Selingan 6 —
Bagian Nene 3
SMA Amagamine, di dalam ruang
Kelas 3-A.
“Ehehe.”
Pada waktu istirahat. Nene
sedang menatap ponselnya. Yang dia lihat tentu saja adalah foto selfie-nya
bersama Arata. Ketika Arata sedang membuat nikujaga, dia diam-diam mengambil
fotonya.
Menyenangkan sekali bisa
memasak bersama sambil memakai celemek yang serasi. Dia terus-menerus
memandanginya berulang kali sejak saat itu.
Tiba-tiba, seutas rambut
berwarna pink menghalangi Nene dan ponselnya.
“Ahh! Nenechi, kamu
cengar-cengir saat melihat foto itu!”
“Eh? Aku tidak cengar-cengir
kok.”
Ketika Miu menunjukkannya, Nene
mencoba membuat wajah datar seperti biasa, tapi sudut bibirnya masih sedikit
terangkat.
“Ahaha! Nene, kamu tidak pandai
menyembunyikannya sama sekali!”
Himari tertawa keras ketika melihatnya.
Rambut keriting keemasan dan payudaranya yang besar bergoyang setiap saat.
“Kalian berdua, suara kalian
terlalu keras.”
“Nenechi, kamu tersipu malu
ya?”
“Tidak kok.”
Nene menggembungkan pipinya untuk
menunjukkan bahwa dia marah.
“Hei, tunjukkan fotonya kepada
kami juga dong.”
“Miu juga ingin melihatnya!”
“Hmm, gimana ya~?”
Nene merenungkan sambil
memiringkan kepalanya.
“Nene~, kita memilih baju
bersama, ‘kan?”
“Iya kan!”
“Iya... waktu itu terima kasih
ya. Baiklah, aku akan menunjukkan.”
Meskipun Nene berlagak, dia
sebenarnya ingin menunjukkan kepada teman-temannya seperti gadis SMA pada
umumnya.
“Uwaahh, bukannya kamu terlalu
imut, Nene? Daya tariknya tinggi banget. Itu benar-benar pilihan yang tepat
mengenakan gaun itu, meskipun mengenakan celemek dari atas tetap menampilkan
keindahan punggungmu.”
“Ya, itu cukup efektif
menurutku.”
Nene mengingat kembali hari
itu.
Arata-san,
kamu melihat ke atas sedikit dan membuang muka. Itu berarti kamu menyadarinya,
bukan?
Kamu
menyembunyikannya agar tidak terlihat oleh orang lain, dan aku merasa senang
dengan kebaikan hatinya. Ketika aku memintanya untuk melihatku, wajahnya
langsung memerah, dan itu sungguh menggemaskan.
“Nenechi, kamu terlalu imut!
Dan, pria di sebelahmu itu keren banget dan tampan! Dia terlihat keren dan
tinggi, serta posturnya bagus jika dibandingkan denganmu!”
“Ia kelihatan sangat keren,
‘kan?”
Meskipun
penampilan setelan jasnya terlihat keren, apronnya juga memberikan nuansa rumah
tangga yang bisa memasak, sungguh luar biasa. Ah, ia terlalu keren.
“Acha, wajahmu benar-benar
terlihat seperti gadis yang sedang jatuh cinta.”
Himari bersandar sambil sengaja
mengangkat bahunya saat melihat Nene yang sedang memandang foto dengan tatapan
kosong.
“Eh lagian, bukannya kalian sudah
terlihat seperti pasangan pengantin baru!”
Komentar Miu membuat Nene
tersadar, dan dia menoleh ke arah Miu.
“Pe-Pengantin baru?”
“Ya! Kalian bahkan mengenakan
celemek yang sama dan memasak bersama, itu jelas sekali bahwa kalian seperti
pasangan pengantin baru, kan?”
“Eh, apa iya?”
“Iya dong! Aku juga merasa
begitu!”
Himari juga memberikan
dukungannya.
“Apa iya~~?”
Sambil mengatakan itu, Nene
tersenyum cengengesan dan menggeliatkan tubuhnya.
“Makhluk lucu macam apaan ini?”
“Aku ingin membawanya pulang.”
Himari dan Miu melihat Nene
yang sedang bersemangat. Mereka memutuskan untuk menggodanya nanti.
Ketika melihat adegan ini, para
siswa laki-laki berspekulasi apakah Fujisaki-san memiliki pacar?! Namun bagi
Nene, itu bukanlah urusannya.
◆◆◆◆
Malam hari setelah berbelanja
dengan Arata.
