Roshidere Jilid 6 Chapter 1 Bahasa Indonesia

Bab 1 — Bukannya Orang-Orang Ini Terlalu Bersemangat?

 

“Ada pesanan masing-masing satu mana potion dan elixir~”

“Oke~”

Setelah pertandingan kuis di atas panggung berakhir, Masachika dan Alisa datang untuk membantu stan kelas. Karena panitia festival diperkirakan akan lebih sibuk mulai besok karena ada tamu dari luar, jadi mereka memutuskan setidaknya untuk mencoba membantu sebisa mungkin.

“Kuze-kun~, pakaian itu sangat cocok untukmu, loh~?”

“Haha, terima kasih... tapi ternyata aku merasa lebih malu dari yang kukira, tau?”

“Karena semuanya juga memakai hal yang sama, jadi mendingan menyerah saja. Aku sih sudah terbiasa.”

“Ketua memang mempunyai tampilan yang berbeda...!”

“Fufufu, panggil aku guild master, ingat, guild master, oke?”

Seorang cowok dari klub judo dan bertubuh besar, tersenyum tanpa beban saat ia mengatakan hal ini. Ia mengenakan mantel yang dihias berlebihan dengan kerah besar di tubuhnya yang kekar, dan dikombinasikan dengan wajahnya yang sangar, membuatnya benar-benar menjadi pemimpin bandit yang sempurna...... tidak, ia memiliki aura sebagai seorang kepala serikat petualang.

(Pada awalnya sih, konsep aslinya seharusnya mirip seperti kedai kopi, tapi......yah, yang begini juga bisa dianggap sebagai kafe cosplay.)

Sambil tersenyum kecut karena kurangnya elemen kedai kopi, Masachika mengeluarkan botol plastik dari kotak pendingin.

Karena pelanggannya juga siswa dari sekolah yang sama dan jumlah orangnya cukup banyak, maka pekerjaan menjaga stan adalah pekerjaan yang relatif mudah. Satu-satunya yang membuatnya sedikit khawatir adalah… jubah dan topi runcing yang ia kenakan sebagai cosplay penyihir ternyata cukup mengganggu dan terasa lebih panas dari yang Masachika duga.

(Setiap kali aku berjongkok, kainnya selalu bergesekan dengan lantai, itu berkibar dan mengumpulkan debu... topinya juga hampir selalu tersangkut, dan terus terang saja, topi model begini tidak cocok untuk melayani pelanggan.)

Sambil sedikit ngedumel pada jubah yang menempel di kakinya setiap kali dirinya berjalan, Masachika meletakkan cangkir kertas berisi minuman di atas nampan. Kemudian, seorang gadis sekelas yang berpakaian seperti ksatria wanita, membawa nampan tersebut ke tempat duduk pelanggan.

(Perbedaan kualitas ini kayak bumi dan langit...)

Masachika menunjukkan ekspresi yang rumit ketika melihat kepergiannya. Jubahnya berasal dari bahan murahan, dan baju zirah serta pedangnya juga terbuat dari kertas dan karton, tapi tampaknya murid yang lebih mahir dalam bidang kerajinan, berusaha keras untuk membuatnya, jadi kualitas baju zirahnya cukup bagus. Kostum Masachika paling banter mirip seperti kostum anak-anak, tapi hal itu saja sudah cukup untuk cosplay. Berkat itu, Masachika merasa kalau bahunya terasa sedikit sempit. Anggota klub judo yang tadi? Itu sih bukan lagi disebut cosplay, tapi memang orangnya saja yang begitu.

(Yah, karena aku bertanggung jawab atas dapur, jadi aku tidak keberatan sama sekali, sih... Ngomong-ngomong, kok Alya datangnya lama sekali, ya?)

Alisa juga datang ke kelas bersama Masachika, karena mereka memiliki shift yang sama. Namun, segera setelah itu, Alisa diseret entah kemana oleh tiga orang gadis dari kelasnya yang telah menunggunya, dan meskipun sudah lebih dari lima belas menit sudah berlalu, dia masih belum kembali.

(Waktu shiftnya sudah hampir selesai… apa mereka masih belum selesai? Yah, waktu sekarang masih bisa sempat untuk berkeliling, sih)

Ketika Masachika melihat sekeliling ruang kelasnya, para siswa yang berkunjung sebagai tamu sedang melakukan percakapan sambil memasang wajah keheranan dan kebingungan, dengan membawa minuman di satu tangan mereka.

“Kurasa bahan dasarnya mungkin dari ginger ale... tapi ini apaan ya? Entah kenapa aku merasa pernah mencicipinya di suatu tempat.”

“Minuman ini…apa jangan-jangan mengandung kakao di dalamnya? Entah bagaimana, rasanya jadi bikin bernostalgia…”

“Hei, kenapa minuman ini baunya seperti acar buah plum... apa ini cuma imajinasiku saja?”

“Eh, seriusan?”

Hal yang sedang mereka lakukan adalah menebak resep untuk setiap minuman. Rencana awalnya, kelas mereka hanya berniat untuk menyajikan minuman, tapi atas saran salah satu anak cowok, mereka menulis di bagian belakang menu apa saja bahan-bahannya dan meminta orang-orang untuk menebak apa saja yang ada di dalamnya sambil minum. Walaupun tidak ada hadiah khusus untuk yang menang, tapi jika dilihat dari situasinya, sepertinya mereka cukup menyukai konsep tersebut.

Tentu saja, jika kelasnya melakukan ini, para pelanggan akan tinggal lebih lama, dan omzet penjualan toko akan menurun. Namun, karena sejak awal kelasnya berniat melakukan proyek yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, jadi itu bukan masalah besar.

(Karena kelas ini tidak mengincar Penghargaan Keunggulan atau Penghargaan Khusus... Jadi, yang begini saja sudah tepat.)

Penghargaan Keunggulan adalah penghargaan yang diberikan kepada proyek paling populer berdasarkan survei yang dilakukan oleh murid-murid dan pengunjung. Penghargaan khusus merupakan penghargaan yang diberikan kepada proyek dengan penjualan terbanyak. Ada beberapa kelas dan klub yang secara serius mengincar penghargaan tersebut, tetapi kali ini kelas Masachika tidak bertujuan untuk hal itu.

(Lagipula, dalam hal penghargaan khusus, kelas kami pasti tidak bisa mengalahkan kelas-kelas yang menggunakan koneksi orang tua dan segala macam sumber daya untuk membuka toko yang sangat mewah...)

Ketika Masachika sedang memikirkan hal-hal seperti itu, pintu ruangan kelas tiba-tiba terbuka, dan kemudian... ada sesosok Elf-san yang masuk.

“Fuaa?”

Masachika tanpa sadar menceploskan suaranya seperti orang idiot. Tapi ternyata, bukan hanya Masachika saja yang bereaksi begitu. Para siswa yang berada di dalam kelas, tidak peduli apakah mereka pengunjung atau pelayan, tampak dibuat terpana dan tercengang ketika melihat kemunculan tiba-tiba penduduk dunia lain.

“Oke, maaf sudah membuat kalian menunggu lama~!”

Di sana, gadis yang tadinya di belakang Elf-san sembari mendorong punggungnya, mengeluarkan suara gembira. Jika dilihat baik-baik, dia adalah salah satu gadis yang baru saja menyeret Alisa. Dua gadis yang menculik Alisa muncul dari belakang mereka, dan terlihat senang setelah melihat reaksi di dalam kelas.

“Ahahaha, reaksi mereka sangat bagus sekali~”

“Semuanya sepadan dengan usaha kita...!”

“Habisnya, kita sudah benar-benar melakukan yang terbaik, iya ‘kan ...”

Trio gadis tersebut terlihat sangat puas dengan pencapaian mereka. Masachika dengan ragu-ragu mendekati Elf-san tersebut, yang ekspresinya bercampur aduk dengan kebingungan dan rasa malu, dan memanggilnya.

“... Alya?”

Setelah mendengar perkataan Masachika, Alisa yang juga dikenal sebagai Elf-san, langsung menolehkan wajahnya. Dia memiliki telinga panjang dan runcing yang menonjol melalui rambut peraknya dan mengenakan gaun one-piece dengan perpaduan warna putih dan hijau. Kostum cosplay-nya hanya sebatas sampai itu saja, dan sepertinya dia juga tidak memakai riasan tertentu, tapi...... Alisa, yang sudah memiliki kecantikan yang mampu melampaui batas dunia, berpakaian seperti itu, maka…...

(Dia benar-benar tidak terlihat seperti manusia)

Dia benar-benar terlihat seperti elf yang asli. Selain mempunyai “wajah orang asing yang mudah bersahabat dengan orang Jepang” yang merupakan cita-cita  otaku yang tinggal di dalam dua dimensi, dia juga mengenakan pakaian khas dunia lain dengan telinga runcing, dia sudah berbubah menjadi elf yang sesungguh. Manamungkin seorang gadis yang terlalu cantik seperti ini masih bisa disebut sebagai manusia.

Ketika aku memiliki keberanian untuk melangkah maju... aku malah tiba di dunia lain...

Masachika kembali tersadar dari lamunannya ketika mendengar perkataan sinis bahasa Rusia Alisa, yang cenderung terlihat muram dan agak jauh. Ia kemudian berdeham ringan dan memanggil Alisa lagi.

“Ehemm, pakaian itu kelihatan cocok untukmu... kamu terlihat sangat cantik sekali.”

Begitu Masachika melontarkan pujian tersebut, trio gadis yang berada di sekitar Alisa, mengangkat suara mereka dengan bersiul menggoda, “““Hyu~hyu~♪”””. Namun tak berselang lama kemudian, para siswa yang berada di dalam kelas langsung menghampiri mereka, tanpa membedakan antara pelanggan dan pegawai, dan mereka langsung dengan cepat berbalik untuk menjaga Alisa.

“Uwahhh keren abis! Kamu benar-benar seperti Elf! Elf sungguhan!”

“Muka begini mah licik... Orang Jepang sih mana mungkin bisa menang melawannya.”

“Bo-Boleh aku mengambil fotomu!? Satu foto saja tidak masalah!”

Sambil berdiri di depan gerombolan anak cowok yang berkerumun mengelilingi mereka, trio gadis tadi memasang raut muka mengancam dengan tampang seperti anak berandalan.

Oraaa, jangan ada yang berani dekat-dekat!”

“Oi, kamu, jangan sembarangan mengambil fotonya! Mau aku palak, hah!”

“Memangnya kalian tidak tahu aturan mutlak bercosplay! Jika kalian memotret tanpa izin, kamu akan didepak keluar, dasar orang-orang bego!”

…. Setidaknya, mereka juga seharusnya merupakan putri dari keluarga yang terpandang. Mereka bukan tipe gadis yang berbicara kasar seperti itu. Melihat penampilan Alisa ini, bisa jadi mereka memiliki obsesi yang luar biasa terhadap cosplay.

(Tunggu, lah? Jangan bilang kalau mereka bertiga berasal dari klub kerajinan tangan?Ahh… kalau gitu, semuanya jadi masuk akal. Di sana itu sarangnya orang-orang yang terlalu bersamangat… atau lebih tepatnya, orang yang terlalu antusias)

Ketika mengenang kembali kejadian masa lalu dengan klub kerajinan tangan, pandangan Masachika terlihat agak menjauh. Kemudian, Alisa dengan malu-malu melirik Masachika sembari menyembunyikan telinganya dengan tangannya.

“Ja-Jangan terlalu sering melihatku... rasanya memalukan, tau.”

“... Jika kualitas segitu saja sudah membuatmu merasa malu, bagaimana denganku coba?”

Setelah mendengar keluhan tersebut, Alisa pun melihat topi runcing dan jubah Masachika, lalu sedikit mengangkat sudut mulutnya.

“Yah ... itu lumayan bagus, kok?”

“Kamu pasti sedang mengejekku, iya ‘kan?”

“Maksudku bukan begitu, kok? Jika kamu memiliki tongkat dengan bintang di ujungnya, kamu akan kelihatan sempurna.”

“Ini bukan kostum pesulap dari pesta hiburan kalii!?”

Begitu mendengar tsukkomi Masachika, Alisa meletakkan tangannya di atas mulutnya dan tertawa kecil. Melihat senyumnya yang begitu lembut, para gerombolan anak cowok yang bersemangat tadi, tanpa sadar membuka mulut mereka seolah-olah jiwa mereka telah ditarik keluar.

“Pu-Putri Alya sedang tertawa ...”

“Ehh, manis banget…”

“Kupikir dia itu gadis yang lebih keren karena sering mendapat julukan 'Putri Penyendiri... tapi rupanya dia bisa tertawa dengan normal, ya.”

“Enggak, enggak, Senpai! Ekspresinya yang begitu lumayan langka, loh!?”

Setelah keheningan sejenak, suara-suara terpana dan keterkejutan pun meluap. Alisa mengangkat alisnya dengan tidak nyaman ketika dia sedikit terkejut oleh tanggapan mereka, dan memperbaiki ekspresinya. Segera setelah itu, “Ahh…” para anak cowok mengeluarkan suara penuh kecewa dan ketiga gadis dari klub kerajinan mulai mengusir mereka. Usai berpaling dari pemandangan tersebut, Alisa bergumam sambil menatap tubuhnya sendiri.

“Pertama-tama, aku tidak tahu banyak mengenai elf... memangnya ini karakter seperti apa?”

“Daripada dibilang karakter, itu lebih menggambarkan tentang ras. Elf adalah salah satu ras klise yang sering muncul di dunia fantasi. Ras bertelinga panjang yang hidup harmoni dengan alam di hutan, mereka memiliki wajah rupawan dan bisa hidup selama ratusan tahu, tapi pertumbuhan penampilan luarnya akan berhenti sekitar usia 20 tahunan. Mereka umumnya memiliki harga diri yang tinggi, ras yang tertutup dengan dunia luar, dan tidak bergaul dengan baik dengan manusia.”

“…Begitu ya.”

Masachika yang dengan santai menjelaskan, tampak terkejut ketika menyadari bahwa tanggapan Alisa sedikit murung. Ia melirik ke arah tiga gadis dari klub kerajinan tangan di belakangnya, dan menindaklanjuti dengan sebuah bisikan cepat.

“Ah, maksudku bukan begitu... Kurasa kostum itu dipilih bukan karena kepribadianmu yang seperti elf atau semacamnya, oke? Intinya, hanya gadis tercantik saja yang bisa menjadi elf…… Secara umum, ras elf merupakan vegetarian dan membenci metal, mereka juga ahli dalam menggunakan busur, jadi penggambaran ras mereka sangat berbeda denganmu, ditambah lagi….”

“…? Apaan?”

Alisa melontarkan pandangan bertanya kepada Masachika yang tiba-tiba berhenti berbicara. Sambil mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan matanya, Masachika dengan cepat mengelabuiya.

“Tidak, pertama-tama… pola klise dari ras elf biasanya memiliki rambut pirang yang pucat, loh? Jadi kupikir tidak ada makna yang mendalam untuk itu, oke?”

Masachika sendiri merasa kalau logikanya terlalu dipaksakan. Tapi mau bagaimana lagi. Seperti yang diharapkan, mana mungkin dirinya akan mengatakan, “Semua ras elf biasanya memiliki tubuh yang ramping!”. Terlebih lagi, elf yang glamor biasanya disebut sebagai erofu... tentu saja, mana mungkin Masachika bisa mengatakan itu. (TN: Plesetan dalam penyebutan elf dalam bahasa jepang, kata elf dibaca erufu, nah biasanya kalau liat elf yang seksi bakalan diplesetin jadi Erofu. Kata Erofu diambil dari kata ero)

(Yah, para elf memang jago dengan busur...dalam artian, jika mereka punya payudara, maka itu artinya…)

“… Entah kenapa, aku merasa kalau kamu sedang memikirkan sesuatu yang aneh-aneh.”

“Enggak kok? Kenapa? Upss, kurasa situasinya sudah cukup mereka, jadi lebih baik ayo kembali bekerja.”

Kemudian, ketika ia secara alami memalingkan wajahnya, Masachika kembali ke posisinya. Setelah melihat punggungnya dengan raut wajah yang mencurigakan, Alisa juga muncul di pintu masuk untuk menarik pelanggan. Tetapi……

“Eh, ada Elf-san!?”

“Eh, eh, sini dulu deh, sini dulu deh! Ini benar-benar gawat banget!!”

“Uwaahhh mantap banget.”

“Pe-Permisi, boleh aku mengambil fotomu?!”

Kurang dari satu menit, terjadi kemacetan di koridor, dan Alisa pun dijemput kembali oleh trio gadis klub kerajinan tangan. Kemudian, kemacetan lalu lalang siswa berubah menjadi antrean yang menunggu untuk memasuki toko, dan suasana di dalam toko tersebut berubah menjadi medan perang.

“Jumlah pengunjung yang masuk malah bertambah sekaligus... Guild master, kira-kira apa yang harus kita lakukan?”

Ketika Masachika menanyakan hal itu kepada Guild master yang telah mengganti namanya dari sebutan Ketua, Guild master tersenyum lebar dan berkata,

“… Kira-kira apa ya?”

“Oi!?”

“Umm, untuk sementara ini, apa kita perlu menyediakan layanan bawa pulang...?”

 “Tidak ada penutup untuk diletakkan di cangkir kertas, dan lagipula, mereka semua sejak awal hanya mengincar Alya, jadi hal itu percuma saja.”

“Ah begitu, kita butuh penutupnya, ya. Benar juga, karena kemungkinan bisa tumpah, ya... ummm, gimana kalau kita tambah tempat duduk lagi?”

“Bukankah kita harus lebih dulu mengatur antrean dan batas waktu sebelum itu?”

“Kuze! Aku menyerahkan semuanya kepadamu!”

“Ooooiii!”

Ketika Masachika membalas kembali lemparan tanggung jawab tanpa ragu, Guild master meletakkan tangannya di bahu Masachika dengan tatapan ramah.

“Kuze… mulai hari ini dan seterusnya, kamu akan menjadi wakil guild master.”

“Ups, jangan bilang kalau aku harus mengurus guild petualang untuk menggantikanmu? Tipe orang yang kuat dalam bertempur, tapi tidak bisa mengerjakan dokumen?”

“Mohon kerja samanya ya, Sub-master!”

“““Mohon kerja samanya!!”””

“Oi, kalian semua!”

Masachika memelototi Guild Master dan teman-teman sekelasnya, yang segera bergabung dengan Guild Master dan mencoba memaksanya ke dalam posisi manajemen, tapi..... mereka semua tampak cuek. Bahkan Alisa memalingkan wajahnya engan ekspresi yang sedikit canggung.

(Oi calon ketua OSIS.… Tidak, yah, kurasa tugas hal semacam ini memang cocok untukku, ya?)

Setelah mempertimbangkan kembali hal itu, Masachika mulai mengambil alih tugas guild master.

“Kalau begitu, untuk saat ini, para pengunjung harus meninggalkan ruangan sepuluh menit setelah mereka duduk...... kemudian, pastikan staf pengatur antrean juga memegang plakat yang bertuliskan begitu, lalu oii~ kalian bertiga yang di sana. Jangan seenaknya kabur, oke~? Kalian harus bertanggung jawab dan ikut bantu-bantu juga, paham~?”

Ketika Masachika menghentikan trio gadis klub kerajinan tangan yang diam-diam akan pergi dari ruangan kelas, mereka memasang ekspresi, “Hah? Jadwal shift kami bukan di jam sekarang tau?”. Ia menunjuk satu orang sebagai penanggung jawab antrian, satu orang sebagai pencatat waktu, dan satu orang lagi sebagai penjaga Alisa.

“Eh, manajemen waktu, ya… memangnya tidak ada pengatur waktu atau semacamnya? Mengatur enam kursi dengan satu smartphone itu sedikit sulit, tau...”

“Kamu ‘kan bisa tinggal mencatat waktu duduk dengan normal saja.”

“Tidak disangka-sangka pakai cara super analog!”

Dengan begitu, meskipun ada beberapa kebingungan, mereka berhasil merekonstruksi ulang metode layanan pelanggan sebelum keluhan diajukan. Namun, para siswa yang berada dalam antrean juga menonton Alisa dari jendela koridor saat mereka mengantre, jadi mungkin tidak ada cara untuk menyampaikan keluhan.

“Yo Kuze. Kelihatannya sesuatu yang luar biasa sedang terjadi.”

“Ah, halo. Apa semua anggota klub basket datang ke sini?”

“Iya, kita sedang beristirahat bersama-sama.”

Masachika menurunkan topinya saat menyapa kakak kelas yang dikenalnya. Kemudian, para anggota klub basket yang telah mengambil tempat duduk, mulai berbicara kepada Masachika dengan senyum ramah.

“Aku melihatnya, loh~ pertandingan kuis barusan.”

“Pertandingan tadi sangat seru sekali! Aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak menjerit ketika kamu membalikkan keadaan di akhir pertandingan.”

“Terima kasih banyak”

“Kujou-san juga kelihatan sangat keren!”

“Ehh, te-terima kasih banyak.”

Alisa yang sedang bekerja melayani pelanggan, tidak bisa melihat dengan jelas karena panggilan yang mendadak. Tanpa mempedulikan sikap Alisa yang canggung, para anggota klub basket dengan antusias membagikan kesan mereka tentang pertandingan kuis tersebut.

“Seriusan, pertandingan tadi sangat menakjubkan banget. Meskipun aku bisa mengerjakan kuis biasa, tapi aku bahkan tidak bisa menebak setengahnya.”

“Betul tuh~. Nih anak~ ia sangat yakin bahwa ia akan menang, dan kemudian malah kalah sendirian. Berkat itu, ia jadi mentraktir kami di sini.”

“Kujou-san berhasil mendapat banyak jawaban benar di atas panggung. Itu masih sangat luar biasa.”

“Seriusan deh, sekali lagi selamat karena sudah memenangkan pertandingan kuis!”

Ketika satu orang mulai bertepuk tangan sambil mengatakan itu, anak laki-laki di meja yang sama mengikuti dengan bersiul dan tepuk tangan. Terpengaruh oleh hal tersebut, siswa di kursi lain mulai bertepuk tangan dan memberi selamat, dan tak lama kemudian, seisi ruangan kelas dipenuhi tepuk tangan dan sorakan.

“Ah, eh, ummm...”

Tatapan penuh perhatian tiba-tiba diarahkan padanya dari segala arah, dan setelah tersentak kaget beberapa saat, Alisa diam-diam menundukkan kepalanya. Alisa terlihat bingung untuk menjawab dan berulang kali menundukkan kepalanya sambil mengangkat bahunya. Berbeda dengan penampilannya yang terlihat bermartabat di atas panggung, penampilannya yang lugu tersebut menciptakan suasana hangat di dalam kelas.

“...Entah kenapa, suasana di sekitar Kujou-san keliatan berubah, ya?”

“Benar banget, ‘kan? Aku memang tidak begitu mengenalnya, tapi dia tampak lebih ramah daripada yang aku duga?”

“... Alya dari dulu sudah seperti itu. Hanya saja, karena penampilannya, orang-orang di sekitarnya jadi menghindarinya sampai sekarang."

“Eh, benarkah?”

“Ya. Itulah salah satu alasannya, dia sendiri juga tidak memiliki keterampilan komunikasi yang tinggi, tapi jika kamu berbicara dengannya, kamu bisa melakukan percakapan yang normal dengannya, kok?”

Para anggota klub basket mengangguk kaget ketika mendengar jawaban santai dari Masachika.

“Heee~Begitu ya? Kupikir kamu termasuk pengecualian karena kamu adalah monster dengan kemampuan komunikasi yang baik.”

“Sembarangan, siapa yang kamu panggil dengan monster keterampilan komunikasi yang baik?”

“Ya kamu lah, memangnya siapa lagi?”

“Seriusan, kamu itu memang pandai bergaul dengan siapa saja.”

“Jangan seenaknya berbicara kasar kepada seniormu sendiri !?”

“Hah? Memangnya aku melakukan sesuatu, ya? Aduh, aduh.”

Segera setelah Masachika memamerkan wajah tengilnya, dia diam-diam didorong oleh seniornya, dan Masachika melarikan diri ke dapur (alias tempat penyimpanan minuman). Beberapa menit kemudian, suasana koridor tiba-tiba menjadi gaduh.

Saat menyiapkan minuman, Masachika khawatir tentang keributan tersebut, dan segera penyebab keributan muncul di pintu masuk..

“Ara... apa yang lainnya sungguh tidak keberatan? Entah kenapa, aku merasa tidak enakan karena menyerobot antrian begini...”

“Ya, ya, silakan saja! Sebaliknya, kami hanya ingin melihatnya dari sini!”

Orang yang didorong ke depan oleh para siswa yang mengantri adalah Yuki. Dia mengenakan yukata mini dengan embel-embel di bagian lengan dan kerah. Rambut hitamnya yang lurus, dikuncir ke arah samping dengan hiasan rambut besar, terlihat serasi dengan pakaiannya yang cukup cantik.

Yuki yang terlihat seperti boneka, dan Alisa yang terlihat seperti figurine, saling bertemu tatap muka. Ketegangan menyebar ke seluruh ruang kelas saat mereka berdua, yang baru saja melakukan pertarungan sengit di atas panggung, saling berhadapan satu sama lain.

Yuki adalah orang pertama yang membuka mulutnya di tengah-tengah kerumunan orang yang menatapnya.

“Wahh Alya-san. Kamu sangat cantik sekali. Kamu terlihat seperti peri sungguhan.”

“Terima kasih banyak… Yuki-san juga kelihatan sangat cocok dengan pakaian itu.”

“Benarkah? Terima kasih banyak.”

“Apa itu kostum untuk pertunjukan? Kalau tidak salah, kelas Yuki mengadakan pertunjukan yang mirip pekan raya, bukan?”

“Benar sekali. Karena berganti pakaian terlalu merepotkan, jadi aku memakainya untuk mengiklankan kelasku juga.”

Percakapan mereka tidak memancarkan aura permusuhan, melainkan justru percakapan yang terdengar bersahabat. Meski demikian, orang-orang di sekitarnya menyaksikan percakapan mereka berdua dengan napas tertahan.

Entah mereka menyadari tatapan orang-orang di sekitarnya... Tidak, mereka berdua pasti menyadarinya. Sebaliknya, Yuki berbicara kepada Alisa dengan senyuman seolah-olah ingin memamerkannya kepada orang-orang di sekitarnya dan membuat mereka mendengarkannya.

“Meski begitu, pertandingan tadi merupakan pertarungan yang bagus. Aku tak pernah menyangka kalau situasinya akan berbanding terbalik pada pertanyaan terakhir... Walaupun akuku berada di pihak yang kalah, tapi perkembangan itu sangat dramatis sekali.”

“Ehh? Ah, itu... kurasa begitu?”

Alisa mengangguk samar-samar, tampak bingung untuk menjawab. Sebagai pemenang, dia mungkin tidak tahu bagaimana memperlakukan Yuki yang kalah. Seolah-olah bisa melihat pikiran batin Alisa, Yuki tertawa kecil.

“Aku jadi serba salah jika kamu bersikap canggung seperti itu. Kamu harus bangga dengan dirimu sendiri, karena ini merupakan hasil dari pertandingan yang adil dan jujur serta sudah memberikan kemampuan terbaik kita.”

“Y-Ya…”

Meski diberitahu begitu, mana mungkin dia bisa membanggakan diri di hadapan pihak yang kalah. Alisa mengangguk samar-samar, dan Yuki tersenyum seraya terlihat tidak keberatan dengan reaksi lawan bicaranya. Hanya dengan melihat pemandangan ini saja, hampir tidak mungkin untuk membedakan mana yang menang dan mana yang kalah. Dan pada kenyataannya, mungkin di situlah niat Yuki yang sebenarnya.

Hal ini berlaku di semua kompetisi, namun respons pasca-pertandingan yang membuat seseorang lebih disukai meskipun menjadi pihak yang kalah adalah menerima kekalahan dengan lapang dada dan memuji sang pemenang.

Sebaliknya, orang lain akan mencemoohnya jika mereka adalah pecundang yang sakit hati atau terang-terangan frustrasi dan tidak mau berjabat tangan dengan lawan mereka. Yuki sangat memahami hal ini, dan mungkin itulah sebabnya dia datang menemui Alisa atas inisiatifnya sendiri segera setelah pertandingan selesai.

(Di tambah lagi, dia ingin memamerkan ketenangannya bahkan setelah kalah, dan sifat lapang dadanya... atau sesuatu yang seperti itu. Mungkin pertandingan satu lawan satu begini sedikit berat untuk Alya.)

Meskipun begitu, jika Masachika secara terang-terangan ikut campur di sini, hal tersebut justru dapat menurunkan kelayakan Alisa. Jadi, Masachika memanggil gadis yang bertanggung jawab atas manajemen waktu daripada mereka berdua untuk memecahkan suasana tegang.

“Meja nomor 3, bukankah waktunya sudah habis?”

“Hah? Ah, be-benar juga. Umm, permisi. Waktu dudukmu sudah habis, jadi bisakah kamu menyerahkan tempat dudukmu untuk orang lain?”

Mereka diminta untuk pergi pada momen yang kelihatannya baru saja akan mulai menarik, dan para siswa yang duduk di meja ketiga, merasa enggan meninggalkan tempat duduk mereka, meskipun mereka menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap situasi tersebut. Tanpa membutuhkan waktu lama, gadis yang berkostum kesatria wanita dengan cepat membersihkan dan menyeka meja, lalu memandu Yuki ke tempat duduknya.

“Terima kasih banyak. Umm, bisakah aku meminta Alya-san untuk menulis pesananku?”

“Ah...”

“Tentu saja boleh! Malahan, lebih baik kalau kalian duduk bersama!”

“Eh?”

Menyela jawaban Alisa, gadis yang bertugas menjaganya menarik kursi di sebelah Yuki, dan setengah memaksa Alisa duduk di sana. Entah bagaimana, dia mirip seperti seorang Mamah dari kabaret yang mendorong gadis barunya, yang sudah dipilih pelanggan tetap, untuk menuangkan segelas anggur.

“Hou ... indah syekali.”

Dan kemudian, setelah dengan paksa membuat mereka duduk berdampingan, trio gadis dari klub kerajinan tangan yang bertindak seenak jidatnya, dibuat terpesona. Namun, bukan hanya mereka saja satu-satunya yang terpesona, karena para siswa yang ada di dalam kelas maupun di koridor sama-sama terpikat oleh dua gadis cantik tiada tara yang duduk berdampingan.

“Um, pekerjaanku──”

“Biar aku saja yang melakukannya! Suou-san, kamu mau pesan minuman apa?”

Ucapan Alisa sekali lagi disela oleh anak yang bertugas menjaganya, dan menunjukkan menu kepada Yuki. Kemudian, setelah melihat sekilas ke arah menu, Yuki lalu tersenyum dan berkata,

“Umm, apa ya...kira-kira apa aku bisa memesan segelas susu?”

Pada saat itu, suasana tegang mengalir di antara siswa Kelas 1-B, kecuali Masachika dan Alisa.

Sementara Masachika berkedip karena ketegangan misterius yang begitu mendadak, Guild master perlahan-lahan bergerak ke depan Yuki, meletakkan tangannya di atas meja, dan mengeluarkan suara yang menakutkan.

“Ojou-chan... ini adalah bar, oke? Jika kamu ingin susu, mendingan pulang sana sana dan minum susu ibumu.”

“Tidak, ini sama sekali bukan bar, oke?”

Yuki menatap Guild Master dengan senyuman di wajahnya sambil mengabaikan bisikan tsukkomi Masachika, yang tidak dapat mengikuti perkembangan misterius itu. Perawakannya yang kecil terlihat menonjol saat menghadapi Guild master yang bertubuh besar, namun dia tidak menunjukkan tanda-tanda takut.

“Ibuku meninggal pada malam indah yang diterangi bulan purnama.”

“Kagak, kagak, dia belum meninggal kali...”

Sekali lagi, Masachika membalas dengan suara rendah, tapi Guild master tersenyum kecut mendengar jawaban Yuki dan mengeluarkan sebuah kotak kayu dari loker di belakang kelas. Ketika ia menempatkannya di hadapan Yuki, Guild master sendiri ikutan duduk di kursi.

Kemudian, ia membuka kotak kayu itu dengan gerakan yang terlalu lebay, dan di sana terdapat sebuah botol kaca dengan hiasan yang rumit.

“Sungguh pelanggan cantik yang tengil, ya... baiklah, biar kuladeni, ini minuman yang kamu inginkan.”

“Oi, tunggu dulu sebentar.”

Tidak dapat menahan diri dari perkembangan yang belum pernah didengar dan toples yang belum pernah dilihatnya sebelumnya, Masachika menepuk pundak Guild master. Yup, kerah besar itu sangat mengganggunya.

"Eh, apa ini? Hei, minuman macam apa ini?”

“Oi, oi, Kuze... bukannya sudah disepakati kalau bar isekai memiliki sisi lain yang tersembunyi, ‘kan?”

“Sudah kubilang, ini bukan bar kali.”

Setelah memelototi teman-teman sekelasnya yang menggelengkan kepala berbarengan dengan Guild master, Masachika melihat ekspresi Alisa dan menyadari kalau Alisa berada di pihak yang tidak tahu apa-apa seperti dirinya.

“Lagipula... Sama seperti saat sesi mencicipi tempo hari, seriusan, kenapa hanya aku dan Alya saja yang belum diberitahu detailnya? Jangan bilang kalau kalian berurusan dengan sesuatu yang akan menjadi berbahaya jika anggota OSIS mengetahuinya?”

“Mana mungkin kami berani melakukan itu, kali? Tentu saja itu legal, itu legal,  kok.”

“Hanya orang yang berurusan dengan hal-hal yang belum dilarang oleh hukum yang akan mengatakan hal itu! Lagian, pertama-tama, seenggaknya kalau itu hal yang berbahaya dibantah dulu kek!”

“Ini bukan hal yang berbahaya.”

“Lantas apa?”

“Hewan?”

“Hewan!?”

Misterinya semakin lama semakin mendalam, tapi Masachika mengesampingkan pertanyaan itu sejenak dan mengalihkan perhatiannya kepada Yuki.

“Atau lebih tepatnya, kata sandi rahasia? yang bahkan aku sendiri tidak mengetahuinya, tapi kenapa kamu justru bisa mengetahuinya?”

“Aku mendengarnya dari desas-desus. Jika kamu menyebutkan kata sandi itu di sini, kamu bisa mendapatkan minuman misterius.”

“... Heh, begitu ya.”

Yuki yang memiliki lingkaran pertemanan yang luas, pasti pernah mendengar gosip itu dari suatu tempat. Hanya itu saja sih ia tidak memedulikannya, tapi hal yang masih ia khawatirkan adalah apakah minuman itu benar-benar tidak berbahaya atau tidak. Karena bagaimanapun juga, Masachika sendiri memiliki pengalaman buruk dengan minuman-minuman tersebut pada tahap uji coba.

“Hei Guild master, minuman itu benar-benar tidak ada efek samping yang aneh, ‘kan?”

“Entahlah, kurasa itu tanggung jawabnya sendiri. Aku hanya memberikan apa yang diminta—”

Melihat guild master yang menjawab itu tanpa kehilangan auranya sebagai guild master di belakang layar, Masachika kembali bertanya sembari menusukkan jari-jarinya ke pundaknya.

“Beneran enggak ada efek samping yang aneh-aneh, kan?”

“Ah, ya. Yang ini tidak berbahaya.”

Pada akhirnya, guild master menyerah pada tekanan seorang Onii-chan yang terlalu protektif.

Setelah menatap Guild masteryang mengangguk dengan ekspresi polos serta pandangan mata yang mengembara kemana-mana, Masachika akhirnya melepaskan tangannya dari bahunya.

Guild master kemudian menuangkan isi botol tersebut ke dalam glass yang ada di dalam kotak kayu dan meletakkannya di depan Yuki. Setelah berdehem dan menciptakan kembali karakternya,  ia pun berkata dengan sombong.

“Baiklah, inilah minuman rahasia dari bar isekai... Amrita!!”

Sekilas, minuman itu hanya berisi cairan transparan yang terlihat seperti air putih biasa. Tidak ada yang tahu bahan-bahan apa saja yang dicampur untuk bisa mencapai transparansi ini.

Tidak hanya Masachika, tapi Alisa juga menunjukkan ekspresi ragu di wajahnya. Lalu, akhirnya Yuki mengambil gelas dan berkata,

“Aku akan mencicipinya.”

Setelah mengatakan itu, dia meneguk isinya dalam satu tegukan. Kemudian, matanya membelalak dengan lebar.

“Ini...! Aroma yang mengingatkan pada langit musim gugur yang megah, dan kekayaannya seakan-akan merupakan hasil bumi yang dipadatkan, jika aku harus menggambarkannya dalam satu kata——” 

Sembari menatap tajam pada gelas minuman yang kosong, Yuki mengambil jeda cukup lama sebelum bergumam.

“Hambar.”

“Rasanya hambar, toh!?”

“Rasanya hambar.”

Sepertinya minuman itu benar-benar hambar.

 

◇◇◇◇

 

“Untuk sementara waktu, aku sedang beristiharat sebentar dari tugas kelasku, tapi Alya-san sendiri kapan bisa istirahat? Kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita jalan-jalan bersama?”

“Ehm, aku—”

Lebih cepat sebelum Alisa bisa menjawab pertanyaan Yuki. Gadis dari klub kerajinan tangan itu sekali lagi menyela.

“Kalian mau pergi berkeliling di luar!? Kalau begitu Kujou-san, bagaimana kalau kamu beriklan dengan pakaian itu?”

“Terus terang saja, area koridornya sudah macet total. Mungkin lebih baik kalau kamu mengambil waktu istirahat lebih awal. Jika Suou-san ikut bersamamu, efek publisitasnya akan sempurna! Ah, jika kamu mau, Kuze-kun juga bisa ikut bergabung denganmu.”

“Tidak ada masalah, ‘kan? Guild master.”

“Eh, itu ──”

“““Humm?”””

“Ya, boleh saja kok!”

Mereka bertiga secara paksa meminta izin dengan wajah yang seharusnya tidak boleh mereka tunjukkan sebagai perempuan, lalu salah satu dari mereka memalingkan wajahnya ke arah Masachika.

“Jadi begitulah Kuze-kun, bagaimana kalau kamu bercosplay sedikit lebih benar lagi. Mumpung sekalian.”

“Ehh, memangnya masih ada kostum lain?”

“Ya. Masih ada cosplay bangsawan atau orc, kamu mau pilih yang mana?”

“Bukannya itu dua sosok yang berbahaya jika digabungkan bersama dengan elf!”

“Ayolah, sudah, sudah, mendingan kamu coba saja dulu dan memikirkannya nanti.”

Dalam sekejap mata, Masachika dibawa pergi, dan Alisa serta Yuki dibiarkan tertinggal. Sambil masih merasa sedikit tidak nyaman dengan tatapan panas dari orang-orang di sekitarnya, Alisa bertanya kepada Yuki.

“Yah, sepertinya kita bisa jalan-jalan bersama… jadi, apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi, Yuki-san?”

“Hmm ada sih... aku berniat mengunjungi beberapa kelas temanku. Kalau Alya-san sendiri bagaimana?”

“Aku sih tidak mempunyai tempat yang ingin aku kunjungi...”

“Benarkah? Oh iya, kalau dipikir-pikir, sepertinya kelas Masha-senpai dan Sarashina-senpai mendirikan bar sulap.”

“Ahh….”

Begitu mendengar perkataan Yuki, Alisa tertawa sedikit ironis.

“Mengesampingkan Sarashina-senpai… Aku ingin tahu apakah Masha bisa melakukan sulap?”

“Fufu, itu memang tidak cocok dengan kesannya. Aku tidak bisa membayangkan pemandangan Masha-senpai melakukan sulap kartu dengan mahir.”

“Masha sungguh orang yang begitu santai.”

“Setidaknya, kenapa kamu tidak mengatakan kalau dia orang yang kalem?”

Yuki sedikit terganggu oleh evaluasi tanpa ampun dari saudara kandungnya sendiri. Sembari dengan ringan mengangkat bahunya, Alisa tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya dengan berbisik setelah melihat sekelilingnya.

“Yuki-san sendiri bagaimana…?”

“Ehh?”

“Bukannya kamu pernah mengatakan sebelumnya kalau kamu mempunyai Onii-san? Aku ingin tahu seperti apa orangnya.”

Setelah menanyakan itu dengan santai, Alisa baru tersadar. Dia mendengar bahwa kakak laki-laki Yuki meninggalkan rumah keluarganya dan sekarang tinggal jauh dari rumah. Dia tidak tahu bagaimana situasinya, tapi mungkin saja itu adalah bagian yang seharusnya tidak boleh diungkit dengan enteng.

“Ah, itu, kalau kamu tidak mau menjawabnya, tidak apa-apa kok...”

Alisa menambahkan itu dengan tergesa-gesa, dan Yuki tersenyum seolah-olah untuk menenangkannya.

“Fufu, kamu tidak perlu terlalu khawatir tentang itu, kok? Aku dan Onii-sama memiliki hubungan yang sangat baik.”

“Be-Begitukah?”

“Ya. Hmm benar juga… orang seperti apa, ya…”

Setelah memiringkan kepalanya dan membiarkan pandangannya mengembara secara diagonal ke atas, Yuki meletakkan tangannya ke mulutnya dan tertawa kecil. Dia kemudian menengok ke arah wajah Alisa dan berkata.

“Kalau ditanya orang yang seperti apa, ia orang yang sangat imut, loh?”

“Im-Imut?”

“Ya, aku yakin kalau Alya-san juga pasti akan menyukainya.”

“Eh~~...”

Alisa yang tadinya mengharapkan kalau kakaknya itu akan digambarkan sebagai “Orang yang baik hati” atau “dapat diandalkan”, merasakan pipinya berkedut pada penggambaran yang sama sekali tidak terduga.

(Imut... meskipun ia cowok, tapi ia imut...)

Di dalam benak Alisa, terlintas beberapa wajah idola yang dipasarkan sebagai kategori “Cowok tipe imut”. Dari sudut pandang Alisa, yang lebih menyukai orang-orang yang sangat mandiri terlepas dari jenis kelaminnya, perilaku mereka yang kegenitan merupakan hal yang tidak dia sukai.....

(Tidak, meski begitu, kakak laki-laki yang dibilang imut oleh adik perempuannya...)

Bayangan berikutnya yang muncul di otak Alisa adalah seorang cowok yang mirip seperti anjing chihuahua, bertubuh mungil, memancarkan aura berbunga-bunga dan ramping seperti Yuki. Alisa sedikit mengernyit ketika membayangkan adegan Yuki menggoda anak laki-laki yang gemetar tak berdaya.

Dia tidak tahu apakah orang itu tipe perhitungan atau tipe yang menyedihkan, tapi bagaimanapun juga, orang tersebut sangat jauh dari selera Alisa.

(Meskipun aku merasa tidak enakan dengan Yuki-san, tapi... sepertinya aku tidak bisa rukun dengan orang itu.)

Namun, hal itu tidak akan menjadi masalah, karena kesempatan untuk bertemu dengan kakak Yuki mungkin takkan pernah datang. Setelah memikirkan hal itu, Alisa tersenyum samar-samar.

“Yah, bisa berhubungan baik merupakan hal yang bagus, iya ‘kan?”

“Ya, aku berharap aku bisa memperkenalkannya kepada Alya-san suatu hari nanti.”

“Y-Ya… aku sangat menantikannya.”

Ketika dia melontarkan basa-basi terbaik yang dia bisa, senyuman Yuki semakin lebar dan penuh makna. Alisa dengan santai mengalihkan pandangannya karena senyum di wajahnya membuatnya merasa seolah-olah kalau Yuki sudah bisa menebak basa-basi sosialnya.

(Meski begitu, aku penasaran apakah Yuki-san menyukai tipe laki-laki yang imut? … Aku sih tidak bisa memahaminya)

Alisa memikirkan hal itu sambil berpura-pura tidak memperhatikan tatapan Yuki yang agak tersenyum. Dan kemudian…

“Maaf sudah membuat kalian berdua menunggu~”

Pada saat yang tepat, Alisa mendengar suara seorang siswi yang sebelumnya membawa Masachika, dan dia pun menoleh ke arahnya.

Lalu, hal yang menarik perhatiannya adalah celana pendek yang berwarna  merah. Panjangnya seperempat bagian, celana yang mirip seperti labu.

“Pffttt”

“Kuhh.”

“Tuh ‘kan~ dibilangin juga apa, pasti bakalan begini~”

Alisa dan Yuki segera menutup mulut mereka dan berpaling, sementara Masachika, yang berpakaian mirip seperti pangeran dari buku bergambar, terlihat tidak senang. Kemudian, bersamaan dengan perasaan tragis, perasaan tidak pada tempatnya meningkat, dan Arisa serta Yuki tidak bisa menahan tawa mereka.

“Pfft, ah tidak, menurutku itu, pffft, cocok untukmu, kok?”

“Bukannya kamu jelas-jelas sedang meledekku?! Seenggaknya tutupi dengan sedikit lebih baik, kek.”

“Itu sama sekali, pfft, tidak benar, kok? Kamu juga setuju ‘kan, Alya-san?”

“Y-Ya, it-itu sangat cocok kok.”

Ketika Yuki mengajaknya berbicara tentang hal itu, Alisa pun menatap Masachika.... penampilannya yang sekarang jadi lebih terlihat seperti kostum badut pesta daripada sebelumnya, dan Alisa pun segera memalingkan wajahnya.

“~~~~~~!!”

“Oi, hentikan! Aku akan merasa sedikit terluka jika reaksimu begitu! Oii, kampret yang di sana! Apa kamu baru saja mengambil fotoku!?”

Masachika yang tersipu malu dan menatap sekelilingnya, dirinya terlihat seperti pangeran egois yang sedang membuat ulah hanya karena penampilannya. Pemandangan itu membuatnya semakin tertawa, lalu Alisa tertawa nakal dan bergumam.

Imut banget~



 

Sebelumnya  |  Daftar isi Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama