Roshidere Jilid 7 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog — Ini adalah…

 

“Kalau begitu, silakan nikmati waktu kalian~”

Setelah mengatakan itu, Slit-paisen pergi meninggalkan ruang klub kerajinan tangan sambil tersenyum dengan penuh arti. Matahari sudah terbenam sepenuhnya, dan satu-satunya cahaya yang menerangi ruangan berasal dari lampu listrik yang menyinari lapangan sekolah. Suara yang bisa didengar hanyalah suara sayup-sayup dari murid-murid yang terdengar samar dari halaman sekolah.

“Uhmm ...kamu benar-benar tidak mau pergi ke halaman sekolah?”

“... Tentu sajalah. Mana mungkin aku bisa pergi ke sana setelah mendengar cerita seperti itu. Aku pasti akan salah dipahami.”

“Ya, mungkin begitu ...”

Meskipun tidak diucapkan secara gamblang, mereka berdua sama-sama tahu kesalahpahaman macam apa yang dimaksud. Gosip mengenai Masachika dan Alisa yang baru saja diceritakan oleh Slit-paisen. Jika kedua orang yang bersangkutan tampil dengan kostum yang penuh semangat seperti ini, pasti ada banyak murid yang berpikir, “Mereka berdua pasti berpacaran.” Bahkan jika mereka berdua membantahnya dengan “Kami tidak berpacaran,” mereka mungkin akan ditanggapi dengan wajah tak percaya, “Ehh~, kalian pasti bohong, ‘kan?”.

“Selain itu ... meskipun gaun ini terlihat sangat indah, desainnya sedikit terlalu terbuka untuk dikenakan di depan orang banyak ...”

Alisa berkata dengan ragu sembari menundukkan pandangannya. Tatapan mata Masachika segera mengikuti pandangannya, lalu dirinya melihat dua gunung besar yang hampir tumpah, dan Masachika segera mendongak untuk memalingkan pandangannya.

(Yah memang. Benar sekali, memang benar-benar seperti itu.)

Masachika tidak berani mengatakannya dengan keras, tetapi ia diam-diam setuju di dalam hatinya.

Meskipun kostum band Alisa memiliki desain yang cukup berani di sekitar payudaranya, tapi gaun ini justru lebih dari itu. Sejujurnya, sekitar separuh payudara bagian atasnya terlihat. Belahan dadanya sungguh terlihat mengagumkan.

(Yup, ini mirip seperti yang ada di manga. Dia kelihatannya bisa melakukan sesuatu yang kadang-kadang dilakukan karakter Onee-san seksi yang mengeluarkan ponsel dari belahan dadanya.)

Masachika segera mencoba melarikan diri ke dalam pemikiran otaku, tetapi gambaran karakter Onee-san yang terbentuk dalam pikirannya berubah menjadi Alisa, jadi Masachika menggelengkan kepalanya dengan cepat.

(Tapi tunggu sebentar! Dengan model yang terbuka seperti itu, biasanya seseorang bisa melihat pakaian dalamnya, ‘kan? Karena tidak terlihat, apa itu berarti memakai celana dalam dengan bentuk seperti itu atau ... ja-jangan-jangan dia tidak pakai bra ...?)

Dirinya hampir saja hendak memeriksanya lagi, tapi Masachika memukul pipinya dan memaksakan dirinya untuk menghadap ke depan. Kemudian ia membayangkan Slit-paisen yang terlihat bangga seakan berkata “Akulah yang membuatnya,” dan Masachika menggertakkan giginya dengan erat.

(Oii, Slit-pai!!! Mana mungkin ada orang yang bisa tampil di depan murid-murid dengan kostum semacam ini———!!! Siapa yang menyuruhmu sampai harus melakukan ini!!? Kamu memang sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa, terima kasih banyak!!)

Ia berteriak dalam pikirannya dengan marah ketika Alisa menatapnya dengan tatapan dingin.

“Apa yang begini hobimu?”

“Tidak, itu mungkin hobi Slit-pai. Atau bahkan pekerjaannya.”

“Hmm ...”

Walaupun Masachika langsung menjawab dengan cepat agar tidak disalahpahami, tetapi ia tahu bahwa tatapan skeptis Alisa tertuju padanya. Namun, mereka berdua memutar kepala ke arah lapangan sekolah ketika musik mulai terdengar dari sana. Kemudian mereka saling menatap tanpa sadar.

““Ah!””

Ketika pandangan mereka saling menatap, Masachika merasakan detak jantungnya berdebar lebih kencang lagi ketika ia menyadari betapa cantik dan mempesonanya Alisa. Kulitnya yang putih layaknya salju bahkan dalam keremangan, mata birunya yang berkilauan bahkan dengan cahaya yang sedikit. Gaun yang bagaikan peri, menonjolkan kecantikan yang terlalu sempurna sehingga terasa tidak realistis. Pinggang ramping Alisa yang begitu langsing, menambah kesan rapuhnya ... Sementara itu, ia merasakan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kesan itu——

“Ahemm!”

Setelah berdehem untuk menghilangkan pikiran jahat, Masachika dengan lembut mengulurkan tangan kirinya ke arah Alisa, berusaha untuk tidak menunjukkan kegugupannya.

“Umm, sekali lagi ... bagaimana kalau kita berdansa?”

“... Baiklah.”

Alisa menempatkan tangan kanannya di tangan Masachika dan mereka saling berhadapan. Ketika Masachika melingkarkan lengannya yang lain di sekitar punggung Alisa, ia merasa lebih tenang. Sambil menatap wajah Alisa yang cukup dekat sampai-sampai bisa merasakan nafasnya, Masachika menari sesuai dengan irama pernapasannya.

“... Tahun ini kamu terlihat lebih tenang, ya?”

Sambil mengingat perilaku Alisa yang liar di malam festival tahun lalu, Masachika bertanya dengan nada nakal dan Alisa mengerutkan keningnya sedikit.

“Karena aku memakai gaun pinjaman, aku tidak bisa melakukan hal yang berlebihan, kan? Atau apa kamu ingin menari dengan lebih liar?”

“Hahaha, itu sih membutuhkan banyak tenaga, jadi aku ingin menahan diri untuk malam ini.”

“... Begitu.”

Sambil saling berdekatan dan menatap satu sama lain, mereka menari dengan perasaan tenang. Kemudian, kenangan masa kecil muncul di benak Masachika bersamaan dengan perasaan nostalgia.

(Perasaan ini... mengingatkanku pada kelas dansa yang pernah aku ikuti dulu. Kalau tidak salah, pasangan yang berlatih bersamaku saat itu adalah Ayano, ‘kan?)

Tiba-tiba, Alisa melangkah maju dengan cepat dan menekan tubuhnya ke dalam pelukan Masachika, membuatnya mundur dengan tergesa-gesa. Namun, jarak antara mereka tidak begitu jauh. Jaraknya begitu dekat hingga mereka hampir saling menabrak.

“Alya-san? Bukannya kamu terlalu dekat?”

“Benarkah? Itu hanya perasaanmu saja mungkin?”

“Tidak, kamu beneran terlalu dekat!”

Sambil berbicara demikian, Alisa kembali melangkah maju dan Masachika buru-buru menghindarinya. Tidak ada lagi tarian yang mereka berdua lakukan. Masachika hanya berusaha untuk tidak menginjak kaki Alisa maupun terjatuh.

(Kupikir dia lebih tenang daripada tahun lalu?)

Sensasi lembut yang menekan badannya membuat gerakan kakinya menjadi kacau dan Masachika kesulitan untuk berkonsentrasi dengan baik.

(Uwwoooooaaahhhh, bagian yang ini juga sudah menjadi lebih dewasa daripada tahun lalu!)

Meskipun disibukkan dengan sensasi kenyal yang semakin kuat dari tubuh Alisa yang menekan dadanya, tapi Masachika tidak menurunkan pandangannya. Dirinya tahu bahwa jika ia melakukannya, pandangannya akan tersedot ke dalam lembah misteri yang sangat dalam.

(Heh, aku tidak akan terjebak dalam perangkap Slit-pai--- Aahh!)

Dengan ekspresi yang tidak menunjukkan sedikitpun ketenangan, gerakan kaki Masachika menjadi canggung dan tidak karuan. Alisa mengejarnya tanpa ampun dan tersenyum dengan kejam.

(Fufu, kemana perginya kepercayaan dirimu yang tadi?)

Entah bagaimana, Alisa merasa bahwa Masachika sedang memikirkan wanita lain ketika mereka menari, jadi dia mencoba mendorong tubuhnya ke dalam pelukan Masachika sebagai teguran. Namun, reaksinya ternyata lebih dari yang diharapkan. Melihat Masachika yang panik dan serba salah, Kenakalan Alisa semakin menjadi-jadi.

(Benar sekali, aku sudah mengenakan gaun yang sangat berani dan menari denganmu... jadi kamu hanya perlu fokus padaku!)

Untuk mencegahnya melarikan diri, dia melangkah maju sambil menarik tubuh Masachika dengan kuat dengan kedua tangannya. Tapi Masachika merespons dengan kecepatan reaksi yang mengagumkan.

“Fufufu.”

Alisa tertawa saat merasakan perhatian Masachika yang kuat pada kaki yang berusaha menghindari langkahnya, dan tangan kanannya yang diletakkan dengan lembut di punggungnya. Tidak peduli seberapa nekatnya Alisa, Masachika selalu menerimanya. Hal ini membuat Alisa sangat senang, dan dia terus mempermainkan Masachika..

(Ahhh, rasanya menyenangkan sekali... lihatlah aku,  hanya lihat ke arahku. Jadilah satu-satunya pasanganku. Jika demi itu, aku akan...)

Tangan mereka yang saling berpegangan terasa hangat. Detak jantungnya semakin cepat karena merasakan suhu tubuh Masachika yang begitu dekat. Alisa tanpa sadar mendekatkan wajahnya ke arah Masachika...

“Ah, oops!”

“Eh, kyaa!”

Pada saat itu, Masachika akhirnya kehilangan keseimbangannya. Ia tersandung dan mendarat di lantai, punggungnya menabrak dinding. Alisa juga ikut terjatuh ke depan—— dan dipegang erat oleh Masachika dengan kedua tangannya.

“Aduduh, sakit.... Alya, apa kamu baik-baik saja?”

Jelas-jelas kalau penyebab Masachika terjatuh karena kesalahan Alisa. Meski demikian, Masachika tetap memperhatikan keselamatan Alisa tanpa menyalahkan apapun. Kelembutan hati Masachika dan tatapan khawatir yang diarahkan kepadanya membuat hati Alisa terasa bahagia.

Sebenarnya, dia harus meminta maaf. Dia paham, tapi dia tidak bisa menahan senyum karena merasa senang. Karena dia tidak mau cowok yang ada di hadapannya melihat wajahnya yang diliputi kegembiraan dan kebahagiaan, jadi Alisa mengubah senyumnya menjadi senyum nakal.

“Ada apa? Apa kamu…..”

Alisa menatap wajah Masachika dengan pandangan provokatif, dia lalu memasukkan jari telunjuk tangan kanannya ke antara dadanya dan menarik sedikit ujung gaunnya. Kemudian, sambil memamerkan belahan dadanya sendiri, Alisa berbisik dengan penuh gairah.

“Apa kamu penasaran dengan ini?”

“Hei, tunggu, apa yang――!”

Ketenangan dan kewarasan Masachika tampaknya benar-benar terpental jauh, dan wajahnya langsung merah merona. Alisa merasakan tatapan Masachika tertuju pada dadanya, dan sekujur tubuhnya menjadi panas serta berkeringat.

“Fu, fufu, dasar cabul. Mesum~.”

Sambil menahan rasa malu yang membuatnya ingin berteriak kapan saja, Alisa terus menggoda Masachika. Kemudian, seolah-olah untuk menghindari tatapan Masachika, dia bersandar pada dadanya lagi. Alisa merasakan detak jantung Masachika yang berdegup kencang sama seperti dirinya ketika menempelkan telinganya di dada Masachika yang kekar dan terasa nyaman.

(Hebat, jantungnya berdebar kencang... Fufufu, dasar benar-benar nakal.)

Meski merasa malu sampai ingin membuatnya berteriak, dia tidak keberatan. Entah itu disentuh atau dilihat oleh Masachika, Alisa sama sekali tidak keberatan.

Perasaan apa ini? Bahkan sekarang, dia masih merasa malu sampai ingin berteriak, tapi hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dia merenungkan perasaan tersebut, pernah merasakan hal yang sama di suatu tempat sebelumnya————  

“O-Oi, Alya? Oi~!”

Suara Masachika yang dipenuhi kegugupan membuat Alisa tertawa.

“Kenapa kamu malah melamun terus? Jika kamu tidak terluka, aku ingin melepaskan diri dari pelukanmu.”

“Ara, apa kamu tidak suka ketika aku memelukmu?”

“Bu-Bukannya begit――”

Melihat Masachika yang kehilangan kata-kata, Alisa tertawa riang dan memejamkan matanya dengan penuh kepercayaan.

(Aku hanya menggoda Masachika-kun saja. Hanya itu saja...)

Sambil menggumamkan hal itu di dalam hati, Alisa bersandar pada Masachika. Ketika melihat senyum yang penuh kepercayaan itu, Masachika pun membuat santai badannya seakan-akan dirinya sudah menyerah. Dan mereka berdua terus berpelukan dengan tenang sampai musik tidak lagi terdengar dari halaman sekolah.



Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama