anggota keluarga Madoka-san.
“Ibu Madoka-san adalah orang
yang luar biasa. Tidak mengherankan karena Madoka-san juga luar biasa.”
“Aku sangat mencintaimu,
Chinatsu-kun!”
Dia mendorong dadaku dengan
tangannya dan aku berbaring di tempat tidur. Madoka-san mengangkangi kakiku dan
membebaniku seolah-olah dia menekanku dari atas.
“Ah~, aku mencintaimu… aku sangat
mencintaimu, Chinatsu-kun.”
“Aku juga sangat mencintaimu,
Madoka-san.”
Aku kemudian merangkul punggung
Madoka-san.
Aku tidak merasa berat meskipun
aku seharusnya terbebani… Tidak, sebenarnya ini agak berat, tetapi jika kamu
menganggap beban ini sebagai beban kebahagiaan, maka rasanya terasa sangat
ringan.
“… Sampai sekarang, aku bahkan
masih bertanya-tanya apakah ini masih mimpi atau bukan.”
“Hah?”
“Semakin aku menghabiskan
keseharianku dengan Madoka-san seperti ini, dan semakin aku merasa bahagia
dengan terjebak bersamamu seperti ini… Aku merasa seperti sedang bermimpi
panjang.”
“Fufu, begitu ya. Aku terkadang
merasa seperti itu juga.”
Ternyata, Madoka-san merasakan
hal yang sama.
Yah, begitulah, aku tahu ini
nyata sekarang… Meskipun aku sudah mengetahuinya, aku masih memikirkan
bagaimana jika ini adalah mimpi setiap kali aku merasa terganggu.
Cara kami memandang satu sama
lain sekarang, Madoka-san memang nyata. Nuansa kulitnya di pipiku terasanya
begitu, ini bukan mimpi, tapi aku sangat takut jika kehilangannya.
“Chinatsu-kun.”
“Ya?”
Saat aku sedang berpikir
seperti itu tanpa mengatakannya keras-keras, Madoka-san menatapku dan berkata…
“Aku sudah tidak berguna tanpa
Chinatsu-kun. Chinatsu juga tidak bisa apa-apa tanpaku, itu sudah pasti, ‘kan?
Kalau begitu kita harus tetap bersama apapun yang terjadi. Mulai sekarang,
untuk waktu yang lama, kita akan terikat satu sama lain dan hidup untuk satu
sama lain♪”
“…Ya…”
Aku takkan mengatakan bahwa
perkataannya itu terlalu berlebihan.
Aku memiliki pendapat yang
sama. Aku takkan pernah membiarkan wanita ini pergi, aku takkan pernah
membiarkan dia pergi bahkan jika dia ingin meninggalkanku.
“Aku akan memastikan bahwa
Madoka-san takkan pernah meninggalkanku… Aku akan benar-benar memastikan ini.”
...Dia mungkin sedikit
terkejut, tapi aku harus memiliki semangat seperti ini. Kupikir aku hanya
bergumam, tapi ternyata Madoka-san mendengarku. Tatapan mata Madoka-san terlihat
lembab dan pipinya memerah, dia lalu mengayunkan pinggulnya dan menekan
perutnya ke perutku.
“Ya, aku tidak bisa menjauh
dari Chinatsu-kun… Chinatsu-kun adalah majikanku, tolong jaga aku di sisimu.
Aku akan selalu melayanimu, dan aku akan terus mencintaimu, Chinatsu-kun.”
Dia mengeluarkan suara chuu~ chuu~ dengan bibirnya dan ciuman
hujan turun di wajahku…
... Majikannya, aku tidak
mencari hubungan seperti itu. Tapi jangan khawatir, Madoka-san, aku akan selalu
memilikimu di sisiku.
Setelah itu, kami berciuman
sebentar dan aku dengan berani mengatakan hal seperti ini kepada Madoka.
Madoka-san menunggu dengan sabar sampai aku mengatakan apa yang akan aku
katakan.
“Madoka-san… Um…”
“Ya?”
“…Aku ingin melakukannya. Apa
itu boleh?”
“Ya, tentu saja~♪”
Aku melihat ke bagian tertentu
ruangan dan mengatakan itu, dan Madoka-san mengangguk dengan senyum lebar di
wajahnya. Kami sudah selesai makan malam dan yang tinggal kami lakukan hanyalah
tidur, tapi waktu malam masih sangatlah panjang untukku dan Madoka-san.
Sekarang, menghabiskan malam
yang penuh gairah bersama kekasih tercinta bukanlah hal yang buruk, melainkan
salah satu hal terpenting. Tapi aku lebih bersemangat dari biasanya, kemudian
Madoka-san dan aku sepertinya tertidur lelap.
Ketika aku bangun di pagi hari,
rasanya jauh lebih lambat dari biasanya.
“…Fumyu.”
“… Mana mungkin aku bisa bangun
sekarang.”
Otakku benar-benar terjaga,
tapi Madoka-san masih terlihat sedikit mengantuk. Dia menekan tubuhnya ke
arahku, tidak menyembunyikan payudaranya yang mengintip dari piyamanya yang sudah
acak-acakan, seolah-olah dia memanjakanku seperti kucing.
“Madoka-san terlihat seperti
kucing.”
“Kucing~? Nyaa~♪”
Dia mulai menjilat pipiku.
Dia kemudian menjilati bibirku,
menjilat bibir atas dan bawah dan akhirnya memasukkan lidahnya ke dalamnya.
Nah, pada tahap ini, aku sudah bisa mengatakan bahwa kesadaran Madoka-san telah
terbangun.
“…Puha~♪ Selamat pagi,
Chinatsu-kun.”
“Selamat pagi, Madoka-san.”
Pagi kami dimulai dengan ciuman
penuh gairah.
Hari ini adalah hari liburku
jadi aku bisa bangun agak siangan. Jadi aku melompat ke Madoka-san!
“Madoka-san!”
“Eh? Chinatsu-kun!?”
Aku menerkam Madoka-san, yang
sedang berbaring telentang, dan memanjakannya. Karena Madoka-san melakukannya
padaku sebelumnya, sekarang giliranku. Aku membenamkan wajahku di lembah gunung
kembar Madoka-san dan mengusapkan wajahku di sana, dan tonjolan besarnya
berubah bentuk seolah bergerak selaras dengan gerakanku.
“Fufu, aku tidak tahu apakah
aku harus mengatakan ini setelah menciummu tadi, tapi… Senang rasanya bangun
dengan penuh semangat seperti ini.”
“Fwah.”
“Rasanya cukup menggelitik ketika
kamu berbicara dengan wajahmu terkubur di dadaku~♪”
Suara Madoka-san terdengar
bahagia, yang artinya aku memiliki izin untuk melakukan apapun yang aku
inginkan. Kelembutan, kehangatan, dan keharuman ini membuat segalanya tampak
sepele. Lebih penting bagiku untuk dimanjakan oleh Madoka-san daripada
melakukan hal lain.
“… Baiklah, pengisian energi
Madoka-san sudah selesai.”
“Eh... Sudahan?”
“……”
Aku mengatakan itu dan menjauh
dari Madoka-san, sepertinya aku sudah selesai dengannya, tapi… Madoka-san
memasang ekspresi di wajahnya seolah-olah menyiratkan kalau dirinya masih belum
puas sama sekali. Madoka-san menatapku saat aku bangun, tapi dia tidak
bergerak… aku menyerah. Tidak ada yang bisa kulakukan di hadapan serangan sunyi
ini untuk sedikit kesenangan.
“… Tolong izinkan aku mengganggumu
lagi.”
“Selamat datang~♪”
Huu~… Aku ingin tahu apakah ada
anak SMA lain di negara ini yang menikmati liburan yang semenyenangkan selain
diriku… Yah, kurasa ada lebih banyak dari yang kukira.
“Kombinasi dada Madoka-san dan
piyama empuk ini terasa luar biasa.”
“Teksturnya terasa enak, jadi aku
memakai piyama ini. Tapi begitu ya, aku merasa senang jika kamu berkata begitu,
Chinatsu-kun. Tapi apa kamu yakin ingin aku memakai ini?”
“Sekarang sudah pagi!”
“… Muu~, mau bagaimana lagi
kalau begitu.”
Karena aku tahu jika kami mulai
saling menyentuh langsung di bawah pakaian kami, kami tidak akan pernah bisa
menghentikan satu sama lain, jadi kami berhenti. Nah, kemarin aku bertemu
dengan Mafuyu-san, ibu Madoka-san. Mafuyu-san berkata dia ingin berbicara
dengan ibuku suatu saat nanti, dan ketika aku menelepon ibuku, dia berkata dia
ingin bertemu dengan ibu Madoka-san.
Merupakan sebuah kegembiraan
yang besar bagiku sebagai seorang putra bahwa keluarga kami rukun satu sama
lain.
“Selain Ayahku, sepertinya kamu
sudah resmi menjadi anggota keluarga sekarang. Chinatsu-kun, sepertinya kita
sebentar lagi akan menikah, bukannya kamu pikir begitu?”
“…Menikah?”
Pernikahan… Menikah dengan
Madoka-san… Artinya, dia menjadi istriku… Bagus sekali…
“Itu bagus!”
“Benar, ‘kan!”
Yah, aku harus lebih dewasa
mulai sekarang.
Tantanganku adalah tumbuh
menjadi pria yang bisa membuat Madoka-san tersenyum di sampingku.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya