Bab 2 — 12 Juni (Sabtu) Ayase Saki
Sabtu pagi yang cerah di bulan
Juni. Aku mengantar ibuku dan Ayah Tiri di depan pintu masuk rumah. Mereka akan
pergi dalam perjalanan perayaan ulang tahun pertama pernikahan mereka. Ketika melihat
senyuman ibuku yang bersinar terkena sinar matahari musim panas saat berdiri di
samping Ayah Tiri, aku benar-benar merasa bahagia.
Ibuku sudah mengasuhku seorang
diri sejak pernikahan sebelumnya berantakan, dan dia adalah orang yang aku
harapkan kebahagiaannya dan percaya bahwa dia pantas mendapatkannya.
Ketika dia menyatakan kalau
dirinya ingin menikah lagi setahun yang lalu, aku tidak keberatan karena itu
adalah pilihan ibuku. Setelah setahun berlalu sejak pernikahan mereka, aku
kembali memikirkannya lagi.
Ibuku telah menemukan pasangan
yang baik.
Aku bisa melihatnya bahkan
dengan melihat tingkah laku ayah tiri sekarang.
Ayah tiri biasa mengatakan
bahwa dirinya mempercayai anak-anaknya, tetapi sekarang ia sangat khawatir
tentang kami yang ditinggalkan di rumah begitu mereka pergi berdua. Mungkin pemandangan
ini akan terlihat konyol bagi orang lain.
Mungkin dirinya hanya ingin
terlihat bagus, tapi beliau jauh lebih rendah hati dibandingkan dengan ayah
kandungku. Aku merasa bahwa orang itu selalu peduli dengan penampilannya
sebagai seorang pria atau suami. Ia tidak pernah menunjukkan sisi yang tidak
pantas di rumah.
Itulah sebabnya ia merasa tidak
nyaman ketika ibu menghasilkan uang untuk menggantikannya setelah bisnisnya
gagal. Ia adalah orang yang memiliki kelemahan seperti itu.
Namun Ayah Tiri berbeda.
Dia adalah orang yang kuat yang
bisa memperlihatkan kelemahannya kepada orang lain.
Mungkin itulah yang paling
penting bagi ibuku.
Mempersenjatai diri untuk
menghadapi masyarakat di sekitar——Aku tidak bisa merasa aman kecuali menutupi
diriku dengan cangkang yang keras, pada dasarnya, perilaku ini tampaknya sama
dengan pandangan ibuku yang cemerlang.
“Ayo Taichi-san. Jika kita
tidak segera berangkat, kita akan terjebak macet, tau.”
Akhirnya, ayah tiri dengan
enggan melangkah pergi setelah didesak oleh Ibu. Jika hanya mendengarkan
percakapan mereka berdua, ibu saya tampak lebih tegas.
Namun, kadang-kadang ibuku
sedikit ceroboh di tempat yang aneh. Meskipun mereka berdua hanya akan pergi
selama satu malam dua hari, bisa jadi sangat berat untuk bepergian
bersama-sama.
Lakukan yang terbaik, ayah
tiri.
Setelah mengucapkan selamat
tinggal, aku dan Asamura-kun akhirnya bisa kembali ke dalam rumah.
◇◇◇◇
Aku mendongak kaget saat mendengar
bunyi alarm dan melihat jam menunjukkan pukul 12:00. Aku menutup buku referensi
dan buku soal yang terbuka dan pergi ke dapur.Asamura-kun sudah pergi bekerja paruh waktu, jadi aku makan siang sendirian.
Jarak antara sarapan dan makan
siang tidak terlalu berbeda jauh, jadi aku tidak begitu lapar karena aku selalu
duduk di kursi belajar sepanjang waktu.
“Kurasa aku akan makan sisa
sarapan saja.”
Sambil mengeluh pada diri
sendiri, aku menyiapkan makanan. Aku bukannya tidak suka memasak. Justru sebaliknya,
aku lumayan menyukainya, tepi ketika aku berpikir kalau cuma aku saja yang
memakannya, entah kenapa rasanya tiba-tiba menjadi merepotkan. Tampaknya
memasak akan lebih bermanfaat apabila ada orang lain yang memakannya.
