Otonari no Tenshi-sama Jilid 5.5 Bab 9 Bahasa Indonesia

Chapter 9 — Tekad dan Perasaan Di Balik Layar

 

“Jadi, kamu sendiri tidak keberatan dengan itu, Yuuta?”

Yuuta sedang dalam perjalanan pulang dengan Itsuki setelah pesta karaoke bersama Amane selama Golden Week. Ketika mereka kepergian Amane yang berjalan menuju stasiun karena mereka pulang ke arah yang berbeda, Itsuki yang sedari tadi diam, mulai mengajukan pertanyaan dengan suara pelan kepada Yuuta.

“Apanya?”

Yuuta sebenarnya tahu maksud dari pertanyaan tersebut tanpa perlu bertanya, tapi ia pura-pura tidak mengerti dan tetap tersenyum. Itsuki melirik Yuuta dengan sedikit sedih dan menghela nafas kecil sebelum membuka mulutnya lagi.

“Tentu saja yang kumaksud itu mengenai Shiina-san.”

Perkataan Itsuki keluar secara alami namun dengan ragu-ragu, dan Yuuta pun menerima pertanyaan itu sebagai hal yang biasa. Yuuta tidak pernah secara langsung memberi tahu Itsuki tentang hal ini, dirinya pun tidak pernah curhat kepada sahabatnya, Kazuya dan Makoto, tentang masalah ini. Makoto mungkin bisa menebaknya, tapi hanya sebatas itu saja.

Itsuki pasti sudah menyadari perasaan yang selama ini Yuuta sembunyikan secara diam-diam.

Yuuta sadar bahwa dirinya merupakan tipe orang yang menarik perhatian, itu sebabnya ia menyembunyikannya. Tapi cowok di hadapannya ini sepertinya bisa mengetahui rahasia Yuuta dan sekarang menatapnya dengan khawatir.

Dirinya hanya bisa tersenyum kecut pada Itsuki yang memberinya tatapan menyelidik. Yuuta sempat berpikir bahwa Itsuki cukup menjengkelkan karena ia selalu peka di saat-saat seperti ini.

“Bukannya sudah kubilang itu tidak apa-apa. Sejak awal aku tidak punya niatan untuk memberitahu hal tersebut, dan aku juga tidak berniat memberitahu Fujimiya maupun Shiina-san.”

“... Apa kamu tidak sedang menahan diri atau semacamnya?”

“Tidak, tidak, sedari awal aku memang berencana takkan pernah memberitahu siapa pun. Fujimiya-san tidak ada hubungannya dengan itu dan aku tidak berniat untuk memberitahu siapa pun terlebih lagi karena aku bisa berteman baik dengan Fujimiya berkat cara begini. Jadi, asal kamu tahu saja kalau aku tidak sedang menahan diri atau semacamnya, kok.”

Yuuta mengambil inisiatif untuk mencegah temannya yang sangat peka tersebut supaya tidak memikirkan sesuatu yang aneh-aneh dan kemudian tertawa. Dirinya hanya berharap kalau senyumnya itu diterima bukan sebagai sesuatu yang kosong.

“... Yah, sejak awal aku menyadari kalau aku tidak punya kesempatan. Aku tidak bisa membayangkan diriku berada di antara keduanya atau menghalangi mereka. Dia tidak mengakui bahwa mereka berkencan ... tapi aku melihat ekspresi wajah Shiina-san ketika kami bertemu satu sama lain pada kencan mereka, dan pada saat itu juga aku berpikir kalau aku tidak memiliki kesempatan. Itu sudah berada pada tingkat di mana aku akan ditendang kuda jika mengganggu hubungan mereka berdua.”

Senyum yang Mahiru tunjukkan kepada Amane bukanlah senyum ala malaikat yang indah seperti biasanya, akan tetapi senyum manis layaknya gadis yang sedang kasmaran.

Ekspresi di wajahnya dan sorot matanya memberitahunya bahwa dia mencintai Amane. Ketika Yuuta melihat sesuatu seperti itu di depan matanya, dirinya yakin bahwa ia mana mungkin memiliki kesempatan.

Yuuta sendiri merasa penasaran mengapa Amane tidak menyadari sorot mata Mahiru kepadanya, tapi meskipun Yuuta hanya mengenal Amane dalam waktu yang singkat, dari sudut pandangnya Amane adalah seorang pengecut dan penakut yang merasa sulit untuk melihat nilainya sendiri. Ia tidak hanya pria yang penuh kewaspadaan, tapi juga gampang sekali minderan.

(Yah, ikarena rasanya tidak wajar bisa disukai oleh seorang gadis yang sempurna dan cantik seperti Shiina-san, jadi aku bisa memahami kalau ia sulit mempercayainya)

Meski demikian, Amane masih memiliki kepercayan diri yang cukup rendah, Amane masih belum bisa mempercayai kalau ada seseorang yang memandangnya dengan cara yang begitu intim dan terlihat menyukainya.

“Apa kamu menyimpan dendam terhadap Amane?”

“Kamu merasa cemas?”

“Aku berpikir kalau itu bukan sifatmu sama sekali, tapi hanya untuk berjaga-jaga ... atau lebih tepatnya, untuk memastikan? Aku penasaran apa kamu benar-benar keberatan dengan perkembangan begini. Aku adalah teman Amane, tapi aku juga temanmu dan aku tidak ingin salah satu dari kalian berdua tidak bahagia.”

Adapun hubungan antara Amane dan Mahiru, Yuuta mengerjap kaget setelah mendengarnya karena dirinya mengira Itsuki mendukung mereka berdua bisa jadian. Rupanya, Itsuki mengkhawatirkannya dan ia meringkukkan bahunya saat merasakan sensasi hangat perlahan-lahan memenuhi dadanya.

“Jangan khawatir, aku tidak ingin ada seekor kuda yang menendangku jadi aku takkan menghlangi hubungan mereka. Selain itu, aku tidak begitu bodoh sampai-sampai tidak menyadari hal itu.”

Bahkan seandainya ia tidak berteman dengan Amane, Yuuta bukanlah tipe orang yang begitu ceroboh untuk mengganggu mereka berdua dari luar. Begitulah kedekatan mereka dengannya.

Yuuta dan Amane berada dalam situasi yang sulit karena mereka adalah teman dekat, itulah sebabnya Itsuki memperhatikan mereka berdua dan merasa sedikit simpati pada mereka.

Yuuta tersenyum sekali lagi melihat perhatian yang Itsuki berikan.

“Aku tidak terlalu tersakiti seperti yang kamu pikirkan, Itsuki. Apa yang bisa kukatakan, perasaanku pada Shiina-san seperti ... kekaguman. Atau perasaan yang sangat samar.”

Memang benar dirinyaa menyukai Mahiru, tapi jika ditanya apakah itu gairah yang begitu membara, Yuuta tidak bisa menganggukkan kepalanya. Perasaannya  sangat samar dan lembut sehingga bisa disembunyikan dan dikubur jauh-jauh di dalam dadanya sehingga ia tidak menunjukkannya.

“Bukannya aku mundur karena Fujimiya, dan aku tidak berusaha menjatuhkannya, hanya saja... jika ditanya apa perasaanku ini serius atau tidak, perasaanku ini mungkin tidak serius. Daripada dibilang perasaan inta, aku justru merasakan empati dan kekaguman kepada Shiina-san.”

“Empati?”

Yuuta tersenyum kecut kepada Itsuki yang matanya berkedip cepat seolah-olah ia merasa kaget.

“Yah, kupikir Shiina-san sama sepertiku, tipe orang yang muak dengan lawan jenis. Sementara aku senang ada banyak gadisyang menyukaiku, tapi di sisi lain, aku menderita karena terjebak dalam posisi yang berat. Tapi untuk Shiina-san, dia tidak bisa mengubah wajah yang dia tunjukkan kepada orang lain, dan tercekik di kedalaman senyum yang dia tunjukkan ... Shiina-san mirip seperti diriku, tapi dia bisa menyiasati lebih baik ketimbang diriku. Aku mengagumi kekuatannya untuk menyembunyikan segalanya di balik senyum tanpa rasa sakit.”

Secara obyektif, Yuuta sadar bahwa penampilannya sendiri lebih menarik daripada yang lain, dan dirinya juga sadar bahwa ia mampu mengejar apa yang dirinya kuasai dan ia merasa bangga dengan hal tersebut.

Alhasil, Yuuta menyadari kalau dirinya populer di kalangan lawan jenis. Meski demikian, karena penampilan dan kemampuannya, ia dipandang sebagai semacam idola. Itulah sebabnya Yuuta tidak bisa mengembangkan rasa suka kepada lawan jenis yang mencarinya sebagai objek. Dirinya bahkan merasa agak hampa.

Untuk pertama kalinya ketika Yuuta melihat Mahiru dalam situasi yang sama, ia menunjukkan minat padanya dan terkesan bahwa perilakunya tidak membuatnya merasa pahit sama sekali.

Yuuta mengagumi cara Mahiru yang berdiri sendiri, kuat dan bermartabat.

Tetapi pada akhirnya, dirinya juga melihatnya sebagai semacam idola. Ia memaksakan citra padanya sampai-sampai dirinya sendiri merasa muak.

Sosok bermartabat Mahiru yang ia sukai, tertawa seperti seorang gadis biasa di depan Amane.  Bukan sebagai bidadari atau gadis cantik sempurna yang tak terjangkau, tapi sebagai gadis yang jatuh cinta hanya pada satu orang. Dan Amane menerima Mahiru seperti itu sebagai hal yang wajar.

Yuuta tidak bisa lagi melihat ke arah Mahiru, yang sebelumnya mirip dengannya, karena dia sudah menemukan seseorang yang benar-benar peduli padanya.

“Itu mungkin pandangan egoisku sendiri yang menganggap bahwa Shiina-san merupakan bunga tak terjangkau yang masih mekar dengan bermartabat bahkan jika dia merasa kesepian, tapi Shiina-san... mungkin cara bicaraku sedikit salah, tapi Shiina-san hanyalah seorang gadis normal. Ketika aku melihat bahwa dia telah menemukan seseorang yang sangat dia sukai dan mengabdikan dirinya untuknya, aku ingin mendukungnya daripada berada di sisinya. Aku ingin dia menemukan kebahagiaannya.”

Jika dia akhirnya menemukan seseorang yang memahaminya dengan baik, tidak ada alasan mengapa Yuuta, yang berada dalam posisi yang sama, takkan mendukungnya.

“Sifatmu yang begitu terlihat sangat tampan sekali.”

“Memangnya itu ada hubungannya? Lagian , apa itu pujian?”

“Sembarangan. Itu pujian, kok.”

“Apa iya?”

Itsuki tersenyum tipis ke arahnya seolah-olah ia sedang menggodanya.

“Yah, terserah saja sih... Kembali ke topik pembicaraan, aku tidak menyimpan dendam terhadap Fujimiya. Dia orang yang baik, sayang sekali kalau ada banyak orang tidak mengenalnya.”

Meskipun ia tidak terlalu menonjol di kelas, tapi dari sudut pandang Yuuta, Amane adalah orang yang sangat lembut, baik hati, dan bijaksana.

Ia sering menunjukkan sikap jengkel terhadap Itsuki, tapi itu hanya di permukaan dan itu semacam bercanda. Tapi pada intinya, ia adalah orang yang sensitif dan penuh kasih sayang yang memperhatikan orang lain dan peduli pada mereka.

Kurangnya rasa percaya diri adalah kelemahan yang mencolok, tetapi sikapnya yang tampak lugas namun pada dasarnya lembut serta sopan merupakan kelebihannya.

Pertama-tama, Tenshi-sama yang hanya tersenyum indah di sekolah dan tidak pernah mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya justu sangat memercayainya, sehingga karakter baiknya dapat dilihat dengan baik.

Amane juga menyukai Mahiru dan menunjukkan kesukaannya pada Mahiru, meskipun dengan cara yang tertutup. Hal tersebut bisa terlihat jelas bahwa Amane melihatnya sebagai satu-satunya gadis dalam hidupnya. Sorot matanya ketika memandang Mahiru dipenuhi dengan perasaan cinta dan penuh kasih.

Tak peduli bagaimana ia memikirkannya, Yuuta tidak bisa berada di antara dua orang yang saling mencintai.

“Mereka berdua terasa seperti pasangan yang ditakdirkan.”

Yuuta tidak mempercayai yang namanya takdir, tetapi melihat kepribadian dan kedekatan hubungan mereka, ia sangat menyadari bahwa mereka berdua ditakdirkan untuk bersama. Sedemikian rupa sehingga mereka saling bersandar satu sama lain untuk saling melengkapi.

“Meski cara bicaraku mungkin kurang tepat, tapi kupikir aku mungkin tidak harus dengan Shiina-san. Aku mungkin menyukainya, tapi bukannya aku berarti tidak bisa apa-apa tanpa Shiina-san. Tidak sopan untuk mencurinya dengan tekad seperti itu, dan dia bahkan mungkin tidak akan melihatku.”

“…. Begitu ya.”

“Jadi, ketimbang rasa kehilangan atau kecemburuan… aku justru merasa gelisah. Aku ingin mereka berdua segera bahagia.”

Meski Yuuta merasa sedikit kesedihan, tapi Ia lebih menginginkan kalau mereka berdua bisa bersama sebagaimana mestinya, dan perasaan mendukung itu menggantikan kesedihannya.

Dirinya hanya ingin mereka bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Mereka tampak begitu dekat satu sama lain sehingga tidak perlu cemburu.

Ketika Yuuta menegaskan bahwa ia ingin mendukun tanpa kebohongan atau kepalsuan, Itsuki tersenyum dengan wajah yang mengandung kesedihan sekaligus kegembiraan, seolah-olah ia sedikit bermasalah.

“Kamu memang cowok yang baik ya, Yuuta.”

“Apa kamu sedang meledekku?”

“Tentu saja tidak. Aku hanya berpikir kalau aku diberkati dengan persahabatan yang baik.”

Yuuta pun tertawa lepas sama seperti Itsuki yang tertawa sambil menurunkan alisnya dan mengacak-acak rambutnya.

Orang yang benar-benar diberkati dengan persahabatan justru Yuuta sendiri.

Itsuki berhati-hati untuk tidak mengubah lingkungannya seperti ini, mengkhawatirkan apakah teman-temannya terluka, tapi ia tidak ingin berhutang budi atau mengkhawatirkan mereka, dan akan berada untuk temannya tanpa pilih kasih.

Hal ini membuatnya menyadari sekali lagi bahwa ia telah mendapatkan seorang teman yang mungkin sulit didapat di mana pun.

Yuuta tersenyum tenang, berpura-pura tidak menyadari bahwa matanya terasa panas dan pipinya dingin, sambil berpikir dalam-dalam bahwa dirinya sungguh diberkati.

 

 

Sebelumnya  ||  Daftar isi  ||  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama