Penerjemah: Maomao
BAB 10 —
Masa Kini, di Bulan Juli: Waktu Itu
“Sakit.”
Saat aku sadar, yang kurasakan
pertama kali adalah nyeri tajam di bawah lutut kanan.
Aku mencoba bergerak untuk
melepaskan diri dari rasa sakit itu, tapi sepertinya aku terjepit oleh sesuatu
yang berat, aku tidak bisa bergerak sama sekali.
Aroma tanah yang lembap dan
semerbak harum daun muda menyapu hidungku.
Terbaring telentang, yang bisa
kulihat hanyalah pepohonan yang daunnya lebat dan langit biru yang terlihat
dari celah-celahnya.
Aku masih berusaha mengingat
kejadian sebelumnya dengan kesadaran yang masih kabur.
Aku merasa seakan-akan kereta
Shinkansen bergoyang, lalu dengan kecepatan seperti roller coaster, kami jatuh
ke bawah dari jembatan layang.
Aku yang duduk di sisi jendela,
rasanya seperti terlempar keluar dari kereta saat kami jatuh.
Saat aku membawa lengan yang
bisa bergerak bebas ke depan mata, kulihat banyak luka gores kecil.
“Dimana ayah dan ibu pergi? Aku
harus mencari mereka. Mereka pasti di suatu tempat.”
Namun, aku tidak bisa mencari
mereka karena kakiku yang terjepit tidak bisa bergerak.
Aku mencoba sedikit mengangkat
badan bagian atas dan melihat ke kaki, ada semacam puing logam yang menutupi
bagian bawah tubuhku.
―Itu
terlihat seperti bagian dari badan kereta Shinkansen.
Perlahan-lahan, rasa sakit di
kakiku mulai hilang.
―Tidak
ada sensasi sama sekali.
Aku ingat, dulu pernah
mendengar tentang ini. Anggota tubuh yang terjepit lama bisa sampai harus
diamputasi.
Saat aku menyadari itu, aku
merasa pucat.
Jika ini terus berlanjut, aku
bisa kehilangan kakiku.
Jika itu hilang, aku tak akan
bisa berjalan, berjalan-jalan dengan ayah dan ibu――atau berenang gaya kupu-kupu
lagi.
“――Tolong. Tolong.
Seseorang......”
Tanpa sadar aku berteriak.
Namun, yang kudengar hanyalah suara gemericik pohon yang bergoyang ditiup angin
dan sesekali suara burung berkicau.
Tidak ada siapa-siapa...?
Ayah... Ibu...
Lalu, dengan suara keras,
“Gedebuk!” tiba-tiba aku merasakan sensasi bebas di bagian bawah tubuhku.
Eh...?
Aku bingung dengan situasi dan
mencoba untuk bangun.
“Kamu baik-baik saja?”
Seseorang memegang tanganku dan
menariknya, membantuku untuk bangun. Meski terkejut dengan kejadian tiba-tiba
itu, aku mencoba melihat wajah orang itu.
Anak laki-laki itu. Sepertinya
seumuran denganku. Wajahnya tampan dan terlihat ramah, dengan kesan polos yang
khas.
――Eh. Kamu... Aku... Aku
mengenalimu...
Aku mengenalinya.
☆☆☆
Di sanalah aku terbangun, dan
dengan cepat aku bangkit dari tidur. Meskipun seharusnya aku sedang tidur, aku
terbangun dalam keadaan bersemangat dan nafas terengah-engah. Aku juga
berkeringat.
Saat aku melihat sekeliling, di
ranjang sebelah, Miyu terlihat tidur nyenyak dengan napas yang tenang.
―Oh
iya, kami sedang dalam perjalanan wisata sekolah.
Aku baru saja bermimpi tentang
apa yang terjadi langsung setelah kecelakaan yang terjadi enam tahun yang lalu.
Mimpi itu adalah ingatan yang
sudah kulupakan. Sejak kereta Shinkansen tergelincir sampai aku terbangun di
ranjang rumah sakit, aku kehilangan ingatan tentang apa yang terjadi.
Ingatan yang hilang itu,
sekarang aku mengingatnya dengan jelas.
――Ya, setelah aku terlempar
dari kereta Shinkansen, aku diselamatkan oleh anak laki-laki itu. ――Anak
laki-laki itu.
Tidak mungkin aku salah. Meski
itu enam tahun yang lalu dan dia lebih muda, anak laki-laki itu... pasti dia.
Orang yang sekarang aku sukai――Mizuno Souta-kun.
Kehangatan yang selama ini
tidak jelas asalnya――adalah sensasi dari telapak tangan saat itu.
Tapi, mengapa dia ada di sana?
Sulit untuk berpikir ada orang yang lewat tepat di bawah jembatan layang yang
tinggi itu.
Yang bisa kupikirkan adalah dia
juga berada di kereta Shinkansen yang sama denganku.
Dia juga sepertiku, terlempar
dari kereta saat kecelakaan dan berada di tempat itu. Secara situasi, itu
hampir tidak mungkin salah.
―Tapi.
Hanya ada satu orang yang selamat dari kecelakaan itu. Hanya aku saja yang
selamat.
Dengan tangan gemetar, aku
mengambil smartphone yang terletak di samping bantal, dan dengan hati-hati
mulai mencari di web. Untuk memastikan dugaan yang menyedihkan.
[Shinkansen kecelakaan
tergelincir daftar korban]
Hasil pencarian segera muncul,
dan aku mengetuk layar smartphone untuk mulai melihat daftar tersebut. Daftar
nama-nama yang panjang, sekitar tujuh ratus orang. Aku mengikuti daftarnya satu
per satu.
“――Tolong, semoga saja aku
salah.”
Namun, aku menemukannya.
Mizuno Naoki (37)
Mizuno Kyoko (36)
Mizuno Souta (11)
Nama-nama itu tertera jelas
dalam daftar korban kecelakaan kereta Shinkansen enam tahun lalu.
“Mizuno Suota (11).”
Aku tidak bisa lagi duduk
dengan tenang, aku pun berdiri dengan terburu-buru.
Kemudian, aku mengambil tas
amulet yang berisi gelang yang tadi terjatuh dari tas Mizuno-kun, dan bergegas
keluar dari kamar.
Tujuan pertamaku adalah depan
kamar tempat para laki-laki menginap.
Sungguh hal yang tidak
terpikirkan untuk seorang gadis pergi ke kamar laki-laki pada waktu seperti ini
ketika semuanya seharusnya sudah tidur, tapi aku ingin segera bertemu
Mizuno-kun.
“Aku ingin memastikan
keberadaannya.”
Di depan pintu kamar, ada
selembar kertas yang tertempel dengan nama-nama yang telah ditentukan
berdasarkan pembagian kamar.
Namun, di pintu kamar tempat
Mizuno-kun seharusnya berada, namanya tidak tertera.
Untuk memastikan, aku pun
memeriksa pintu kamar semua teman laki-laki di kelas.
Tapi tetap saja, namanya tidak
ada. Padahal dia seharusnya ada di sini, dalam perjalanan ini. Aku seharusnya
naik Shinkansen bersamanya.
“Mizuno-kun. Di mana kamu? Di
mana kamu sekarang?”
Aku merasa seakan dia telah
menghilang.
Hari ini, aku naik Shinkansen
bersamanya, dia memegang tanganku dan memberiku semangat, tapi sekarang seolah-olah
dia sudah tidak ada lagi.
Ini tidak benar, kan?
Hanya kebetulan, bukan? Hanya
ada orang dengan nama yang sama dalam daftar korban, kan? Hanya kesalahan
pencetakan sehingga namanya tidak ada di kertas pintu itu, kan?
Karena secara logis, tidak
mungkin terjadi. Korban dari kecelakaan enam tahun lalu tidak mungkin berada di
sini sekarang.
“Tapi, jika itu benar...”
Dalam berbagai hal misterius
yang berkaitan dengan dia, ada beberapa yang bisa dijelaskan.
Bagaimanapun, aku berlari di
koridor hotel di tengah malam.
“Aku harus mencarinya.”
☆☆☆
Aku berlari ke sana kemari
dalam hotel, kehabisan napas.
Sesekali, staf hotel dan tamu
lain melihatku dengan wajah terkejut, tapi aku tidak punya waktu untuk
memikirkan hal itu.
Lalu, tiba-tiba aku terpikir
sesuatu.
Entah kenapa, aku merasa bahwa
dia mungkin berada di dalam kolam renang indoor hotel ini.
Kolam renang itu juga merupakan
tempat di mana aku mulai akrab dengan Mizuno-kun... dan juga secara tidak
langsung berhubungan dengan kecelakaan enam tahun yang lalu.
Dengan segenap kekuatan, aku
berlari menuju pintu masuk kolam renang indoor. Aku mencoba membuka pintu tapi
sudah pasti terkunci karena jam operasional telah berakhir.
Namun, dari balik pintu
terdengar suara seperti kunci yang dibuka, jadi aku mencoba mendorong pintu itu
sekali lagi.
Dan pintu itu terbuka dengan
mudah. Aku masuk perlahan dan hati-hati.
Dan―
Mizuno-kun, yang mengenakan
seragam sekolah, duduk di tepi kolam dengan kakinya yang telanjang terendam
dalam air.
Seluruh tubuhnya tampak sedikit
pucat――seakan-akan terlihat transparan.
Saat aku melihat keadaannya,
aku langsung tahu.
Ah, benar saja. Benar saja
dia...
Dia sudah bukan orang dari
dunia ini lagi. Mungkin sejak enam tahun yang lalu.
“Pertama kali aku bertemu
denganmu adalah di kolam renang ini. Mungkin kamu tidak tahu.”
Mizuno-kun mengatakannya sambil
tersenyum saat dia melihatku. Senyumnya lembut――dan ada semacam kesedihan di
dalamnya.
Aku mendekat ke arahnya perlahan
dan berdiri di sampingnya.
Dari dekat, aku bisa melihat
betapa transparannya dia. Tubuhnya yang tembus pandang bahkan membiarkan
pemandangan di belakangnya terlihat.
“Enam tahun lalu, aku juga
menginap di sini bersama keluarga. Kami datang ke kolam renang ini untuk
berenang. Di situ aku melihatmu... berenang dengan bebas di dalam kolam dengan
gaya kupu-kupu, tampak begitu gembira dan lincah. Gerakanmu begitu anggun dan
cantik――seperti putri duyung.”
Mizuno-kun menatap wajahku dan
senyumannya semakin lebar.
“Aku jatuh cinta padamu untuk
pertama kalinya dalam hidupku. ―Tapi itu juga cinta terakhir dalam hidupku.”
Cinta yang pertama――dan terakhir
dalam hidupnya.
Aku tidak bisa mengatakan
apa-apa, hanya memandanginya kembali. Bibirku tertutup rapat.
“Meskipun aku bilang jatuh
cinta, anak laki-laki sekolah dasar tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak
bisa mengatakan apapun padamu, hanya bisa menatapmu dengan deg-degan setiap
kali aku melihatmu di hotel. Sampai hari aku meninggalkan Osaka, aku tidak bisa
melakukan apa-apa.”
Aku sama sekali tidak ingat
tentang keberadaannya enam tahun yang lalu. Aku juga tidak tahu sama sekali
bahwa dia telah menatapku seperti itu.
“Di jalan pulang, kebetulan aku
berada di dekatmu. Saat aku melihatmu di stasiun Shin-Osaka, aku melihatmu
menjatuhkan sesuatu. ―Gelang yang kamu pegang sekarang ini.”
Aku mengeluarkan gelang dari
tas amulet yang kubawa. Saat aku memperhatikan dengan seksama, gelang itu
ternyata kotor... dan di ujung talinya terlihat noda yang tampak seperti bekas
darah.
“Aku ingin mengembalikannya
padamu dan mencoba untuk menyapa, tapi aku tidak bisa. Namun, di Shinkansen,
kebetulan aku duduk di belakangmu. ‘Baiklah, aku akan menyapa dan
mengembalikannya selama di Shinkansen.’ ――Dan aku akan mengumpulkan keberanian
untuk memintamu berteman denganku. Tapi, aku masih tidak bisa. Dan sementara
aku berusaha...”
“Kecelakaan itu terjadi?”
Mizuno-kun perlahan mengangguk.
“Seperti kamu, aku secara
kebetulan dilempar ke atas tumpukan rumput yang lembut dan aku masih hidup
langsung setelah kecelakaan. Aku mencoba menyelamatkanmu yang terjepit di bawah
puing-puing kereta Shinkansen.――api, aku terluka parah di pergelangan tangan.
Karena kita berada jauh dari kereta Shinkansen yang jatuh dari jembatan layang,
bantuan datang terlambat. ...Aku tidak berhasil.”
Mizuno-kun dengan jelas
menyampaikan ini padaku.
“Aku meninggal karena
kehilangan darah yang banyak pada saat itu, enam tahun yang lalu.”
――Kehilangan
darah yang banyak.
Apakah noda di gelang ini
adalah darahnya saat itu?
Nama orang tua Mizuno-kun juga
tercantum dalam daftar korban.
“Jadi, rumor bahwa Mizuno-kun
kehilangan keluarganya itu...”
“Bukan hanya keluarga, aku juga
sudah mati. Saat Hiroki bertanya tentang keluargaku, aku menjawab ‘Aku tinggal
sendiri’ secara sembarangan, dan seseorang pasti mendengarnya. Dari situ,
mungkin orang-orang mulai menafsirkannya seperti itu.”
Aku pikir aku dan Mizuno-kun
sama.
―Tapi
ternyata sangat berbeda.
“Saat aku akan mati, aku berdoa
pada gelang yang terikat di tanganku. Semoga gadis ini selamat. Semoga dia bisa
terus hidup dengan tawa. Gelang yang hampir terputus karena dampak kecelakaan
itu, sepertinya terputus tepat sebelum aku meninggal... aku rasa begitu. Aku
tidak terlalu ingat. Tapi, ya, aku ingat gelang itu terputus.”
“―Iya.”
“Jiwaku selalu ada di lokasi
kecelakaan itu. Setiap tahun, di hari itu, aku selalu melihatmu datang. Kamu
selalu terlihat tenang. Aku mengerti kalau kamu tidak bersemangat karena kamu
datang untuk berduka atas orang tuamu... tapi kamu terlihat sangat berbeda dari
sebelum kecelakaan, dan itu membuatku khawatir. Matamu selalu terlihat tidak
bercahaya.”
“............”
“Padahal, katanya kalau gelang itu
terputus, permohonanmu akan terkabul. Tapi setiap tahun aku melihatmu dan
berpikir, ‘Kenapa permohonanku sama sekali tidak terkabulkan?’”
Aku memandangi gelang yang aku
pegang. ――Jadi dia telah berdoa untuk itu.
“Dan di hari peringatan tahun
ini. Aku tidak melihatmu di lokasi kecelakaan. Aku panik. Aku bertanya-tanya,
apa ada sesuatu yang membuatmu tidak bisa datang... ――Aku ingin melihat lagi
wajah ceria gadis itu. Semoga gadis itu bisa ceria lagi. Aku kembali berdoa
pada gelang itu. Gelang yang terputus itu, sepertinya dianggap sebagai barang
pribadiku dan dikuburkan di batu nisan ku. ―Kemudian, sebuah keajaiban
terjadi.”
Mizuno-kun menatap atap kaca
kolam renang indoor. Aku juga ikut melihatnya. Sepertinya malam ini cerah, dan
aku bisa melihat bintang-bintang berkelipan.
“Tiba-tiba aku menyadari bahwa
aku telah tumbuh menjadi usia tujuh belas tahun dan menjadi salah satu teman
sekelasmu. Di sakuku juga ada sedikit uang, dan di lokerku ada buku teks dan
buku catatan yang cukup agar aku tidak kesusahan di sekolah. ――Sepertinya semua
teman di kelas dan guru-guru juga memiliki kenangan tentangku yang seolah-olah
ditanamkan di dalam ingatan mereka. ―Tapi sepertinya kamu tidak memiliki
kenangan seperti itu.”
“Iya.”
Hari setelah aku tidak bisa
pergi ke peringatan tujuh tahun karena flu, aku pertama kali mengetahui tentang
keberadaan Mizuno-kun di sekolah.
Karena aku tidak terlalu
tertarik dengan teman-teman sekelas, aku pikir mungkin itu sebabnya aku tidak
mengingat tentang Mizuno-kun, jadi saat itu aku tidak terlalu memikirkannya.
―Namun,
sangat tidak wajar bagiku untuk tidak menyadari keberadaan Mizuno-kun yang
begitu menarik dan tampak seperti pusat perhatian di kelas.
Tapi karena dia memang tidak
ada di kelas sampai saat itu, wajar saja kalau aku tidak mengetahuinya.
Hari setelah peringatan tujuh
tahun itu, aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya.
―Tidak,
lebih tepatnya ini adalah pertemuan kembali setelah enam tahun.
Dan kenangan tentang “bagaimana
jika Mizuno-kun berumur tujuh belas tahun dan sudah berada di kelas ini sejak
dulu...” telah ditanamkan ke dalam ingatan semua orang kecuali aku dengan
kekuatan gelang itu.
Agar Mizuno-kun dapat dengan
mudah melebur ke dalam kelas.
―Untuk menciptakan lingkungan
yang memudahkan terkabulnya permintaannya.
“Aku menyadari bahwa gelang ini
mencoba untuk memenuhi permintaan yang telah aku buat selama enam tahun. Itulah
sebabnya aku mendaftar sebagai relawan untuk tugas renang yang kamu terima
karena undian, agar aku bisa mendekatimu. ―Kamu saat itu memang berbeda dari
dulu, terlihat tidak bersemangat. Tapi...”
“Sekarang tidak lagi seperti
itu. Ini semua berkat Mizuno-kun.”
Aku mengatakannya dengan tegas.
Aku merasa Mizuno-kun tampak sedikit senang.
“――Mendengar kamu berkata
begitu, membuatku merasa bahwa kedatanganku ke sini tidaklah sia-sia. Melalui
tugas di pertandingan renang, dan karena kamu tiba-tiba harus berenang di hari
itu... matamu mulai bersinar lagi.”
“Iya...”
Aku mengangguk sambil menahan
air mata yang hampir menetes.
Alasan Mizuno-kun ada di sini.
Itu adalah untuk membuatku, yang sudah tertutup karena kecelakaan dan hanya
bisa melihat ke belakang, untuk mulai melihat ke depan lagi.
Tapi sekarang, aku sudah mulai
melangkah maju dengan wajah menghadap ke depan. Keinginannya telah terkabul.
“Mizuno-kun... apakah kamu akan
menghilang?”
Dengan suara gemetar yang
hampir menangis, aku bertanya. Lalu, dia yang sedang menatap ke langit-langit
memalingkan wajahnya kepadaku dan tersenyum dengan sedih.
“Kamu tahu? Sebelum aku mati
enam tahun lalu, aku meminta satu lagi hal pada gelang itu. Yang pertama adalah
aku ingin kamu menjadi ceria lagi, tapi yang satu lagi adalah...”
“Iya...”
“Jika suatu keajaiban terjadi
dan aku bisa bertahan hidup. Jika aku bisa hidup dan bertemu denganmu lagi.
Semoga kita bisa menjadi dekat. ――Semoga kita bisa saling mencintai...”
Aku tidak bisa menahan lagi dan
air mataku mulai menetes.
Karena keinginan itu telah
terkabul.
Dia mungkin mulai menyadari
itu. Bahwa semua keinginannya sedang terkabul. Mungkin, saat kita bergandengan
tangan di Shinkansen.
―Dia
ada di sini untuk memenuhi keinginannya. Jika semua permintaannya telah
terkabul...
“Saat aku kelas lima SD, aku
jatuh cinta pada dirimu yang juga kelas lima SD. Dan ketika kita kelas dua SMA,
aku segera merasakan perasaan yang sama padamu. ――Pandangan anak kecilku itu
benar. Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk jatuh cinta padamu.”
Aku teringat kata-kata
Mizuno-kun saat latihan untuk kompetisi renang.
―”Ternyata... ini memang sudah
menjadi takdirku.”
Saat itu aku tidak mengerti dan
tidak terlalu memperhatikannya, aku hanya menganggapnya sebagai omongan biasa.
Dan sekarang, di saat seperti
ini, aku baru mengerti makna yang dalam dari kata-katanya.
“Yoshizaki-san. Aku menyukaimu.
Sejak saat itu enam tahun lalu, selalu.”
Suara lembutnya. Aku menangis
tersedu-sedu, mengusap air mata yang terus mengalir tanpa henti.
―Aku
juga. Aku juga menyukaimu.
Kamu yang selalu tersenyum
dengan polos.
Kamu yang mengorbankan hidupmu
untuk menyelamatkanku.
Kamu yang selalu mengawasiku dari
tempat yang tidak kuketahui.
“Tapi...”
“Aku, tidak bisa
mengatakannya... Karena... Kalau aku mengungkapkan perasaanku...”
―Kamu
pasti akan menghilang pada saat itu juga. Karena semua keinginanmu sudah
terkabul.
Aku berbicara dengan
terbata-bata sambil menangis. Namun, Mizuno-kun menggelengkan kepalanya.
“Aku sebenarnya tidak
seharusnya ada di sini. Aku hanya kembali hidup untuk sementara waktu karena
keisengan dewa gelang itu. ―Aku memang ditakdirkan untuk menghilang pada
akhirnya. Bukan suatu hari nanti, tapi mungkin sebentar lagi. Tubuhku sudah menjadi
transparan seperti ini.”
“Tidak... boleh...”
“Karena itu, izinkan aku
mendengarnya untuk terakhir kalinya. ―Bagaimana perasaanmu.”
Mizuno-kun yang terlihat
melalui mataku yang kabur oleh air mata itu, tersenyum dengan lembut dan polos
seperti biasa.
―Meskipun
ada kilauan kesedihan di matanya.
Mizuno-kun akan menghilang. Aku
sudah kehilangan ayah dan ibu karena kecelakaan itu. Mizuno-kun juga meninggal
karena kecelakaan itu.
Jika aku tahu akan berakhir
dengan perasaan seperti ini, seharusnya aku tidak pernah bertemu dengannya
Tidak―
Aku tidak akan pernah berpikir
seperti itu. Mizuno-kun sudah mengajarkanku.
Karena ada orang tua yang
mencintaiku, aku bisa ada di sini sekarang. Kenangan berharga yang telah kulewati
tidak akan pernah hilang.
―Benar.
Apa yang telah diberikan Mizuno-kun kepadaku tidak akan pernah hilang. Dan dia
akan terus hidup. Di dalam hatiku.
Mizuno-kun meninggal di usia
sebelas tahun. Seharusnya, pertemuan ini pun tidak pernah terjadi.
Tanpa pertemuan ini, aku pasti
masih akan hidup dalam ketakutan akan kehilangan, dan hanya menjalani hari-hari
tanpa semangat.
Aku mengerti, namun air mataku
masih tidak berhenti. Tapi aku telah memutuskan. Aku akan menyampaikan
perasaanku kepada Mizuno-kun.
Tidak mengatakannya sama saja
dengan menghina perasaannya.
“Mizuno-kun...”
“Iya?”
“Aku suka... Aku suka kamu. Aku
menyukaimu, Mizuno Souta-kun... sangat, sangat menyukaimu!”
Aku berkata sambil menatapnya,
dan di akhir kalimatku seperti berteriak. Lalu Mizuno-kun tersenyum lebih
lebar. Dia menyentuh pipiku dengan lembut.
Dan kami perlahan menyatukan bibir
kami. Aku menutup mataku.
Bibir Mizuno-kun terasa hangat,
lembut―dan penuh kelembutan.
Aku semakin jatuh cinta
padanya.
―Pada saat berikutnya, angin
menampar pipiku dengan keras. Pada saat yang sama, sensasi yang kucintai di
bibirku itu menghilang.
Saat aku membuka mataku,
sosoknya sudah tidak ada lagi. Hanya cahaya bulan yang menerangi kolam renang
indoor yang gelap, dan hanya aku yang ada di sana.
Aku menggenggam gelang itu,
berjongkok, dan menangis dengan suara keras.
Mungkin aku telah menangis
sepanjang malam, seolah-olah aku telah menumpahkan air mata untuk seumur hidup,
aku menangis sendirian.