Setelah menyelesaikan makan dan
mencuci piring, aku berencana melanjutkan belajar—— itulah sebabnya saya
mengalami kebuntuan.
“Aku jadi penasaran....”
Lantai ruang tamu terlihat di
depan mataku.
Kalau
dipikir-pikir, kapan terakhir kali aku membersihkannya?
Setelah berpikir demikian, aku jadi merasa tidak nyaman.
Tidak ada pembagian tugas
membersihkan rumah. Tentu saja setiap orang membersihkan kamarnya sendiri,
tetapi masalahnya adalah area umum keluarga. Aturan umumnya adalah siapa pun
yang merasa terganggu harus melakukannya
setiap saat (kecuali untuk
pembersihan menyeluruh). Baik Asamura-kun maupun Ayah tiri sepertinya
tidak memiliki kepribadian yang teledor, jadi jarang ada barang yang jatuh ke
lantai.
Itu sebabnya, aku akhirnya
hanya mengelap lantai dengan alat penyedot debu. Aku tidak ingat kapan terakhir
kali aku menyedot debu.
“Apa boleh buat, iya ‘kan?
Mendingan sekalian saja, deh.”
Aku memutuskan untuk
membersihkan dapur dan ruang tamu dengan alasan itu sebagai istirahat dari
belajar. Aku memutuskan untuk hanya menyedot debu karena waktu yang dibutuhkan
untuk membersihkan semuanya akan terlalu lama. Jika aku terlalu lama
bersih-bersih, aku takut hari ini akan menjadi sia-sia.
Pertama-tama, aku akan
membersihkan barang-barang yang mudah dulu.
Meskipun keluargaku tidak suka
meletakkan barang di lantai, tetapi masih ada beberapa barang yang tergeletak
di sana-sini. Misalnya saja seperti remote TV, remote layanan streaming yang
dapat dilihat di TV, remote AC, atau remote lampu langit-langit.
Rupanya ada banyak juga ya.
... Padahal semuanya akan lebih
mudah jika aku bisa mengendalikannya dengan satu remote saja.
Kalau dipikir-pikir, bukannya
ada alat yang bisa mengontrol semua peralatan rumah tangga sekaligus? Salah
satu yang dapat dioperasikan dengan suara.
Lain kali, aku akan menanyakan
hal tersebut pada Asamura-kun nanti.
Aku mengambil semua remote itu
dan menaruhnya di dalam rak remote di atas meja. Tepat ketika aku sudah siap untuk
memulai, aku berpikir sejenak kalau rasanya terlalu sepi jika harus bersih-bersih
dalam kesunyian. Jadi aku memutuskan untuk menyalakan TV dan memutar program
yang sesuai.
Aku juga sempat berpikir untuk
menonton film dari layanan streaming, tetapi aku tidak memiliki acara yang
ingin aku tonton, dan jika ada acara yang ingin aku tonton, kemungkinan besar
aku mungkin akan terus menontonnya. Jadi aku memutuskan untuk menyalakan TV dan
membiarkan program yang sudah tayang tetap menyala.
Aku mengambil penyedot debu dan
hendak menyalakannya ketika melihat acara TV yang sedang ditayangkan.
Sepertinya ini acara informasi
untuk para ibu rumah tangga di siang hari. Setelah pembawa acara berbicara
tentang sesuatu, lalu judul acara muncul di layar.
[Acara
Spesial tentang Perselingkuhan]
Tanpa sadar aku mengalihkan
perhatianku ke layar televisi.
Aku belum pernah menonton acara
TV siang hari seperti ini sebelumnya, jadi aku terkejut ketika mereka
menayangkan acara seperti ini.
Seorang selebriti yang
mengenakan jas dan dasi kupu-kupu tiba-tiba muncul di layar dan berbicara
dengan serius.
“Si
istri yang setia melayani suaminya dengan penuh pengabdian melakukan pekerjaan
rumah tangga di rumah. Namun, suaminya berselingkuh.”
Mengapa?
Kemudian, sebuah rekaman ulang
diperlihatkan.
Seorang wanita yang tampak
seperti ibu rumah tangga muncul di layar— nama panggilannya adalah Ibu A, seorang ibu
rumah tangga berusia 27 tahun.
Dia terlihat sibuk memasak,
mencuci pakaian, dan membersihkan rumah. Setelah selesai, dia duduk di meja
makan dan mengeluh bahwa dia ingin beristirahat sedikit, tetapi kemudian dia
menggelengkan kepalanya dan bangkit. Dalam imajinasinya, suaminya sedang
bekerja di kantor, mengatur dokumen atau duduk di depan komputer.
Ketika suaminya pulang ke
rumah, istrinya menerima jas pakaiannya dan melihat lipstik di bajunya.
“Ehh,
memangnya mungkin ada lipstik di sana? Bukannya ada bekas parfum orang lain
juga?”.....pertanyaan liar semacam itu berkutat dalam
pikirannya.
Lalu, seorang komentator
memberikan pendapatnya sendiri dan pembawa acara meminta pendapat dari ahli.
Para ahli lalu berbicara.
60% perselingkuhan terjadi di
tempat kerja.
Eh, apa wanita dan pria di
tempat kerja mudah untuk saling mengenal satu sama lain? Hanya karena mereka
bekerja di tempat yang sama?
Aku yang tanpa sadar
memperhatikan layar televisi menggelengkan kepala seperti wanita di dalam
layar, lalu bangkit berdiri. Aku menyalakan mesin penyedot debu dan mulai
membersihkan lantai. Meskipun mesin penyedot debu terbaru ada yang tanpa kabel
dan hening, tetapi masih ada suara bising yang terdengar.
Setidaknya suara mesin penyedot
debu ini takkan mengganggu suara televisi. Acara televisi telah berpindah ke
rekaman ulang lainnya, kali ini seorang ibu yang menggendong anaknya——tidak,
tidak, aku tidak ingin menontonnya lagi
dan mencoba mengalihkan pandangan dari layar televisi.
Namun, judul acara terus muncul
di layar dan aku mulai membayangkan diriku sebagai istri yang diselingkuhi
seperti wanita di dalam acara tersebut.
Asamura-kun sedang bekerja
paruh waktu. Dengan kata lain, pekerjaan paruh waktu adalah sebuah pekerjaan, jadi
singkatnya, ketika aku melakukan pekerjaan rumah tangga seperti ini, suamiku
tercinta terus meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan seorang gadis yang
melakukan pekerjaan yang sama—aku akhirnya malah keterusan membayangkannya.
Apa
sih yang sedang kupikirkan, aku mengingatkan diriku sendiri. Pertama-tama,
Asamura-kun bukanlah pasangan nikahku, dan umm, tidak ada orang di tempat kerja
yang bisa ia dekati......
Tidak, bukannya tidak ada sama
sekali.
Misalnya saja…..Yomiuri-san.
Seorang wanita yang terlihat seperti boneka Jepang yang cantik. Selain dia, masih
ada sekitar dua mahasiswi pekerja paruh waktu. Yah, mereka semua lebih tua
dariku, dan salah satu dari mereka adalah mahasiswa pascasarjana, jadi dia
seharusnya hampir 10 tahun lebih tua dari Asamura-kun. Tidak, usia tidak
menjadi masalah dalam berpacaran. Asamura-kun memiliki kepribadian yang datar
dan baik kepada semua orang. Itu adalah salah satu kelebihannya.
Dibilangin,
apa sih yang sedang kupikirkan? Ada pepatah yang mengatakan
bahwa tidak ada asap tanpa api, tetapi jika kamu mulai mencurigai adanya kebakaran
bahkan sebelum bisa melihat asapnya, itu hanyalah ketidakstabilan emosi.
Menurutku, kegelisahan yang tidak menentu semacam in, mirip seperti tulang ikan
yang tersangkut di tenggorokan, tentu merupakan salah satu wujud ketergantungan
pada orang lain. Mungkin begitu. Itu sebabnya jika aku perlahan-lahan
menyesuaikan hubunganku dengannya, pada akhirnya hubungan itu akan tenang——seharusnya
begitu.
Mengapa aku menyerah untuk
bekerja di shift yang sama dengannya? Tidak, aku ingat alasannya. Hal itu demi
memastikan waktu belajar dan bergantian dalam tugas memasak. Ya, memang begitu,
tapi seharusnya kami memutuskan untuk bertingkah lebih dekat di luar rumah ...
Haa.
Tanpa disadari, alat penyedot
debu terus meluncur di tempat yang sama di lantai.
Aku mematikan tombol dan
mengembalikan penyedot debu ke tempat pengisian daya. Aku juga mematikan
televisi. Ayo belajar. Karena aku seorang siswa yang akan menghadapi ujian.
Aku kembali ke kamarku dan membuka
buku referensi.
Aku tertinggal dalam target
karena pekerjaan bersih-bersih yang kulakukan. Aku akan menyelesaikan beberapa
soal sampai poin yang sudah aku tentukan dan kemudian menikmati camilan yang
lezat. Aku yakin masih ada puding di dalam kulkas. Puding ... bunyinya mirip
dengan “Perselingkuhan”* ... Suami di tempat kerja cenderung menciptakan
hubungan yang lebih dekat dengan wanita yang lebih dekat daripada istrinya ...?
(TN: Pengucapan pudding ‘purin’ dengan
perselingkuhan ‘furin’ hampir mirip)
Aku mengenakan headphone dan
membiarkan musik hip-hop lo-fi yang akrab mengalun dengan keras untuk mengusir
kata-kata yang tidak perlu dari kesadaranku.
◇◇◇◇
Di luar jendela, bulan sabit
yang menggantung bisa terlihat di langit senja.
Saat Asamura-kun pulang dari
kerja paruh waktunya, aku sedang mempelajari kembali kumpulan kosakata di ruang
tamu. Aku sudah memperkirakan kira-kira jam berapa ia akan pulang, jadi aku
menunggunya di tempat yang tepat. Aku tidak mengatakannya padanya, tentu saja. Baru saja aku bangkit dari sofa, dia langsung
berkata, “Rasanya enak.”
Hah,
tapi aku belum memasak makan malam, aku memiringkan kepalaku
dengan kebingungan. Baru setelah melihatnya mencuci sesuatu di wastafel, aku
baru menyadari kalau ia sedang bicara tentang bekal siangnya.
“Benarkah? Syukurlah kalau
begitu.”
Tentu saja aku merasa senang
meskipun bekalnya tidak terlalu spesial. Hanya berisi sisa makanan dari sarapan
pagi. Ketika aku sedang memikirkan itu, Asamura-kun mengatakan bahwa besok kalau
ia akan membuatkan makan siang untukku. Ini pertama kalinya Asamura-kun membuat
bekal, ‘kan? Aku berpikir apakah aku harus membantunya, tapi ia menolak karena
sudah menjadi tugasnya sendiri.
Ketika aku sedang menyimpan
bahan-bahan makanan yang dibeli di dalam kulkas, aku sudah bisa menebak isinya
meskipun tidak memintanya. Aku memanggil Asamura-kun saat ia selesai mencuci piring
dan hendak kembali ke kamarnya.
“Kamu akan belajar sekarang, ‘kan?
Biar aku saja yang akan menyeduhkan kopi untukmu.”
“Terima kasih. Apa kamu mau memintanya
juga?”
Ucap Asamura sambil mengambil cangkir
dari lemari dapur. Aku melihat jam dan memastikan bahwa masih ada waktu sebelum
makan malam. “Ya, tolong.” Aku duduk dan melihat Asamura menyeduh kopi dengan
alat penyeduh.
Aroma kopi moka yang sedikit asam
mulai menyebar di ruangan.
“Bisakah kamu memberitahuku jika
makan malam sudah siap?”
“Oke.”
Setelah Asamura-kun pergi dengan
segelas kopi di tangannya, aku kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak.
◇◇◇◇
Aku menyiapkan makan malam dan
memanggil Asamura-kun setelah selesai. Ia mengatakan bahwa makanan yang tersusun
di meja terlihat lezat. Kami makan sambil bercerita tentang kejadian hari ini.
Lalu ia tiba-tiba mulai mengatakan, “Ngomong-ngomong, ada pekerja paruh waktu baru di
tempat kerja, loh.”
“Pekerja paruh waktu baru?” tanyaku.
Asamura-kun lalu melanjutkan
dengan santai. Pak manajer toko pernah mengatakan kalau jam kerja paruh waktu
Yomiuri-senpai akan berkurang karena sedang mencari pekerjaan, jadi beliau
berencana untuk mempekerjakan setidaknya satu atau dua siswa pekerja paruh
waktu. Ya, ia memang bilang begitu.
“Iya. Katanya dia masih siswa
SMA kelas 1. Namanya Kozono Erina, kalau tidak salah.”
Karena aku tidak terbiasa
dengan nama tersebut, jadi aku mencoba menebak-nebak huruf kanji yang aneh di
dalam pikiranku. Tapi setelah dijelaskan oleh Asamura-kun, aku mulai mengerti
kalau nama Kozono berarti “Taman kecil”.
“Jadi, aku akan mengajari
pekerja baru itu.”
Kalau dipikir-pikir,
Asamura-kun lah yang mengajariku saat aku mulai bekerja paruh waktu dulu.
Meskipun terlihat seperti itu, Asamura-kun pandai mengajar. Tidak mengherankan
dirinya dipilih sebagai pengajar pekerja baru.
“Besok, Saki juga bekerja paruh
waktu pada jam yang sama denganku hari ini, kan?”
Sejujurnya, aku masih merasa
sedikit gugup ketika ia memanggilku dengan nama Saki, tapi aku mengangguk
sambil berusaha untuk tidak menunjukkan hal itu di wajahku sebisa mungkin.
“Kalau begitu, kamu mungkin
yang akan melatihnya besok.”
“Aku…tidak keberatan. Tapi itu
berarti Yuuta-niisan tadi menghabiskan semua giliran kerjamu dengannya untuk
sementara waktu…”
Seorang gadis baru yang imut.
Tidak, ia tidak mengatakan kalau dia imut. Apak Asamura Yuta akan bertanggung
jawab untuk melatih Kozono-san selama beberapa waktu?
Yuuta—niisan ...
“Aku cemburu,” kataku tanpa berpikir.
Perkataan dan sikapku sepertinya mengejutkan
Asamura-kun.
“Eh?”
“Maaf, aku hanya merasa cemburu.
Tapi, mengingat keadaannya, mau bagaimana lagi, ‘kan?”
Selain itu, aku dipanggil “Saki” bukannya “Ayase-san”. Sedangkan Kozono-san dipanggil “Kozono-san”, jadi tidak
perlu khawatir...
Ahh, tapi, entah kenapa, aku
merasa seperti matahari yang sedang terhalang awan.
Bayangan wajah serius selebriti
yang mengenakan dasi kupu-kupu muncul di benakku. Di belakang orang itu, ada
papan besar dengan efek suara yang besar.
[60%
perselingkuhan terjadi di tempat kerja!]
Wanita di tempat kerja memiliki
lebih banyak kesempatan untuk bersentuhan dan lebih mudah untuk menjadi akrab
daripada istri yang melakukan pekerjaan rumah tangga!
Tidak, tidak, tidak, tunggu
sebentar...
“Itu mungkin berdampak buruk
padaku.”
Asamura-kun bereaksi dengan
raut wajah meragukan atas kata-kata yang aku gumamkan. Aku lalu bercerita
tentang acara TV yang aku tonton saat bersih-bersih pada siang hari.
Ketika aku menyebut kata “Acara Spesial tentang Perselingkuhan”, wajah
Asamura-kun sedikit menegang dan menggelengkan kepalanya.
Ada bukti bahwa mudah untuk
menjadi dekat dengan lawan jenis di tempat kerja dan itu dapat menyebabkan
perselingkuhan, tapi aku tidak yakin apakah itu benar atau tidak. Aku memberitahu
Asamura-kun bahwa aku melihat informasi seperti itu. Kemudian, aku terguncang
ketika ada seorang gadis muncul yang bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan
Asamura-kun daripada aku. Mungkin itu sebabnya aku merasa seperti itu.
Asamura-kun diam-diam
mendengarkan tuduhanku dengan sabar dan bahkan menegaskan bahwa ia berterima
kasih karena aku sudah memberitahunya. Dan ia berjanji padaku bahwa dirinya
takkan memandang juniornya dengan cara seperti itu, dan ia juga tidak berniat
melakukan itu sejak awal, Asamura Yuuta——niisan…
“Jika Yuuta-niisan bilang begitu,
aku akan mempercayainya.”
Sejujurnya itu sangat membantu.
Karena kupikir perasaanku yang
kumiliki pada saat itu bisa merusak hubungan kami berdua.
Asamura Yuta dan Ayase Saki
adalah...
Sepasang kekasih.
Tapi kami juga kakak dan adik.
Aku hanya mengucapkan dalam
hatiku bahwa kami harus menjaga jarak yang tepat dan memiliki penilaian yang
tepat.
◇◇◇◇
Setelah selesai makan malam,
aku mandi terlebih dahulu.
Sambil berendam di bak mandi,
aku mencoba mengusir kalimat misterius “Junior
yang dekat dengan pacarku di tempat kerja” dari pikiranku. Jangan dipikirkan,
jangan dipikirkan. Sebaliknya, lebih baik memikirkan sesuatu yang lain.
Misalnya, turnamen olahraga yang akan datang pada hari Selasa.
Aku diajak ketua kelas untuk
bergabung dalam turnamen, dan tahun ini aku memilih voli sebagai olahraga tim
daripada tenis yang aku hindari tahun lalu karena merasa tidak cocok. Dibandingkan
dengan tenis, di mana aku hanya perlu mempermalukan diri sendiri tidak peduli
seberapa buruk permainanku, tapi dalam voli, kesalahanku akan mempengaruhi
orang lain juga dan itu tidak bisa aku terima.
Namun, baik Ketua maupun Satou-san
(Aku masih belum bisa memanggilnya Ryo-chin seperti yang lain) tidak pernah
marah atau menunjukkan ekspresi yang tidak menyenangkan meskipun aku melakukan banyak
kesalahan.
Bola voli adalah olahraga yang
mengharuskan kita mengembalikan bola ke lapangan lawan dalam maksimal tiga kali
sentuhan dan tidak menjatuhkan bola ke lapangan kita sendiri. Bagi mereka yang
berpengalaman, mengembalikan bola tanpa kesalahan dalam tiga kali sentuhan
mungkin hal yang biasa, tetapi bagi mereka yang belum berpengalaman, hal
tersebut cukup sulit. Oleh karena itu, aku sangat senang ketika aku bisa
mengembalikan bola tanpa kesalahan.
Meskipun ada kesalahan,
seseorang akan membantu dan kita semua merasa senang ketika berhasil mengembalikan
bola dengan baik. Hal tersebut merupakan kesenangan baru bagiku. Aku mulai
menyukai kedalaman dan kesenangan dalam olahraga tim.
Aku menyentuh otot-otot di lengan
dan kaki ku saat berendam di bak mandi. Mungkin itu hanya perasaanku saja, tapi
rasanya otot-ototku menjadi lebih tegang dan kuat daripada biasanya. Apa itu
hasil dari latihan atau karena pekerjaan di toko buku yang cukup memeras tenaga
fisik?
“Toko buku ...”
Aku tidak memiliki jadwal kerja
yang sama dengan Asamura-kun untuk sementara waktu. Selama waktu tersebut,
Asamura Yuuta—— Yuuta-niisan akan
bersama gadis junior. Pada jarak yang lebih dekat daripada diriku.
Sebagai adik perempuan, hal itu
bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Sebagai seorang kekasih—mungkin
wajar untuk merasa cemburu padanya.
Lantas, bagaimana perasaanku
dalam kasus “Yuuta-niisan” dan “Saki”?