Bab 5 — Sepuluh Tahun Kesalahpahaman
Keesokan pagi setelah bermain
di pantai.
Seperti biasa, kami semua
berkumpul di ruang makan.
Tennouji-san yang duduk di
hadapanku, sedang makan omelet. Dia sudah memakan omelet itu selama beberapa
hari ini, jadi mungkin dia menyukainya.
Tennouji-san terlihat sedikit
gemetar.
“Tennouji-san, apa kamu
kedinginan?”
“Tidak. Ini adalah getaran
seorang pejuang... Aku merasa yakin dengan ujian kali ini. Kali ini aku akan
mengalahkan Konohana Hinako.”
Kupikir dia kedinginan karena
ruangan yang dingin, tapi sepertinya bukan itu alasannya.
“Kursus musim panas juga
berakhir hari ini. Rasanya cukup sedih jika dipikirkan.”
Narika mengeluh.
Aku dan Hinako juga... pasti
semua orang merasakan hal yang sama.
“Aku dan Konohana-san berencana
pulang besok, bagaimana dengan kalian semua?”
“Aku juga akan pulang besok.”
“Kalau aku mungkin pulang lusa.
Ayahku pergi untuk mengawasi toko, jadi aku memutuskan untuk menemaninya.”
Keluarga Narika adalah produsen
perlengkapan olahraga terbesar di Jepang. Sama seperti keluarga Taisho Asahi-san,
mereka memiliki bisnis yang melayani konsumen umum, bukan perusahaan. Mereka
memiliki toko di seluruh negeri. Mereka datang ke Karuizawa, jadi mereka
mengunjungi toko-toko di sekitar sana.
Setelah mendengar jawaban
Tennouji-san dan Narika, aku melihat ke arah Yuri.
Aku sebenarnya ingin bertanya
kepada Yuri juga, tapi dia terlihat melamun dan menatap kosong ke ruang hampa.
“Yuri?”
“Eh? Oh, maaf. Aku tidak
mendengar.”
Yuri merespons dengan sedikit
keterlambatan.
“Apa ada sesuatu yang terjadi?”
“Tidak, bukan apa-apa kok.”
Tanggapannya tidak seenergik
biasanya.
Setelah dipikir-pikir, mungkin
aku kurang memperhatikan saat mengajak Yuri yang hampir setiap hari bekerja
paruh waktu pergi ke pantai. Dia juga cukup aktif di pantai tadi, jadi mungkin
dia kelelahan.
“Hari ini adalah pengumuman
hasil ujian, kan? ... Oh, jadi itulah sebabnya banyak pelanggan yang terlihat
cemas hari ini,” kata Yuri sambil melihat sekeliling ruang makan.
Kami sebenarnya tidak begitu
cemas. Hinako dan Tennouji-san pasti mendapatkan nilai tinggi tanpa masalah.
Satu-satunya orang yang cemas
hanya aku dan Narika.
“Oh ya, kalau tidak salah Hirano-san
juga pernah mengajar Itsuki sebelumnya, kan?”
“Iya, ia sangat sibuk dengan
pekerjaan paruh waktunya sehingga kadang-kadang tidak bisa fokus pada
pelajaran. Itu sebabnya aku sedikit lebih percaya diri dalam studiku,”
Hee~, para
Ojou-sama terkesan dengan balasan Yuri.
Aku merasa heran bagaimana
Narika tahu tentang itu, tapi sebelum pergi ke pantai, Yuri memang terlihat
berbisik-bisik dengan Narika. Mungkin mereka berbicara tentang hal itu tanpa
sepengetahuanku.
Sekarang aku menyadari bahwa
Yuri juga memiliki sisi yang luar biasa. Memang benar Yuri selalu serius dalam
belajar sejak dulu. “Aku tidak mau
dianggap bodoh yang hanya bisa masak,” begitulah yang pernah dia katakan.
Itu adalah motivasi khas dari Yuri yang tidak suka kalah.
“Hei, gimana soal ujiannya?”
“Itu... soalnya yang seperti
ini.”
Aku mengeluarkan soal ujian
dari tas yang ada di bawah kursi dan menunjukkannya pada Yuri.
Yuri menatap soal tersebut
dengan tatapan kaku.
“Umm, Itsuki, apakah kamu
mengerti... artinya?”
“Kalau hanya artinya, aku mungkin
bisa mengerti.”
Aku hanya bisa membaca dan
memahami kalimat soal.
“Ah, ya. Aku juga mungkin bisa
mengerti sedikit.”
“Seriusan...?!”
Memangnya dia tidak pernah
membayangkan butuh waktu berapa lama bagiku untuk memahaminya?
“Lalu, eh... apakah kamu bisa
menyelesaikan ini?”
Sepertinya ada emosi aneh di
mata Yuri saat dia bertanya.
Kecemasan. Entah mengapa, Yuri
terlihat ketakutan saat bertanya.
Aku tidak tahu alasan di balik
itu, tapi aku menjawab dengan jujur.
“Kalau aku bisa
menyelesaikannya, mungkin aku tidak akan terlihat seperti ini.”
“...Kurasa benar juga!”
Mungkin setelah melihat wajahku
yang tampak seperti ikan mati, raut wajah Yuri tidak lagi penuh kekhawatiran.
“Yahh, soal semacam ini pasti tidak
mudah untuk dijawab! Tapi entah bagaimana, Itsuki adalah orang dari pihak
sini.” kata Yuri dengan kedua tangannya di pinggang.
“Aku... tidak bisa membantahnya,”
kataku tanpa bisa membantah perkataan Yuri.
Sepertinya aku masih belum bisa
mengikuti mereka yang berada di Akademi Kekaisaran. Aku merasakan kalau upayaku
masih kurang.
“...Apa iya begitu?”
Tennouji-san bergumam dengan suara kecil.
“Sudah, sudah. Seperti yang aku
katakan sebelum ujian, jika kamu mendapatkan nilai jelek, aku akan membuatkan set
hamburger untukmu. Jadi, cerialah sedikit.”
Mengingat pendidikan Spartan
Shizune-san yang sudah menanti, aku membutuhkan setidaknya sepuluh set
hamburger untuk menyeimbangkannya.
“Tolong kirim pesan saat
hasilnya keluar? Aku masih bekerja paruh waktu sampai siang.”
“...Baiklah.”
Kurasa sudah waktunya untuk
pergi ke kelas.
Aku meninggalkan ruang makan
bersama Hinako dan yang lainnya.
“Aku tiba-tiba jadi merasa sedih
ketika memikirkan kalau ini hari terakhir kursus musim panas.”
“Yeah. Meskipun pelajarannya
berat, tapi itu bisa menjadi kenangan yang indah.”
Ketika kami masuk ke dalam
kelas, Tennouji-san dan Narika terlihat sedih saat mereka berbicara.
Siswa-siswa lain juga sedang
membicarakan hal yang serupa. Merasakan suasana itu, aku pun teringat seminggu
terakhir ini dan merasa kesepian.
“Baiklah, sekarang, aku akan
mengembalikan hasil ujian kalian.”
Guru pengajar yang berdiri di
depan kelas memanggil nama-nama siswa dan mengembalikan lembar jawaban kami.
“Tomonari Itsuki-san.”
“Ya.”
Aku jadi takut melihat
hasilnya.
Guru pengajar tersenyum lembut
kepadaku ketika aku dengan gugup menerima lembar jawabanku.
“Kamu sudah berusaha keras,
ya.”
“Eh……?”
◇◇◇◇
(Sudut Pandang Yuri)
“Hirano-san. Kamu boleh
mengambil waktu istirahat dulu.”
“Ya!”
Yuri yang bekerja sebagai staf
dapur, menyadari bahwa sudah saatnya untuk istirahat. Dia dengan cepat
merapikan peralatan dapur sebelum meninggalkan area dapur.
Setelah melepas celemek dan
menyimpannya di dalam loker, Yuri mengeluarkan ponselnya dan membuka pintu
ruang istirahat.
“Ah, Hirano-san. Terima kasih
atas kerja kerasnya.”
“Iya, terima kasih atas kerja
keras Senpai juga.”
Di ruang istirahat, ada seorang
senior. Seorang wanita ramah yang telah mengajari Yuri banyak hal sejak hari
pertama kerja paruh waktunya. Karena rasanya menjadi canggung jika dia duduk
terpisah, jadi Yuri menarik kursi yang berada di sebelah senior.
“Hirano-san tuh masih harus
bekerja sampai minggu depan, ‘kan?”
“Iya. Sebenarnya aku ingin belajar
lebih banyak di sini...”
“Kamu membantu pekerjaan
rumahmu, ‘kan? Kamu hebat sekali untuk anak muda seumuranmu.”
“Aku melakukannya karena aku
memang menyukainya! Tokonya tidak terlalu besar dan memiliki banyak menu, jadi
sulit untuk merekrut banyak karyawan paruh waktu.”
“Jadi bisnis keluargamu
menjalankannya dengan tim kecil yang efisien. Itu bagus dan profesional.”
Usai mendengar hal itu, Yuri
merasa senang dan dia tersenyum dengan lebar.
Namun, jika dia mempertimbangkan
tujuan untuk menjadi ritel restoran nasional, mungkin lebih baik menghindari
teknik yang terlalu bergantung pada individu. Dia harus memikirkan metode
memasak yang bisa dipelajari dengan baik oleh pemula yang belum berpengalaman
dalam memasak jika mereka bekerja cukup keras.
Saat Yuri memikirkan jalan
untuk mencapai ambisinya, sesuatu yang lain tiba-tiba muncul di kepalanya.
“Um, Senpai.”
“Apa?”
“Apa kamu mengerti tentang
ekonomi makro?”
"Eh? Makro... apa?”
“Tidak, bukan apa-apa,” kata Yuri
dengan singkat dan duduk di kursinya.
Seperti yang sudah dia duga,
orang awam biasanya tidak mengerti hal itu.
Jika memang begitu, Itsuki juga
pasti tidak mengerti.
Mungkin
lebih baik mempersiapkan set hamburger lebih awal. Yuri
mengingat bahan-bahan makanan yang ada di kamar hotel dan memikirkan apakah ada
bumbu yang kurang.
“...Oh, ada pesan dari Itsuki.”
Ketika melihat layar ponselnya,
Yuri melihat ada notifikasi.
(Baiklah
sekarang, kira-kira bagaimana hasil ujian Itsuki, ya~...)
Karena ini hanya sekedar kursus
musim panas, dia tidak tahu apakah ada konsep nilai anjlok atau tidak, tapi dia
bisa memprediksi bahwa Itsuki pasti merasa sedih. Sambil memikirkan beberapa
kata penghiburan dalam pikirannya, Yuri membuka pesan tersebut.
Ini
hasil ujianku... pesan dari Itsuki dimulai dengan kalimat
seperti itu.
“.......Eh?”
Begitu Yuri melihat isi
pesannya, pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.
Itsuki dengan berbaik hati
menulis semua nilai mata pelajarannya.
Namun, nilai-nilai itu sangat
berbeda dengan perkiraan Yuri.
Karena hari ini hanya
pengembalian hasil ujian, Itsuki dan yang lainnya pasti sudah menikmati waktu
luang mereka. Yuri menjauh dari seniornya dan dengan tangan yang gemetar, dia
menelepon Itsuki.
Panggilan itu langsung
terhubung dengan cepat.
“Uhm, halo? Itsuki?”
“Iya,
ada apa?”
“Nah, itu... aku melihat hasil
ujianmu tadi.”
Yuri terus berbicara tanpa
menyadari getaran dalam suaranya.
“Aku mendengar katanya kamu dipilih
sebagai siswa berprestasi...”
Itulah pesan yang disampaikan
Itsuki.
Meskipun ia terlihat tidak percaya
diri dan mengatakan bahwa ia tidak bisa menyelesaikannya... tapi Itsuki
berhasil mencetak nilai yang luar biasa di antara siswa yang mengikuti kursus
musim panas.
“Hasil ujianmu... lumayan bagus
ya. Bukannya kamu bilang kamu tidak percaya diri?”
“Aku
memang tidak percaya diri, tapi sepertinya bukan hanya aku saja. Sepertinya
semua orang merasa seperti itu. Ada siswa dari sekolah lain yang ikut dalam
kursus musim panas ini, jadi relatif nilainya naik. ...Setidaknya sekarang aku
bisa menghindari metode pengajaran spartan dari Shizune-san.”
Yuri bisa mendengar suara
hembusan nafas lega Itsuki.
Namun kegelisahan Yuri masih tidak
berhenti.
Keringat dingin mulai
bercucuran di dahinya. Dalam upaya untuk menyembunyikan perasaan dalam hatinya,
Yuri membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu pada saat itu――.
“Yah,
sebenarnya ini sudah sesuai dengan perkiraanku.”
Dia bisa mendengar suara Mirei
dari ujung telepon.
Mungkin ada para Ojou-sama yang
selalu ada di sekitarnya. Sepertinya Itsuki mengganti ponselnya ke dalam mode
speaker.
“Aku
juga sependapat. Itsuki selalu berusaha keras dan aku yakin dia akan bisa
mengikuti kursus musim panas ini dengan baik. ...Sangat berbeda sekali
denganku.”
Setelah Mirei, Narika juga
mengatakan hal yang serupa.
“Jika
mempertimbangkan usaha Tomonari-kun sejauh ini, kupikir ini hasil yang cukup
masuk akal.”
Suara tenang Hinako mencapai
telinga Yuri
“Uh, ya...”
Yuri memberikan respon yang
canggung.
Keringat aneh terus mengalir.
Napasnya mulai terengah-engah dengan kasar.
“Ah, uhmm….. maaf. Aku harus
kembali bekerja sekarang, jadi aku tutup dulu teleponnya, ya.”
“Ya,
kami masih berada di hotel hingga besok, jadi kita bisa berbicara lagi nanti.”
Karena mereka berbicara melalui
telepon, Itsuki tidak menyadari perubahan suasana hati Yuri.
Panggilan pun berakhir.
Sambil tetap memegang ponselnya
dengan erat, Yuri berdiri diam sejenak.
(...Semua
orang percaya kalau Itsuki bisa melakukannya.)
Narika, Mirei, dan bahkan
Hinako—— semuanya memiliki kepercayaan terhadap Itsuki.
Akan tetapi Yuri...
(...Hanya
aku…yang berpikir kalau Itsuki tidak bisa melakukannya.)
Jika dipikir-pikir lagi, Itsuki
bersekolah di Akademi Kekaisaran yang terkenal itu. Mana mungkin dirinya tidak
pintar dalam belajar.
Meskipun ia mendapat nilai
jelek dalam ujiannya, Itsuki pasti lebih cerdas daripada Yuri.
Tidak ada yang bisa dilakukan
Yuri untuk membantu Itsuki.
“Hirano-san, apa kamu baik-baik
saja? Wajahmu kelihatan pucat...”
Seniornya mulai khawatir.
“Aku baik-baik saja... Aku harus
kembali bekerja sekarang!”
Sambil mencoba mengalihkan
perhatiannya dari kenyataan yang baru saja dia sadari, Yuri pun kembali bekerja.
◆◆◆◆
(Sudut Pandang Itsuki)
“Baiklah, kalau begitu, mari kita
berkumpul di bangunan utama satu jam lagi.”
Setelah kembali ke area hotel,
aku berkata kepada Hinako dan yang lainnya.
“Konohana Hinako... Kita akan
menyelesaikan semuanya lain kali!”
“Tolong jangan terlalu keras,
ya.”
Hinako menanggapi dengan
tersenyum lembut.
Tennouji-san pergi ke kamarnya
sendiri sambil berteriak jengkel, “Bikin kesal aja!”
(Dia
seharusnya bisa merasa senang karena mereka memiliki nilai yang sama...)
Sambil tersenyum getir, aku
juga pergi sendirian ke kamarku.
Waktu menunjukkan pukul tiga
sore. Meskipun berada di Karuizawa yang dikelilingi oleh alam hijau, cuacanya
masih tetap terasa panas meski sudah menjelang sore. Aku mengusap keringat yang
mengalir dari pelipis dengan bagian bahu bajuku.
Setelah sesi kursus musim panas
selesai, kami mengobrol santai di sebuah kafe terdekat.
Setelah berbicara sejenak dan
makan siang, para Ojou-sama harus memberitahu orang tua mereka tentang hasil
ujian, jadi kami sepakat untuk bubar sejenak. Sepertinya Hinako juga harus
memberitahu Kagen-san melalui telepon, jadi aku mendapatkan waktu luang.
(Senang
rasanya bisa mendapat pujian dari Shizune-san...)
Tepat sebelum kami akan
berpisah, Shizune-san memuji hasil ujianku. Rasanya menyenangkan saat mendapat
pujian dari orang yang biasanya bersikap keras padaku.
“Fyuuh...”
Setelah meletakkan tasku di
kamar dan istirahat sejenak, aku menyadari bahwa aku tidak memiliki kegiatan
apa-apa. Aku baru saja berjalan-jalan sebelumnya, jadi meskipun aku bisa
istirahat di kamar, aku ingin menikmati waktu ini sepenuhnya karena aku akan
pulang besok.
(Mungkin
aku akan pergi ke bangunan utama lebih dulu)
Meskipun masih pagi, aku akan
berkeliling sekitar sampai waktu berkumpul tiba.
Aku keluar dari kamar dan
perlahan-lahan menuju bangunan utama.
Ketika aku memasuki meja resepsionis,
aku melihat sosok kecil yang sangat kukenal.
“Yuri.”
“Itsuki...?”
Yuri berbalik menghadap ke
arahku.
“Kamu sudah selesai dengan pekerjaan
paruh waktumu hari ini?”
“Iya, aku baru saja selesai.
Tapi besok aku harus bekerja dari pagi hingga malam.”
Kalau begitu, hari ini
merupakan kesempatan terakhir bagi Yuri dan aku untuk berbicara dengan santai
seperti ini.
Kira-kira,
kapan kita bisa bertemu lagi... Ketika aku berpikir begitu,
aku tiba-tiba menyadari bahwa ekspresi wajah Yuri terlihat aneh. Sepertinya dia
sedang depresi.
“Itsuki... Kelihatanya kamu
belajar dengan rajin, ya?”
“Aku harus rajin belajar karena
lingkungan yang memaksa.”
Aku menjawab, dan mata Yuri
bergetar dengan kekhawatiran.
“Uhhm, begini. Sepertinya kamu
bisa mengimbangi pelajaran di sana, tapi bagaimana dengan olahraga?”
Yuri bertanya dengan senyuman
palsu di wajahnya.
“Katanya Akademi Kekaisaran
juga fokus pada olahraga dan sering menang dalam berbagai kompetisi, ‘kan? Apa
pelajaran olahraganya sangat sulit?”
“Sulit sih, tapi aku lumayan
pandai dalam olahraga. Aku belum mencoba polo air atau seluncur es, tapi sampai
sekarang aku tidak memiliki masalah dalam pelajaran olahraga.”
“O-Oh, begitu...”
Yuri menurunkan pandangannya.
“Ka-Kalau begitu, bagaimana
dengan makanan? Apa kamu juga merindukan rasa makanan biasa orang biasa? Jujur,
perasaanmu pasti campur aduk, bukan?”
“Yah, memang ada perasaan
seperti itu.”
“Kalau begitu!”
Yuri menatap wajahku dengan
ekspresi cemas.
“Aku akan mulai memasak makanan
untukmu, Itsuki! Shizune-san sudah mengajakku untuk bekerja dengannya, dan
bahkan jika itu tidak berhasil, aku bisa mengirimkannya melalui pesanan makanan
siap antar—”
“Kamu tidak perlu repot-repot melakukan
hal seperti itu...”
“Tapi kamu merindukan rasa
makanan orang biasa, ‘kan?”
Yuri meletakkan kedua tangannya
di pinggang.
"Jangan khawatir dan
bergantunglah padaku, oke? Karena aku adalah Onee-sanmu, Itsuki!”
Kalimat khasnya kembali terucap.
Namun jika aku menjawab dengan
kalimat khasku, sepertinya dia akan benar-benar mengirimkan pesanan makanan ke
rumahku.
“Aku memang menghargainya, tapi
kamu tidak perlu khawatir.”
Aku berkata dengan lembut, dan
mencoba menegurnya.
“Meskipun disebut sebagai
Ojou-sama, bukan berarti setiap makanan yang disajikan adalah hidangan mewah.
Awalnya, aku sering disajikan hidangan mewah sebagai pembelajaran tata krama,
tapi belakangan ini juga ada hidangan biasa seperti omelet atau hamburger. Aku
jarang memakan hidangan kelas B, tapi semua hidangan yang disajikan baik untuk
kesehatan dan aku sudah merasa cukup puas.”
Yah, meskipun aku ingin
mencicipi masakan Yuri juga, sih.
Tapi aku tidak dalam keadaan
yang begitu sulit sehingga harus memesan makanan siap antar, dan aku tidak
ingin terlalu merepotkannya.
Yuri juga merupakan orang yang
berjuang keras setiap hari dengan suatu tujuan. Aku tidak ingin menjadi beban
baginya. Namun, setelah mendengar jawabanku, Yuri terlihat sangat gelisah.
“Ah, uh... lalu….lalu...”
Yuri terlihat ragu dan bibirnya
bergerak tidak jelas seolah-olah dia akan menangis.
“Yuri, ada apa?”
“Ti-Tidak ada apa-apa. Lebih
penting daripada itu, Itsuki, apa ada sesuatu yang membuatmu kesulitan? Aku ingin
membantumu sebisa mungkin...”
“Yah sejujurnya aku menghadapi
banyak kesulitan sih…..”
“Kalau begitu—”
Entah mengapa, pandangan mata Yuri
tiba-tiba berbinar-binar.
Aku melanjutkan perkataanku
kepada.
“Tapi aku ingin mencoba sebisa
mungkin untuk berjuang sendiri. Baru-baru ini, aku menikmati proses berusaha
dan berkembang.”
Demi mengimbangi semua orang di
Akademi Kekaisaran, aku masih kurang pengetahuan dan pengalaman. Namun, aku
merasakan kebahagiaan dalam usaha untuk mengisi kekurangan itu dengan usahaku
sendiri.
Kebahagiaan ketika melihat
hasil dari usaha sebanding dengan seberapa besar usaha yang dilakukan.
Itulah sebabnya aku tidak ingin
menyerah begitu saja pada upayaku.
“…Begitu ya.”
Yuri menundukkan kepala dan
memberikan tanggapan singkat.
Aku merasa aneh dengan
sikapnya.
“Yuri, apa yang sebenarnya
terjadi?”
“...Tidak terjadi apa-apa,
kok.”
“Kita sudah berteman sejak
kecil. Aku bisa melihat kebohongan sekecil apa pun.”
Tidak, aku bisa melihat
ketidaknyamanan Yuri bahkan jika kami bukan teman masa kecil.
Dia terlihat begitu rapuh.
“Meskipun Itsuki mengerti
tentang diriku... Aku sudah tidak mengerti tentang Itsuki lagi.”
Yuri dengan pelan mengungkapkan
pemikirannya.
“Itsuki, sepertinya kamu sudah
merasa puas dengan kehidupanmu saat ini, ya.”
“Yeah, mungkin begitu.”
“Kalau begitu... ..bukannya
kamu sudah tidak membutuhkanku lagi?”
Sejenak, aku tidak bisa
memahami maksud dari pertanyaannya.
“Bahkan tanpa diriku, kamu
terlihat bersenang-senang setiap hari. Kamu sudah bisa melakukan segalanya
sendiri.”
“Tidak... meskipun begitu,
bukannya berarti aku tidak membutuhkan Yuri lagi.”
“Tidak, pasti begitu.”
“Tidak mungkin itu terjadi—”
“—Sudah pasti begitu!”
Yuri berteriak dengan keras.
“Habisnya! Aku tidak perlu
berada di samping Itsuki lagi! Kehidupan sekolahmu juga berjalan dengan baik, ‘kan?
Kamu juga sepertinya disukai oleh banyak orang, kan? Kamu bahkan bisa belajar
dengan baik, mulai peduli dengan penampilan dan postur badanmu dengan serius!
Itsuki sudah berada di dunia yang tidak aku kenal... Kamu hidup di tempat
dimana aku tidak bisa berbuat apa-apa!!”
Seperti air yang meluap dari
bendungan yang pecah, emosi Yuri langsung meledak seketika.
Namun, sepertinya dia tidak
bisa mengungkapkan semuanya hanya dengan kata-kata, air mata besar mengalir
dari mata Yuri.
“Pagi tadi, ketika kamu menunjukkan
soal ujian padaku, aku tidak mengerti apa-apa! Apa yang harus aku lakukan untuk
seseorang yang bisa menyelesaikannya!? Kamu bahkan bilang kalau kamu tidak
butuh makananku... Aku tidak punya satu pun hal yang bisa aku lakukan untuk
Itsuki!! Jadi, bukannya aku sudah tidak diperlukan lagi!”
Ada sesuatu yang tidak bisa
kupahami saat mendengar teriakan Yuri seperti itu.
Jadi aku segera memanggilnya.
“Tu-Tunggu sebentar. Kamu
bilang tidak ada yang bisa kamu lakukan... Apa maksud perkataanmu? Bukan
berarti aku selama ini bersamamu karena kamu berguna—”
“—Dasar pembohong!”
Yuri terlihat sangat marah
hingga wajahnya memerah.
“Habisnya! Kamu bilang kalau
kamu tidak akan bertemu denganku jika aku tidak berguna!”
Setelah berkata demikian, Yuri
berlari menjauh dariku.
Aku hanya bisa terpaku dan
memandangi punggung kecilnya.
◆◆◆◆
Setelah Yuri melarikan diri,
aku duduk di sofa di meja depan, mematung seperti batu.
Setelah sekitar 30 menit
kemudian, Hinako dan Shizune-san muncul. Tennouji-san dan Narika juga hadir,
mungkin mereka bertemu satu sama lain di tengah jalan.
Mereka berempat menyadari
kehadiranku dan mendekatiku.
“Tomonari-san, apa ada yang
salah?”
Tennouji-san bertanya dengan
cemas, dia jelas-jelas berpikir bahwa raut wajahku terlihat aneh.
“Yuri dan aku... bertengkar.”
“Ehh?”
“Kami berdua bertengkar.”
Saat ini, aku tidak punya
tenaga untuk mencoba memperbaikinya.
Hinako dan yang lainnya tutup
mulut selagi aku memegangi kepalaku.
“Mengapa hal itu bisa
terjadi...?”
“…Aku juga tidak begitu
memahaminya.”
Aku tidak bisa menjawab
pertanyaan Tennouji-san yang menanyakan alasannya.
Aku tidak tahu. Kenapa Yuri
begitu marah?
Tapi aku bertanggung jawab atas
air mata itu.
Apa yang sedang dipendam Yuri?
...Aku harus mengetahuinya.
“...Kalau dipikir-pikir lagi,
aku tahu kalau Yuri diam-diam melakukan sesuatu sampai sehari sebelum ujian...tapi
itu mungkin saat dia bertemu dengan Konohana-san dan yang lainnya, ‘kan?”
Dulu, aku sering meminta Yuri untuk
mengajariku beberapa mata pelajaran. Narika tahu hal itu. Oleh karena itu,
tidak diragukan lagi kalau Yuri dan Narika sedang berbicara tanpa
sepengetahuanku.
Aku bertanya apakah hal yang
sama terjadi pada Hinako dan yang lainnya, dan sepertinya aku benar. Tak hanya
Narika, Hinako dan Tennouji-san juga menganggukkan kepala.
“Apa dia tidak mengatakan
sesuatu? Misalnya saja tentang aku...atau tentang dirinya sendiri.”
Aku ingin mendapatkan beberapa
petunjuk sekarang.
Ketiganya langsung menjawab,
mungkin karena aku terlihat sangat khawatir.
“Aku mendengar bahwa Hirano-san
dan Itsuki sudah berteman baik sejak kecil. Kalian berdua sudah saling mengenal
sejak kelas satu SD, dan Hirano-san sering memasak untuk Itsuki serta
memberikan baju-baju bekasnya.”
Benar sekali.
Dari dulu aku sudah merepotkan
dan memberi banyak masalah pada Yuri.
“Kalau aku berbicara tentang
Tomonari-san... Hirano-san khawatir apakah Tomonari-san menjalani kehidupan
sekolahnya dengan aman di Akademi Kekaisaran. Ketika aku mengatakan kepadanya
bahwa tidak ada masalah, dia tampak sedikit terkejut.”
Yah itu sih reaksi yang wajar.
Bahkan jika aku memberitahu
diriku yang dulu bahwa aku entah bagaimana berhasil tetap aman di Akademi
Kekaisaran, dirinya pasti tidak akan pernah mempercayaiku.
“Aku pun mendapat reaksi yang
hampir serupa, ketika aku memberitahunya bahwa Tomonari-kun baik-baik saja ... Hirano-san
tampak sedikit kesepian."
Hinako dalam mode Ojou-samanya
juga ikut angkat berbicara.
Dia tampak kesepian ... Aku
merasa seperti ada petunjuk di sana.
Yuri mungkin merasa kesepian dengan
perubahanku. Aku bukannya tidak bisa memahami bagaimana perasaannya ketika
bertemu kembali dengan seseorang yang
sudah lama tidak dia temui dan menemukan bahwa orang tersebut telah berubah
melebihi harapannya.
“Rasanya sulit membayangkannya
dengan keadaan Tomonari-san yang sekarang, tetapi Tomonari-san di masa lalu hidup
dengan dukungan Hirano-san, bukan?”
“Ya, benar sekali, aku selalu
didukung oleh Yuri ...”
Saat aku mencoba menegaskan
kembali kata-kata Tennouji-san, aku menyadari sesuatu.
Ahh, begitu—jadi begitu rupanya.
“Tomonari-san?”
“Apa kamu berhasil menyadari
sesuatu?”
Tennouji-san dan Narika
bertanya saat aku memegangi kepalaku.
“Yuri mengenal diriku di masa
lalu ...”
Sebelum aku meminta saran dari
mereka, aku harus memberi tahu semua orang tentang hal ini.
Itulah sebabnya aku memutuskan
untuk berbicara tentang kesimpulan yang telah aku capai—— hubungan antara aku
dan Yuri.
“Diriku di masa lalu... tidak
mempunya banyak kemewahan.”
◆◆◆◆
Keluargaku sudah miskin sejak
aku masih kecil.
Baik ayah maupun ibuku
tampaknya mempunyai pekerjaan, namun mereka mempunyai kebiasaan menghabiskan
lebih banyak uang daripada penghasilan mereka untuk minum-minum alkohol dan
berjudi, jadi aku tidak punya pilihan selain ikut bekerja juga.
Aku memulai pekerjaan paruh
waktuku pada hari pertama aku masuk SMA. Namun, ketika ditanya kapan aku mulai
bekerja, itu mungkin sejauh kesadaranku mulai sadar dengan sekelilingku.
Pada saat aku duduk di bangku
sekolah SD, aku sudah membantu ibuku dengan pekerjaan sampingannya.
Semua teman sekelasku di
sekitarku sama sekali tidak menyadari tentang keuangan keluarga. Mereka membuat
banyak keributan di taman setiap hari, seolah-olah bermain adalah pekerjaan
mereka.
Aku memperhatikan teman-teman
sekelasku dari kejauhan sambil memasukkan tisu ke dalam tas di rumah kecilku
yang sempit.
Mana mungkin aku tidak merasa
terganggu.
Apalagi jika anak tersebut
belum matang secara mental.
“Itsuki! Ayo kita pergi
bermain!”
Aku bertemu Yuri ketika aku
masih di sekolah SD. Rupanya kami dulu tinggal berdekatan, tapi aku baru
mengetahuinya setelah mendengarnya dari Yuri.
Sepertinya Yuri sudah
mengenalku sejak lama. ...Wajar saja. Dengan adanya pasangan suami istri yang
begitu miskin dan gemar minum-minum serta berjudi, pasti akan ada rumor di
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, keluargaku dibisikkan di antara tetangga
sebagai ‘keluarga yang tidak boleh
didekati’, tapi Yuri muda dengan enteng menganggap kalau aku hanyalah
seseorang yang dia dengar melalui rumor.
Namun, aku memperlakukan semua
bantuan itu dengan cuek dan ketus.
Karena aku tidak mempunyai
banyak waktu luang.
“Maaf, aku sedang sibuk
sekarang.”
Aku harus pulang dan membantu
pekerjaan sampingan.
Aku harus pulang dan membantu
beres-beres rumah.
Aku lapar dan mudah tersinggung
karena aku melewatkan waktu makan.
Mau tak mau aku merasa iri
dengan teman-teman sekelasku yang sedang bersenang-senang dengan begitu riang.
“Itsuki! Hari ini—”
“Maaf, aku sedang sibuk
sekarang.”
Pada waktu itu, aku masih belum
dewasa dan terkadang melampiaskan stresku pada orang lain.
Bahkan jika aku tidak
menggunakan kekerasan atau kata-kata kasar, tidak diragukan lagi kalau aku
sudah bersikap lebih dingin dari yang diperlukan terhadap Yuri, yang berusaha
berinteraksi denganku berkali-kali.
Aku terus menolak ajakan Yuri
berulang kali.
Kemudian, setengah tahun telah
berlalu sejak saat itu.
Yuri mulai mengajakku dengan
cara yang sedikit berbeda.
“Itsuki! Mau enggak kamu
menemaniku untuk berlatih memasak!?”
Yuri yang sudah bercita-cita
menjadi koki sejak kecil, kerap mengajakku mencoba berbagai masakan dengan
dalih acara mencicipi.
Berkat itu, aku bisa menghemat
uang untuk makanan.
“Itsuki! Aku punya pakaian
lebih yang tidak kubutuhkan di rumah, jadi bisakah kamu mengambilnya?”
Setiap kali model baju berganti,
Yuri mulai memberikan pakaian yang tidak dibutuhkan oleh dirinya atau orang
tuanya.
Berkat dia, aku mendapatkan
banyak pakaian yang bisa digunakan selama musim dingin.
“Itsuki! Bagaimana kalau kita
mengadakan belajar kelompok? Akhir-akhir ini nilaimu jelek, ‘kan?”
Saat nilaiku mulai turun, Yuri
mulai menyarankan sesi belajar. Yuri berusaha keras untuk merangkum poin-poin
utama dalam sebuah buku catatan, sehingga aku bisa belajar secara efisien dalam
waktu singkat.
Berkat itu, aku bisa
memperbaiki nilaiku yang menurun.
Seperti biasa, aku tidak punya
waktu luang di hatiku. Yuri pasti sudah memahami keadaan pikiranku dan berpikir
jika itu bermanfaat bagiku, dia akan tetap bersamaku.
Pada waktu itu aku tidak
menyadari apa-apa.
Tapi baru sekarang aku akhirnya
menyadarinya.
Yuri sengaja mengundangku
seperti itu———karena dia ingin bisa bersamaku.
◆◆◆◆
“Yuri... selalu memberikan
saran yang bermanfaat bagiku.”
Saat aku mengakhiri ingatanku,
Hinako dan yang lainnya memasang ekspresi misterius di wajah mereka.
“Tomonari-san punya masa lalu
seperti itu...”
“Aku juga...aku tidak tahu
sampai sejauh itu.”
Tennouji-san dan Narika
bergumam sedikit.
Sejak dulu, Yuri selalu
berperilaku dengan cara yang berguna bagiku.
Dan itu terus berlanjut bahkan
sampai sekarang.
Saat aku bertemu Yuri lagi di
hotel ini, dia memanggilku ke kamarnya. Namun, itu bukan sekedar ajakan reunian
semata; melainkan dia justru menyajikan makanan kepadaku untuk pertama kalinya
setelah sekian lama, karena berpikir kalau aku merasa rindu dengan makanan khas
orang biasa.
Sekilas Yuri mungkin tampak
memaksa. Namun pada kenyataannya, dia hanya memberikan saran yang membuatku
senang. Lagipula, dia tidak memberikan saran yang tidak tahu apa itu akan
membantuku atau tidak. Pesta piyama dan pergi ke pantai adalah saran orang
lain. Itu bukan dari Yuri.
Yuri selalu memperhatikanku.
Itu hampir sepuluh tahun yang
lalu.
Kalau dipikir-pikir lagi———sejak
saat itulah Yuri mulai bertingkah seperti Onee-san.
Aku mungkin telah memberikan
tekanan pada Yuri tanpa menyadarinya sampai sekarang.
“…….Aku harus mencarinya.”
Aku sekarang berhasil menemukan
sumber dari keretakan antara aku dan Yuri.
Beberapa waktu yang lalu, aku
tidak tahu tentang keretakan ini, dan aku tidak bisa mengatakan apa pun kepada
Yuri saat dia melarikan diri.
Namun, kini ada kata-kata yang
bisa aku katakan kembali.
Aku tidak peduli dengan makan
malam. Aku langsung berdiri dan menuju ke luar.
“Tomonari-kun.”
Hinako memanggilku saat aku
hendak melangkah.
Aku berhenti dan mendekati
Hinako. Kemudian Hinako memasang mode Ojou-sama-nya untuk menghindari perhatian
orang-orang di sekitarnya.
“Hirano-san...... apa dia orang
yang penting bagimu?”
Dia bertanya dengan ekspresi
wajah yang sangat serius.
“Ya, dia adalah orang yang
penting bagiku.”
Aku sangat peduli padanya
sehingga aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan segera.
Selain keluargaku, dia adalah
teman masa kecil yang paling lama aku kenal.
Seorang gadis baik hati yang
telah memikirkanku sejak aku masih kecil.
Jika gadis itu masih terluka
entah di mana...Aku benar-benar harus membantunya.
“Aku akan pergi dulu.”
Setelah memberitahu Hinako hal itu,
aku berangkat mencari Yuri.
◇◇◇◇
(Sudut Pandang Yuri)
Ketika dia masih di sekolah SD.
Yuri pernah pergi ke sekolah
sambil menyembunyikan fakta bahwa dia sedang tidak enak badan.
Dirinya mungkin hanya mengalami
demam ringan. Hidungnya meler, kepalanya sakit, dan seluruh tubuhnya terasa
berat. Pada awalnya Yuri berpikir untuk tidak masuk sekolah, tapi wali kelasnya
baru saja memberitahu tentang penghargaan kehadiran yang sempurna di sekolah,
jadi Yuri ingin pergi ke sekolah apa pun yang terjadi.
Untungnya atau sayangnya, Yuri
pandai berpura-pura ceria.
Bahkan keluarganya sendiri
tidak ada yang menyadarinya, jadi Yuri berjalan melewati gerbang sekolah.
Yuri, yang selalu memiliki
kepribadian pemalu, mencoba bersikap ceria, karena berpikir bahwa jika dia diam
saja, orang lain akan mengetahui kalau dirinya sedang tidak enak badan.
Dia menyapa dengan riang saat
memasuki ruang kelas.
Saat makan siang, dia makan
makan siang sekolah sambil mengobrol dengan semua orang.
Lalu, sepulang sekolah, dia pergi
untuk berbicara dengan Itsuki yang berada di kelas sebelah.
Bagi Yuri pada waktu itu,
Itsuki bukan hanya seorang teman sekolah biasa. Namun, ia juga seorang kenalan yang
tinggal berdekatan dengannya. Bagi Yuri muda, dia merasakan sesuatu yang
istimewa mengenai hal tersebut, dan dia ingin mengenal Itsuki sedekat mungkin.
Tapi tidak ada perasaan lebih
lanjut. Yuri tidak jatuh cinta atau merasa kasihan pada Itsuki.
Itsuki sangat susah diajak
untuk bermain.
Yuri bertatap muka dengan
Itsuki, berpikir bahwa dia akan ditolak lagi hari ini.
“Yuri, apa kamu sedang tidak
enak badan?”
Itsuki bisa menebaknya dalam
sekejap.
Meskipun dia berhasil mengelabui
keluarganya, teman-temannya, dan bahkan gurunya, tapi——— hanya dengan sekilas
menatap wajahnya, Itsuki mampu mengetahui kesehatan Yuri yang memburuk.
Dia sangat sulit untuk
memahaminya sampai-sampai dia sendiri hampir melupakannya...
Itsuki menatapnya dengan
saksama. Kesadaran itu bergema kuat di dalam hati Yuri.
Kalau dipikir-pikir, mulai
sejak saat itu.
Sejak saat itu———Yuri selalu
menyukai Itsuki.
◇◇◇◇
Suara deburan ombak terdengar
di daun telinganya.
Yuri duduk di pinggir pantai
sambil memandangi langit yang berwarna senja dan mengenang masa lalunya.
(...Apa
sih yang sedang aku lakukan?)
Dirinya ingin tempat untuk
melarikan diri, di mana pun akan baik-baik saja. Nampaknya pemikiran tersebut
tanpa sadar menuntun dirinya ke pantai, tempat di mana mereka semua datangi
kemarin.
Meskipun Yuri terkesan dengan
kenyataan bahwa setelah mereka berkelahi dan kemudian melarikan diri ke pinggir
laut, itu menunjukkan kalau dirinya memiliki kekuatan untuk bertindak dengan
cara yang aneh. Untungnya, dia punya cukup uang untuk membayar kereta pulang, tapi
mungkin di luar sudah gelap saat dirinya tiba di hotel. Pekerjaan paruh waktu
besok akan memakan waktu lama. Jadi jauh lebih baik kalau dirinya pulang lebih
awal dan tidur.
Pada saat ini ketika matahari
hampir terbenam, hampir tidak ada orang di sekitar pantai. Oleh karena itu, dia
bisa merenung dengan tenang tanpa mengganggu siapa pun.
(Padahal
aku tidak bermaksud mengatakan itu...)
Yuri mengatakan sesuatu yang
seharusnya tidak dia katakan.
Dia
tidak akan menemuiku jika aku tidak berguna...Itsuki di masa lalu
mungkin begitu, tapi kalau dilihat dari keadaan Itsuki yang sekarang, Yuri merasa
kalau sudah tidak begitu lagi. Itsuki saat ini memiliki kemewahan untuk
menerima ajakan yang tidak berguna sekalipun.
Tidak. ...... Kalau
dipikir-pikir, Itsuki sudah memiliki kemewahan waktu luang sejak lama.
Mungkin saat duduk di bangku
kelas atas SD, atau bahkan mungkin ketika memasuki sekolah SMP, pada saat
itulah pemikiran Itsuki semakin matang. Ia tidak lagi mengekspresikan suasana
hatinya yang buruk, ketidaksabaran, atau kelemahannya.
Dan ia menjadi orang yang terlalu
baik hati.
Seseorang tidak dapat melakukan
apa pun demi orang lain kecuali mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Sejak ia mulai dikenal sebagai orang yang baik hati, Itsuki sudah lama memiliki
kelonggaran waktu.
Hanya dia satu-satunya yang
tidak menyadarinya.
Yuri sendiri yang menjadi
satu-satunya orang yang masih bergantung pada Itsuki yang dulu.
——Karena
aku adalah Onee-san-nya Itsuki!
Itulah kalimat khasnya.
Walaupun dia mengatakan hal itu
pada Itsuki atau pihak ketiga, tapi pada kenyataannya, dia hanya mengatakannya
pada dirinya sendiri.
Aku
adalah kakak perempuan Itsuki, jadi aku harus berguna.
Itu hanya perbudakan yang
dipaksakan dirinya sendiri.
Jadi mana mungkin dia bisa
menyalahkan Itsuki.
(Yah,
jadi wajar saja kalau para Ojou-sama juga bisa mengetahui...perasaanku)
Hinako, Mirei, dan Narika semua
menanyakan pendapat Yuri tentang Itsuki.
Tentu saja dia menyukainya.
Jika tidak, mana mungkin dia akan memikirkan Itsuki dengan serius.
Tetapi Yuri sudah memendam
perasaan itu untuk waktu yang lama dan tidak berniat untuk mengungkapkannya.
Ketika Yuri masih muda, dia
sudah berusaha mengajak Itsuki berkali-kali ketika keadaan ekonominya sedang
terpuruk. Jantungnya berdebar-debar dan wajahnya memerah dengan sendirinya.
Yuri yang tergerak oleh dorongan cinta pertamanya, terus berusaha membuat Itsuki
menoleh ke arahnya——yang mana semuanya berakhir dengan kegagalan.
Pada waktu itu Yuri mulai
berpikir.
Ah...
bagi Itsuki, perasaan cintaku hanyalah sebuah gangguan.
Jadi, dia menyegel perasaannya
dan memikirkan cara untuk membuat Itsuki berbalik padanya.
Dalam hal ini, Yuri juga orang
yang menyatakan. “Aku adalah Onee-san-nya
Itsuki!”
Karena
aku adalah Onee-sannya Itsuki——— jadi aku hanya menjaga adik laki-lakiku, dan
bukan berarti karena aku menyukainya!
“...Aku benar-benar orang yang
tsundere.”
Angin laut membelai dan
mendinginkan pipinya yang memerah karena malu.
Ini hanya sugesti diri sendiri.
Jika dia menunjukkan kasih sayangnya, itu hanya akan menimbulkan masalah. Meski
begitu, entah bagaimana dia ingin tetap bersama, dan pada akhirnya dia
melakukan cara yang bertele-tele demi mencapai tujuannya.
Yuri sendiri yang memilih
metode pendekatan ini.
Dia sekali lagi
berpikir…..salah rasanya jika dia menyalahkan Itsuki.
“Hei, kamu yang di sana.”
Tiba-tiba, ada suara yang
memanggilnya dari sampingnya.
Ketika Yuri berbalik, dia
melihat ada dua pria yang berperawakan besar.
“Kamu lagi sendirian sekarang?”
“Sebentar lagi akan gelap, loh?
Kami bisa mengantarmu pulang, jadi gimana kalau kamu minum teh bersama kami
sebentar?”
Mereka berdua memiliki rambut
yang dicat dan memiliki bekas tato.
Merasakan suasana yang agak
menakutkan dari mereka, Yuri berdiri dan melangkah mundur.
“...Tidak usah, terima kasih.”
“Ayolah, jangan berkata begitu.
Kamu seharusnya jangan menolah kebaikan orang lain, oke?”
Sambil mengatakan itu, salah
satu dari mereka meraih lengan ramping Yuri.
“Tunggu, lepaskan tanganku!”
“Uwaah, tangannya dingin
banget!”
“Dia berkemauan keras dan imut
pula.”
Darah mengalir deras ke kepala
Yuri.
Padahal dirinya memiliki
sesuatu yang penting untuk dipikirkan. Tapi dirinya malah diganggu oleh orang-orang
rendahan. Kekesalan Yuri mencapai puncaknya saat dia melihat para pria itu
menertawakannya.
“Sudah kubilang cepat lepaskan
tanganku!!”
Yuri memberikan tamparan pada
pria yang masih memegangi lengannya.
Plakk!
Setelah suara itu bergema, ekspresi pria itu berubah menjadi serius.
“……Oi, jangan pikir loe bisa
lolos begitu saja, oke?”
“Hiiii——!?”
Oria itu mengepalkan tinjunya.
Karena merasa ketakutan, Yuri
secara refleks menutup matanya.
Pada waktu itu——
“—Untung saja aku berhasil tepat
waktu.”
Yuri perlahan-lahan membuka
matanya saat dia mendengar suara yang familiar.
Itsuki sedang memegangi lengan
pria itu.
◆◆◆◆
(Sudut Pandang Itsuki)
Aku tiba di pantai tempat di
mana kami bermain-main kemarin untuk mencari Yuri.
Meskipun dia merasa kompleks
dengan hal tersebut, tapi perawakan pendek Yuri adalah ciri khasnya. Apa Anda melihat seorang gadis pendek dan
berpakaian seperti ini? Dengan berulang kali mengajukan pertanyaan itu, aku
berhasil menemukan Yuri.
Yuri sepertinya menangis sampai
dia datang ke sini.
Oleh karena itu, ada banyak
saksi yang melihatnya.
“Hah apaan, loe siapa?”
Yuri berada di tengah-tengah
masalah dengan tukang rayu yang temperamental.
Pria yang memegang lengannya
memelototiku dengan rasa jengkel.
“Teman masa kecilnya.”
Aku menjawab dengan singkat, lalu
menarik lengan pria itu dan segera melemparkannya.
“Guha——!?”
Di bawah ini adalah pantai berpasir.
Tidak peduli berapa kali ia terlempar, ia tidak akan terluka.
Pria yang satunya lagi terkejut
melihat temannya dilempar begitu saja. Namun, pada saat berikutnya, ia menjadi
marah dan mulai meninjuku seolah-olah ingin membalas dendam.
——Terlalu
pelan.
Memangnya kalian tidak tahu
seberapa banyak aku biasanya dilatih oleh Shizune-san?
Aku memegang pergelangan tangan
yang hendak memukulku, lalu memutarnya ke arah luar dan meletakkan berat
badanku pada siku. Lawan tidak mampu menahan beban dan jatuh bertekuk lutut.
“Aduhh!?”
Sepertinya ia terjatuh di
bagian dagunya karena tidak mengambil posisi pasif.
Kedua pria itu bangkit dengan wajah
pucat sambil dipenuhi butiran pasir. Namun, bagaimanapun juga, mereka hanya
melakukan upaya merayu, dan sepertinya mereka berdua sudah tidak tertarik lagi.
“Brengsek...!!”
“Aw-Awas saja loe!!”
Orang-orang itu lari entah
kemana sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang terdengar seperti di komik.
“Fyuh...”
Aku senang aku berhasil
mengalahkan mereka.
Tapi tak disangka mereka
berusaha merayu Yuri...apa mereka berdua itu orang-orang lolicon?
“Apa kamu baik-baik saja?”
Aku memanggil Yuri di
belakangku.
“Uh ya. Ah, terima kasih—”
Suaranya tiba-tiba menjadi
tercekat.
Mungkin karena mengingat kalau
kami sedang bertengkar, Yuri menarik kembali sikapnya yang tadinya malu-malu dan
kembali ke sikap agresifnya yang biasa.
“Bu-Buat apa kamu datang ke
sini? Ak-Aku tidak memintamu untuk membantuku, kok.”
“...Setidaknya kamu bisa
berterima kasih padaku dengan jujur.”
“Ak-Ak-Ak-Aku tidak tahu apa
yang kamu bicarakan !?”
Wajahnya terlihat memerah, tapi
itu mungkin bukan hanya karena dia bermandikan cahaya matahari senja.
Yuri berkeringat secara aneh
dan terlihat gelisah, tapi tak lama kemudian dia terlihat kesepian.
“...Kamu benar-benar sudah berubah,
ya. Dulu kamu tidak pernah sekuat ini sebelumnya.”
Yuri menatapku dari ujung
kepala sampai ujung kaki.
Tubuh yang terlatih. Keberanian
untuk berhadapan dengan pria berkepribadian buruk. Aku tidak memiliki hal-hal
itu di masa lalu.
“Ya, aku memang sudah berubah.
Tapi karena aku sudah berubah, aku bisa melindungi Yuri."
Itu sebabnya aku tidak menyesal
atas perubahanku.
Dan aku ingin Yuri menyadarinya
juga.
“Yuri. Aku minta maaf karena
tidak menyadarinya sampai sekarang.”
Aku diam-diam menundukkan
kepalaku.
“Satu-satunya alasan Yuri
pernah mencoba untuk menjadi berguna bagiku adalah karena apa yang terjadi di
masa lalu, bukan?? Karena aku berkali-kali menolak ajakan Yuri, jadi kamu
memikirkan cara untuk membantuku, kan?”
“...Ya, itu benar. Tapi itu
adalah sesuatu yang aku lakukan sendiri, jadi itu bukan tanggung jawabmu.”
“Tidak, ini salahku.”
“Tidak, itu tanggung jawabku.”
“Itu salahku.”
“Tanggung jawabku.”
“Aku—”
“Aku—”
Kedua belah pihak sama-sama
keras kepala.
Tapi aku tidak boleh menyerah
di sini.
Yuri selalu tampil percaya diri
dan bertekad untuk menang. Dia adalah tipe gadis yang akan tertawa dan berkata
“Aku akan baik-baik saja” bahkan ketika aku khawatir..
Aku tidak boleh meremehkan
kekuatan semangat Yuri lagi.
“Yuri! Pada titik ini, aku akan
mengatakannya dengan jelas!”
Yuri mendengus saat aku
meninggikan suaraku.
Aku mengatakannya dengan
kekuatan yang sama.
“Aku tidak pernah menganggapmu
dengan pandangan yang seperti itu!”
“H-Haaaaah!? Begitu ya, jadi begitu
ya!! Lagipula aku memang tidak feminine sama sekali!!”
“Tidak! Bukan itu maksudku! Aku
tidak pernah memandangmu dari segi kegunaannya atau tidak!!”
“…….”
Mata Yuri membelalak.
“Ap-Apa, kenapa kamu mengungkit
hal itu sekarang... itu bohong! Kamu mungkin berbeda sekarang, tapi kamu dulu
tetap bersamaku karena aku berguna bagimu, ‘kan!”
“Tidak! Kamu pasti salah
paham!"
Aku berkata dengan suara
lantang pada Yuri yang sudah setengah menangis.
“Dulu, aku tidak punya banyak
waktu. Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan orang lain, dan terkadang aku
tidak bisa mengendalikan perasaan tidak sukaku dan bersikap dingin. Jadi wajar
saja jika aku tidak punya teman.”
Bukan karena mereka tidak
menyukaiku, tetapi lebih karena aku menghindari semua orang.
Tanpa kusadari, tidak ada yang mau
berbicara denganku lagi. Pada saat itu, aku akhirnya merasa kesepian. Padahal
semuanya sudah terlambat.
“Tapi Yuri...Hanya kamu
satu-satunya yang terus memanggilku. Bagi Yuri, itu mungkin hanya karena kita
kebetulan tinggal berdekatan, tapi bagiku itu tetap membuatku merasa sangat
senang.”
Pada awalnya, aku merasa
jengkel.
Namun, kegigihan Yuri perlahan-lahan
menggali perasaan yang selama ini aku sembunyikan. Yuri membantuku menemukan perasaan
kesepian...dan keinginan untuk bermain dengan seseorang.
“Itulah sebabnya aku
memutuskan. Lain kali kalau kamu memanggilku lagi ... ayo berteman kali ini.”
Aku belum memberi tahu siapa
pun tentang hal itu.
Akulah satu-satunya yang membuat
keputusan itu di dalam hatiku.
“Itu adalah hari pertama kita
bermain bersama...hari dimana aku menemani Yuri berlatih memasak.”
“Ah……”
Yuri mengeluarkan suara kecil.
Aku yakin sekarang kalau dia
akhirnya menyadarinya.
Ya, itu semua —— terjadi secara
kebetulan.
Secara kebetulan, pada waktu
itu aku berpikir, “Lain kali ayo berteman
dengannya.”
Secara kebetulan, pada waktu
itu Yuri juga berpikir, “Ayo lakukan
sesuatu yang berguna untuk Itsuki.”
Kedua kebetulan tersebut saling
menyatu dan menyebabkan Yuri menjadi salah paham.
Dirinya salah paham bahwa jika
dia bisa berguna, dia akan bisa bersamaku.
“Aku terus bersama Yuri bukan
karena kamu berguna. Aku memilih bersamamu karena kamu sering mengajakku
berkali-kali dan terus memperhatikanku...... dan itu membuatku bahagia.”
“…Jadi, begitu yang terjadi,
ya.”
Menyadari kesalahpahaman
tersebut, Yuri meneteskan air mata dari sudut matanya.
Aku masih memiliki sesuatu yang
ingin aku sampaikan kepada Yuri.
“Ngomong-ngomong, aku bisa menjadi
diriku yang sekarang itu semua berkat kamu, Yuri.”
Yuri yang tadinya wajahnya tertunduk,
menatapku dalam diam.
“Setelah aku berteman dengan
Yuri, aku menyadari bahwa aku merasa lebih nyaman menghabiskan waktu
berinteraksi dengan orang-orang daripada menjauhi mereka karena sifat minderku.
….. Sampai pada suatu waktu, orang-orang sekarang menyebutku sebagai orang yang
terlalu baik hati, dan itu semua berkat dirimu. Kamulah yang mengajariku
kehangatan dalam berinteraksi dengan orang lain.”
Jika aku tidak bertemu Yuri,
aku mungkin masih menderita rasa minder karena lingkungan keluargaku. Hubunganku
dengan orang-orang sekitar pasti akan tetap dangkal.
Aku pasti tidak akan pernah mengambil
kartu pelajar yang dijatuhkan Hinako. Aku akan berasumsi bahwa murid dari
Akademi Kekaisaran adalah orang-orang tidak akan peduli pada kartu identitas siswa
yang sudah mereka jatuhkan.
Itu sebabnya pada hari itu——secara
tidak langsung, aku dan Hinako bisa bertemu karena berkat Yuri.
Aku tumbuh dan dibesarkan di
lingkungan keluarga yang paling buruk, tapi alasan aku bisa hidup sehat tanpa
menyerah pada diriku sendiri adalah karena aku bertemu Yuri.
(Maaf,
bukanlah kata yang tepat, ya...)
Aku tidak menyadari kesalahpahaman
yang sudah dipendam Yuri selama sepuluh tahun, jadi aku mencoba untuk meminta
maaf kepadanya.
Tapi ada kata-kata yang lebih
baik untuk disampaikan daripada permintaan maaf.
“Yuri… Terima kasih atas
dukungan yang sudah kamu berikan padaku sampai sekarang. Berkat dirimu, aku
bisa menghabiskan waktuku dengan aman dan sehat di Akademi Kekaisaran.”
Aku menyampaikan rasa terima
kasih selama sepuluh tahun terakhirku kepada Yuri.
Yuri meneteskan air matanya
jatuh ke pantai berpasir.
“Yuri, aku punya usulan. Bagaimana
kalau kita mengulang kembali pertemanan kita selama sepuluh tahun terakhir?”
“Memulai dari awal? ......
Bagaimana caranya?”
"Mari berteman selama
sepuluh tahun lagi. Kali ini, kita akan menjadi setara.”
Aku
ingin kamu terus berada di sisiku——— aku memutuskan untuk
menyampaikan kata-kata itu secara tersirat.
Berkat Yuri, aku bertemu Hinako
dan menjadi murid di Akademi Kekaisaran. Alasan kenapa aku bisa terus bertahan
di Akademi Kekaisaran adalah karena Hinako, Tennouji-san, dan Narika
memandangku setara. Aku mampu melakukan yang terbaik karena aku ingin memenuhi
harapan dan kepercayaan mereka.
Oleh karena itu, aku juga ingin
memiliki hubungan seperti itu dengan Yuri.
Berkat Yuri, aku bisa bertemu
Hinako dan yang lainnya. Berkat mereka, aku mempelajari pentingnya berinteraksi
dengan orang lain secara setara.
Aku ingin mengembalikan
pembelajaran itu kepada Yuri.
Bagiku, Hirano Yuri Hirano
adalah orang pertama yang jadi penyelamat hidupku.
“...Sepuluh tahun saja sih
masih tidak cukup.”
Yuri menyeka air mata dari
sudut matanya dengan punggung tangan dan tersenyum.
“Aku akan terus bersamamu
seumur hidupku sampai kamu merasa enggan untuk mengatakannya.”
◇◇◇◇
Itsuki dan Yuri menuju stasiun
bersama-sama.
Dalam perjalanan ke sana, Yuri
sedikit memperlambat langkahnya dan menatap punggung Itsuki.
Setahun yang lalu...Yuri
mengingat kenangan ketika Itsuki menolak pengakuan seorang gadis.
Itsuki mungkin sudah lama
melupakannya, tetapi percakapannya pada waktu itu kira-kira seperti ini.
——Nee.
Mengapa kamu menolah pengakuan gadis itu?
——Kamu
tahu tentang lingkungan keluargaku, kan? Aku tidak ingin membuatnya terlibat.
Ia adalah pria yang selalu
memikirkan orang lain.
Itsuki sudah lama hidup dalam
kemiskinan. Mana mungkin dirinya bisa mengumpulkan uang untuk hiburan di luar
itu. Ia tidak ingin membuat pasangannya malu.
——Kalau
begitu, bagaimana misalnya kalau ada gadis yang menyatakan cintanya padamu dan mengatakan
kalau dia akan mendukungmu, apa yang akan kamu lakukan, Itsuki?
Yuri mengajukan pertanyaan
sederhana.
Itsuki tiba-tiba tersenyum dan
menjawab.
——Jika
memang ada gadis yang mengatakan sesuatu seperti itu, aku tidak punya alasan
untuk menolaknya.
Dia yakin kalau balasan itu
hanya dianggap candaan bagi Itsuki.
Namun, Yuri menanggapi
perkataannya dengan serius.
Tanpa dia sadari, hal itu
menjadi salah satu alasan baginya untuk mengasah kemampuan memasaknya.
(Aaah~…Seandainya
saja aku bisa mendukungnya sejak awal)
Itsuki tumbuh begitu cepat...
Yuri ingin melakukan yang
terbaik semaksimal mungkin. Setelah mengatakan hal itu kepadanya, Itsuki
mungkin tidak akan puas hanya dengan diberi makan.
Punggung Itsuki terlihat lebih
besar dari sebelumnya.
Dia merasa sedih ketika melihat
punggungnya, tapi dia juga merasa bangga akan hal itu.