[LN] Saijou no Osewa Jilid 4 Bab 5 Bahasa Indonesia

Bab 5 — Sepuluh Tahun Kesalahpahaman

 

 

Keesokan pagi setelah bermain di pantai.

Seperti biasa, kami semua berkumpul di ruang makan.

Tennouji-san yang duduk di hadapanku, sedang makan omelet. Dia sudah memakan omelet itu selama beberapa hari ini, jadi mungkin dia menyukainya.

Tennouji-san terlihat sedikit gemetar.

“Tennouji-san, apa kamu kedinginan?”

“Tidak. Ini adalah getaran seorang pejuang... Aku merasa yakin dengan ujian kali ini. Kali ini aku akan mengalahkan Konohana Hinako.”

Kupikir dia kedinginan karena ruangan yang dingin, tapi sepertinya bukan itu alasannya.

“Kursus musim panas juga berakhir hari ini. Rasanya cukup sedih jika dipikirkan.”

Narika mengeluh.

Aku dan Hinako juga... pasti semua orang merasakan hal yang sama.

“Aku dan Konohana-san berencana pulang besok, bagaimana dengan kalian semua?”

“Aku juga akan pulang besok.”

“Kalau aku mungkin pulang lusa. Ayahku pergi untuk mengawasi toko, jadi aku memutuskan untuk menemaninya.”

Keluarga Narika adalah produsen perlengkapan olahraga terbesar di Jepang. Sama seperti keluarga Taisho Asahi-san, mereka memiliki bisnis yang melayani konsumen umum, bukan perusahaan. Mereka memiliki toko di seluruh negeri. Mereka datang ke Karuizawa, jadi mereka mengunjungi toko-toko di sekitar sana.

Setelah mendengar jawaban Tennouji-san dan Narika, aku melihat ke arah Yuri.

Aku sebenarnya ingin bertanya kepada Yuri juga, tapi dia terlihat melamun dan menatap kosong ke ruang hampa.

“Yuri?”

“Eh? Oh, maaf. Aku tidak mendengar.”

Yuri merespons dengan sedikit keterlambatan.

“Apa ada sesuatu yang terjadi?”

“Tidak, bukan apa-apa kok.”

Tanggapannya tidak seenergik biasanya.

Setelah dipikir-pikir, mungkin aku kurang memperhatikan saat mengajak Yuri yang hampir setiap hari bekerja paruh waktu pergi ke pantai. Dia juga cukup aktif di pantai tadi, jadi mungkin dia kelelahan.

“Hari ini adalah pengumuman hasil ujian, kan? ... Oh, jadi itulah sebabnya banyak pelanggan yang terlihat cemas hari ini,” kata Yuri sambil melihat sekeliling ruang makan.

Kami sebenarnya tidak begitu cemas. Hinako dan Tennouji-san pasti mendapatkan nilai tinggi tanpa masalah.

Satu-satunya orang yang cemas hanya aku dan Narika.

“Oh ya, kalau tidak salah Hirano-san juga pernah mengajar Itsuki sebelumnya, kan?”

“Iya, ia sangat sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya sehingga kadang-kadang tidak bisa fokus pada pelajaran. Itu sebabnya aku sedikit lebih percaya diri dalam studiku,”

Hee~, para Ojou-sama terkesan dengan balasan Yuri.

Aku merasa heran bagaimana Narika tahu tentang itu, tapi sebelum pergi ke pantai, Yuri memang terlihat berbisik-bisik dengan Narika. Mungkin mereka berbicara tentang hal itu tanpa sepengetahuanku.

Sekarang aku menyadari bahwa Yuri juga memiliki sisi yang luar biasa. Memang benar Yuri selalu serius dalam belajar sejak dulu. “Aku tidak mau dianggap bodoh yang hanya bisa masak,” begitulah yang pernah dia katakan. Itu adalah motivasi khas dari Yuri yang tidak suka kalah.

“Hei, gimana soal ujiannya?”

“Itu... soalnya yang seperti ini.”

Aku mengeluarkan soal ujian dari tas yang ada di bawah kursi dan menunjukkannya pada Yuri.

Yuri menatap soal tersebut dengan tatapan kaku.

“Umm, Itsuki, apakah kamu mengerti... artinya?”

“Kalau hanya artinya, aku mungkin bisa mengerti.”

Aku hanya bisa membaca dan memahami kalimat soal.

“Ah, ya. Aku juga mungkin bisa mengerti sedikit.”

“Seriusan...?!”

Memangnya dia tidak pernah membayangkan butuh waktu berapa lama bagiku untuk memahaminya?

“Lalu, eh... apakah kamu bisa menyelesaikan ini?”

Sepertinya ada emosi aneh di mata Yuri saat dia bertanya.

Kecemasan. Entah mengapa, Yuri terlihat ketakutan saat bertanya.

Aku tidak tahu alasan di balik itu, tapi aku menjawab dengan jujur.

“Kalau aku bisa menyelesaikannya, mungkin aku tidak akan terlihat seperti ini.”

“...Kurasa benar juga!”

Mungkin setelah melihat wajahku yang tampak seperti ikan mati, raut wajah Yuri tidak lagi penuh kekhawatiran.

“Yahh, soal semacam ini pasti tidak mudah untuk dijawab! Tapi entah bagaimana, Itsuki adalah orang dari pihak sini.” kata Yuri dengan kedua tangannya di pinggang.

“Aku... tidak bisa membantahnya,” kataku tanpa bisa membantah perkataan Yuri.

Sepertinya aku masih belum bisa mengikuti mereka yang berada di Akademi Kekaisaran. Aku merasakan kalau upayaku masih kurang.

“...Apa iya begitu?”

 Tennouji-san bergumam dengan suara kecil.

“Sudah, sudah. Seperti yang aku katakan sebelum ujian, jika kamu mendapatkan nilai jelek, aku akan membuatkan set hamburger untukmu. Jadi, cerialah sedikit.”

Mengingat pendidikan Spartan Shizune-san yang sudah menanti, aku membutuhkan setidaknya sepuluh set hamburger untuk menyeimbangkannya.

“Tolong kirim pesan saat hasilnya keluar? Aku masih bekerja paruh waktu sampai siang.”

“...Baiklah.”

Kurasa sudah waktunya untuk pergi ke kelas.

Aku meninggalkan ruang makan bersama Hinako dan yang lainnya.

“Aku tiba-tiba jadi merasa sedih ketika memikirkan kalau ini hari terakhir kursus musim panas.”

“Yeah. Meskipun pelajarannya berat, tapi itu bisa menjadi kenangan yang indah.”

Ketika kami masuk ke dalam kelas, Tennouji-san dan Narika terlihat sedih saat mereka berbicara.

Siswa-siswa lain juga sedang membicarakan hal yang serupa. Merasakan suasana itu, aku pun teringat seminggu terakhir ini dan merasa kesepian.

“Baiklah, sekarang, aku akan mengembalikan hasil ujian kalian.”

Guru pengajar yang berdiri di depan kelas memanggil nama-nama siswa dan mengembalikan lembar jawaban kami.

“Tomonari Itsuki-san.”

“Ya.”

Aku jadi takut melihat hasilnya.

Guru pengajar tersenyum lembut kepadaku ketika aku dengan gugup menerima lembar jawabanku.

“Kamu sudah berusaha keras, ya.”

“Eh……?”

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Yuri)

“Hirano-san. Kamu boleh mengambil waktu istirahat dulu.”

“Ya!”

Yuri yang bekerja sebagai staf dapur, menyadari bahwa sudah saatnya untuk istirahat. Dia dengan cepat merapikan peralatan dapur sebelum meninggalkan area dapur.

Setelah melepas celemek dan menyimpannya di dalam loker, Yuri mengeluarkan ponselnya dan membuka pintu ruang istirahat.

“Ah, Hirano-san. Terima kasih atas kerja kerasnya.”

“Iya, terima kasih atas kerja keras Senpai juga.”

Di ruang istirahat, ada seorang senior. Seorang wanita ramah yang telah mengajari Yuri banyak hal sejak hari pertama kerja paruh waktunya. Karena rasanya menjadi canggung jika dia duduk terpisah, jadi Yuri menarik kursi yang berada di sebelah senior.

“Hirano-san tuh masih harus bekerja sampai minggu depan, ‘kan?”

“Iya. Sebenarnya aku ingin belajar lebih banyak di sini...”

“Kamu membantu pekerjaan rumahmu, ‘kan? Kamu hebat sekali untuk anak muda seumuranmu.”

“Aku melakukannya karena aku memang menyukainya! Tokonya tidak terlalu besar dan memiliki banyak menu, jadi sulit untuk merekrut banyak karyawan paruh waktu.”

“Jadi bisnis keluargamu menjalankannya dengan tim kecil yang efisien. Itu bagus dan profesional.”

Usai mendengar hal itu, Yuri merasa senang dan dia tersenyum dengan lebar.

Namun, jika dia mempertimbangkan tujuan untuk menjadi ritel restoran nasional, mungkin lebih baik menghindari teknik yang terlalu bergantung pada individu. Dia harus memikirkan metode memasak yang bisa dipelajari dengan baik oleh pemula yang belum berpengalaman dalam memasak jika mereka bekerja cukup keras.

Saat Yuri memikirkan jalan untuk mencapai ambisinya, sesuatu yang lain tiba-tiba muncul di kepalanya.

“Um, Senpai.”

“Apa?”

“Apa kamu mengerti tentang ekonomi makro?”

"Eh? Makro... apa?”

“Tidak, bukan apa-apa,” kata Yuri dengan singkat dan duduk di kursinya.

Seperti yang sudah dia duga, orang awam biasanya tidak mengerti hal itu.

Jika memang begitu, Itsuki juga pasti tidak mengerti.

Mungkin lebih baik mempersiapkan set hamburger lebih awal. Yuri mengingat bahan-bahan makanan yang ada di kamar hotel dan memikirkan apakah ada bumbu yang kurang.

“...Oh, ada pesan dari Itsuki.”

Ketika melihat layar ponselnya, Yuri melihat ada notifikasi.

(Baiklah sekarang, kira-kira bagaimana hasil ujian Itsuki, ya~...)

Karena ini hanya sekedar kursus musim panas, dia tidak tahu apakah ada konsep nilai anjlok atau tidak, tapi dia bisa memprediksi bahwa Itsuki pasti merasa sedih. Sambil memikirkan beberapa kata penghiburan dalam pikirannya, Yuri membuka pesan tersebut.

Ini hasil ujianku... pesan dari Itsuki dimulai dengan kalimat seperti itu.

“.......Eh?”

Begitu Yuri melihat isi pesannya, pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.

Itsuki dengan berbaik hati menulis semua nilai mata pelajarannya.

Namun, nilai-nilai itu sangat berbeda dengan perkiraan Yuri.

Karena hari ini hanya pengembalian hasil ujian, Itsuki dan yang lainnya pasti sudah menikmati waktu luang mereka. Yuri menjauh dari seniornya dan dengan tangan yang gemetar, dia menelepon Itsuki.

Panggilan itu langsung terhubung dengan cepat.

“Uhm, halo? Itsuki?”

“Iya, ada apa?”

“Nah, itu... aku melihat hasil ujianmu tadi.”

Yuri terus berbicara tanpa menyadari getaran dalam suaranya.

“Aku mendengar katanya kamu dipilih sebagai siswa berprestasi...”

Itulah pesan yang disampaikan Itsuki.

Meskipun ia terlihat tidak percaya diri dan mengatakan bahwa ia tidak bisa menyelesaikannya... tapi Itsuki berhasil mencetak nilai yang luar biasa di antara siswa yang mengikuti kursus musim panas.

“Hasil ujianmu... lumayan bagus ya. Bukannya kamu bilang kamu tidak percaya diri?”

“Aku memang tidak percaya diri, tapi sepertinya bukan hanya aku saja. Sepertinya semua orang merasa seperti itu. Ada siswa dari sekolah lain yang ikut dalam kursus musim panas ini, jadi relatif nilainya naik. ...Setidaknya sekarang aku bisa menghindari metode pengajaran spartan dari Shizune-san.”

Yuri bisa mendengar suara hembusan nafas lega Itsuki.

Namun kegelisahan Yuri masih tidak berhenti.

Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya. Dalam upaya untuk menyembunyikan perasaan dalam hatinya, Yuri membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu pada saat itu――.

“Yah, sebenarnya ini sudah sesuai dengan perkiraanku.”

Dia bisa mendengar suara Mirei dari ujung telepon.

Mungkin ada para Ojou-sama yang selalu ada di sekitarnya. Sepertinya Itsuki mengganti ponselnya ke dalam mode speaker.

“Aku juga sependapat. Itsuki selalu berusaha keras dan aku yakin dia akan bisa mengikuti kursus musim panas ini dengan baik. ...Sangat berbeda sekali denganku.”

Setelah Mirei, Narika juga mengatakan hal yang serupa.

“Jika mempertimbangkan usaha Tomonari-kun sejauh ini, kupikir ini hasil yang cukup masuk akal.”

Suara tenang Hinako mencapai telinga Yuri

“Uh, ya...”

Yuri memberikan respon yang canggung.

Keringat aneh terus mengalir. Napasnya mulai terengah-engah dengan kasar.

“Ah, uhmm….. maaf. Aku harus kembali bekerja sekarang, jadi aku tutup dulu teleponnya, ya.”

“Ya, kami masih berada di hotel hingga besok, jadi kita bisa berbicara lagi nanti.”

Karena mereka berbicara melalui telepon, Itsuki tidak menyadari perubahan suasana hati Yuri.

Panggilan pun berakhir.

Sambil tetap memegang ponselnya dengan erat, Yuri berdiri diam sejenak.

(...Semua orang percaya kalau Itsuki bisa melakukannya.)

Narika, Mirei, dan bahkan Hinako—— semuanya memiliki kepercayaan terhadap Itsuki.

Akan tetapi Yuri...

(...Hanya aku…yang berpikir kalau Itsuki tidak bisa melakukannya.)

Jika dipikir-pikir lagi, Itsuki bersekolah di Akademi Kekaisaran yang terkenal itu. Mana mungkin dirinya tidak pintar dalam belajar.

Meskipun ia mendapat nilai jelek dalam ujiannya, Itsuki pasti lebih cerdas daripada Yuri.

Tidak ada yang bisa dilakukan Yuri untuk membantu Itsuki.

“Hirano-san, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu kelihatan pucat...”

Seniornya mulai khawatir.

“Aku baik-baik saja... Aku harus kembali bekerja sekarang!”

Sambil mencoba mengalihkan perhatiannya dari kenyataan yang baru saja dia sadari, Yuri pun kembali bekerja.

 

◆◆◆◆

(Sudut Pandang Itsuki)

“Baiklah, kalau begitu, mari kita berkumpul di bangunan utama satu jam lagi.”

Setelah kembali ke area hotel, aku berkata kepada Hinako dan yang lainnya.

“Konohana Hinako... Kita akan menyelesaikan semuanya lain kali!”

“Tolong jangan terlalu keras, ya.”

Hinako menanggapi dengan tersenyum lembut.

Tennouji-san pergi ke kamarnya sendiri sambil berteriak jengkel, “Bikin kesal aja!”

(Dia seharusnya bisa merasa senang karena mereka memiliki nilai yang sama...)

Sambil tersenyum getir, aku juga pergi sendirian ke kamarku.

Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Meskipun berada di Karuizawa yang dikelilingi oleh alam hijau, cuacanya masih tetap terasa panas meski sudah menjelang sore. Aku mengusap keringat yang mengalir dari pelipis dengan bagian bahu bajuku.

Setelah sesi kursus musim panas selesai, kami mengobrol santai di sebuah kafe terdekat.

Setelah berbicara sejenak dan makan siang, para Ojou-sama harus memberitahu orang tua mereka tentang hasil ujian, jadi kami sepakat untuk bubar sejenak. Sepertinya Hinako juga harus memberitahu Kagen-san melalui telepon, jadi aku mendapatkan waktu luang.

(Senang rasanya bisa mendapat pujian dari Shizune-san...)

Tepat sebelum kami akan berpisah, Shizune-san memuji hasil ujianku. Rasanya menyenangkan saat mendapat pujian dari orang yang biasanya bersikap keras padaku.

“Fyuuh...”

Setelah meletakkan tasku di kamar dan istirahat sejenak, aku menyadari bahwa aku tidak memiliki kegiatan apa-apa. Aku baru saja berjalan-jalan sebelumnya, jadi meskipun aku bisa istirahat di kamar, aku ingin menikmati waktu ini sepenuhnya karena aku akan pulang besok.

(Mungkin aku akan pergi ke bangunan utama lebih dulu)

Meskipun masih pagi, aku akan berkeliling sekitar sampai waktu berkumpul tiba.

Aku keluar dari kamar dan perlahan-lahan menuju bangunan utama.

Ketika aku memasuki meja resepsionis, aku melihat sosok kecil yang sangat kukenal.

“Yuri.”

“Itsuki...?”

Yuri berbalik menghadap ke arahku.

“Kamu sudah selesai dengan pekerjaan paruh waktumu hari ini?”

“Iya, aku baru saja selesai. Tapi besok aku harus bekerja dari pagi hingga malam.”

Kalau begitu, hari ini merupakan kesempatan terakhir bagi Yuri dan aku untuk berbicara dengan santai seperti ini.

Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi... Ketika aku berpikir begitu, aku tiba-tiba menyadari bahwa ekspresi wajah Yuri terlihat aneh. Sepertinya dia sedang depresi.

“Itsuki... Kelihatanya kamu belajar dengan rajin, ya?”

“Aku harus rajin belajar karena lingkungan yang memaksa.”

Aku menjawab, dan mata Yuri bergetar dengan kekhawatiran.

“Uhhm, begini. Sepertinya kamu bisa mengimbangi pelajaran di sana, tapi bagaimana dengan olahraga?”

Yuri bertanya dengan senyuman palsu di wajahnya.

“Katanya Akademi Kekaisaran juga fokus pada olahraga dan sering menang dalam berbagai kompetisi, ‘kan? Apa pelajaran olahraganya sangat sulit?”

“Sulit sih, tapi aku lumayan pandai dalam olahraga. Aku belum mencoba polo air atau seluncur es, tapi sampai sekarang aku tidak memiliki masalah dalam pelajaran olahraga.”

“O-Oh, begitu...”

Yuri menurunkan pandangannya.

“Ka-Kalau begitu, bagaimana dengan makanan? Apa kamu juga merindukan rasa makanan biasa orang biasa? Jujur, perasaanmu pasti campur aduk, bukan?”

“Yah, memang ada perasaan seperti itu.”

“Kalau begitu!”

Yuri menatap wajahku dengan ekspresi cemas.

“Aku akan mulai memasak makanan untukmu, Itsuki! Shizune-san sudah mengajakku untuk bekerja dengannya, dan bahkan jika itu tidak berhasil, aku bisa mengirimkannya melalui pesanan makanan siap antar—”

“Kamu tidak perlu repot-repot melakukan hal seperti itu...”

“Tapi kamu merindukan rasa makanan orang biasa, ‘kan?”

Yuri meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Jangan khawatir dan bergantunglah padaku, oke? Karena aku adalah Onee-sanmu, Itsuki!”

Kalimat khasnya kembali terucap.

Namun jika aku menjawab dengan kalimat khasku, sepertinya dia akan benar-benar mengirimkan pesanan makanan ke rumahku.

“Aku memang menghargainya, tapi kamu tidak perlu khawatir.”

Aku berkata dengan lembut, dan mencoba menegurnya.

“Meskipun disebut sebagai Ojou-sama, bukan berarti setiap makanan yang disajikan adalah hidangan mewah. Awalnya, aku sering disajikan hidangan mewah sebagai pembelajaran tata krama, tapi belakangan ini juga ada hidangan biasa seperti omelet atau hamburger. Aku jarang memakan hidangan kelas B, tapi semua hidangan yang disajikan baik untuk kesehatan dan aku sudah merasa cukup puas.”

Yah, meskipun aku ingin mencicipi masakan Yuri juga, sih.

Tapi aku tidak dalam keadaan yang begitu sulit sehingga harus memesan makanan siap antar, dan aku tidak ingin terlalu merepotkannya.

Yuri juga merupakan orang yang berjuang keras setiap hari dengan suatu tujuan. Aku tidak ingin menjadi beban baginya. Namun, setelah mendengar jawabanku, Yuri terlihat sangat gelisah.

“Ah, uh... lalu….lalu...”

Yuri terlihat ragu dan bibirnya bergerak tidak jelas seolah-olah dia akan menangis.

“Yuri, ada apa?”

“Ti-Tidak ada apa-apa. Lebih penting daripada itu, Itsuki, apa ada sesuatu yang membuatmu kesulitan? Aku ingin membantumu sebisa mungkin...”

“Yah sejujurnya aku menghadapi banyak kesulitan sih…..”

“Kalau begitu—”

Entah mengapa, pandangan mata Yuri tiba-tiba berbinar-binar.

Aku melanjutkan perkataanku kepada.

“Tapi aku ingin mencoba sebisa mungkin untuk berjuang sendiri. Baru-baru ini, aku menikmati proses berusaha dan berkembang.”

Demi mengimbangi semua orang di Akademi Kekaisaran, aku masih kurang pengetahuan dan pengalaman. Namun, aku merasakan kebahagiaan dalam usaha untuk mengisi kekurangan itu dengan usahaku sendiri.

Kebahagiaan ketika melihat hasil dari usaha sebanding dengan seberapa besar usaha yang dilakukan.

Itulah sebabnya aku tidak ingin menyerah begitu saja pada upayaku.

“…Begitu ya.”

Yuri menundukkan kepala dan memberikan tanggapan singkat.

Aku merasa aneh dengan sikapnya.

“Yuri, apa yang sebenarnya terjadi?”

“...Tidak terjadi apa-apa, kok.”

“Kita sudah berteman sejak kecil. Aku bisa melihat kebohongan sekecil apa pun.”

Tidak, aku bisa melihat ketidaknyamanan Yuri bahkan jika kami bukan teman masa kecil.

Dia terlihat begitu rapuh.

“Meskipun Itsuki mengerti tentang diriku... Aku sudah tidak mengerti tentang Itsuki lagi.”

Yuri dengan pelan mengungkapkan pemikirannya.

“Itsuki, sepertinya kamu sudah merasa puas dengan kehidupanmu saat ini, ya.”

“Yeah, mungkin begitu.”

“Kalau begitu... ..bukannya kamu sudah tidak membutuhkanku lagi?”

Sejenak, aku tidak bisa memahami maksud dari pertanyaannya.

“Bahkan tanpa diriku, kamu terlihat bersenang-senang setiap hari. Kamu sudah bisa melakukan segalanya sendiri.”

“Tidak... meskipun begitu, bukannya berarti aku tidak membutuhkan Yuri lagi.”

“Tidak, pasti begitu.”

“Tidak mungkin itu terjadi—”

“—Sudah pasti begitu!”

Yuri berteriak dengan keras.

“Habisnya! Aku tidak perlu berada di samping Itsuki lagi! Kehidupan sekolahmu juga berjalan dengan baik, ‘kan? Kamu juga sepertinya disukai oleh banyak orang, kan? Kamu bahkan bisa belajar dengan baik, mulai peduli dengan penampilan dan postur badanmu dengan serius! Itsuki sudah berada di dunia yang tidak aku kenal... Kamu hidup di tempat dimana aku tidak bisa berbuat apa-apa!!”

Seperti air yang meluap dari bendungan yang pecah, emosi Yuri langsung meledak seketika.

Namun, sepertinya dia tidak bisa mengungkapkan semuanya hanya dengan kata-kata, air mata besar mengalir dari mata Yuri.

“Pagi tadi, ketika kamu menunjukkan soal ujian padaku, aku tidak mengerti apa-apa! Apa yang harus aku lakukan untuk seseorang yang bisa menyelesaikannya!? Kamu bahkan bilang kalau kamu tidak butuh makananku... Aku tidak punya satu pun hal yang bisa aku lakukan untuk Itsuki!! Jadi, bukannya aku sudah tidak diperlukan lagi!”

Ada sesuatu yang tidak bisa kupahami saat mendengar teriakan Yuri seperti itu.

Jadi aku segera memanggilnya.

“Tu-Tunggu sebentar. Kamu bilang tidak ada yang bisa kamu lakukan... Apa maksud perkataanmu? Bukan berarti aku selama ini bersamamu karena kamu berguna—”

“—Dasar pembohong!”

Yuri terlihat sangat marah hingga wajahnya memerah.

 

“Habisnya! Kamu bilang kalau kamu tidak akan bertemu denganku jika aku tidak berguna!”

 

Setelah berkata demikian, Yuri berlari menjauh dariku.

Aku hanya bisa terpaku dan memandangi punggung kecilnya.

 

◆◆◆◆

 

Setelah Yuri melarikan diri, aku duduk di sofa di meja depan, mematung seperti batu.

Setelah sekitar 30 menit kemudian, Hinako dan Shizune-san muncul. Tennouji-san dan Narika juga hadir, mungkin mereka bertemu satu sama lain di tengah jalan.

Mereka berempat menyadari kehadiranku dan mendekatiku.

“Tomonari-san, apa ada yang salah?”

Tennouji-san bertanya dengan cemas, dia jelas-jelas berpikir bahwa raut wajahku terlihat aneh.

“Yuri dan aku... bertengkar.”

“Ehh?”

“Kami berdua bertengkar.”

Saat ini, aku tidak punya tenaga untuk mencoba memperbaikinya.

Hinako dan yang lainnya tutup mulut selagi aku memegangi kepalaku.

“Mengapa hal itu bisa terjadi...?”

“…Aku juga tidak begitu memahaminya.”

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Tennouji-san yang menanyakan alasannya.

Aku tidak tahu. Kenapa Yuri begitu marah?

Tapi aku bertanggung jawab atas air mata itu.

Apa yang sedang dipendam Yuri? ...Aku harus mengetahuinya.

“...Kalau dipikir-pikir lagi, aku tahu kalau Yuri diam-diam melakukan sesuatu sampai sehari sebelum ujian...tapi itu mungkin saat dia bertemu dengan Konohana-san dan yang lainnya, ‘kan?”

Dulu, aku sering meminta Yuri untuk mengajariku beberapa mata pelajaran. Narika tahu hal itu. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi kalau Yuri dan Narika sedang berbicara tanpa sepengetahuanku.

Aku bertanya apakah hal yang sama terjadi pada Hinako dan yang lainnya, dan sepertinya aku benar. Tak hanya Narika, Hinako dan Tennouji-san juga menganggukkan kepala.

“Apa dia tidak mengatakan sesuatu? Misalnya saja tentang aku...atau tentang dirinya sendiri.”

Aku ingin mendapatkan beberapa petunjuk sekarang.

Ketiganya langsung menjawab, mungkin karena aku terlihat sangat khawatir.

“Aku mendengar bahwa Hirano-san dan Itsuki sudah berteman baik sejak kecil. Kalian berdua sudah saling mengenal sejak kelas satu SD, dan Hirano-san sering memasak untuk Itsuki serta memberikan baju-baju bekasnya.”

Benar sekali.

Dari dulu aku sudah merepotkan dan memberi banyak masalah pada Yuri.

“Kalau aku berbicara tentang Tomonari-san... Hirano-san khawatir apakah Tomonari-san menjalani kehidupan sekolahnya dengan aman di Akademi Kekaisaran. Ketika aku mengatakan kepadanya bahwa tidak ada masalah, dia tampak sedikit terkejut.”

Yah itu sih reaksi yang wajar.

Bahkan jika aku memberitahu diriku yang dulu bahwa aku entah bagaimana berhasil tetap aman di Akademi Kekaisaran, dirinya pasti tidak akan pernah mempercayaiku.

“Aku pun mendapat reaksi yang hampir serupa, ketika aku memberitahunya bahwa Tomonari-kun baik-baik saja ... Hirano-san tampak sedikit kesepian."

Hinako dalam mode Ojou-samanya juga ikut angkat berbicara.

Dia tampak kesepian ... Aku merasa seperti ada petunjuk di sana.

Yuri mungkin merasa kesepian dengan perubahanku. Aku bukannya tidak bisa memahami bagaimana perasaannya ketika bertemu kembali dengan  seseorang yang sudah lama tidak dia temui dan menemukan bahwa orang tersebut telah berubah melebihi harapannya.

“Rasanya sulit membayangkannya dengan keadaan Tomonari-san yang sekarang, tetapi Tomonari-san di masa lalu hidup dengan dukungan Hirano-san, bukan?”

“Ya, benar sekali, aku selalu didukung oleh Yuri ...”

Saat aku mencoba menegaskan kembali kata-kata Tennouji-san, aku menyadari sesuatu.

Ahh, begitu—jadi begitu rupanya.

“Tomonari-san?”

“Apa kamu berhasil menyadari sesuatu?”

Tennouji-san dan Narika bertanya saat aku memegangi kepalaku.

“Yuri mengenal diriku di masa lalu ...”

Sebelum aku meminta saran dari mereka, aku harus memberi tahu semua orang tentang hal ini.

Itulah sebabnya aku memutuskan untuk berbicara tentang kesimpulan yang telah aku capai—— hubungan antara aku dan Yuri.

“Diriku di masa lalu... tidak mempunya banyak kemewahan.”

 

◆◆◆◆

 

Keluargaku sudah miskin sejak aku masih kecil.

Baik ayah maupun ibuku tampaknya mempunyai pekerjaan, namun mereka mempunyai kebiasaan menghabiskan lebih banyak uang daripada penghasilan mereka untuk minum-minum alkohol dan berjudi, jadi aku tidak punya pilihan selain ikut bekerja juga.

Aku memulai pekerjaan paruh waktuku pada hari pertama aku masuk SMA. Namun, ketika ditanya kapan aku mulai bekerja, itu mungkin sejauh kesadaranku mulai sadar dengan sekelilingku.

Pada saat aku duduk di bangku sekolah SD, aku sudah membantu ibuku dengan pekerjaan sampingannya.

Semua teman sekelasku di sekitarku sama sekali tidak menyadari tentang keuangan keluarga. Mereka membuat banyak keributan di taman setiap hari, seolah-olah bermain adalah pekerjaan mereka.

Aku memperhatikan teman-teman sekelasku dari kejauhan sambil memasukkan tisu ke dalam tas di rumah kecilku yang sempit.

Mana mungkin aku tidak merasa terganggu.

Apalagi jika anak tersebut belum matang secara mental.

“Itsuki! Ayo kita pergi bermain!”

Aku bertemu Yuri ketika aku masih di sekolah SD. Rupanya kami dulu tinggal berdekatan, tapi aku baru mengetahuinya setelah mendengarnya dari Yuri.

Sepertinya Yuri sudah mengenalku sejak lama. ...Wajar saja. Dengan adanya pasangan suami istri yang begitu miskin dan gemar minum-minum serta berjudi, pasti akan ada rumor di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, keluargaku dibisikkan di antara tetangga sebagai ‘keluarga yang tidak boleh didekati’, tapi Yuri muda dengan enteng menganggap kalau aku hanyalah seseorang yang dia dengar melalui rumor.

Namun, aku memperlakukan semua bantuan itu dengan cuek dan ketus.

Karena aku tidak mempunyai banyak waktu luang.

“Maaf, aku sedang sibuk sekarang.”

Aku harus pulang dan membantu pekerjaan sampingan.

Aku harus pulang dan membantu beres-beres rumah.

Aku lapar dan mudah tersinggung karena aku melewatkan waktu makan.

Mau tak mau aku merasa iri dengan teman-teman sekelasku yang sedang bersenang-senang dengan begitu riang.

“Itsuki! Hari ini—”

“Maaf, aku sedang sibuk sekarang.”

Pada waktu itu, aku masih belum dewasa dan terkadang melampiaskan stresku pada orang lain.

Bahkan jika aku tidak menggunakan kekerasan atau kata-kata kasar, tidak diragukan lagi kalau aku sudah bersikap lebih dingin dari yang diperlukan terhadap Yuri, yang berusaha berinteraksi denganku berkali-kali.

Aku terus menolak ajakan Yuri berulang kali.

Kemudian, setengah tahun telah berlalu sejak saat itu.

Yuri mulai mengajakku dengan cara yang sedikit berbeda.

“Itsuki! Mau enggak kamu menemaniku untuk berlatih memasak!?”

Yuri yang sudah bercita-cita menjadi koki sejak kecil, kerap mengajakku mencoba berbagai masakan dengan dalih acara mencicipi.

Berkat itu, aku bisa menghemat uang untuk makanan.

“Itsuki! Aku punya pakaian lebih yang tidak kubutuhkan di rumah, jadi bisakah kamu mengambilnya?”

Setiap kali model baju berganti, Yuri mulai memberikan pakaian yang tidak dibutuhkan oleh dirinya atau orang tuanya.

Berkat dia, aku mendapatkan banyak pakaian yang bisa digunakan selama musim dingin.

“Itsuki! Bagaimana kalau kita mengadakan belajar kelompok? Akhir-akhir ini nilaimu jelek, ‘kan?”

Saat nilaiku mulai turun, Yuri mulai menyarankan sesi belajar. Yuri berusaha keras untuk merangkum poin-poin utama dalam sebuah buku catatan, sehingga aku bisa belajar secara efisien dalam waktu singkat.

Berkat itu, aku bisa memperbaiki nilaiku yang menurun.

Seperti biasa, aku tidak punya waktu luang di hatiku. Yuri pasti sudah memahami keadaan pikiranku dan berpikir jika itu bermanfaat bagiku, dia akan tetap bersamaku.

Pada waktu itu aku tidak menyadari apa-apa.

Tapi baru sekarang aku akhirnya menyadarinya.

Yuri sengaja mengundangku seperti itu———karena dia ingin bisa bersamaku.

 

◆◆◆◆

 

“Yuri... selalu memberikan saran yang bermanfaat bagiku.”

Saat aku mengakhiri ingatanku, Hinako dan yang lainnya memasang ekspresi misterius di wajah mereka.

“Tomonari-san punya masa lalu seperti itu...”

“Aku juga...aku tidak tahu sampai sejauh itu.”

Tennouji-san dan Narika bergumam sedikit.

Sejak dulu, Yuri selalu berperilaku dengan cara yang berguna bagiku.

Dan itu terus berlanjut bahkan sampai sekarang.

Saat aku bertemu Yuri lagi di hotel ini, dia memanggilku ke kamarnya. Namun, itu bukan sekedar ajakan reunian semata; melainkan dia justru menyajikan makanan kepadaku untuk pertama kalinya setelah sekian lama, karena berpikir kalau aku merasa rindu dengan makanan khas orang biasa.

Sekilas Yuri mungkin tampak memaksa. Namun pada kenyataannya, dia hanya memberikan saran yang membuatku senang. Lagipula, dia tidak memberikan saran yang tidak tahu apa itu akan membantuku atau tidak. Pesta piyama dan pergi ke pantai adalah saran orang lain. Itu bukan dari Yuri.

Yuri selalu memperhatikanku.

Itu hampir sepuluh tahun yang lalu.

Kalau dipikir-pikir lagi———sejak saat itulah Yuri mulai bertingkah seperti Onee-san.

Aku mungkin telah memberikan tekanan pada Yuri tanpa menyadarinya sampai sekarang.

“…….Aku harus mencarinya.”

Aku sekarang berhasil menemukan sumber dari keretakan antara aku dan Yuri.

Beberapa waktu yang lalu, aku tidak tahu tentang keretakan ini, dan aku tidak bisa mengatakan apa pun kepada Yuri saat dia melarikan diri.

Namun, kini ada kata-kata yang bisa aku katakan kembali.

Aku tidak peduli dengan makan malam. Aku langsung berdiri dan menuju ke luar.

“Tomonari-kun.”

Hinako memanggilku saat aku hendak melangkah.

Aku berhenti dan mendekati Hinako. Kemudian Hinako memasang mode Ojou-sama-nya untuk menghindari perhatian orang-orang di sekitarnya.

“Hirano-san...... apa dia orang yang penting bagimu?”

Dia bertanya dengan ekspresi wajah yang sangat serius.

“Ya, dia adalah orang yang penting bagiku.”

Aku sangat peduli padanya sehingga aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan segera.

Selain keluargaku, dia adalah teman masa kecil yang paling lama aku kenal.

Seorang gadis baik hati yang telah memikirkanku sejak aku masih kecil.

Jika gadis itu masih terluka entah di mana...Aku benar-benar harus membantunya.

“Aku akan pergi dulu.”

Setelah memberitahu Hinako hal itu, aku berangkat mencari Yuri.

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Yuri)

Ketika dia masih di sekolah SD.

Yuri pernah pergi ke sekolah sambil menyembunyikan fakta bahwa dia sedang tidak enak badan.

Dirinya mungkin hanya mengalami demam ringan. Hidungnya meler, kepalanya sakit, dan seluruh tubuhnya terasa berat. Pada awalnya Yuri berpikir untuk tidak masuk sekolah, tapi wali kelasnya baru saja memberitahu tentang penghargaan kehadiran yang sempurna di sekolah, jadi Yuri ingin pergi ke sekolah apa pun yang terjadi.

Untungnya atau sayangnya, Yuri pandai berpura-pura ceria.

Bahkan keluarganya sendiri tidak ada yang menyadarinya, jadi Yuri berjalan melewati gerbang sekolah.

Yuri, yang selalu memiliki kepribadian pemalu, mencoba bersikap ceria, karena berpikir bahwa jika dia diam saja, orang lain akan mengetahui kalau dirinya sedang tidak enak badan.

Dia menyapa dengan riang saat memasuki ruang kelas.

Saat makan siang, dia makan makan siang sekolah sambil mengobrol dengan semua orang.

Lalu, sepulang sekolah, dia pergi untuk berbicara dengan Itsuki yang berada di kelas sebelah.

Bagi Yuri pada waktu itu, Itsuki bukan hanya seorang teman sekolah biasa. Namun, ia juga seorang kenalan yang tinggal berdekatan dengannya. Bagi Yuri muda, dia merasakan sesuatu yang istimewa mengenai hal tersebut, dan dia ingin mengenal Itsuki sedekat mungkin.

Tapi tidak ada perasaan lebih lanjut. Yuri tidak jatuh cinta atau merasa kasihan pada Itsuki.

Itsuki sangat susah diajak untuk bermain.

Yuri bertatap muka dengan Itsuki, berpikir bahwa dia akan ditolak lagi hari ini.

“Yuri, apa kamu sedang tidak enak badan?”

Itsuki bisa menebaknya dalam sekejap.

Meskipun dia berhasil mengelabui keluarganya, teman-temannya, dan bahkan gurunya, tapi——— hanya dengan sekilas menatap wajahnya, Itsuki mampu mengetahui kesehatan Yuri yang memburuk.

Dia sangat sulit untuk memahaminya sampai-sampai dia sendiri hampir melupakannya...

Itsuki menatapnya dengan saksama. Kesadaran itu bergema kuat di dalam hati Yuri.

Kalau dipikir-pikir, mulai sejak saat itu.

Sejak saat itu———Yuri selalu menyukai Itsuki.

 

◇◇◇◇

 

Suara deburan ombak terdengar di daun telinganya.

Yuri duduk di pinggir pantai sambil memandangi langit yang berwarna senja dan mengenang masa lalunya.

(...Apa sih yang sedang aku lakukan?)

Dirinya ingin tempat untuk melarikan diri, di mana pun akan baik-baik saja. Nampaknya pemikiran tersebut tanpa sadar menuntun dirinya ke pantai, tempat di mana mereka semua datangi kemarin.

Meskipun Yuri terkesan dengan kenyataan bahwa setelah mereka berkelahi dan kemudian melarikan diri ke pinggir laut, itu menunjukkan kalau dirinya memiliki kekuatan untuk bertindak dengan cara yang aneh. Untungnya, dia punya cukup uang untuk membayar kereta pulang, tapi mungkin di luar sudah gelap saat dirinya tiba di hotel. Pekerjaan paruh waktu besok akan memakan waktu lama. Jadi jauh lebih baik kalau dirinya pulang lebih awal dan tidur.

Pada saat ini ketika matahari hampir terbenam, hampir tidak ada orang di sekitar pantai. Oleh karena itu, dia bisa merenung dengan tenang tanpa mengganggu siapa pun.

(Padahal aku tidak bermaksud mengatakan itu...)

Yuri mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.

Dia tidak akan menemuiku jika aku tidak berguna...Itsuki di masa lalu mungkin begitu, tapi kalau dilihat dari keadaan Itsuki yang sekarang, Yuri merasa kalau sudah tidak begitu lagi. Itsuki saat ini memiliki kemewahan untuk menerima ajakan yang tidak berguna sekalipun.

Tidak. ...... Kalau dipikir-pikir, Itsuki sudah memiliki kemewahan waktu luang sejak lama.

Mungkin saat duduk di bangku kelas atas SD, atau bahkan mungkin ketika memasuki sekolah SMP, pada saat itulah pemikiran Itsuki semakin matang. Ia tidak lagi mengekspresikan suasana hatinya yang buruk, ketidaksabaran, atau kelemahannya.

Dan ia menjadi orang yang terlalu baik hati.

Seseorang tidak dapat melakukan apa pun demi orang lain kecuali mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya. Sejak ia mulai dikenal sebagai orang yang baik hati, Itsuki sudah lama memiliki kelonggaran waktu.

Hanya dia satu-satunya yang tidak menyadarinya.

Yuri sendiri yang menjadi satu-satunya orang yang masih bergantung pada Itsuki yang dulu.

——Karena aku adalah Onee-san-nya Itsuki!

Itulah kalimat khasnya.

Walaupun dia mengatakan hal itu pada Itsuki atau pihak ketiga, tapi pada kenyataannya, dia hanya mengatakannya pada dirinya sendiri.

Aku adalah kakak perempuan Itsuki, jadi aku harus berguna.

Itu hanya perbudakan yang dipaksakan dirinya sendiri.

Jadi mana mungkin dia bisa menyalahkan Itsuki.

(Yah, jadi wajar saja kalau para Ojou-sama juga bisa mengetahui...perasaanku)

Hinako, Mirei, dan Narika semua menanyakan pendapat Yuri tentang Itsuki.

Tentu saja dia menyukainya. Jika tidak, mana mungkin dia akan memikirkan Itsuki dengan serius.

Tetapi Yuri sudah memendam perasaan itu untuk waktu yang lama dan tidak berniat untuk mengungkapkannya.

Ketika Yuri masih muda, dia sudah berusaha mengajak Itsuki berkali-kali ketika keadaan ekonominya sedang terpuruk. Jantungnya berdebar-debar dan wajahnya memerah dengan sendirinya. Yuri yang tergerak oleh dorongan cinta pertamanya, terus berusaha membuat Itsuki menoleh ke arahnya——yang mana semuanya berakhir dengan kegagalan.

Pada waktu itu Yuri mulai berpikir.

Ah... bagi Itsuki, perasaan cintaku hanyalah sebuah gangguan.

Jadi, dia menyegel perasaannya dan memikirkan cara untuk membuat Itsuki berbalik padanya.

Dalam hal ini, Yuri juga orang yang menyatakan. “Aku adalah Onee-san-nya Itsuki!”

Karena aku adalah Onee-sannya Itsuki——— jadi aku hanya menjaga adik laki-lakiku, dan bukan berarti karena aku menyukainya!

“...Aku benar-benar orang yang tsundere.”

Angin laut membelai dan mendinginkan pipinya yang memerah karena malu.

Ini hanya sugesti diri sendiri. Jika dia menunjukkan kasih sayangnya, itu hanya akan menimbulkan masalah. Meski begitu, entah bagaimana dia ingin tetap bersama, dan pada akhirnya dia melakukan cara yang bertele-tele demi mencapai tujuannya.

Yuri sendiri yang memilih metode pendekatan ini.

Dia sekali lagi berpikir…..salah rasanya jika dia menyalahkan Itsuki.

“Hei, kamu yang di sana.”

Tiba-tiba, ada suara yang memanggilnya dari sampingnya.

Ketika Yuri berbalik, dia melihat ada dua pria yang berperawakan besar.

“Kamu lagi sendirian sekarang?”

“Sebentar lagi akan gelap, loh? Kami bisa mengantarmu pulang, jadi gimana kalau kamu minum teh bersama kami sebentar?”

Mereka berdua memiliki rambut yang dicat dan memiliki bekas tato.

Merasakan suasana yang agak menakutkan dari mereka, Yuri berdiri dan melangkah mundur.

“...Tidak usah, terima kasih.”

“Ayolah, jangan berkata begitu. Kamu seharusnya jangan menolah kebaikan orang lain, oke?”

Sambil mengatakan itu, salah satu dari mereka meraih lengan ramping Yuri.

“Tunggu, lepaskan tanganku!”

“Uwaah, tangannya dingin banget!”

“Dia berkemauan keras dan imut pula.”

Darah mengalir deras ke kepala Yuri.

Padahal dirinya memiliki sesuatu yang penting untuk dipikirkan. Tapi dirinya malah diganggu oleh orang-orang rendahan. Kekesalan Yuri mencapai puncaknya saat dia melihat para pria itu menertawakannya.

“Sudah kubilang cepat lepaskan tanganku!!”

Yuri memberikan tamparan pada pria yang masih memegangi lengannya.

Plakk! Setelah suara itu bergema, ekspresi pria itu berubah menjadi serius.

“……Oi, jangan pikir loe bisa lolos begitu saja, oke?”

“Hiiii——!?”

Oria itu mengepalkan tinjunya.

Karena merasa ketakutan, Yuri secara refleks menutup matanya.

Pada waktu itu——

“—Untung saja aku berhasil tepat waktu.”

Yuri perlahan-lahan membuka matanya saat dia mendengar suara yang familiar.

Itsuki sedang memegangi lengan pria itu.

 

◆◆◆◆

(Sudut Pandang Itsuki)

Aku tiba di pantai tempat di mana kami bermain-main kemarin untuk mencari Yuri.

Meskipun dia merasa kompleks dengan hal tersebut, tapi perawakan pendek Yuri adalah ciri khasnya. Apa Anda melihat seorang gadis pendek dan berpakaian seperti ini? Dengan berulang kali mengajukan pertanyaan itu, aku berhasil menemukan Yuri.

Yuri sepertinya menangis sampai dia datang ke sini.

Oleh karena itu, ada banyak saksi yang melihatnya.

“Hah apaan, loe siapa?”

Yuri berada di tengah-tengah masalah dengan tukang rayu yang temperamental.

Pria yang memegang lengannya memelototiku dengan rasa jengkel.

“Teman masa kecilnya.”

Aku menjawab dengan singkat, lalu menarik lengan pria itu dan segera melemparkannya.

“Guha——!?”

Di bawah ini adalah pantai berpasir. Tidak peduli berapa kali ia terlempar, ia tidak akan terluka.

Pria yang satunya lagi terkejut melihat temannya dilempar begitu saja. Namun, pada saat berikutnya, ia menjadi marah dan mulai meninjuku seolah-olah ingin membalas dendam.

——Terlalu pelan.

Memangnya kalian tidak tahu seberapa banyak aku biasanya dilatih oleh Shizune-san?

Aku memegang pergelangan tangan yang hendak memukulku, lalu memutarnya ke arah luar dan meletakkan berat badanku pada siku. Lawan tidak mampu menahan beban dan jatuh bertekuk lutut.

“Aduhh!?”

Sepertinya ia terjatuh di bagian dagunya karena tidak mengambil posisi pasif.

Kedua pria itu bangkit dengan wajah pucat sambil dipenuhi butiran pasir. Namun, bagaimanapun juga, mereka hanya melakukan upaya merayu, dan sepertinya mereka berdua sudah tidak tertarik lagi.

“Brengsek...!!”

“Aw-Awas saja loe!!”

Orang-orang itu lari entah kemana sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang terdengar seperti di komik.

“Fyuh...”

Aku senang aku berhasil mengalahkan mereka.

Tapi tak disangka mereka berusaha merayu Yuri...apa mereka berdua itu orang-orang lolicon?

“Apa kamu baik-baik saja?”

Aku memanggil Yuri di belakangku.

“Uh ya. Ah, terima kasih—”

Suaranya tiba-tiba menjadi tercekat.

Mungkin karena mengingat kalau kami sedang bertengkar, Yuri menarik kembali sikapnya yang tadinya malu-malu dan kembali ke sikap agresifnya yang biasa.

“Bu-Buat apa kamu datang ke sini? Ak-Aku tidak memintamu untuk membantuku, kok.”

“...Setidaknya kamu bisa berterima kasih padaku dengan jujur.”

“Ak-Ak-Ak-Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan !?”

Wajahnya terlihat memerah, tapi itu mungkin bukan hanya karena dia bermandikan cahaya matahari senja.

Yuri berkeringat secara aneh dan terlihat gelisah, tapi tak lama kemudian dia terlihat kesepian.

“...Kamu benar-benar sudah berubah, ya. Dulu kamu tidak pernah sekuat ini sebelumnya.”

Yuri menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Tubuh yang terlatih. Keberanian untuk berhadapan dengan pria berkepribadian buruk. Aku tidak memiliki hal-hal itu di masa lalu.

“Ya, aku memang sudah berubah. Tapi karena aku sudah berubah, aku bisa melindungi Yuri."

Itu sebabnya aku tidak menyesal atas perubahanku.

Dan aku ingin Yuri menyadarinya juga.

“Yuri. Aku minta maaf karena tidak menyadarinya sampai sekarang.”

Aku diam-diam menundukkan kepalaku.

“Satu-satunya alasan Yuri pernah mencoba untuk menjadi berguna bagiku adalah karena apa yang terjadi di masa lalu, bukan?? Karena aku berkali-kali menolak ajakan Yuri, jadi kamu memikirkan cara untuk membantuku, kan?”

“...Ya, itu benar. Tapi itu adalah sesuatu yang aku lakukan sendiri, jadi itu bukan tanggung jawabmu.”

“Tidak, ini salahku.”

“Tidak, itu tanggung jawabku.”

“Itu salahku.”

“Tanggung jawabku.”

“Aku—”

“Aku—”

Kedua belah pihak sama-sama keras kepala.

Tapi aku tidak boleh menyerah di sini.

Yuri selalu tampil percaya diri dan bertekad untuk menang. Dia adalah tipe gadis yang akan tertawa dan berkata “Aku akan baik-baik saja” bahkan ketika aku khawatir..

Aku tidak boleh meremehkan kekuatan semangat Yuri lagi.

“Yuri! Pada titik ini, aku akan mengatakannya dengan jelas!”

Yuri mendengus saat aku meninggikan suaraku.

Aku mengatakannya dengan kekuatan yang sama.

“Aku tidak pernah menganggapmu dengan pandangan yang seperti itu!”

“H-Haaaaah!? Begitu ya, jadi begitu ya!! Lagipula aku memang tidak feminine sama sekali!!”

“Tidak! Bukan itu maksudku! Aku tidak pernah memandangmu dari segi kegunaannya atau tidak!!”

“…….”

Mata Yuri membelalak.

“Ap-Apa, kenapa kamu mengungkit hal itu sekarang... itu bohong! Kamu mungkin berbeda sekarang, tapi kamu dulu tetap bersamaku karena aku berguna bagimu, ‘kan!”

“Tidak! Kamu pasti salah paham!"

Aku berkata dengan suara lantang pada Yuri yang sudah setengah menangis.

“Dulu, aku tidak punya banyak waktu. Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan orang lain, dan terkadang aku tidak bisa mengendalikan perasaan tidak sukaku dan bersikap dingin. Jadi wajar saja jika aku tidak punya teman.”

Bukan karena mereka tidak menyukaiku, tetapi lebih karena aku menghindari semua orang.

Tanpa kusadari, tidak ada yang mau berbicara denganku lagi. Pada saat itu, aku akhirnya merasa kesepian. Padahal semuanya sudah terlambat.

“Tapi Yuri...Hanya kamu satu-satunya yang terus memanggilku. Bagi Yuri, itu mungkin hanya karena kita kebetulan tinggal berdekatan, tapi bagiku itu tetap membuatku merasa sangat senang.”

Pada awalnya, aku merasa jengkel.

Namun, kegigihan Yuri perlahan-lahan menggali perasaan yang selama ini aku sembunyikan. Yuri membantuku menemukan perasaan kesepian...dan keinginan untuk bermain dengan seseorang.

“Itulah sebabnya aku memutuskan. Lain kali kalau kamu memanggilku lagi ... ayo berteman kali ini.”

Aku belum memberi tahu siapa pun tentang hal itu.

Akulah satu-satunya yang membuat keputusan itu di dalam hatiku.

“Itu adalah hari pertama kita bermain bersama...hari dimana aku menemani Yuri berlatih memasak.”

“Ah……”

Yuri mengeluarkan suara kecil.

Aku yakin sekarang kalau dia akhirnya menyadarinya.

Ya, itu semua —— terjadi secara kebetulan.

Secara kebetulan, pada waktu itu aku berpikir, “Lain kali ayo berteman dengannya.”

Secara kebetulan, pada waktu itu Yuri juga berpikir, “Ayo lakukan sesuatu yang berguna untuk Itsuki.”

Kedua kebetulan tersebut saling menyatu dan menyebabkan Yuri menjadi salah paham.

Dirinya salah paham bahwa jika dia bisa berguna, dia akan bisa bersamaku.

“Aku terus bersama Yuri bukan karena kamu berguna. Aku memilih bersamamu karena kamu sering mengajakku berkali-kali dan terus memperhatikanku...... dan itu membuatku bahagia.”

“…Jadi, begitu yang terjadi, ya.”

Menyadari kesalahpahaman tersebut, Yuri meneteskan air mata dari sudut matanya.

Aku masih memiliki sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada Yuri.

“Ngomong-ngomong, aku bisa menjadi diriku yang sekarang itu semua berkat kamu, Yuri.”

Yuri yang tadinya wajahnya tertunduk,  menatapku dalam diam.

“Setelah aku berteman dengan Yuri, aku menyadari bahwa aku merasa lebih nyaman menghabiskan waktu berinteraksi dengan orang-orang daripada menjauhi mereka karena sifat minderku. ….. Sampai pada suatu waktu, orang-orang sekarang menyebutku sebagai orang yang terlalu baik hati, dan itu semua berkat dirimu. Kamulah yang mengajariku kehangatan dalam berinteraksi dengan orang lain.”

Jika aku tidak bertemu Yuri, aku mungkin masih menderita rasa minder karena lingkungan keluargaku. Hubunganku dengan orang-orang sekitar pasti akan tetap dangkal.

Aku pasti tidak akan pernah mengambil kartu pelajar yang dijatuhkan Hinako. Aku akan berasumsi bahwa murid dari Akademi Kekaisaran adalah orang-orang  tidak akan peduli pada kartu identitas siswa yang sudah mereka jatuhkan.

Itu sebabnya pada hari itu——secara tidak langsung, aku dan Hinako bisa bertemu karena berkat Yuri.

Aku tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang paling buruk, tapi alasan aku bisa hidup sehat tanpa menyerah pada diriku sendiri adalah karena aku bertemu Yuri.

(Maaf, bukanlah kata yang tepat, ya...)

Aku tidak menyadari kesalahpahaman yang sudah dipendam Yuri selama sepuluh tahun, jadi aku mencoba untuk meminta maaf kepadanya.

Tapi ada kata-kata yang lebih baik untuk disampaikan daripada permintaan maaf.

“Yuri… Terima kasih atas dukungan yang sudah kamu berikan padaku sampai sekarang. Berkat dirimu, aku bisa menghabiskan waktuku dengan aman dan sehat di Akademi Kekaisaran.”

Aku menyampaikan rasa terima kasih selama sepuluh tahun terakhirku kepada Yuri.

Yuri meneteskan air matanya jatuh ke pantai berpasir.

“Yuri, aku punya usulan. Bagaimana kalau kita mengulang kembali pertemanan kita selama sepuluh tahun terakhir?”

“Memulai dari awal? ...... Bagaimana caranya?”

"Mari berteman selama sepuluh tahun lagi. Kali ini, kita akan menjadi setara.”

Aku ingin kamu terus berada di sisiku——— aku memutuskan untuk menyampaikan kata-kata itu secara tersirat.

Berkat Yuri, aku bertemu Hinako dan menjadi murid di Akademi Kekaisaran. Alasan kenapa aku bisa terus bertahan di Akademi Kekaisaran adalah karena Hinako, Tennouji-san, dan Narika memandangku setara. Aku mampu melakukan yang terbaik karena aku ingin memenuhi harapan dan kepercayaan mereka.

Oleh karena itu, aku juga ingin memiliki hubungan seperti itu dengan Yuri.

Berkat Yuri, aku bisa bertemu Hinako dan yang lainnya. Berkat mereka, aku mempelajari pentingnya berinteraksi dengan orang lain secara setara.

Aku ingin mengembalikan pembelajaran itu kepada Yuri.

Bagiku, Hirano Yuri Hirano adalah orang pertama yang jadi penyelamat hidupku.

“...Sepuluh tahun saja sih masih tidak cukup.”

Yuri menyeka air mata dari sudut matanya dengan punggung tangan dan tersenyum.

“Aku akan terus bersamamu seumur hidupku sampai kamu merasa enggan untuk mengatakannya.”



 

◇◇◇◇

 

Itsuki dan Yuri menuju stasiun bersama-sama.

Dalam perjalanan ke sana, Yuri sedikit memperlambat langkahnya dan menatap punggung Itsuki.

Setahun yang lalu...Yuri mengingat kenangan ketika Itsuki menolak pengakuan seorang gadis.

Itsuki mungkin sudah lama melupakannya, tetapi percakapannya pada waktu itu kira-kira seperti ini.

——Nee. Mengapa kamu menolah pengakuan gadis itu?

——Kamu tahu tentang lingkungan keluargaku, kan? Aku tidak ingin membuatnya terlibat.

Ia adalah pria yang selalu memikirkan orang lain.

Itsuki sudah lama hidup dalam kemiskinan. Mana mungkin dirinya bisa mengumpulkan uang untuk hiburan di luar itu. Ia tidak ingin membuat pasangannya malu.

——Kalau begitu, bagaimana misalnya kalau ada gadis yang menyatakan cintanya padamu dan mengatakan kalau dia akan mendukungmu, apa yang akan kamu lakukan, Itsuki?

Yuri mengajukan pertanyaan sederhana.

Itsuki tiba-tiba tersenyum dan menjawab.

——Jika memang ada gadis yang mengatakan sesuatu seperti itu, aku tidak punya alasan untuk menolaknya.

Dia yakin kalau balasan itu hanya dianggap candaan bagi Itsuki.

Namun, Yuri menanggapi perkataannya dengan serius.

Tanpa dia sadari, hal itu menjadi salah satu alasan baginya untuk mengasah kemampuan memasaknya.

(Aaah~…Seandainya saja aku bisa mendukungnya sejak awal)

Itsuki tumbuh begitu cepat...

Yuri ingin melakukan yang terbaik semaksimal mungkin. Setelah mengatakan hal itu kepadanya, Itsuki mungkin tidak akan puas hanya dengan diberi makan.

Punggung Itsuki terlihat lebih besar dari sebelumnya.

Dia merasa sedih ketika melihat punggungnya, tapi dia juga merasa bangga akan hal itu.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama