Penerjemah: Maomao
BAB 11 —
Masa Kini, di Bulan September: Bersemayam dalam Relung Hati yang Terdalam
Hari perimbangan musim gugur di
Shizuoka terasa lembap dan panas. Aku berjalan sendirian di sepanjang jalan
setapak di tepi sawah, sesekali duduk di pinggir jalan atau mengisi ulang
cairan tubuhku.
Meskipun berjalan di sepanjang
sawah, jalannya cukup terawat sehingga aku tidak tersesat dan berjalan pun
tidak terlalu sulit.
Hari Ohigan di musim gugur. Aku
menuju sendirian ke tempat yang seharusnya menjadi tanda makam Mizuno-kun.
Tempat kami berdua terlempar
dari Shinkansen, tempat aku diselamatkan... dan tempat Mizuno-kun meninggal.
―Setelah
Mizuno-kun menghilang di kolam renang hotel tempat wisata sekolah. Setelah aku
menyatakan perasaanku dan dia menghilang.
Semua orang kecuali aku telah melupakan
keberadaan Mizuno-kun.
Miyu, Nitta-kun, Naito-kun,
Mai, Koharu, dan Nat-chan.
Tempat duduk Mizuno-kun,
“Kenapa tidak ada orang di sini ya?” menjadi pertanyaan yang tidak lazim.
Keberadaan Mizuno-kun, bagi
semua orang kecuali aku, dilupakan seolah-olah tidak pernah ada. Secara total,
sempurna.
Tapi―
Miyu kadang-kadang mengatakan
kepadaku, “Aku merasa Ai punya seseorang yang dia suka. Siapa ya orangnya?”
Nitta-kun dan Naito-kun
berkata, “Kok aku merasa ada yang kurang ya? Sepertinya sampai baru-baru ini
harusnya lebih ramai, kan?”
Mai dan Koharu juga berkata,
“Rasanya ada satu orang lagi yang ikut bertugas di pertandingan renang, ya?”
“Aku juga kadang-kadang merasa... sepertinya orang itu sangat ceria.” Menurut
catatan, hanya aku yang bertugas sendiri, dan Nitta-kun berenang dua kali.
Nat-chan berkata baru-baru ini,
“Belum lama ini aku merasa aku berteman dengan anak laki-laki yang suka roti
kari dan dia keren, tapi siapa ya namanya...”
―Mizuno-kun.
Keberadaanmu pasti masih ada di dalam hati mereka.
Sambil berpikir seperti itu,
aku berjalan...
“...Ini dia.”
Di tempat yang sedikit terbuka,
di mana bunga-bunga liar bermekaran, aku menemukannya.
“水野蒼太享年十一歳”
(Mizuno Sota, meninggal pada usia sebelas tahun) terukir di tanda makamnya.
Di sekitarnya, banyak mainan
yang memudar warnanya diletakkan, seperti yang disukai oleh anak laki-laki
sekolah dasar. Mungkin itu persembahan dari keluarganya.
“Aku datang untuk mengunjungimu,
Mizuno-kun.”
Aku tersenyum sambil berbicara
seolah-olah sedang mengajaknya bicara, lalu duduk di samping tanda makam itu.
Kemudian aku mengeluarkan roti
kari yang kuminta Nat-chan untuk membuatkan dari dalam ranselku dan meletakkannya
di depan tanda makam.
“Kamu suka roti kari buatan
Nat-chan kan? Aku membawakannya nih untukmu. Jangan lupa makan ya.”
Aku juga menuangkan teh dari
termos ke dalam cangkir dan meletakkannya di samping roti kari.
“――Mizuno-kun, apa kabarmu? ...aneh ya kalau aku bertanya
seperti itu. Ah, aku baik-baik saja kok.”
Aku yakin dia ada di sini.
Karena hari ini adalah Ohigan, hari ketika orang-orang yang telah meninggal
berada di dunia fana.
Aku tidak begitu mengerti
tentang apa yang terjadi setelah seseorang meninggal, tapi aku ingin percaya
bahwa dia ada di sini.
“Ah! Benar, benar! Naito-kun
dan Koharu mulai berpacaran lho! Aku tahu Koharu suka Naito-kun, tapi ternyata
Naito-kun juga tertarik pada Koharu. Mizuno-kun tahu tidak?”
Mereka mulai berpacaran segera
setelah perjalanan sekolah berakhir.
Perbedaan kepribadian mereka
tampaknya memberi kesegaran, dan sejauh ini mereka tampak bahagia bersama.
“Ahh, seharusnya aku juga...
semua orang bilang aku dan Mizuno-kun tampak cocok jadi pasangan. ―Tapi
ternyata kejadian yang tak terduga, bikin aku kecewa.”
Aku berbicara sambil menahan
air mata yang hampir jatuh. Namun, aku menahan diri dan mencoba tersenyum.
Aku telah memutuskan untuk
menunjukkan kepadanya bahwa aku baik-baik saja hari ini. Aku tidak boleh
menangis.
Aku harus menunjukkan kepadanya
bahwa aku bisa melangkah maju sendiri.
Lalu, tiba-tiba dari mana saja,
seekor kupu-kupu yang besar melayang-layang, menyentuh ujung hidungku dengan
sayapnya yang berkibar.
Dan kupu-kupu itu hinggap di
atas roti kari yang kuletakkan di depan tanda makam.
―Ah.
Dia telah datang untukku. Begitulah yang kupikirkan.
“Kamu masih suka roti kari ya?”
Seolah-olah menjawab
kata-kataku, kupu-kupu itu mengibaskan sayapnya sekali.
Aku menggenggam liontin yang
tergantung di leherku.
Mizuno-kun mungkin telah
menghilang, tapi gelang yang telah menghubungkan kami, gelang yang terputus
itu, tidak menghilang dan tetap berada di tanganku.
Ini juga merupakan bukti bahwa
Mizuno-kun berusia tujuh belas tahun pernah ada.
Bukti bahwa dia pernah berlatih
renang bersama kami... menduduki tempat kedua di kompetisi, merayakan di
restoran, menyalakan kembang api, pergi ke Osaka bersama, naik bianglala
berdua... dan menciumku di kolam renang hotel.
Aku telah mengubah manik-manik
biru yang terpasang di tali misanga itu menjadi liontin dan memakainya tanpa pernah
lepas sejak hari itu.
Untuk tidak pernah melupakan
dia.
Aku jatuh cinta pada Mizuno-kun.
Bahkan sekarang setelah dia pergi, aku masih merindukannya. Ingin bertemu
dengannya sangat kuat.
Sekarang aku tidak bisa memikirkan
apa-apa selain tentang dia.
Tapi mungkin beberapa tahun
lagi――aku tidak tahu kapan――saat aku sudah dewasa, aku mungkin akan jatuh cinta
pada seseorang yang baru.
Mungkin aku akan bertemu dan
berhubungan dengan seseorang... mungkin aku akan menikah.
Aku bisa membayangkan masa
depanku seperti itu.
Karena aku ingin menjalani masa
depanku dengan harapan. Aku tidak ingin terus bergantung pada masa lalu, aku ingin
berjalan menuju masa depan.
Aku tidak ingin berpikir “Aku
takut kehilangan sesuatu” atau “Pada akhirnya, seperti ayah dan ibu, dia mungkin
akan hilang.”
Yah, aku yang masih
tergila-gila pada Mizuno-kun ini, belum bisa membayangkan hari di mana aku bisa
jatuh cinta pada orang lain.
――Tapi,
ada satu hal yang pasti.
Mungkin aku tidak akan pernah
bisa merasakan cinta seperti ini lagi. Sebuah cinta yang begitu mendalam, yang
bisa mengubah seluruh diriku, yang melintasi enam tahun waktu.
Cinta sekali seumur hidup
bagimu, juga merupakan cinta yang tak tergantikan bagiku.
Aku tidak akan pernah
melupakanmu. Aku tidak akan pernah melupakanmu yang telah mencintaiku dengan
cinta pertama dan terakhir dalam hidupmu.
Meskipun suatu hari nanti aku
mungkin jatuh cinta pada orang lain. Di tempat terdalam di hatiku, pasti kamu
akan selalu ada.
“Terima kasih, Mizuno-kun.
――Aku sangat menyukaimu.”
Kupu-kupu agung itu terbang
dari roti kari dan berputar-putar di sekitarku untuk sementara waktu.
Aku tersenyum gembira, dan
kemudian kupu-kupu itu menghilang ke dalam hutan.
Keajaiban biru yang kamu
berikan padaku akan terus hidup di dalam diriku.
――Pasti,
selamanya.