Nene sedang berbaring di tempat
tidurnya sambil tenggelam dalam kenangan.
Rasanya
sangat menyenangkan bisa memilih pakaian untuk Arata-san. Karena badannya yang
tinggi, semua jenis pakaian jadi terlihat cocok padanya. Sangat keren.
Aku
juga mengambil banyak foto, tapi kira-kira apa aku dianggak aneh enggak, ya?
Di dalam ponsel Nene, terdapat
berbagai foto Arata yang mengenakan berbagai pakaian. Meskipun seharusnya
diambil untuk membandingkan pakaian, foto-foto tersebut lebih banyak foto close-up
wajahnya.
Arata-san
memakai kacamata karena dirinya merasa bahwa tatapannya lumayan mengintimidasi
dan menakutkan, tapi sebenarnya pandangan mata Arata-san terlihat keren tanpa
kacamata.
Tapi
jika ia melepasnya, bukannya kegantengan Arata-san akan terungkap?
“Aku tidak ingin itu terjadi.”
Nene merasa sedikit tertekan
saat membayangkan adegan di mana banyak wanita mengelilingi Arata dan
mengatakan betapa keren penampilannya.
Di
rumah, ia hanya menunjukkan dirinya tanpa kacamata kepada Nene, jadi aku bisa
menyimpan semuanya untuk diriku sendiri, bukan?
Nene memutuskan untuk meminta
Arata tetap memakai kacamata.
Dan
hari ini adalah hari di mana aku mengetahui rahasia Arata-san.
Nene berpikir kalau hubungan
Arata dengan keluarganya sama sekali tidak akur karena ia tidak pernah
bercerita tentang keluarganya, tapi ternyata alasannya tidak sesederhana itu.
Aku
sedikit mengerti arti kata-kata keras yang diucapkan ayah Arata-san pada hari
itu. Melihatnya berbicara seolah-olah itu hal biasa membuat hatiku terasa
sesak.
Mungkin
ayah dan ibu juga mengetahuinya.
Meskipun
tidak ada alasan baginya untuk menceritakan padaku, aku masih merasa kesal
karena dianggap sebagai anak kecil lagi. Sepertinya masih ada sisi
kekanak-kanakan pada diriku.
Tapi,
kali ini Arata-sa benar-benar menceritakan semuanya padaku. Meskipun sedikit demi
sedikit, apakah itu artinya ia mulai mempercayai Nene? Jika iya, Nene merasa
senang.
Masih
banyak hal yang belum kutahu, tapi kuharap aku bisa mengetahuinya sedikit demi
sedikit.
Ketika sedang memikirkan
sesuatu yang tidak dia ketahui, dia merasa ada sesuatu yang terlupakan, dan Nene
bangkit dengan cepat dari tempat tidur.
Tak
disangka ternyata Kohinata-sensei ternyata pernah menjadi murid Arata-san,
meskipun hanya untuk sementara waktu.
“Aku tidak pernah mendengar
tentang itu...!”
Nene secara refleks menutupi
mulutnya dengan kedua tangannya setelah tanpa sengaja mengeluarkan suara keras.
Eh,
jadi Kohinata-sensei pernah melihat Arata-san mengajar di depan kelas ya.
Dia membayangkan penampilan
Arata yang mengenakan setelan dan menulis rumus persamaan di papan tulis.
Setelah merasa sedikit geli,
perasaan cemburu mulai timbul di dalam hati Nene.
“Aku iri... aku merasa sangat
iri...”
Selain
itu, Kohinata-sensei meminta nomor kontaknya, apa-apaan sih maksudnya?! Arata-san
juga sama saja, ia dengan santainya memberikan nomor kontaknya kepada orang
lain, duhhh masa bodoh!
Jika
dilihat dari sikap Kohinata-sensei yang kesemsem seperti itu, dia pasti tertarik
kepada Arata-san. Tatapan mata Kohinata-sensei tampak berbinar-binar ketika dia
bisa bertemu lagi dengan Arata-san setelah sekian lama.
Mungkin itulah yang disebut
insting wanita, Nene bisa merasakan ketika seseorang memiliki perasaan yang
sama dengannya.
Nene yang bingung akhirnya
mendapatkan ide brilian.
Pada keesokan harinya ketika dia
pergi ke sekolah, Nene memutuskan untuk melakukan sesuatu.
“Aku tidak akan kalah dengan Kohinata-sensei.”
Dengan semangat yang
menyala-nyala, Nene menunjukkan tekadnya.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya