[LN] Anti-NTR Jilid 2 Bab 7 Bahasa Indonesia

Chapter 7

 

Waktu senja telah berlalu dan aku berjalan di sepanjang jalan yang gelap bersama Ayana.

“Towa-kun.”

“Ada apa?”

“Tidak, aku cuma ingin memanggil namamu saja.”

“…Begitu ya.”

“Ya.”

Entah bagaimana, kami sudah mengulangi percakapan semacam ini untuk sementara waktu.

Keimutan Ayana sudah luar biasa sebelum kami meninggalkan taman, tetapi dia terlihat sangat imut saat dia berjalan sambil memegang lenganku, seolah-olah dia tidak akan pernah meninggalkanku, dan kelembutan payudara besarnya yang dapat kurasakan saat dia melakukan hal ini adalah bonus tambahan.

Aku mengalihkan pandanganku dari Ayana, yang tertawa cekikikan, dan kami berdua terdiam dan mulai berjalan lagi.

“Ah……”

Tapi saat kupikir dia sedang diam dan melirik Ayana, dia justru menatapku.

Kemudian, entah mengapa, kami berdua tersipu malu, berpaling satu sama lain, dan kemudian saling memandang lagi. ......Ummm~, jam berapa sebenarnya ini, sih?

“Meskipun kita sedang bergandengan, kamu masih harus memandang ke depan...”

“Tidak ♪ aku hanya aku melihat Towa-kun ♪”

Bahkan jika aku menunjukkannya untuk melihat ke depan, aku tidak bisa mengatakannya dengan kuat jika dia membalas dengan sikap manis seperti ini.

Dia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dariku, dan terus berjalan pulang sambil memegang lenganku.

Tapi kemudian—— saat itulah orang itu menampakkan diri kepada kami.

“Ah……”

Ayana dan aku berhenti pada sosok yang muncul di depan kami.

“Shu.”

“…………”

Ya, Shu muncul di hadapan kami berdua.

Seolah-olah ia sedang berlarian dan mencari kami, ia bernapas ngos-ngosan dan wajahnya berkeringat deras.

Shu melihat kami yang berjalan bergandengan tangan dengan tatapan mata terkejut, lalu ia memelototiku dengan tajam... Itu adalah hal yang belum pernah kulihat pada Shu sebelumnya.

Di dalam tatapan matanya terdapat keheranan, kesedihan, dan kemarahan terhadapku.

Ketika Shu, yang sudah mengatur nafasnya, mencoba membuka mulutnya, Ayana berbicara lebih cepat darinya.

“Aku memutuskan untuk berpacaran dengan Towa-kun.”

“……Hah.”

Shu tampak tercengang dengan kata-kata yang diucapkan oleh gadis yang ada di sebelahku.

Pada akhirnya, cepat atau lambat aku harus berbicara dengan Shu, jadi aku mencoba mengikuti Ayana, tapi Ayana justru menghentikanku.

“Aku ingin kamu menyerahkan masalah ini padaku.”

Setelah mengatakan itu dengan berbisik, Ayana menghadap ke arah Shu.

Aku memutuskan untuk mengikuti kata-kata Ayana dan mengamati situasi tanpa mengatakan apa-apa——  tetapi kemudian aku menyadari sesuatu.

Begitulah cara Ayana memandang Shu.

Aku dulu merasa bahwa pandangan Ayana yang menatap Shu terasa tidak wajar, tapi sekarang dia tidak melihat Shu dengan cara tidak wajar—— dia hanya memandangnya sebagai keberadaan teman masa kecilnya... Ya, sebagai teman masa kecil.

“Aku selalu menyukai Towa-kun. Sejak aku masih SD, sejak kami berdua bertemu, aku selalu mencintainya.”

Setiap kali Ayana melanjutkan perkataannya, kesedihan di mata Shu semakin mendalam.

Tatapan mata tidak mau mempercayainya,  tidak mau mengakuinya, dan emosi semacam itu terasa di sana... Shu seperti itu hanya menatap Ayana seolah-olah ia melupakan keberadaanku.

Dengan pandangan mata yang hanya menatap Ayana saja, Shu membuka mulutnya seakan ingin berteriak.

"Kenapa...kenapa! Kita sudah bersama sejak kita masih kecil! Kamu sudah bersamaku bahkan lebih lama dari Towa! Kamu selalu bersamaku dan ...... selalu memiliki senyum di wajahmu!!!”

Itulah yang dikatakan Shu karena ia telah menghabiskan seluruh hidupnya sebagai teman masa kecil Ayana.

Shu tidak meragukan bahwa Ayana yang berada di sisinya berpikir baik tentangnya, dan selalu berpikir bahwa dirinyalah yang akan menjalin hubungan dengan Ayana... jadi ia tidak bisa menerimanya.

Hari ini, aku benar-benar tidak ingin melihat berbagai ekspresi dari berbagai orang, tetapi aku tidak akan mengalihkan pandanganku dari mereka berdua.

“Ya. Kami berdua sudah bersama sepanjang waktu.”

“Lantas, kenapa!”

“Itu sebabnya!”

“......”

Ayana menyela kata-katanya dengan berbicara lebih keras dari Shu, yang berbicara dengan lantang, dan terus berbicara dengan suara tenang.

“Tolong cari seseorang yang lebih baik dariku. Aku yakin Shu-kun memiliki seseorang yang lebih baik dariku, yang memanfaatkan niat baikmu dan terus berbohong padamu.”

Perasaan yang dibawa oleh kata-kata Ayana mungkin adalah kata-kata perpisahan dan permintaan maaf.

Ekspresi wajahnya pasti menunjukkan senyuman, tapi dari sudut pandang Shu, ia baru saja dibombardir dengan kenyataan yang kejam... Aku juga memikirkan banyak hal tentang Shu, dan aku tidak akan membanggakan diri bahwa akulah yang lebih benar darinya.

Hari-hari yang kuhabiskan bersama Shu pasti terukir dalam ingatanku, jadi rasanya sedikit menyakitkan melihat raut wajahnya yang terluka begitu.

“Apanya bohong...aku selalu menganggap Ayana sebagai...”

Dengan berlinang air mata, Shu mengulurkan tangannya kepada Ayana,... tetapi Ayana tidak menanggapi uluran tangannya.

Setelah menyadari segalanya dari penampilan Ayana, Shu menurunkan tangannya yang terulur dan kemudian mengalihkan pandangannya kepadaku—permusuhan yang jelas di mata itu membuatku merasa seperti disebut pengkhianat.

“Kamu—”

Shu mengambil langkah maju ......, namun hal itu pun diinterupsi lagi oleh Ayana.

“Shu-kun!”

“...!”

“Tolong jangan jatuh ke dalam perangkap berpikir seperti orang-orang itu. Tolong jangan mengamuk jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginanmu. Jika tidak, Shu-kun akan tetap berpikiran sempit untuk waktu yang lama.”

“... Sialan.”

Saat Shu hendak menyerahkan dirinya pada kemarahan, teguran Ayana yang dilontarkan kepadanya membuat Shu menjadi tenang dan langsung melarikan diri.

Ayana, yang sedari tadi menatap punggungnya yang semakin lama semakin mengecil, menghembuskan nafas kecil dan melompat ke dalam dadaku lagi.

“Sejujurnya... kupikir itu akan menjadi bumerang. Tapi... kurasa aku sudah mengambil langkah maju juga.”

“Ah, benar juga. Aku berencana untuk berbicara dengannya suatu hari nanti.”

Mengesampingkan masalahku sendiri terlebih dahulu, aku menepuk kepala Ayana seraya mengatakan bahwa dia sudah melakukan pekerjaan dengan baik.

Aku terus membelai kepalanya sambil berdiri diam untuk beberapa saat, dan ketika aku menjauhkan tanganku, Ayana menatapku dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia tidak puas. Dalam hal ini, akulah yang berada dalam masalah karena tidak tahu kapan harus berhenti.

“Hari ini aku... tidak ingin pulang.”

“... Ah~”

Bukan hari ini, tapi hari ini juga, kan? Yah, aku takkan membuat tsukkomi yang liar, dan jika Ayana ingin melakukannya, tidak ada alasan untuk menolaknya.

Tapi ... ketika dia memberitahuku kalau dia tidak ingin pulang hari ini membuat jantungku jadi berdetak kencang, dan dalam arti sebenarnya aku semakin menyadari kalau aku sudah menjadi sepasang kekasih dengannya, membuatku tidak bisa berhenti menyeringai…..Ah, percuma saja, hari ini juga!

“Towa-kun? Kenapa kamu mendadak menggeliat-geliat begitu?”

“Memangnya salah siapa? Salah siapa! Tubuhku tidak bisa berhenti gemetar karena Ayana!”

“E-Eeehhhhhhhhhhhhhhhhhh!?!?”

Untuk saat ini, aku akan memeluk Ayana sekuat tenaga untuk memberikan hukuman, atau lebih tepatnya hadiah, karena telah membuatku merasa seperti ini.

Kami sempat bermesra-mesraan sebentar di jalanan gelap pada malam hari, tapi aku tersadar ketika menerima pesan di ponsel dari ibuku yang menanyakan keberadaanku, dan kami segera pulang ke rumah.

 

▽▼▽▼

 

“Ibu ... dia benar-benar kelihatan senang banget.”

Setelah pulang ke rumah, dia terlihat sangat senang ketika aku memberitahunya kalau Ayana akan menginap di rumahku lagi hari ini, tetapi saat kami menyampaikan bahwa kami sekarang resmi berpacaran, dia menunjukkan  tarian kegilaan yang menakutkan.

Seperti biasa, ibuku meminum alkoholnya lagi hari ini.

“Yah, tapi ...... dari kelihatannya, dia pasti sudah menunggu lama.”

Dia sepertinya tidak meragukan hubungan kami, tapi kupikir dia sudah lama menunggu laporan resmi dariku.

Aku bisa memberikan laporan yang baik kepada ibuku yang sudah merawatku sejak lama. ...... Apakah ini contoh lain dari bakti kepada orang tua?

“Seriusan ... ada banyak hal yang terjadi.”

Peristiwa beberapa hari terakhir, tidak main-main, rasanya begitu intens sehingga seolah-olah acara berbulan-bulan dikemas dalam sekali kejadian.

Aku terbangun di dunia sebagai Towa, lalu bertemu Ayana yang sangat aku cintai, dan saat bersenang-senang dengan Ayana, aku menyadari ada sesuatu yang salah, dan kemudian dia mengingat dunia ini dan berbicara dengan Ayana... Entah bagaimana aku berhasil menghilangkan kegelapan dari hati Ayana.

Rasanya benar-benar padat. ...... Aku bahkan tidak tahu berapa banyak poin aksi yang akan kuhabiskan jika itu adalah permainan seperti ini.

“Masih ada masalah mengenai Shu, Kotone, Hatsune-san….dan Seina-san juga. Meskipun masih ada masalah, tapi Iori dan Mari seharusnya baik-baik saja. Selama rencana Ayana berhasil dihentikan, seharusnya tidak ada masalah dengan gadis-gadis itu.”

Tentu saja, bukannya berarti aku tidak akan melihat hal-hal di masa depan.

Dari sudut pandang mereka, aku hanya seorang senior dan junior, tapi karena kami sudah sangat mengenal satu sama lain, jadi setidaknya aku bisa mengawasi mereka jika ada terjadi sesuatu.

“…Hmm?”

Ketika aku melihat ke luar, aku melihat bayanganku sendiri terpantul di kaca jendela.

Aku tersenyum sendiri saat melihat sosok Yukishiro Towa yang sama di sana

“Towa, entah bagaimana aku berhasil. Kurasa aku sudah melakukan yang terbaik.”

Apa bayanganku yang terpantul di jendela sedang menertawakanku? Aku merasa lelah dan mungkin itu hanya imajinasiku, tetapi mari kita asumsikan seperti itulah kelihatannya.

Saat aku memikirkan hal semacam itu sendirian, aku mendengar langkah kaki di balik pintu, dan Ayana kembali dari kamar mandi.

“Air panasnya terasa segar♪ Terima kasih sudah menunggu, Towa-kun.”

“Selamat datang kembali Ayana.”

Ayana yang telah mengeringkan rambutnya dengan baik, sekarang berada di sampingku, jadi tanpa berkata apa-apa, aku pergi ke belakangnya dan meletakkan tanganku di sekitar perutnya.

“Apa jangan-jangan kamu tidak sabar menunggu?”

“Aku sedikit kesepian… ya, aku kesepian.”

“Fufu, Towa-kun terlihat sangat imut dan menggemaskan banget hari ini."

“Kamu ini bicara apa, bukannya Ayana yang jauh lebih imut?”

Jika seorang pria ditanya apa mereka senang disebut imut, rasanya akan menjadi sangat ambigu, jadi itu sebabnya kata-kata itu cocok untuk seorang gadis seperti Ayana.

“... Suu.”

“Fufu, rasanya geli, tau~.”

Aku membenamkan wajahku di rambut Ayana dan mencium aromanya.

Aku harus memeluknya dengan erat agar Ayana tidak kabur saat dia menggeliat-geliatkan tubuhnya. .......lagipula, aku yakin Ayana takkan melarikan diri juga.

“Aku sudah merasa puas hanya dengan memelukmu seperti ini. Kamu memancarkan aroma harum, dan kehangatan yang dimiliki Ayana sangat menenangkan.. Aku tidak akan bisa melakukannya di musim panas, jadi sekarang saatnya untuk melakukannya sesuka hatiku.”

“Tolong lakukan di musim panas juga. Aku tidak keberatan jika Towa-kun berkeringat dan lengket, tau?”

“Seperti yang diharapkan, kamu harusnya jangan suka hal-hal yang lengket.”

“Enggak mau~♪”

Hahaha dan Ayana tertawa… ya, itu benar-benar senyuman yang sangat tulus.

Aku yakin aku sangat emosional sekarang, atau mungkin aku membuat ekspresi yang terlalu baik.

Mata Ayana terbelalak sesaat, tapi dia langsung tersenyum lagi dan berkata,

“Towa-kun, saat ini aku merasa seperti sedang punya sayap.”

“Apa maksudmu?”

“Rasanya seperti sudah terbebaskan ... ? Seolah-olah belenggu yang telah lama melekat di kakiku telah terlepas. Perasaan yang menyegarkan.”

“Begitu ya... jadi begitu rupanya.”

Ahh... Aku merasa sangat senang mendengarnya mengatakan itu.

Aku memeluk Ayana sedikit lebih erat lagi, dan Ayana juga memegang tanganku dan menggenggamnya.

“Tidak semuanya akan berjalan lancar. Aku yakin akan ada hal-hal yang lebih sulit di masa depan... Aku yakin akan ada lebih banyak momen di mana aku harus menahan bagian hitam yang akan keluar, tapi aku akan baik-baik saja! Karena kamu ada di sampingku, Towa-kun♪”

Ahh, benar sekali. Dan aku juga sama. Apa pun yang terjadi, apa pun yang mereka katakan, aku tidak peduli sama sekali karena aku sudah mengatasinya, dan kamu ada di sisiku.”

“Ya♪”

Aku yakin kalau kami berdua pasti bisa mengatasi kesulitan apa pun.

Ini bukan angan-angan, tetapi sesuatu yang kami yakini benar adanya— Mau dipikirkan bagaimanapun juga, semuanya akan baik-baik saja, ‘kan? Karena aku memiliki pasangan yang luar biasa di sampingku.

“… Aku bisa menerimanya sekarang. Jika aku terus seperti itu, aku pasti tidak akan bisa tetap berada di sisi Towa-kun dengan perasaan seperti ini.”

"Aku ingin menyetujuinya, tapi aku yakin bahwa Ayana akan menyembunyikannya.”

“Aku ingin tahu apakah ini juga karena kekuatan cinta... tapi yang jelas ini pasti lebih baik.”

Aku melepaskan rangkulanku, dan Ayana berbalik menghadapku.

Dia menatapku dengan tatapan menengadah... apa yang sedang dia cari? Entah kenapa aku bisa mengetahui apa yang diinginkannya dan menciumnya.

“Ehehe, tanpa diberitahu juga kamu bisa memahaminya, ya?”

Oh, sepertinya tebakanku benar... Baiklah!

Entah kenapa, rasanya seperti itu... Aku merasa seperti sudah melayang sepanjang hari, tetapi aku ingin tetap dalam suasana hati seperti ini setidaknya untuk hari ini..

Seolah-olah ingin mengejutkanku, Ayana mengatakan hal ini tanpa menyembunyikan emosinya.

“Towa-kun—terima kasih banyak sudah menemukanku, dan menyelamatkanku…. serta mencintaiku!”

Senyumnya begitu indah saat mengucapkan terima kasih.

Wajah tersenyumnya terlihat sangat tulus dari lubuk hatinya, sampai-sampai aku tidak akan pernah bisa melupakannya, rasanya begitu tulus sehingga itu terukir jelas dalam pikiranku…... sejauh itulah senyumnya yang tulus.

 

Seharusnya akulah yang berterima kasih padamu, Ayana.

Terima kasih banyak sudah bertemu denganku, terus-menerus membantuku... dan mencintaiku.

 

Tanpa diragukan lagi, kami sudah melewati satu rintangan hari ini.

Begitu aku menyadarinya, aku bersumpah untuk terus berjalan bersamanya agar aku selalu bisa melindunginya dalam pelukanku selamanya.

Bukan sendirian, tapi bersama-sama kita akan bahagia——  itulah jawaban yang aku…... atau lebih tepatnya, jawaban yang aku dapatkan bersama Ayana.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

 

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama