Roshidere Jilid 6 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog — Penyihirku

 

“Alya-chan memang gadis pekerja keras, ya.”

Sejak aku masih kecil, aku selalu diberitahu kalimat tersebut berkali-kali. Aku selalu merasa tidak nyaman dengan kata-kata itu.

Mengapa aku terus dipuji hanya karena melakukan yang terbaik? Bukannya sudah hal yang wajar untuk berusaha yang terbaik? Akan aneh rasanya jika seseorang tidak berusaha keras.

Bahkan setelah menyadari kalau cara berpikirku merupakan kelompok minoritas, aku tidak berniat untuk mengubah cara hidupku. Aku hanya terus berusaha keras dan selalu bercita-cita tinggi, demi bisa menjadi diriku yang ideal...

“Jika kamu tidak menyukainya, mendingan kamu lakukan saja sendiri sana!”

Pada saat itu, ketika aku berusia sembilan tahun dan teman-teman sekelasku mengucilkanku seperti itu, aku menyadari bahwa bahwa aku tidak membutuhkan siapa pun untuk memahami jalan hidupku yang seperti itu.

Bahkan jika tidak ada yang memahami maupun memujiku, selama aku sendiri mengetahui upayaku sendiri, semuanya tidak masalah. Aku sama sekali tidak ragu untuk terus bercita-cita tinggi dengan cara seperti ini... atau begitulah seharusnya. Sampai hari itu, ketika guru mengajukan pertanyaan kepadaku di sekolah.

“Anak-anak, saat besar nanti, kalian ingin menjadi apa?”

Itu hanyalah pertanyaan yang sangat biasa. Namun, aku merasa terkejut ketika mengetahui kalau aku tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu.

Aku tidak mempunyai tujuan dalam hidup. Meskipun aku terus membidik derajat yang lebih tinggi, aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang aku cari di akhir semuanya. Ketika aku menyadari hal ini, aku mulai mempertanyakan dan meragukan cara hidupku sendiri yang hanya terus bertujuan tinggi.

Aku… terlihat mirip seperti balon dengan tali tambat yang putus. Aku tidak punya pilihan lain selain terbang ke atas. Semakin tinggi aku terbang, semakin gelap pemandangan yang bisa kulihat dan semakin sulit untuk bernapas. Namun, tidak ada seorang pun yang bisa dimintai bantuan. Tidak ada yang pernah bertanya apakah cara hidupku ini benar atau tidak.

Aku ingin ada seseorang yang terbang dengan ketinggian dan kecepatan yang sama denganku. Selama aku mengetahui kalau aku tidak sendirian, keraguan yang bersemayam di hatiku pun pasti akan menghilang. Jika aku bisa bersaing dengan seseorang, bahkan terbang ke dalam kegelapan seharusnya tidak terlalu menakutkan. Tapi pada akhirnya, tidak ada siapa pun di sana. Aku meninggalkan mereka semua. Akulah yang memutuskan untuk membidik tempat yang lebih tinggi. Tidak ada jalan untuk kembali sekarang.

Dari sangkar kecilku, aku melihat ke bawah ke tanah yang jauh di bawahku dan masih terus terbang ke atas, masih takut terjatuh. Tanpa mengetahui apa yang ada di depan atau ke mana tujuanku, aku terus-menerus melayang tanpa arah...

“Kenapa kamu ingin menjadi ketua OSIS?”

Ketika ia menanyakan pertanyaan itu kepadaku, aku langsung menjawabnya. Aku berkata kalau aku ingin menjadi Ketua OSIS karena aku ingin menjadi begitu. Tidak ada alasan untuk membidik tempat yang lebih tinggi. Akan tetapi... aku tahu betul bahwa itu tidak sepenuhnya benar. Aku memberanikan diri untuk segera menjawabnya supaya aku tidak ditanya lebih jauh lagi.

Itu karena... keinginanku untuk menjadi ketua OSIS melibatkan perasaan yang lebih egois. Pada akhirnya, aku ingin ada seseorang yang mengakuiku. Bahwa cara hidupku ini sama sekali tidaklah salah.

Setelah memasuki Akademi Seirei, aku mulai mengetahui bahwa posisi ketua OSIS merupakan jabatan yang mendapat dukungan dan dihormati oleh banyak siswa ....  Seandainya aku bisa berdiri di sana, kupikir aku akan terbebas dari perasaan sesak ini. Kupikir keraguanku akan menghilang, dan aku tidak perlu merasa takut lagi untuk melewati kegelapan yang tidak diketahui.

“Aku tahu kalau Kujou-san sudah berusaha sangat keras.”

Ia mungkin tidak pernah mengetahuinya, seberapa berartinya kata-kata tersebut bagiku.

Ia mirip seperti seorang penyihir. Seorang penyihir jahat yang terbang bebas di angkasa tanpa menggunakan kendaraan atau semacamnya. Ia sama sekali tidak peduli sisi mana yang lebih tinggi dan sisi mana yang lebih rendah. Kadang-kadang, ia terbang di sekitarku untuk mengolok-olokku yang terus meringkuk di dalam sangkar dan terus terbang membabi buta. Di lain waktu, ia juga terbang di atas kepalaku seolah-olah hendak membimbingku.

Dirinya tidak merasakan takut jatuh maupun takut berjalan dalam kegelapan. Tingkah lakunya yang berjiwa bebas tersebut selalu membuatku kesal, dan aku sering memarahinya.

Namun, ia memperlakukanku seperti anak kecil ketika aku mengeluh dari dalam sangkar, yang mana hal itu juga cukup menjengkelkan. Walaupun ia sering bertingkah menjengkelkan, tapi rasanya tetap menyenangkan. Aku merasa kesepian saat ia pergi ke suatu tempat, tapi aku membenci sikapnya yang plin-plan saat ia berada di sampingku.... Sebenarnya aku sudah memahaminya. Hanya ia satu-satunya orang yang mau berada di sisiku. Kehadirannya merupakan penyelamatku. Itulah sebabnya....

“Diam dan peganglah tangan ini, Alya!”

Itulah sebabnya aku memegang tangannya saat itu. Setelah meraih tangannya dan melompat keluar dari sangkarku, aku menyadari betapa kecilnya dunia yang kutinggali.

Ada banyak orang lain di langit di mana aku mengira kalau aku terbang sendirian. Mereka menjelajahi langit dengan caranya masing-masing, terkadang mereka sendirian, tapi terkadang juga mereka bekerja sama. Setiap cara terbang mereka memiliki daya tarik tersendiri... tak kusangka kalau itu hanyalah ilusi bahwa semakin tinggi aku terbang, maka aku akan semakin baik.

Ada beberapa tempat yang tidak dapat dijangkau, jika kamu tidak terbang tinggi-tinggi. Namun ada beberapa tempat dan pemandangan yang tidak bisa dicapai hanya dengan terbang tinggi. Kemudian…

“Nyanyian Alya-san benar-benar merdu dan terbaik!”

“Aku sangat menyukai nama band itu...terima kasih.”

“Apa tenggorokanmu baik-baik saja? Tolong jangan memaksakan diri dengan terlalu banyak berlatih dan akan merusak pita suaramu.”

“Apa Alyssa juga mau makan keripik kentang~?”

Ada orang yang akan membawaku dalam perjalanan seperti ini jika aku memiliki keberanian untuk melangkah keluar. Dialah yang mengajariku semua hal itu kepadaku.

Namun .... Ia tidak akan pernah berada dalam satu kendaraan terus. Layaknya sihir, ia menaiki dan kemudian berjalan turun meninggalkan kendaraan. Ia mengembara di atas langit, bepergian di antara kendaraan dengan iseng. Seorang penyihir yang seharusnya bisa pergi ke mana pun, tapi ia tidak tahu ke mana arah tujuannya.

Ia memiliki sesuatu di dalam pikirannya, tetapi ia tidak pernah menunjukkannya. Setiap kali aku mencoba menyentuh lubuk hatinya yang terdalam, ia selalu mengolok-olokku, mengelak dan berusaha menutupinya Kupikir itu adalah caranya sendiri untuk menolakku…. dan aku selalu berakhir dengan jalan buntu.

Sebenarnya, aku benar-benar ingin mengetahuinya. Aku ingin lebih dekat dengan hatinya. Tapi karena ia penyihir yang suasana hatinya selalu berubah-ubah... jika aku memaksakan diri untuk mendekatinya, aku merasa kalau ia akan pergi menjauh lagi. Pada akhirnya, aku tidak bisa bertanya padanya.

Nee, Masachika-kun. Apa yang sebenarnya kamu cari? Apa yang sedang kamu pendam? Mau sampai berapa lama kamu akan berada di sisiku? Bagimu, aku...

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama