Chapter 2.5 — Langkah
Kaki Hitam
Penyanyi sekaligus penulis lagu, kuon. Nama
aslinya adalah Kazemiya Kuon*. (TN: Nama asli
dan nama panggungnya sama-sama kuon, bedanya nama panggungnya pakai huruf
alphabet)
Setelah
video klip lagu debutnya 'Sayap Malaikat' diunggah di situs video, dalam
seminggu sudah mencapai seratus juta
penayangan.
Di semua
situs distribusi musik, lagunya dengan mudah menduduki peringkat pertama, dan
dengan santai memecahkan rekor penjualan dan catatan lainnya. Produk atau
layanan yang menggunakan lagunya di iklan pun tanpa kecuali selalu meledak di
pasaran, bahkan melebihi rekor yang sudah ada. Tidak hanya itu, rating dan
ulasan drama TV yang dibintanginya juga mencapai angka tertinggi
dalam beberapa tahun terakhir.
Kazemiya Kuon adalah jenius yang diakui semua
orang, bakatnya dipuja-puja dan
disembah.
────Namun
Bagi
Kazemiya Kuon, semua pencapaiannya, kekayaannya, dan bahkan ketenaran yang dia
dapatkan itu tidak berarti apa-apa.
Ada hal
lain yang jauh lebih penting baginya.
“...Kohaku-chan.”
Rumah
kosong. Kamar yang kosong.
Selain bayang-bayang seorang manusia yang berdiri di sana, tidak ada siapa pun
lagi.
“Jadi...
dia benar-benar kabur dari rumah...”
Awalnya, dia berpikir kalau itu hanya candaan belaka.
Dia sempat
berpikir kalau semua ini hanyalah kebohongan dari ibunya.
Di balik
pintu yang terbuka sedikit itu. Sosok adik perempuannya
tidak terlihat sama sekali.
Tidak ada
barang bawaan apa pun. Sepertinya dia pergi terburu-buru. Kamarnya masih penuh
dengan barang-barang kepunyaannya,
seolah-olah tak yakin kalau dia benar-benar kabur dari rumah.
“...Kamu benar-benar tidak akan sanggup, Kohaku-chan. Kabur
dari rumah. Padahal aku sengaja membawa si nenek peyot
itu dari rumah...”
Headphone
putih-perak dengan telinga kucing, yang mungkin
barang favorit adiknya,
tergeletak di atas tempat tidur. Bagi Kuon, barang
tersebut tampak
seperti satu helai sayap yang ditinggalkan malaikat.
“Itu hanya
akan menyakitimu. Padahal aku tidak ingin Kohaku-chan merasa terluka
lagi. Tapi...”
Kuon mengambil
headphone yang tertinggal itu dengan hati-hati, seolah-olah itu terbuat dari kaca yang rapuh.
“Kalau
begini, aku akan melindungimu dengan
memasukkanmu ke dalam sangkar daripada membiarkanmu
terluka.”
Sayap
malaikat itu kini sudah tak hangat lagi, hanya menyisakan sensasi dingin bagai
besi.
“Bidadari kecilku
yang rapuh dan polos, yang belum mengenal dunia────”